• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA OPERASIONAL TERHADAP LABA BERSIH BUS RAPID TRANSIT (BRT) TRANS MUSI PALEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA OPERASIONAL TERHADAP LABA BERSIH BUS RAPID TRANSIT (BRT) TRANS MUSI PALEMBANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA

OPERASIONAL TERHADAP LABA BERSIH

BUS RAPID TRANSIT

(BRT) TRANS

MUSI PALEMBANG

Betsy Deselor Wanti*1, Rika Kharlina2, Christina Yunita3 1,2,3

STIE Multi Data Palembang; Jl. Rajawali No 14 Palembang, telp(0711) 376400

1,2,3

Jurusan Akuntansi, Palembang

e-mail: *1betsydw_nd0612@ymail.com,2rika@stie-mdp.ac.id,

3

christinayunita@stie-mdp.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan bahwa efektivitas dan efisiensi biaya operasional berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap laba bersih Bus Rapid Transit (BRT) Transmusi Palembang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan bentuk rumusan masalah assosiatif, dan bentuk hubungan kausal. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer berupa hasil wawancara dan data sekunder berupa laporan keuangan BRT Trans Musi Palembang dari tahun 2010-2013 dan gambaran umum perusahaan. Data laporan keuangan tersebut diolah menggunakan SPSS 22.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas biaya operasional memiliki t hitung sebesar 7,167 > t tabel sebesar 1,679 yang artinya efektivitas biaya operasional berpengaruh signifikan terhadap laba bersih, dan efisiensi biaya operasional memiliki t hitung sebesar 56,820 > t tabel sebesar 1,679 yang artinya efisiensi biaya operasional berpengaruh signifikan terhadap laba bersih. Dari hasil uji F diperoleh F Hitung sebesar 6899,824 > F Tabel sebesar 3,204 yang artinya efektivitas dan efisiensi biaya operasional berpengaruh secara simultan terhadap laba bersih.

Kata kunci—Efektivitas, Efisiensi, Biaya Operasional, Laba Bersih.

Abstract

This research aims to determine and prove that effectiveness and efficiency of operational cost effect partially and simultaneously to net income of Bus Rapid Transit (BRT) Trans Musi Palembang. This research used quantitative research methods, with the form of the associative problem formulation, and a causal relationship form. The data used is primary data in the form of interviews and secondary data from the financial statements of BRT Trans Musi from years 2010-2013 and a general overview of the company. Financial statement data was processed using SPSS 22.

The results showed that the effectiveness of operational cost has t count 7.167 > t table 1.679 which means that the effectiveness of operational cost effect significantly to net income, and the efficiency of operational cost has t count 56.820 > t table 1.679, which means that the efficiency of the operational cost effect significantly to net income. From the results of F test obtained F count 6899.824 > F Table of 3.204, which means that the effectiveness and efficiency of operational cost effect simultaneously to net income.

(2)

1. PENDAHULUAN

alam rangka meningkatkan kenyamanan masyarakat dalam menggunakan kendaraan umum, Pemerintah Kota Palembang menunjuk PT. Sarana Pembangunan Palembang Jaya untuk mengoperasikan Bus Rapid Transit Trans Musi. Berdasarkan wacana yang dimuat di

website PT.SP2J, PT. Sarana Pembangunan Palembang Jaya berdasarkan surat Wali Kota Palembang tanggal 22 Oktober 2009 No.551-2/002394/Dishub, ditunjuk untuk mengoperasikan

Bus Rapid Transit (BRT) Trans Musi Palembang baik pengadaan APBD tahun 2009 maupun bantuan Kementerian Perhubungan, dibawah Pengawasan Dinas Perhubungan Kota Palembang (UPTD Angkutan Massal). Tujuan dikembangkannya Bus Rapid Transit Trans Musi adalah untuk meningkatkan pelayanan transportasi yang baik kepada masyarakat dengan menciptakan suatu sistem angkutan umum yang efisien, berkualitas, dan berkelanjutan sehingga dapat mendukung penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, nyaman, cepat, lancar, serta dapat diandalkan.

Menurut berita yang dimuat dalam website Sriwijaya Post (2011), secara resmi, operasional Bus Rapid Transit Trans Musi di-launching pada 22 Februari 2010, dengan 2 koridor (trayek), 74 halte, 25 bus (5 bus besar, 20 bus medium). Melihat kesuksesan Trans Musi, pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Perhubungan memberikan 5 buah bus ukuran besar pada 1 Mei 2010. SP2J pun kemudian menambah 60 bus berukuran sedang dan melakukan soft launching pada 23 Februari 2011. Tahun 2012, sudah ada 120 unit bus Trans Musi. Perkembangan bus Trans Musi sangat pesat dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2010 hingga 2012 terjadi peningkatan yang cukup pesat pada operasional Trans Musi. Namun pada tahun 2013 Trans Musi mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan adanya permasalahan yang sedang terjadi di dalam perusahaan pengelola Trans Musi (PT.SP2J). Permasalahan tersebut meliputi, masalah kerusakan bus, pengelolaan manajemen, hingga gaji karyawan yang belum dibayarkan.

Menurut wacana yang dimuat di website Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Palembang, masalah pada kerusakan bus, sebanyak 63 armada Trans Musi mengalami kerusakan dan perlu perbaikan. Sebanyak 40 armada yang mengalami kerusakan tersebut mendapatkan subsidi dari Pemkot Palembang untuk diperbaiki. Kerusakan yang dialami diantaranya, baterai yang soak, ban mobil, serta mesin yang bermasalah. Selain itu, masalah jam kerja dan jumlah karyawan kurang efisien. Dimana jumlah karyawan Trans Musi sejumlah ±800 orang dan perputaran jam kerja selama 7 jam yang kurang efektif.

Menurut wacana yang dimuat di website Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Palembang, selain masalah kerusakan bus, masalah pengelolaan manajemen juga menjadi masalah yang memprihatinkan dalam Trans Musi, dimana pemasukan keuangan dari perusahaan hampir merugi dan tidak untung. Menurut berita yang memuat di website Sumatera Ekspres, hal ini dikarenakan defisit sebesar Rp11 Miliar pada tahun 2013 yang diketahui akibat tidak seimbangnya pendapatan dari operasional Trans Musi dengan beban yang harus dibayarkan. Defisit tersebut terjadi karena beban operasional bus Trans Musi mencapai Rp43 Miliar. Sedangkan pendapatannya hanya Rp32 Miliar. Dana sebesar Rp32 Miliar tersebut untuk membayar gaji karyawan dan bahan bakar serta suku cadang. Kondisi tersebut semakin parah ketika dari 150 unit bus Trans Musi, kini sebanyak 63 unit mengalami kerusakan. Padahal satu bus itu pendapatannya bisa mencapai Rp500.000/hari. Sementara total karyawan, baik driver

maupun pramugara BRT Trans Musi sebanyak 681 orang dengan gaji mulai dari Rp1.300.000 s/d Rp2.600.000 per bulan.

Permasalahan yang terjadi pada setiap perusahaan biasanya dikarenakan salah dalam mengukur kinerja perusahaan, begitu juga masalah yang sedang dialami oleh Trans Musi saat ini. Besarnya biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan PT.SP2J menyebabkan rendahnya laba bersih yang diperoleh. Hal ini dibuktikan oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu. Menurut Pebriyanti (2013), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Efisiensi Biaya Operasional terhadap Laba Bersih dengan Perputaran Persediaan sebagai Variabel Pemoderasi (studi kasus pada PT.Petro Multi Guna Tanjungpinang, semakin besar

(3)

biaya operasional, maka semakin sedikit laba yang akan diterima, dan sebaliknya. Menurut Lestari, Desti Dwi (2013), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih (Studi Kasus Pada Pd. Rasa Asli Ciamis), efisiensi biaya produksi memiliki pengaruh terhadap laba bersih sebesar 73,4% dan sisanya 26,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian tersebut.

Menurut Yulistri, Imelda (2009), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja terhadap Laba Bersih Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia, efektivitas dan kebutuhan modal kerja berpengaruh terhadap laba bersih. Namun, ketiga penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diah dan Toto (2004), dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja serta Pengaruhnya terhadap Volume Penjualan, Pendapatan Penjualan, dan Laba Bersih Perum Perumnas (Studi Kasus Tahun 1999-2003), mereka menyebutkan bahwa efektivitas dan kebutuhan modal kerja ternyata tidak berpengaruh terhadap volume penjualan dan laba bersih.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian yang akan dilakukan berjudul

“Pengaruh Efektivitas Dan Efisiensi Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih Bus Rapid

Transit(BRT) Trans Musi Palembang”.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

Menurut Mardiasmo (2009, h.132) ―efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan

pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program. Secara sederhana efektvitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.‖

Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output

(Mardiasmo, 2009):

𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑂𝑢𝑡𝑐𝑜𝑚𝑒𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡

2.2 Efisiensi

Menurut Mardiasmo (2009, h.132) ―Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well). Indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumber daya oleh suatu unit organisasi (misalnya: staf, upah, biaya administratif) dan keluaran yang dihasilkan. Indikator tersebut memberikan informasi tentang konversi masukan

menjadi keluaran (yaitu: efisiensi dari proses internal).‖

Menurut Mardiasmo (2009, h.133), efisiensi diukur dengan rasio antara output

dengan input. Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.

(4)

2.3 Biaya Operasional

Menurut Jopie Yusuf (2006, h.33), biaya operasi atau biaya operasional adalah biaya-biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan dengan aktivitas operasi perusahaan sehari-hari. Unsur-unsur biaya operasional yang biasa terdapat pada suatu perusahaan dagang dan jasa adalah:

a. Biaya tenaga kerja, gaji, komisi, bonus, tunjangan, dan lain-lain. b. Biaya administrasi dan umum.

c. Biaya advertensi, promosi. d. Biaya asuransi.

e. Biaya pemeliharaan gedung, mesin, kendaraan, dan peralatan.

2.4 Laba Bersih

Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005, h.25), laba bersih merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak, laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Menurut Soemarso (2005, h.235), laba bersih (net income) merupakan selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya-biaya kerugian.

2.5 Hubungan Efektivitas dan Efisiensi Biaya Operasional terhadap Laba Bersih

Efektivitas merupakan perbandingan dari outcome dengan output (Mardiasmo, 2009), dimana dalam penelitian ini outcome adalah target laba yang merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh BRT Trans Musi dan output adalah realisasi laba (laba bersih). Sedangkan efisiensi merupakan perbandingan dari output dengan input (Mardiasmo, 2009), dimana dalam penelitian ini output yang dihasilkan adalah realisasi laba (laba bersih) dan input adalah biaya operasional yang dikeluarkan. Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam waktu (periode) tertentu. Pada umumnya, biaya operasional merupakan salah satu biaya yang menjadi landasan perhitungan laba sehingga dapat dikatakan bahwa semakin besar biaya operasional, maka semakin sedikit laba yang akan diterima, dan sebaliknya. Oleh karena itu, dibutuhkan penggunaan indikator efektivitas dan efisiensi biaya operasional untuk dapat menghasilkan laba bersih yang sesuai dengan yang ditargetkan pihak perusahaan. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas dan efisiensi biaya operasional berhubungan dengan laba bersih.

2.6 Kerangka Pemikiran

Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir

2.7 Hipotesis

Menurut Cholid dan Abu (2013, h.141) ―hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian‖. Adapun hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H1 : efektivitas dan efisiensi biaya operasional berpengaruh secara parsial terhadap laba bersih H2 : efektivitas dan efisiensi biaya operasional berpengaruh secara simultan terhadap laba

(5)

3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan bentuk rumusan masalah assosiatif, dan bentuk hubungan kausal, yaitu melihat hubungan sebab akibat efektivitas dan efisiensi terhadap laba bersih.

3.2 Objek/Subjek Penelitian

Adapun objek dalam penelitian ini adalah Bus Rapid Transit (BRT) Trans Musi Palembang dan subjek dalam penelitian ini adalah PT. Sarana Pembangunan Palembang Jaya (PT.SP2J).

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan BRT Trans Musi Palembang tahun 2010-2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Sampling Jenuh. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi, yaitu laporan keuangan BRT Trans Musi Palembang tahun 2010-2013.

3.4 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu berupa hasil wawancara antara penulis dengan pihak perusahaan, dan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan BRT Trans Musi Palembang dan gambaran umum perusahaan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan wawancara, dokumentasi berupa data keuangan Trans Musi, dan studi kepustakaan/literatur berupa teori-teori dan informasi dari buku, jurnal, hasil-hasil penelitian terdahulu, koran, dan internet.

3.6 Definisi Operasional kemampuan mencapai target atau sasaran akhir dengan menggunakan biaya operasional yang

Laba bersih merupakan selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua beban-beban operasional perusahaan.

(6)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Normalitas

Tabel 2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 48

Normal Parametersa,b Mean 0 Std. Deviation .06371 Most Extreme Differences Absolute .164 Positive .143 Negative -.164 Kolmogorov-Smirnov Z 1.134 Asymp. Sig. (2-tailed) .152 a. Test distribution is Normal.

b. User-Specified

Dari hasil analisis uji normalitas di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asymp.Sig 2-tailed) sebesar 0,152. Berdasarkan ketentuan yang telah ada, karena nilai signifikansi sebesar 0,152 lebih dari 0,05 atau nilai sig 0,152 > 0,05, maka nilai residual terdistribusi dengan normal.

4.2 Uji Autokorelasi

Tabel 3 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,999a ,998 ,997 ,00573209 ,898 a. Predictors: (Constant), Efisiensi_biaya_operasional, Efektivitas_biaya_operasional b. Dependent Variable: Laba_bersih

Dari hasil uji autokorelasi di atas, dapat diketahui bahwa nilai Durbin-Watson atau DW adalah sebesar 0,898. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah dalam autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW) adalah tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau (-2<DW≤ ±2). Nilai Durbin-Watson dalam uji autokorelasi penelitian ini bernilai sebesar 0,898. Berdasarkan ketentuan, karena nilai DW berada di antara -2 dan +-2 yaitu --2 < 0,898 < +-2, maka tidak ada autokorelasi.

4.3 Uji Multikolinearitas

Tabel 4 Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model

Unstandardize d Coefficients

Standardized Coefficients

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta

(7)

Efektivitas_biaya_operasional ,001 ,000 ,114 ,287 3,478 Efisiensi_biaya_operasional 1,068 ,019 ,901 ,287 3,478 a. Dependent Variable: Laba_bersih

Dari hasil analisis uji multikolinearitas di atas, dapat diketahui bahwa nilai tolerance

kedua variabel yaitu efektivitas biaya operasional dan efisiensi biaya operasional sebesar 0,287 lebih besar dari 0,10, serta VIF kedua variabel yaitu efektivitas biaya operasional dan efisiensi biaya operasional sebesar 3,478 kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

Coefficient -,265 1,000 ,931

** **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa korelasi antara variabel Efektivitas Biaya Operasional dan Efisiensi Biaya Operasional dengan Unstandardized Residual memiliki nilai signifikansi (Sig 2-tailed) lebih besar dari 0,05 yaitu 0,118 untuk nilai signifikansi Efektivitas Biaya Operasional dan 0,155 untuk nilai signifikansi Efisiensi Biaya Operasional. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat diisimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

4.5 Uji Koefisien Determinasi (R²)

Tabel 6 Uji Koefisien Determinasi (R²)

Model Summaryb

(8)

independen yang digunakan dalam penelitian ini besar pengaruhnya terhadap variabel dependen, maka faktor lainnya yang sebesar 0,2% sangat sedikit pengaruhnya terhadap variabel dependen.

4.6 Uji Parsial (Uji t)

Tabel 8 Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -,003 ,001 -2,904 ,007 Efektivitas_bia

ya_operasional ,001 ,000 ,114 7,167 ,000 Efisiensi_biaya

_operasional 1,068 ,019 ,901 56,820 ,000 a. Dependent Variable: Laba_bersih

Dari hasil uji di atas menunjukkan nilai t hitung efektivitas biaya operasional sebesar 7,167 dan t hitung efisiensi biaya operasional sebesar 56,820. Untuk mengetahui t tabel dapat dilihat dari n-k-1. dalam penelitian ini jumlah n sebanyak 48, k sebanyak 2. Dapat diketahui bahwa 48-2-1 = 45 berarti t tabel dalam penelitian ini adalah 1,679.

Efektivitas biaya operasional memiliki t hitung sebesar 7,167 lebih besar dari t tabel sebesar 1,679 (t hitung > t tabel) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang menyatakan bahwa H1 diterima. Hal ini menyatakan bahwa efektivitas biaya operasional berpengaruh signifikan terhadap laba bersih. Efisiensi biaya operasional memiliki t hitung sebesar 56,820 lebih besar dari tabel sebesar 1,679 (t hitung > t tabel) dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang menyatakan bahwa H1 diterima. Hal ini menyatakan bahwa efisiensi biaya operasional berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.

4.7 Uji Simultan (Uji F)

Tabel 9 Uji Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression ,453 2 ,227 6899,824 ,000b

Residual ,001 34 ,000 Total ,454 36

a. Dependent Variable: Laba_bersih

b. Predictors: Efisiensi biaya operasional, Efektivitas biaya operasional

(9)

menunjukkan bahwa H2 diterima yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara efektivitas dan efisiensi biaya operasional terhadap laba bersih.

4.8 Analisis Regresi Linear Berganda

Tabel 9 Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta

1 (Constant) -,003 ,001

Efektivitas_biaya_operasional ,001 ,000 ,114 Efisiensi_biaya_operasional 1,068 ,019 ,901 a. Dependent Variable: Laba_bersih

Dari tabel di atas persamaan analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah Y= -0,003 + 0,001 Efektivitas Biaya Operasional + 1,068 Efisiensi Biaya Operasional. Pada

persamaan diatas menunjukkan bahwa konstanta sebesar -0,003. Hal ini menyatakan apabila konstanta sebesar -0,003 menyatakan bahwa jika tidak ada Efektivitas dan Efisiensi Biaya Operasional, maka Laba Bersih menjadi -0,003. Koefisien regresi sebesar 0,001 menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu satuan, Efektivitas Biaya Operasional akan menaikkan Laba Bersih sebesar 0,001. Koefisien regresi sebesar 1,068 menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu satuan, Efisiensi Biaya Operasional menaikkan Laba Bersih sebesar 1,068.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut, pertama, Efektivitas dan Efisiensi Biaya Operasional berpengaruh secara parsial terhadap Laba Bersih Bus Rapid Transit (BRT) Trans Musi Palembang. Kedua, Efektivitas dan Efisiensi Biaya Operasional berpengaruh secara simultan terhadap Laba Bersih Bus Rapid Transit (BRT) Trans Musi Palembang.

5.2 Saran

Saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan pengelola manajemen Trans Musi PT.Sarana Pembangunan Palembang Jaya (PT.SP2J) agar dapat meminimalisir biaya operasional dengan cara menghilangkan biaya-biaya yang tidak tepat penggunaannya, seperti mengurangi operasional Trans Musi pada jam-jam kosong, mengurangi jumlah karyawan terutama supir dan pramugara Trans Musi, memindahkan koridor-koridor dari yang penuh ke koridor yang kosong, serta mengurangi biaya tunjangan-tunjangan karyawan. Hal ini dilakukan agar dapat memperoleh laba yang besar sehingga mengurangi angka defisit dalam keuangan Trans Musi.

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan jurnal ini bagi segi isi maupun penulisannya dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu yang dimiliki oleh penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, kedua orang tua, dosen pembimbing Ibu Rika Kharlina E.,S.E.,M.T.I dan Ibu Christina Yunita W.,S.E.,Ak, sahabat-sahabat penulis semua mahasiswa/i akuntansi angkatan 2011, serta staf perpustakaan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Fajar, Reza 2012, Pelayanan Trans Musi : Angkutan Kebanggaan Kota Palembang, Diakses pada Tanggal 7 September 2014, dari http://plg-anarchy.blogspot.com.

[2] PT.SP2J 2012, Bus Rapid Transit (BRT) Trans Musi, Diakses pada Tanggal 7 September 2014, dari http://sp2j.co.id.

[3] Sosmed Humas 2014, Romi Herton Tanggapi Serius Masalah Trans Musi, Diakses pada Tanggal 7 September 2014, dari www.humasprotokol,palembang.go.id.

[4] Siska, Windy 2014, Transmusi Rugi Rp11M, Diakses pada Tanggal 7 September 2014, dari www.sumeks.co.id.

[5] Mardiasmo 2009, Akuntansi Sektor Publik, Andi Offset, Yogyakarta.

[6] Yulistri, Imelda 2009, Pengaruh Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja terhadap Laba Bersih Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Gambar

Tabel 1 Definisi Operasional dan Indikator
Tabel 2 Uji Normalitas
Tabel 6 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Tabel 8 Uji Parsial (Uji t)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Lembur dilakukan dengan cara menetapkan suatu target bagi tiap karyawan (mis: target lembur hari ini adalah 100 unit, apabila karyawan dapat mencapai 100 unit pada saat lembur,

Output dari tahap ini adalah sebuah keputusan yang berhubungan dengan solusi apakah permasalahan di perusahaan tersebut dapat diselesaikan dengan pengembangan

Sebagai m e d ~ a informasi dan komunikasi di kampus, Widya Mandala Televisi berupaya menyajikan berbagai ragam acara, baik berupa informasi maupun hiburan kepada

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa timbal dapat menyebabkan kerusakan hati dan vitamin E berpotensi sebagai bahan pelindung hati dari pengaruh timbal, maka

Analisis enzim restriksi (REA) dengan menggunakan enzim endonuklease Taq I telah dilakukan pula terhadap 21 isolat BHV-1 asal Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa

Bisa jadi itu adalah tukang sihir yang menyihir keluarga kita, jika JIN, tukang sihir dan rumah atau persembunyian itu berhasil kita hancurkan dalam mimpi, maka insya Allah jin

Hingga akhir Agustus 2011 kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia, beberapa perairan berada di bawah nilai rata-rata atau normalnya, yaitu sekitar Samudera Hindia

Beberapa perawat tidak patuh karena mereka tidak mendapatkan penghargaan untuk pendokumentasian yang baik (reward), dan tidak ada konsekuensi yang diberikan jika