• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KAUR SELATAN KABUPATEN KAUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KAUR SELATAN KABUPATEN KAUR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

54

PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1

KAUR SELATAN KABUPATEN KAUR

Desminiarti Aprita Indah Ayu

SD Negeri I Kaur Selatan Kabupaten Kaur

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran IPA pada siswa di kelas VI SD negeri I Kaur selatan Kabupaten Kaur. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan tindakan metode penemuan. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan pembelajaran, pengamatan pembelajaran, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes dan observasi. Teknik analisis menggunakan analisis kuantitatif untuk hasil tes pada akhir siklus dan kualitatif untuk proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (66,67%), siklus II (77,78%), dan siklus III (88,89%). Penerapan metode penemuan konsep meningkatkan motivasi belajar siswa dan kualitas pembelajaran yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran penemuan konsep sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Kata Kunci: metode penemuan, prestasi belajar IPA.

Usaha pemerintah untuk mening-katkan mutu pendidikan di Indonesia terus di-lakukan. Hal ini ditunjukkan dengan pem-berlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kuikulum tersebut memberi peluang dan kesempatan pada setiap satuan pendidikan

untuk mengembangkan kurikulumnya

berdasarkan kemampuan sekolah yang berpedoman pada standar isi dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa

(student centered learning) (BSNP, 2006).

Pemberlakuan KTSP di sekolah bukan tanpa hambatan. Salah satu ham-batan yang banyak ditemukan di berbagai sekolah adalah pelaksanaan pembelajaran yang masih didominasi guru ((teacher

centered learning) (Suderajat, 2003:4).

Pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan pembelajaran berlangsung secara pasif, monoton, membosankan, dan menjadikan siswa kurang kreatif, sehingga potensi yang dimiliki siswa tidak bisa tergali dengan baik.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

merupakan pengetahuan yang berhu-bungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan penge-tahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri il-miah (scientific inquiry) untuk menum-buhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasi-kannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2006:484).

Berdasarkan pengalaman peneliti menjadi guru di SDNegeri 1 Kaur Selatan

(2)

Kabupaten Kaur, pembelajaran IPA di ke-las VI sering mengalami kendala. Prestasi belajar IPA siswa tidak memenuhi tujuan yang ditetapkan. Nilai ulangan sehari-hari sering di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan. Setelah melalui refleksi terhadap pembelajaran IPA yang selama ini dilakukan, peneliti menduga bahwa rendahnya prestasi belajar IPA dapat disebabkan beberapa hal, yaitu pembelajaran yang dilakukan selama ini menggunakan ceramah, pembelajaran ber-langsung secara pasif, monoton, mem-bosankan, dan menjadikan siswa kurang kreatif. Berdasarkan hasil renungan awal tersebut, peneliti merasa perlu untuk

mela-kukan perbaikan pembelajaran IPA

dengan menerapkan pembelajaran yang dapat mengaktifkan belajar siswa.

Pembelajaran yang dipilih untuk

diterapkan adalah pembelajaran dengan metode penemuan.

Belajar penemuan merupakan sa-lah satu proses belajar yang mendukung pengembangan potensi siswa karena siswa berperan sebagai pemecah masalah yang berinteraksi dengan lingkungan, menguji hipotesis, dan mengembangakan general-isasi. Belajar penemuan meningkatkan pe-nalaran dan kemampuan berfikir secara bebas, dan melatih keterampilan-keteram-pilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah (Bruner, dalam

Handayanto, 2003:34). Pembelajaran

penemuan konsep ini didasarkan pada Piaget (Nasution, 2005:7).

Pembelajaran penemuan didefinisi-kan suatu stategi pengajaran induktif dengan tujuan membantu siswa segala tingkatan umur mempelajari konsep-konsep dan keterampilan berfikir yang analitis praktis (Widoko, 2001). Metode penemuan konsep dan suatu metode pengajaran yang bertujuan untuk mengem-bangkan kemampuan berfikir induktif. Kemampuan analisis dan mengembangkan konsep. Pada pengajaran diawali dengan pemberian contoh dan non-contoh diakhiri dengan kesimpulan yang diberikan siswa. Pembelajaran penemuan konsep meru-pakan metode yang menggunakan contoh-contoh positif dan contoh-contoh negatif untuk menggambarkan konsep-konsep tersebut

lebih mudah (Klaus Meier, Tennyson dan Cochareila dalam Widoko, 2001).

Pembelajaran penemuan konsep

merupakan salah satu pembelajaran yang didasarkan pada hakikat IPA. IPA didefi-niksan sebagai suatu kumpulan pengetahu-an ypengetahu-ang tersusun secara alam. Perkem-bangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya me-tode ilmiah dan sikap ilmiah. Meme-tode ilmi-ah dan pengamatan ilmiilmi-ah menekankan pada hakikat IPA. Secara rinci hakikat IPA adalah sebagai berikut.

1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang

lebih sempurna dan

penemuan-penemuan yang ada merupakan

kelanjutan dari penemuan sebelumnya. 5. Proses; tahapan-tahapan yang dilalui

dan itu dilakukan dengan mengguna-kan metode ilmiah dalam rangmengguna-kan menemukan suatu kebernaran.

6. Universalitas; kebenaran yang di-temukan senantiasa berlaku secara umum.

Proses pembentukan konsep dalam diri individu dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu cara asimilasi dan cara akomo-dasi. Cara asimilasi adalah informasi yang masuk ke otak akan diubah sehingga cocok dengan struktur yang ada dalam otak. Cara akomodasi adalah penyesuaian struktur oleh otak terhadap pengamatan (Piaget, dalam Nasution, 2005:79).

Dalam IPA, secara umum pem-bentukan konsep merupakan produk eks-perimental. Oleh karena itu pembentukan konsep IPA tidak begitu saja dibentuk

(3)

me-lalui informasi atau penjelesasan. Konsep tidak dapat begitu saja dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Cara yang paling efektif untuk membentuk konsep IPA adalah melalui pengamatan secara langsung terhadap objeknya. Oleh karena itu, melalui penerapan metode penemuan diharapkan siswa menguasai konsep-kon-sep IPA dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Penerapan metode penemuan dalam pembelajaran dilakukan dalam kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mening-katkan prestasi belajar dan kualitas

pembelajaran IPA siswa di kelas VI SD Negeri 1 Kaur Selatan Kabupaten Kaur.

METODE

Penelitian ini merupakan peneli-tian tindakan kelas (classroom action re-search) karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di ke-las. Penelitian dilakukan dengan menggu-nakan beberapa siklus yang diadopsi dari metode Kemmis & McTaggart. Tiap siklus terdiri dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi (Kunandar, 2008). Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan disajikan pada Gambar 1. yyyyyyyyyyyyyyyyyyyy

Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus secara berkelanjutan. Tindakan pe-nelitian dilaksanakan dengan pembelajaran metode penemuan. Tindakan yang diberi-kan pada setiap siklus tidak berubah tetapi mengalami perbaikan sesuai hasil refleksi pada setiap siklusnya.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SD Negeri Kaur Selatan Kabu-paten Kaur. Penelitian dilaksanakan pada bulan September – Nopember 2010 pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.

Materi IPA yang digunakan dalam pem-belajaran adalah Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dengan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan

Instrumen penelitian yang diguna-kan meliputi instrumen pembelajaran dan instrumen pengukuran penelitian. Instru-men pelaksanaan pembelajaran Instru-mencakup

silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Silabus merupakan pemetaan

Permasalahan Perencanaan tindakan I Pelaksanaan tindakan I Pengumpulan data tindakan I Pengumpulan data tindakan II Refleksi tindakan I Perencanaan tindakan II Pelaksanaan tindakan II Refleksi tindakan II

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

Siklus I

(4)

perencanaan pembelajaran IPA selama satu

semester. RPP merupakan rencana

pembelajaran ter-tulis yang dirancang guru

untuk beberapa pertemuan. LKS

merupakan panduan ke-giatan siswa

selama pembelajaran. Instru-men

pengukuran penelitian mencakup lembar observasi pelaksanaan pembelajaran IPA

dengan metode penemuan, lembar

observasi aktivitas belajar siswa, dan butir soal tes dalam bentuk soal pilihan ganda

Pengumpulan data penelitian dila-kukan dengan observasi pelaksanaan pem-belajaran IPA dengan metode penemuan, observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, dan tes di akhir siklus. Ana-lisis data dilakukan dengan teknik anaAna-lisis deskriptif kualitatif untuk menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh. Penelitian akan dihentikan jika hasil analisis data sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian ditetap-kan, yaitu jika ketuntasan belajar secara klasikal telah mencapai 85% atau lebih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran penemuan kon-sep yang digunakan untuk mengetahui pe-nerapan metode pembelajaran penemuan konsep dalam meningkatkan prestasi dan

kualitas belajar IPA Materi Perkembang-biakan Makhluk Hidup.

Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan media pem-belajaran yang diperlukan.

b. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran untuk sik-lus I dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2010 di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Kaur Selatan dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan

ber-samaan dengan pelaksanaan belajar

mengajar.

c. Tahap Refleksi

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Data hasil penelitian pada siklus I disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 2 3

Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

69,25 18 66,67

Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiap-kan perangkat pembelajaran yang ter-diri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan Tindakan

Pelaksanaan kegiatan belajar menga-jar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2010 di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1Kaur Selatan dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refleksi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak ter-ulang lagi pada siklus II. Pengamatan

(5)

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. c. Tahap Reflleksi

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang

telah dilakukan. Instrument yang

digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1 2 3

Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

75,56 21 77,78

Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiap-kan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan Tindakan

Pelaksanaan kegiatan belajar menga-jar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2010 di kelas VI dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau ke-kurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan

(observasi) dilaksanakan bersamaan

dengan pelaksanaan belajar mengajar. c. Tahap Refleksi

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III disajikan pada Tabel3.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III

1 2 3

Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

78,15 24 88,89

Pada tahap refleksi juga dikaji kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dan dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi, ada beberapa kegiatan yang sudah baik dan yang masih kurang baik dalam

pembe-lajaran dengan menerapkan metode

pembelajaran penemuan konsep. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajar-an dengpembelajar-an baik. Meskipun ada

bebe-rapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. b. Berdasarkan data hasil pengamatan

di-ketahui bahwa siswa aktif selama pro-ses belajar berlangsung.

c. Kekurangan pada siklus-siklus sebe-lumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

d. Hasil belajar siswa pada siklus III men-capai ketuntasan.

(6)

Guru telah menerapkan metode pembelajaran penemuan konsep dengan baik. Berdasarkan data yang diperoleh, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa selama pelaksanaan pembelajaran IPA berjalan dengan baik. Hal yang perlu diperhatikan untuk pembelajaran selan-jutnya adalah memaksimalkan dan mem-pertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya menerapkan metode pembelajaran penemuan konsep dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pembelajaran penemuan memiliki dampak positif dalam meningkatkan pres-tasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa ter-hadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 66,67%, 77,78%, dan 88,89%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran penemuan konsep dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdam-pak positif terhadap prestasi belajar siswa

yaitu dapat ditunjukkan dengan

meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

Aktivitas siswa dalam proses pem-belajaran IPA pada pokok bahasan Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dengan me-tode pembelajaran penemuan konsep yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan dis-kusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktvitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah

pem-belajaran penemuan konsep dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas mem-bimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih

mengguna-kan alat, memberi umpan balik/

evaluasi/tanya jawab dimana persentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

SIMPULAN

Pembelajaran dengan penemuan

konsep meningkatkan prestasi belajar sis-wa yang ditandai dengan peningkatan ke-tuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II (77,78%), siklus III (88,89%). Penerapan metode pembelajaran penemuan konsep mening-katkan motivasi belajar siswa dan kualitas pembelajaran yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bah-wa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran penemuan konsep sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Berdasarkan hasil penelitian, pem-belajaran IPA lebih efektif dan lebih mem-berikan hasil yang optimal bagi siswa, jika pelaksanaan metode penemuan konsep

direncanakan secara memerlukan

persiapan yang cukup matang, sehingga guru mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode penemuan konsep dalam

proses belajar mengajar sehingga

diperoleh hasil yang optimal. Guru hendaknya lebih sering melatih siswa

dengan berbagai macam kegiatan

praktikum walaupun praktikum yang sederhana, sehingga siswa dapat mene-mukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, dan mampu memecahkan masalah-masalah yang di-hadapinya.

DAFTAR RUJUKAN

BSNP, 2006. Pengembangan KTSP.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas, 2006. Permendiknas 2006: Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

(7)

Handayanto, 2003. Strategi Belajar

Mengajar Fisika. Malang; JICA.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Pene-litian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru.

Ja-karta: PT. Raja Grafindo Persada. Nasution, 2006. Pengembangan

Kuriku-lum. Bandung: Rineka Cipta.

Suderajat, H. 2003. Pendidikan Berbasis Luas (BBE) yang Berorientasi pada Kecakapan Hidup (Life Skills). Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika.

Widoko. 2002. Metode Pembelajaran

Penemuan Konsep. Surabaya:

Gambar

Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.  Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III

Referensi

Dokumen terkait

Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah pengumpulan data adalah bagaimana menganalisis data yang telah diperoleh dari instansi terkait.Langkah ini

Pendidikan di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan (Notoadmodjo, 1992). Bidan

a. Akar dikotil berbeda dengan akar monokotil dalam hal... Bagian akar yang mempunyai sifat meristematis adalah.... Jaringan berikut termasuk silinder pusat akar tumbuhan dikotil,

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Dangke Asal Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan adalah benar karya saya

Gerak belok kanan merupakan gerak dasar agen robot dengan memberikan kecepatan senilai +VL dan + VR untuk motor kiri dan kanan robot. Dengan format paket data:.

Nama Perusahaan : PT/ CV. Menyatakan sanggup untuk membayar BJPSDA dan Pajak Pemanfaatan Air Permukaan serta memenuhi segala ketentuan yang tercantum dalam Surat I zin

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman konsep bilangan bulat menggunakan alat peraga garis bilangan pada pembelajaran matematika siswa kelas V SDN 2 Sidoharjo

Bahasa merupakan sarana yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena hanya dengan bahasa (lisan atau tulisan) kita mampu menerjemahkan pikiran seseorang