• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I. Pendahuluan. Menjelang tahun 1789, terjadi berbagai aksi yang menentang kekuasaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I. Pendahuluan. Menjelang tahun 1789, terjadi berbagai aksi yang menentang kekuasaan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I

Pendahuluan

I. 1 Latar Belakang

Menjelang tahun 1789, terjadi berbagai aksi yang menentang kekuasaan monarki. Pergerakan ini diawali oleh para cendikiawan dan kelas menengah yang pada akhirnya menghasilkan revolusi Prancis yang juga merupakan revolusi borjuis1. Revolusi ini menghasilkan pergantian sistem pemerintahan dari negara monarki menjadi republik. Perubahan ini ditandai oleh penghapusan kekuasaan absolut milik kerajaan terdahulu, yaitu kekuasaan yang bersumber dari Tuhan menjadi kekuasaan berasal dari rakyat serta hak dalam penetapan hukum2.

Perubahan sistem monarki menjadi sistem republik di Prancis memberi dampak yang sangat besar bukan hanya dalam struktur pemerintahan dan politik, namun juga perubahan dalam tatanan sosial masyarakat. Perubahan sistem pendidikan, kebebasan berpendapat, perubahan gaya hidup serta moralitas, dan yang terpenting yaitu sistem perekonomian negara akhirnya memunculkan kelas baru di antara kelas sosial lain yang sudah ada, yaitu borjuasi.

Revolusi memberikan kesempatan bagi borjuasi untuk memegang peranan penting, setelah berabad-abad dianggap sebagai golongan paling bawah di strata sosial di Prancis. Kelas sosial ini sebenarnya bukan merupakan golongan baru di Prancis, namun pada masa setelah revolusi hingga masa Kekaisaran II kelas

1

Geffré, Jossua, 1989, 1789 The French Revolution And The Church (p.61)

2

Carpentier, Lebrun, 2011, Sejarah Prancis Dari Zaman Prasejarah Hingga Akhir Abad Ke-20

(2)

tersebut lebih banyak muncul di publik dan menjadi salah satu kelas yang memiliki posisi penting di masyarakat 3 . Sejak kepemimpinan Napoléon Bonaparte, borjuasi telah banyak menjadi perhatian, bahkan Napoléon mencoba untuk lebih memperhatikan segala permintaan dan tuntutan dari kelas tersebut. Oleh karena itu, golongan tersebut menjadi pendukung kepemimpinan Napoléon4. Fenomena tersebut direkam jelas oleh pengarang-pengarang Prancis pada masanya. Salah satu pengarang Prancis yang memotret kehidupan masyarakat Prancis khususnya golongan borjuis adalah Émile Zola.

Émile-Édouard-Charles-Antoine Zola atau yang lebih dikenal dengan nama Émile Zola yang lahir Paris, 2 April 1840, merupakan salah satu penulis Prancis beraliran naturalis yang terkenal dengan karya-karyanya. Selain itu, semasa hidupnya, Émile Zola juga seorang kritikus dan aktivis politik yang peka dalam melihat permasalahan sosial, politik dan kehidupan golongan-golongan menengah ke bawah. Émile Zola dengan ketertarikannya pada sains dan sastra, terdorong untuk membuat suatu karya besar seperti Honoré de Balzac dengan La Comédie Humaine yang telah ada di awal abad tersebut5. Alasan terciptanya antologi ini adalah bahwa Zola ingin menciptakan sebuah karya sastra yang bersifat scientifique yang berasal dari filosofi ekperimental tentang hasrat.

Émile Zola menulis 20 novel dalam kurun waktu penulisan 20 tahun dan kemudian diberi judul besar Les Rougon- Macquart: Histoire Naturelle et Sociale 3 Op.cit., (p.298) 4 Ibid., (p.285) 5

William J. Berg. “Émile Zola” dalam Encyclopædia Britannica,

(http://www.britannica.com/EBchecked/topic/657747/Emile-Zola diakses pada tanggal 30 Agustus 2013 jam 18:40)

(3)

d’Une Famille sous le Second Empire (1871-1893)6. Berdasarkan judul besar tersebut kita dapat mengetahui secara singkat, bahwa selain membuat kisah tentang dua keluarga besar yang saling berhubungan dengan masa Kekaisaran II, Émile Zola juga meneliti tentang sifat-sifat genetika manusia yang dapat mempengaruhi kehidupan tiap anggotanya 7 . Émile Zola mengangkat permasalahan seperti ekonomi dan keuangan di Prancis yang terdapat dalam dua novelnya yaitu La Curée dan L’Argent, tentang kekuasaan Gereja dalam La faute de l’abbé Mouret, dan permasalahan lainnya seperti kisah seorang politisi dalam Son Excellence Eugène Rougon dan kehidupan para buruh di beberapa novel lainnya. Penelitian tentang kehidupan masyarakat di Prancis pada masa Kekaisaran II tersebut membawanya ke dalam kegiatan politik dan sosial8.

Antologi Les Rougon-Macquart mengisahkan tentang kehidupan dua keluarga yaitu Rougon dan Macquart yang saling terkait karena berasal dari ibu yang sama yaitu Adelaïde Fouque. Dalam Les Rougon-Macquart, terdapat 1200 tokoh yang masing-masing memiliki peran penting dalam setiap novelnya yang menggambarkan sebuah realita di masyarakat saat itu.

Antalogi ini menggambarkan kehidupan masyarakat kelas menengah (borjuasi) dan kelas pekerja (proletariat) di Prancis khususnya pada masa Kekaisaran II yaitu sekitar tahun 1851 hingga 1855. Zola menggambarkan bahwa pada masa itu, terdapat banyak sekali perubahan khususnya di bidang industri dan

6

http://www.well.com/~jax/literature/Rougon-Macquart.html

7

Lagarde, Michard, 1966, XIXe siècle: Les Grands Auteurs Français du Programme V (p.484)

8

(4)

ekonomi serta politik yang mengakibatkan dampak positif dan negatif bagi masyarakat.

Novel pertama yang mengawali seluruh rangkaian cerita tersebut yang ditulis pada tahun 1870 adalah La Fortune des Rougon. Dalam novel tersebut, Zola berusaha untuk menggambarkan secara detail tentang kisah dua keluarga besar yang saling terkait yaitu keluarga Rougon dan Macquart. Setiap anggota keluarga merupakan tokoh penting yang mewakili masyarakat Prancis pada waktu itu9. Novel yang termasuk antologi Les Rougon-Macquart ini adalah bentuk karya sastra yang bersifat fiksi, namun kita juga dapat mengatakan bahwa keberadaan novel tersebut sangatlah penting dalam kesusastraan Prancis dan juga dunia (Tadie, 1984:56).

Novel La Fortune des Rougon menceritakan kehidupan keluarga borjuis yang berasal dari hubungan Adélaide Fouque dengan Rougon dan dengan Macquart. Adélaide merupakan seorang anak yatim piatu yang berasal dari keluarga pemilik perkebunan besar di sebuah kota bagian selatan Prancis bernama Plassans. Setelah Rougon meninggal, Adélaide menikah dengan Macquart yang bukan dari golongan terpandang dan bahkan dianggap sebagai sampah masyarakat di kota tersebut. Adélaide memiliki tiga orang anak dari hasil hubungannya dengan kedua laki-laki tersebut. Anak-anaknya masing-masing memiliki perbedaan perawakan, sifat dan karakter yang mempengaruhi kehidupan mereka. Anak tunggal dari keturunan Rougon bernama Pierre, sedangkan dari keturunan Macquart, Adelaïde memiliki dua anak bernama Antoine dan Ursule. Pierre

9

(5)

Rougon adalah seorang kepala keluarga yang mewakili keluarga borjuasi dan yang menjadi tokoh utama dari cerita ini.

La Fortune des Rougon sangat jelas menampilkan kesan bahwa keturunan dari Rougon, yakni Pierre Rougon, mendapatkan keuntungan dalam hidupnya juga kepada keturunan-keturunannya. Di sisi lain, Ursule dan Antoine Macquart, kedua anak hasil hubungan Adelaïde dengan Macquart, berbanding terbalik dengan Pierre. Sejak kecil, Pierre telah memiliki sifat yang gigih, giat bekerja seperti ayahnya, namun kedua anak yang lain sama-sama membawa sifat buruk dari Macquart yaitu malas dan tidak mau hidup susah.

Hal tersebut merupakan contoh bagaimana pengaruh naturalisme terhadap penulisan dalam karya Émile Zola. Novel-novel karya Émile Zola merupakan sebuah karya sastra yang bersifat naturalisme karena dalam pembuatannya, penulis tidak hanya sekedar menceritakan apa yang penulis inginkan namun, ia juga melakukan penelitian terlebih dahulu sebelum membuat karya tersebut. Contohnya, Émile Zola, sebagai bapak naturalisme menggunakan penelitian-penelitiannya tentang hereditas. Dalam setiap novelnya, Émile Zola selalu mendeskripsikan karakter, watak dan perawakan setiap tokoh yang mempengaruhi perilaku dan kehidupan tokoh tersebut. Selain itu, segala aspek baik itu latar, kejadian atau fenomena di masyarakat yang ada dalam novel semua merupakan representasi atas kehidupan yang sebenarnya.

Pierre dan beberapa tokoh lainnya seperti Félicité Puech merupakan gambaran kaum borjuasi yang melakukan segala cara untuk mendapatkan

(6)

kemakmuran dan status yang lebih tinggi di Prancis. Setelah mendapatkan berbagai kekuasaan atas beberapa sektor seperti pertambangan, yang pada saat itu sangat penting bagi Prancis, orang-orang tersebut mencoba untuk dapat mendekati pemerintahan Prancis hingga ke strata yang paling tinggi yaitu posisi Charles-Louis-Napoléon Bonaparte, seorang pemimpin Prancis pada zaman Kekaisaran II, demi keuntungan pribadi.

Penelitian terhadap novel La Fortune des Rougon yang membahas kehidupan borjuasi di zaman Napoléon III menarik untuk dilakukan karena bertujuan untuk dapat memahami bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan politik yang dialami atau dilakukan oleh kaum borjuis pada masa Kekaisaran II di Prancis.

I. 2 Rumusan Masalah

Masa kepemimpinan Louis- Napoléon Bonaparte merupakan suatu periode yang banyak menimbulkan pro-kontra di masyarakat khususnya di kalangan borjuis. Dalam upaya kelas borjuasi untuk melegitimasi keberadaan mereka, dan upaya Louis-Napoléon Bonaparte dalam menguasai Prancis untuk periode selanjutnya, memberikan dampak bagi setiap lapisan masyarakat. Adapun pertanyaan penelitiannya sebagai berikut:

1. Bagaimana dan mengapa borjuasi menjadi suatu kelas yang diperhitungkan pada masa Kekaisaran II yang tergambar dalam novel La fortune des Rougon?

(7)

2. Bagaimana ideologi dari novel La fortune des Rougon sebagai sebuah wacana dalam bentuk sebuah karya sastra?

I. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memberi gambaran bahwa wacana pada karya sastra merupakan refleksi dari realita sosio-kultural yang terjadi dalam masyarakat di masa ketika karya tersebut dibuat. Tujuan tersebut akan dicapai melalui tujuan khusus sebagai berikut:

1. Menjelaskan kelas borjuasi sebagai kelas sosial di Prancis khususnya pada masa Kekaisaran II sebagai sebuah kelas sosial yang diperhitungkan. 2. Menjelaskan ideologi yang terdapat dalam novel La fortune des Rougon

sebagai sebuah wacana yang dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi dan politik pada masa Kekaisaran II.

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan kajian sastra, budaya dan sejarah Prancis. Mengingat bahwa objek penelitian ini terkait dengan realita sosial dan sejarah yang belum banyak dibahas oleh akademisi sastra Prancis. Sehingga, penelitian ini diharapkan membuka kesempatan untuk penelitian karya sastra berbasis analisis wacana kritis dengan melihat pada wacana sosio-kultural-historis yang karya sastranya berasal dari tempat masyarakatnya berada.

(8)

I. 4 Landasan Teori

Penelitian ini akan menggunakan teori stratifikasi sosial dari Max Weber yang nantinya mempermudah analisis dengan dasar yang menguatkan penelitian ini.

I.4.1 Teori Stratifikasi Sosial

Max Weber mengemukakan bahwa terbentuknya kelas sosial bersumber dari analisis tentang stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial memiliki dimensi-dimensi khusus dalam ekonomi dan bersifat penting. Dimensi-dimensi-dimensi tersebut yang saling terkait dengan status dan kelompok politik menjadi sangat penting apabila kita ingin menganalisis tentang perbedaan bentuk-bentuk stratifikasi sosial.

Tidak seperti Karl Marx, Max Weber menyatakan bahwa tidak ada karakteristik tunggal yang benar-benar mendefinisikan posisi seseorang dalam sistem stratifikasi. Tiga komponen yang berbeda dalam stratifikasi sosial adalah keterkaitan antara kelas, status dan kekuasaan10.

I.4.2 Kelas, Status, dan Kekuasaan

Max Weber menggunakan istilah kelas untuk merujuk pada sekelompok orang yang memiliki tingkat yang sama dalam hal kekayaan dan pendapatan. Meskipun Weber setuju dengan pendapat Marx, tentang pentingnya dimensi ekonomi dalam stratifikasi, ia berpendapat bahwa tindakan individu dan kelompok tidak hanya dapat dipahami dalam hal ekonomi.

Kelas sosial terbentuk karena pada dasarnya, manusia secara tidak sadar

10

(9)

menempatkan diri mereka pada golongan tertentu. Terbentuknya kelas sosial tersebut juga diakibatkan karena sifat manusia yang menginginkan untuk dihargai dan kita juga mengenal kelas sosial yang tertinggi, terendah, dan menengah. Selain itu, masing-masing kelas sosial punya kebudayaan serta menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap diri anggota-anggotanya. Hal tersebut mempengaruhi gaya dan tingkah laku kehidupan masyarakat tersebut. Semua itu tercipta karena adanya persepsi dari masyarakat terhadap realita dalam lingkungannya dan semua yang dianggap memiliki kelebihan, baik itu dari segi ekonomi, jabatan, dan ilmu pengetahuan11.

Pada komponen kedua, Max Weber menggunakan istilah kelompok status untuk orang-orang yang memiliki prestise atau gaya hidup yang sama. Status keuntungan individu didapat dalam keanggotaan dalam kelompok yang diinginkan misalnya dalam profesi medis atau kelompok pengacara, namun, status tidak sama seperti posisi kelas dalam ekonomi. Seseorang yang mendapatkan uang dari kegiatan mencopet bisa saja memiliki penghasilan yang setara dengan seorang tenaga pengajar. Status pencopet tersebut tetap saja rendah sedangkan status yang dimiliki oleh seorang tenaga pengajar selalu lebih tinggi dibandingkan pencopet.

Bagi Max Weber, komponen ketiga dalam stratifikasi sosial memiliki dimensi politik. Kekuasaan untuk mendapatkan suatu keinginan terhadap orang dapat berasal dari keanggotaan suatu kelompok yang berpengaruh, contohnya keanggotaan partai politik atau dewan direksi sebuah perusahaan. Konsep

11

(10)

kekuatan tersebut nantinya akan merujuk ke dalam bentuk-bentuk penguasaan atas kelompok-kelompok oleh kelompok tertentu12.

Berdasarkan penjelasan singkat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa menurut Max Weber, setiap orang tidak hanya memiliki satu kedudukan dalam masyarakat, melainkan tiga. Posisi seseorang mencerminkan gabungan antara kelas, status dan kekuasaan dalam sistem stratifikasi. Setiap faktor mempengaruhi dua faktor lainnya dan saling berkaitan13.

Demikian penjelasan singkat tentang teori yang akan digunakan untuk penelitian mengenai kondisi sosial, kultural, dan politik kaum bourgeoisie pada masa pemerintahan Kekaisaran II di Prancis. Pemilihan teori kelas sosial ini dirasa akan menunjang penelitian ini, karena dapat menjawab permasalahan penelitian dilihat dari sudut pandang lainnya dan cakupannya tidak terlalu jauh dari pokok pembahasan.

I. 5 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini menggunakan roman La fortune des Rougon karya Émile Zola. Roman ini sudah pernah diteliti di beberapa negara di Eropa juga di Amerika Serikat dilihat dari beberapa sudut pandang, namun dalam lingkup akademisi Universitas Gadjah Mada, penelitian tentang karya sastra ini akan menjadi yang pertama. Berikut beberapa tinjauan mengenai karya Zola lainnya dan beberapa penelitian tentang analisis wacana kritis yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. 12 Schaefer, 2010, Sosiologi, (p.225) 13 Ibid., (p.226)

(11)

Tulisan dalam e-jurnal milik Bernard Urbani dari Université d’Avignon tahun 2006 yang berjudul La nature et ses pouvoirs dans La fortune des Rougon

d’Emile Zola 14 , menjelaskan bagaimana penggunaan kata-kata dalam

pendeskripsian tempat dan lingkungan alam pada novel La Fortune des Rougon, memiliki arti-arti yang diteliti dengan simbolisme. Pada kesimpulan tulisannya, Urbani menegaskan bahwa alam dan segala yang ada di dalamnya, pada novel tersebut, benar-benar mendukung permasalahan dari tokoh, keadaan sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya karya-karya Émile Zola seperti L’assamoir juga menjadi salah satu roman Zola yang banyak diteliti. Roman ini telah diteliti sebelumnya oleh Murdiyanti Ika Wardani dari Sastra Prancis UGM, dengan judul Roman L’assamoir : Tinjauan Sosiologi Sastra. Dalam penelitian Murdiyanti, ia menggunakan teori sosiologi sastra dengan mengambil tiga pokok bahasan hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, fakta-fakta sosial sebagai representasi masyarakat dalam karya sastra dan Pandangan dunia sebagai mediasi antara karya sastra dengan masyarakat.

Selain tinjauan pustaka berdasarkan penulis yakni Émile Zola, peneliti akan menggunakan beberapa tinjauan lainnya dilihat dari metode penelitian yang akan digunakan dalam meneliti karya sastra ini. Pada tahun 2010, Retno Iswandari telah membuat skripsi mengenai kegilaan dalam empat novel Indonesia dengan judul Kegilaan dalam Empat Novel Indonesia : Analisis Wacana Kritis

14

Bernard Urbani, “La nature et ses pouvoirs dans La fortune des Rougon” dalam Catedra de literatură comparată (http://literaturacomparata.ro/Site_Acta/Old/acta4/acta4_urbani.pdf diakses pada tanggal 18 Juni 2013 jam 21:22)

(12)

oleh Retno Iswandari 2010. Analisis wacana kritis yang digunakan yakni analisis wacana dari Norman Fairclough, khususnya analisis tekstual meliputi, representasi, relasi dan identitas. Namun analisis ini tidak terpaku pada analisis linguistik.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, sampai saat ini, penelitian tentang Kehidupan Borjuasi di Prancis pada masa Kekaisaran II: Analisis Wacana Kritis terhadap Novel La Fortune des Rougon karya Émile Zola belum pernah dilakukan, oleh karena itu penulis memutuskan untuk meneliti tema ini.

I. 6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) dari Norman Fairclough untuk melihat kaitan antara teks dengan kondisi sosio-kultural sebuah masyarakat. Fokusnya adalah bagaimana bahasa dalam karya sastra membawa nilai ideologi tertentu di dalamnya. Analisis yang dipakai adalah sociocultural practice dari Norman Fairclough yang didasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang kemudian muncul di dalam media (Fairclough, 1992:73).

Dalam hal ini, hubungan antara teks dengan praktek sosial dimediasi oleh praktek diskursif. Selain itu, penelitian ini akan menggunakan intertekstualitas sebagai bagian dari praktek CDA dari Fairclough. Intertekstual tersebut mengacu pada pengaruh sejarah pada teks dan sebaliknya, sehingga mampu memberikan

(13)

kontribusi terhadap perkembangan sejarah dan perubahan yang ada di sekitar teks (Fairclough, 1992:102)

Adapun tahapan-tahapan analisis yang dirangkum secara singkat sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif (teks dan konteks sebagai penanda wacana)

Dalam tahapan analisis deskriptif, objek material berupa karya sastra berjudul La fortune des Rougon, akan diidentifikasi baik dalam teks maupun konteks. Teks dan konteks yang terdapat dalam karya sastra tersebut yang nantinya dijadikan data-data berupa penanda wacana yang akan dianalisis pada tahap selanjutnya.

2. Analisis interpretasi (penanda wacana dengan permasalahan sosial, ekonomi dan politik yang ada dalam objek material)

Pada tahap kedua, penulis akan mulai meneliti data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Penulis akan mendeskripsikan penanda-penanda wacana tersebut yang berhubungan dengan aspek sosio-kultural-historis dalam teks karya sastra. Aspek-aspek tersebut akan digolongkan menjadi tiga yaitu sosial, ekonomi dan politik.

3. Analisis eksplanasi (analisis antara hasil pengklasifikasian penanda wacana dengan kondisi realita berdasarkan sejarah)

Pada tahap analisis yang terakhir, hasil dari pendeskripsian dari tahapan sebelumnya, akan dianalisis dengan praktik sosial dan mendeskripsikan kaitan antara aspek-aspek sosio-kultural-historis yang ada di luar wacana

(14)

atau karya sastra, dengan aspek-aspek dalam karya sastra yang telah dideskripsikan sebelumnya.

I. 7 Sistematika Penyajian

Penelitian sastra dengan judul Kehidupan Borjuasi di Prancis pada masa Kekaisaran II : Analisis Wacana Kritis terhadap Novel La Fortune des Rougon Karya Émile Zola ini akan disajikan dalam 4 bab dengan penyajian sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penyajian.

Bab II : Peneliti akan memaparkan secara singkat, penjelasan tentang sejarah Prancis pada masa Kekaisaran II dan Kelas Sosial Borjuasi.

Bab III : Pembahasan, pada bab ini, peneliti akan memaparkan analisis deskriptif, interpretasi, dan analisis eksplanasi yang telah dilakukan terhadap kondisi keluarga borjuasi sebagai suatu kelas yang diperhitungkan pada masa Kekaisaran II dan ideologi dalam novel tersebut, dan akan dibagi menjadi 3 sub-bagian sekaligus menjawab rumusan masalah yang telah diajukan.

Bab IV : Kesimpulan, pada bab ini, penulis akan memberikan penjelasan secara singkat tentang garis besar dari setiap bab sebelumnya, dan kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan.

(15)

Selain itu, peneliti akan mencantumkan, berbagai data dari objek material, berupa penggalan-penggalan serta lampiran-lampiran lainnya yang akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Human Relationship, Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi Terhadap Kinerja

Demikian halnya, pernikahan poligami sirri antara Pemohon I dan Pemohon II telah dilakukan menurut ketentuan hukum Islam, dan telah mendapatkan ijin dan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Tentang Sifat-Sifat Benda Pada Pembelajaran Ipa.. Universitas

Kabupaten Karo.. 3) Menganalisis dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap. penerimaan dan pendapatan petani jagung di

Terdapat beberapa jenis input produksi yang digunakan oleh petani seperti benih,. pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian,

Sebagaimana siklus I, selama pelaksanaan pembelajaran dilakukan pengamatan oleh observer untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA. (S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN

129 2.Uji Linieritas Iklim (X2)Organisasi Terhadap Produktivitas Sekolah (Y)... Uji Linierias data Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Iklim Organisasi