BAB V
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN
INFASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
5.1. Potensi Pendanaan APBD
5.1.1. Pembiayaan Pembangunan
Pelaksanaan otonomi daerah sejak tahun 2001, telah
memberikan peluang dan tanggung jawab kepada setiap Pemerintah
Daerah (Pemda) di Indonesia dalam melaksanakan tugas operasional
dan pembangunan di daerah. Adapun pembiayaan pembangunan
daerah bersumber dari:
1) Pos pembiayaan APBD
2) Pinjaman yang berasal dari:
Lembaga Perbankan,
Lembaga Keuangan Non Bank,
Penerbitan obligasi negara,
Penerusan pinjaman luar negeri (two step loan).
Faktanya, pembiayaan pembangunan yang berasal dari APBD
murni pada beberapa daerah belum secara optimal dialokasikan. Hal
ini terjadi karena adanya tuntutan percepatan pembangunan berbagai
prasarana daerah yang memerlukan penyediaan pembiayaan yang
cukup besar untuk mengejar ketertinggalan pembangunan serta
perbaikan dan pemeliharaan sarana pendidikan dan kesehatan telah
memperkecil jumlah dana investasi yang menghasilkan pendapatan
(revenue generating).
Selain itu, biaya pembangunan yang bersumber dari dana pinjaman
daerah sampai saat ini masih sulit direalisasikan, karena dana
pinjaman semi soft loan yang disediakan pemerintah pusat dari RDI
(Rekening Dana Investasi) sudah dihentikan. Demikian pula dengan
pinjaman lembaga perbankan dan nonperbankan dalam negeri belum
dapat diwujudkan, antara lain karena terkait dengan masalah
Kabupaten Buton Tengah sebagai salah satu Daerah Otonom Baru
(DOB) yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun
2014 tentang Pembentukan Kabupaten Buton Tengah di Provinsi
Sulawesi Tenggara mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan
pembangunan dengan mengoptimalkan pos pembiayaan APBD.
Menurut Permendagri 13/2006, APBD merupakan satu kesatuan
yang terdiri dari 3 unsur yaitu: (1) Pendapatan daerah, (2) Belanja
daerah, dan (3) Pembiayaan daerah.
A. Pendapatan Daerah
Kerangka pendapatan daerah pada APBD Kabupaten Buton
Tengah pada tahun 2015 masih ditunjang melalui:
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang diperoleh
daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada tahun
2015, PAD ini diharapkan terus meningkat seiiring dengan telah
dipungutnya Pajak Bumi dan Bangunan oleh Pemerintah
Kabupaten Buton Tengah di tahun 2015 yang sebelumnya
dipunggut oleh Kabupaten Buton sebagai Kabupaten Induk.
2) Dana Perimbangan yaitu dana yang bersumber dari dana
penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan
daerah. Dana perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.
3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, terdiri dari hibah, dana
darurat, dana bagi hasil pajak dari Provinsi kepada
Kabupaten/Kota, dana penyesuaian dan otonomi khusus, serta
bantuan keuangan dari Provinsi atau dari Pemerintah Daerah
lainnya.
Adapun gambaran realisasi dan proyeksi pendapatan daerah dalam
APBD Kabupaten Buton Tengah tahun 2014-2015 dapat disajikan
Tabel 5.1
Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah pada APBD Kabupaten Buton Tengah, 2014 – 2015
Pada tahun 2015, pendapatan daerah Kabupaten Buton Tengah
diproyeksikan sebesar Rp. 240.330.483.000 rupiah dengan besaran
tertinggi masih disumbangkan melalui dana perimbangan, yaitu dana
alokasi umum sebesar Rp. 225.671.011.000 atau sebesar 93,90% dari
total pendapatan daerah. Kemudian Dana Bagi Hasil Pajak sebesar
Rp. 4.931.088.000 (yang terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan
sebesar Rp. 4.113.729.000 dan Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan
sebesar Rp. 817. 359.000), Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
sebesar Rp. 3.228.384.000 (yang terdiri dari Dana Bagi Hasil
Perikanan sebesar Rp. 131.752.000 dan Dana Bagi Hasil
Pertambangan Umum sebesar Rp. 3.096.632.000) atau 3,40% dari
Pendapatan daerah yang lain bersumber dari Dana Hibah Sebesar Rp.
6.500.000.0000 (berasal dari Dana Hibah Provinsi sebesar
Rp.4.000.000.000 dan Dana Hibah Berasal dari Kabupaten Induk
sebesar Rp. 2.500.000.000) atau 2,70% dari pendapatan daerah.
B. Belanja Daerah
Belanja Daerah pada APBD pada dasarnya merupakan
perwujudan dari kebijakan penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan yang berbentuk kuantitatif. Dari besaran
dan kebijakan yang berkesinambungan dari program-program yang
dilaksanakan dapat dibaca arah pembangunan daerah. Berbagai
upaya dilakukan pemerintah untuk memenuhi tingkat kesejahteraan
masyarakat dalam rangka mewujudkan visi dan misi yang telah
ditetapkan. Otonomi daerah telah membawa konsekuensi dalam
pengeluaran publik, dimana pemerintah harus fokus pada
pembenahan manajemen dan administrasi birokrasi sehingga terjadi
peningkatan belanja administrasi, baik belanja pelayanan dasar,
belanja prioritas nasional maupun belanja penunjang yang menjadi
prioritas masing-masing SKPD.
Adapun gambaran realisasi dan proyeksi belanja daerah pada APBD
Kabupaten Buton Tengah tahun 2014-2015 dapat disajikan pada
Tabel 5.2
Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Pada APBD Kabupaten Buton Tengah, 2014-2015
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa komponen belanja
pegawai sebagai bagian dari belanja tidak langsung dalam proyeksi
belanja daerah tahun 2015 sebesar 66,65%. Belanja pegawai dalam
komponen belanja tidak langsung merupakan gaji para pejabat
negara, PNS dan pegawai yang belum berstatus PNS sebagai imbalan
atas pekerjaan yang telah dilaksanakan yang dipekerjakan oleh
pemerintah Kabupaten Buton Tengah. Sisanya adalah komponen
belanja langsung yang terdiri atas belanja pegawai yakni pengeluaran
untuk honorarium atau upah dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintahan daerah (6,79%), belanja barang dan jasa
(10,18%), dan belanja modal (17,37%). Hal ini mengindikasikan bahwa
sebagian besar anggaran belanja daerah digunakan untuk belanja
C. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah pada APBD adalah seluruh transaksi keuangan
pemerintah, baik yang berasal dari penerimaan maupun pengeluaran
daerah yang dimaksudkan
untuk menutup defisit dan/atau memanfaatkan surplus anggaran.
Pembiayaan daerah terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan
Pengeluaran Pembiayaan. Penerimaan Pembiayaan adalah semua
penerimaan yang dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pengeluaran Pembiayaan adalah semua pengeluaran yang akan
diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Adapun gambaran realisasi dan prediksi pembiayaan daerah dalam
APBD di Kabupaten Buton Tengah tahun 2014-2015 dapat disajikan
pada Tabel berikut. (Tabel 5.3).
Tabel 5.3
Pengelolaan pembiayaan daerah di Kabupaten Buton Tengah
diarahkan pada upaya untuk menyeimbangkan antara pendapatan
dan belanja daerah. Hal ini dilakukan karena adanya kekurangan
anggaran untuk merealisasikan belanja daerah, dimana belanja
daerah lebih besar dibandingkan dengan pendapatan, sehingga
membutuhkan penyeimbang melalui pembiayaan daerah.
Selain itu, keberadaan pos pembiayaan daerah dilakukan dalam
rangka mendorong adanya sumber-sumber pembiayaan yang bersifat
prioritas dan terkait langsung dengan kepentingan masyarakat luas.
Oleh karena itu, arah kebijakan pembiayaan daerah Kabupaten Buton
Tengah antara lain sebagai berikut:
1) Menjaga supaya keuangan daerah dalam kondisi surplus dan
apabila terjadi defisit anggaran, dapat ditutupi dengan sisa lebih
perhitungan anggaran tahun sebelumnya.
2) Apabila memungkinkan, dapat membentuk dana cadangan yang
digunakan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan yang bersifat
strategis dan/atau berdampak pada kehidupan masyarakat secara
luas, sesuai ketentuan.
3) Mengembangkan investasi daerah dan penyertaan modal melalui
transaksi dalam prinsip kehati-hatian dan sesuai dengan
kemampuan anggaran.
4) Melaksanakan efesiensi atau penghematan dalam pelaksanaan
program kegiatan, melalui penggunaan produk barang dan jasa
yang berkualitas dengan harga yang relatif murah, sehingga
mampu terbentuk SiLPA.
5) Mengutamakan pemanfaatan produksi dalam negeri dalam
pelaksanaan program pembangunan. Terutama produksi lokal
daerah yang kualitasnya sama dengan produksi di luar daerah.
6) Pembiayaan daerah diprioritaskan dalam rangka meningkatkan
harus dipenuhi dan untuk penguatan kemampuan keuangan
daerah.
7) Pembiayaan daerah hanya dilakukan dalam situasi mendesak,
atau tidak akan dilakukan sebagai salah satu sumber utama
untuk menutupi belanja daerah. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kebijakan efesiensi yang tidak logis, sehingga bisa
mengurangi kualitas dari program kegiatan itu sendiri.
D. Pembiayaan APBD Bidang Cipta Karya
Alokasi anggaran APBD Kabupaten Buton Tengah untuk
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, untuk tahun 2015
terfokus pada program sektor penyediaan air bersih, sedangkan sektor
kegiatan lainnya belum tersedia pembiayaan. Pada tahun 2016 terjadi
peningkatan penyediaan anggaran pada sektor penataan bangunan
dan lingkungan sebesar Rp. 1.847.146.000, sektor pengembangan
kawasan permukiman sebesar Rp. 10.682.907.500, sektor penyediaan
air bersih sebesar Rp. 7.631.770.250 atau meningkat sebesar 15,99%
Tabel 5.4.
Pembiayaan APBD bidang Cipta karya realisasi tahun 2015 dan Tahun berjalan 2016 di Kab. Buton Tengah
5.2. Potensi Pendamaan APBN
Dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur
cipta karya di daerah, alokasi pendanaan APBN di Kabupaten Buton
Tengah dua tahun terakhir, sebagaimana ditunjukan pada tabel
berikut.
Tabel 5.5.
Pembiayaan APBN bidang Cipta karya realisasi tahun 2015 dan Tahun berjalan 2016 di Kab. Buton Tengah
SEKTOR REALISASI
TAHUN 2015 TAHUN 2016
(1) (2) (3)
Pengembangan Kawasan
Permukiman - -
Penataan Bangunan Dan
Lingkungan - -
Pengembangan SPAM 17.000.000.000 -
Pengembangan PLP - -
DAK Air Minum - 1.883.940.000
DAK Sanitasi - 1.723.220.000
Total Alokasi APBN 17.000.000.000 3.607.160.000 sumber: Dinas PU Kab. Buton Tengah Tahun 2016
5.3. Alternatif Pendanaan
Pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Buton tengah
senantiasa berlandaskan skala prioritas dan prinsip kepatutan dalam
melaksanakan pengeluaran pembiayaan daerah. Apabila pengeluaran
pembiayaan sifatnya belum bersifat mendesak, maka akan dilakukan
penundaan dengan mengalihkan anggaran yang telah tersedia pada
pembiayaan tahun selanjutnya, terutama untuk kepentingan
infrastruktur.
Khusus dalam peningkatan investasi, pemerintah daerah berupaya
yang positif bagi pembangunan daerah. Hal ini juga akan dibarengi
dengan penataan melalui revitalisasi dan restrukturalisasi kinerja
BUMD. Pada saat ini Pemerintah Daerah Kabupaten Buton Tengah
telah memiliki BUMD Air Bersih (yang diserahkan sebagai aset daerah
dari Kabupaten Induk). Secara bertahap BUMD ini akan dioptimalkan
fungsinya sehingga dapat memberikan pelayanan secara maksimal
pada masyarakat. Pada tahun 2015 pemerintah daerah
merencanakan untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk
penyertaan modal daerah sebesar Rp. 2,5 Milyar rupiah pada
beberapa BUMD yang dimiliki oleh Pemda Kabupaten Buton Tengah,
seperti BUMD Air Bersih.
Disamping pembiayaan berasal dari BUMD yang paling
diharapkan adalah pembiayaan pihak swasta melalui CSR khususnya
di bidang cipta karya. Namun upaya ini masih harus terus
ditingkatkan mengingat beberapa investasi yang sudah ada sejak
daerah ini masih bergabung dengan Kabupaten Buton, untuk
sementara belum berjalan.
5.4. Strategi peningkatan investasi bidang cipta karya
Beberapa kebijakan yang ditempuh dalam rangka
mengoptimalkan Belanja Daerah pada APBD oleh Pemda Kabupaten
Buton Tengah khususnya di bidang cipta karya adalah sebagai
berikut:
1) Efisiensi dan Efektivitas Anggaran. Dana yang tersedia harus
dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat yang harapan selanjutnya adalah
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas
pelayanan masyarakat dapat diwujudkan dengan meningkatkan
kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur daerah,
terutama yang berhubungan langsung dengan kepentingan
2) Prioritas Penggunaan anggaran tahun 2015 diprioritaskan untuk
mendanai program dan kegiatan-kegiatan pembangunan
infrastruktur dan sarana prasarana perkantoran, pembangunan
di bidang pendidikan, kesehatan, ketersediaan bahan pangan,
guna untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Buton Tengah dan diarahkan untuk penanggulangan kemiskinan
serta penjabaran tugas/amanah yang diemban sebagai Bupati
Pelaksana.
3) Tolok Ukur dan Target Kinerja. Belanja daerah pada setiap
kegiatan disertai tolok ukur dan target pada setiap indikator
kinerja yang meliputi masukan, keluaran dan hasil sesuai
dengan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) SKPD.
4) Optimalisasi Belanja Langsung. Belanja langsung diupayakan
dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan secara
efisien dan efektif. Belanja langsung disusun atas dasar
kebutuhan nyata masyarakat, sesuai strategi pembangunan
untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat
yang lebih baik. Optimalisasi pada belanja langsung dalam
rangka untuk pembangunan infrastruktur publik yang
memungkinkan dapat dikerjasamakan dengan pihak swasta.
5) Transparan dan Akuntabel. Setiap pengeluaran belanja
dipublikasikan dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dipublikasikan berarti pula masyarakat
mudah dan tidak mendapatkan hambatan dalam mengakses
informasi belanja. Pertanggungjawaban belanja tidak hanya dari
aspek administrasi keuangan, tapi menyangkut proses, keluaran
dan hasilnya.
Selain beberapa kebijakan tersebut, maka belanja daerah diharapkan
dapat lebih mendukung peningkatan nilai tambah terhadap
sektor-sektor ekonomi yang akan memberikan kontribusi yang lebih besar
Dalam rangka pencapaian pembangunan bidang Cipta Karya di
daerah, dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam
melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, Pemerintah
Kabupaten Buton Tengah telah menyusun strategi untuk
meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur
permukiman. Yang meliputi beberapa aspek antara lain:
1) Strategi peningkatan DDUB, meliputi:
Mengoptimalkan penggalian sumber-sumber pendapatan
daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.
Kerjasama dan Sinkronisasi antara Kabupaten Buton Tengah
dengan Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara dalam hal ini
Randal terkait dengan Program dan kegiatan secara
menyeluruh, untuk memberikan pembobotan dan penajaman
dalam dokumen RPIJM
Komitmen Kabupaten Buton Tengah Sharing pendanaan terhadap kegiatan yang dibiayai melalui APBN
2) Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi
penggunaan anggaran, meliputi:
Mengoptimalkan penggalian sumber-sumber pendapatan
daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.
Meningkatkan kualitas SDM petugas Dinas Pendapatan
Daerah.
Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait serta rapat
evaluasi penerimaan setiap tiga bulan.
Melengkapi sarana dan prasarana penunjang operasional. Meningkatkan pengawasan internal khususnya para petugas
di lapangan dan eksternal, yaitu para wajib pajak dan
retribusi yang tidak mematuhi PERDA.
Memperbaharui Perda-perda yang tidak sesuai dengan
perkembangan
3) Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah,
meliputi:
Meningkatkan kualitas SDM
Memperbaiki Manajemen Perusahaan daerah Secara Keseluruhan
Melakukan Pengawasan terhadap Kinerja Pengelola
Keuangan Perusahaan daerah
4) Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam
pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya
Melibatkan masyarakat dan dunia usaha dalam proses
perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya
Sosialisasi kepada masyarakat dan dunia usaha terhadap
kegiatan bidang Cipta Karya
Perlunya ada Lembaga atau Organisasi yang dapat
mengorganisasi dana CSR maupun Dana Swadaya
Masyarakat.
5) Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi
infrastruktur permukiman yang sudah ada
Membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai
badan pengelola terhadap infrastruktur permukiman yang
terbangun
Perlu adanya Regulasi atau PERDA yang mengatur tentang
biaya Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi pasca
pembangunan infrastruktur.
6) Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.
Membangun Kemitraan dengan Kab/Kota yang berdekatan Menyiapkan Regulasi yang jelas
Koordinasi antara Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kab/Kota Menyiapkan Dokumen Perencanaan terkait dengan