• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan merupakan suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang sinergin dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. SPPIP memuat arahan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). SPPIP memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a) sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya yang telah ada;

b) Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang Cipta Karya di daerah;

c) Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPIJM;

d) Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang tertuang di berbagai dokumen; dan e) Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan

pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

1. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Dari SPPIP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu rencana operasional berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), dimana keduanya tetap mengacu pada strategi pengembangan kota yang sudah ada. RPKPP merupakan rencana

90 aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RPKPP merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000 atau 1:1000. RPKPP disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga

2. INTEGRASI STRATEGI PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA DAN SEKTOR STRATEGI PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

Berdasarkan dokumen rencana yang ada di Kabupaten maka dapat disusun matriks strategi pembangunan pada skala Kabupaten yang meliputi:

a) RTRW Kabupaten/Kota sebagai acuan arahan spasial;

b) RPJMD Kabupaten/Kota sebagai acuan arahan pembangunan; c) KSPD sebagai acuan arahan pembangunan multi-sektor; d) SPPIP sebagai acuan arahan pengembangan permukiman; e) RI-SPAM sebagai arahan pengembangan air minum; dan f) SSK sebagai arahan pengembangan sektor sanitasi.

3.2.2 ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM 3.2.2.1 RENCANA SISTEM PELAYANAN

A. Perkotaan

Dalam memenuhi kebutuhan akan air minum untuk kawasan perkotaan di Kabupaten Kepulauan Sangihe, pihak kabupaten melalui PDAM saat ini baru dapat melayani kebutuhan pada 2 (dua) tempat yaitu Kota Tahuna (klaster Sangihe) dan Ulu (klaster Siau). Rencana pengembangan air minum pada umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat baik untuk saat ini dan masa yang akan datang. Hasil proyeksi kebutuhan air minum penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan (2010) pada kedua kawasan perkotaan ini masih mencukupi bahkan lebih.

B. Perdesaan

Penyediaan air minum di perdesan pada umumnya diusahakan sendiri masyarakat, yaitu dengan mengandalkan sumber air yang berasal dari sumur gali atau sumber air yang berada dekat permukiman bahkan yang jauh sekalipun. Pada beberapa tempat tertentu seperti di pulau-pulau kecil penyediaan air yang diusahakan oleh masyarakat adalah berupa Penampungan Air Hujan (PAH), hal ini menandakan kondisi yang sangat kritis dalam

91 penyediaan air minum dan air bersih. Seperti halnya dengan rencana pengembangan air minum di kawasan perkotaan, tujuan pengembangan air minum di perdesaaan adalah untuk memenuhi kebutuhan air minum pada saat ini dan waktu yang akan datang.

Rencana penyediaan air minum di perdesaan terbagi dalam dua kelompok yaitu pada perdesaan pulau kecil dan perdesaan pulau besar. Untuk perdesaan pulau kecil yang tidak terdapat sumber air dapat diterapkan teknologi tepat guna untuk penyediaan air bersih yaitu dengan penyiapan PAH yang berkualitas sesuai standard kualitas air baku dan konstruksi yang tepat; dan metode desalinisasi yaitu proses salinisasi air laut menjadi air tawar dan metode penguapan air laut yang memanfaatkan sinar matahari. Pemanfaatan kedua metode

ini diharapkan dapat menanggulangi masalah penyediaan air bersih di perdesaan pulau kecil.

Sedangkan di perdesaan pulau besar yang memungkinkan terdapat sumber air bersih, dapat mengusahakannya dengan menerapkan program perintisan air minum berbasis masyarakat. Program ini mengusahakan masyarakat untuk dapat merintis penyediaan air minum kemudian dikelola bersama untuk kepentingan masyarakat desa.

Perhatian pemerintah terhadap masalah penyediaan air minum di perdesan juga dilaksanakan demi memenuhi salah satu unsur pokok kebutuhan masyarakat ini. Data yang didapat dari sub Dinas Permukiman dan Perumahan Dinas Praskim Sulawesi Utara, melalui Bagian Proyek Pengembangan Perumahan dan Permukiman Sulawesi Utara TA.2003. Di Kabupaten Kepulauan Sangihe telah dibuat prasarana dan sarana untuk air bersih terutama pada desa-desa di kawasan perbatasan, lokasi tersebut antara lain Desa Marore, Kawio, Kawaluso dan Marore. Tahun 2005 lokasi penyediaan prasarana air bersih dilaksanakan di Kecamatan Nusa Tabukan, desa Nanedakele. Dari inventarisi prasarana air bersih yang telah dibangun di kawasan perdesaan ini, untuk selanjutnya adalah masalah pengelolaan dan pemeliharaan. Sebaiknya masalah pengelolaan diserahkan kepada masyarakat melalui pembentukan sebuah badan yang mengelola prasarana tersebut.

3.2.2.2 RENCANA PENGEMBANGAN SPAM

Rencana pengembangan selanjutnya adalah berupa penambahan jaringan dan peningkatan pelayanan kepada pelanggan. Untuk rencana pengembangan pengelolaan air minum secara umum adalah berupa pengelolaan pada beberapa kawasan perkotaan lainnya sesuai dengan sumber air yang ada. Adapun rencana pengembangan air minum pada kawasan perkotaan lainnya adalah di Buhias (klaster Tagulandang), Tamako (klaster Sangihe), Petta (klaster Sangihe) dan Ondong (klaster Siau). Pengembangan air minum melalui PDAM pada ke-empat kawasan perkotaan ini sangat penting artinya untuk menunjang keberadaannya sebagai pusat SPK (Satuan Pengembangan Klaster).

92 Tabel 3. 2 Hasil perhitungan kebutuhan air minum untuk Kota Tahuna dan Ulu

Kecamatan Mata Air (l/det) Q Q (m3/hari) Tahun 2010 Tahun 2015

Jmlh Penduduk Kebutuhan air bersih (m3/hari) Jmlh Penduduk Kebutuhan air bersih (m3/hari) Tahuna MA Beka 20 1.728,0 31.165 3.116.5 32.600 3.260,0 5 432,0 Tabadi 10 864,0 15 1.296,0 Sawang 7 604.8 Eneratu 5 432,0 5 432,0 Kaluhagi 2.5 216,0 3 259.2 5 432,0 Total 77.5 6.696,0 Ulu (Siau Timur) Akelabo 25 22.590 2.259,0 24.250 2.425,0 Kalarung 10 Total 155 10.368.0

Sumber : Hasil analisa RPJMD

Dokumen terkait