Modul ke: Fakultas Program Studi
PERENCANAAN &
PERAMALAN
KEUANGAN
MEILIYAH ARIANI, SE., M.Ak
FEB
Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id
Laporan Keuangan Pro Forma
(Proyeksi)
•
Laporan keuangan yang meramalkan posisi
keuangan perusahaan dan kinerjanya selama
periode tahun tertentu
Digunakan untuk :
•
Menilai apakah kinerja perusahaan sesuai
dengan target umum perusahaan itu sendiri
dan harapan investor
•
Mengestimasi dampak dari
perubahan-perubahan operasi
•
Mengantisipasi kebutuhan pendanaan
perusahaan di masa depan
•
Menentukan rencana yang memaksimalkan
nilai pemegang saham
Cont’d
•
Rencana Strategis
misi, lini bisnis & geografis, tujuan,
strategi
•
Rencana Operasi
pedoman implementasi dari rencana
strategis
Rencana Keuangan
Langkah perencanaan keuangan:
1. memproyeksikan laporan keuangan,
dan menganalisis dampak rencana
operasi terhadap proyeksi laba dan
rasio keuangan
2. Menentukan dana yang dibutuhkan
3. meramalkan ketersediaan dana
Model Perencanaan Keuangan Terkomputerisasi
Keunggulan utama:
•
Lebih cepat
Ramalan Penjualan
¾
Dalam unit / dolar
¾
Berdasarkan tren penjualan terkini
serta ramalan prospek
Ramalan Penjualan
Faktor yang perlu dipertimbangkan (contoh: Allied Food Products)
1. Proyeksi divisional berdasar pertumbuhan historis 2. Tingkat aktivitas ekonomi setiap wilayah pemasaran 3. Kemungkinan pangsa pasar
4. Fluktuasi kurs, perjanjian dagang, kebijakan pemerintah 5. Inflasi
6. Biaya pemasaran 7. Ramalan tiap divisi
Peramalan Laporan Keuangan:
Metode Presentase Penjualan
• Dimulai dengan ramalan penjualan, dinyatakan sebagai tingkat pertumbuhan tahunan dalam dolar pendapatan penjualan.
• Contoh:
Allied Food Products
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tingkat pertumbuhan penjualan 10% 10% 10% 10% 9% 8% 7% 7%
Langkah –langkah Ramalan
Laporan Keuangan
Yg dilakukan
:Ramal laporan laba rugi tahun
depan.
Tujuan
: Untuk
estimasi laba
dan
tambahan
laba ditahan
.
Key success
: Asumsi peramal lap.Keu,
logika/aturan lap.Keu, dan data
historis
Model Sederhana dari Perencanaan Keuangan
Penjualan Rp 1.000 Aset Rp 500 Hutang Rp 250 Biaya Rp 800 Modal Sendiri Rp 250 Laba bersih Rp 200 Total Rp 500 Total Rp 500
Neraca Laporan Rugi Laba
Perencanaan keuangan PT.Campur berasumsi
bahwa semua variabel terikat pada penjualan dan
hubungan yang sekarang adalah optimal. Artinya
semua item akan berkembang dengan persentase
yang sama dengan penjualan. Misalkan penjualan
meningkat 20 persen dari Rp.1000 menjadi
Rp.1200. Perencana juga akan meramalkan
bahwa terdapat peningkatan biaya sebesar 20
persen, dari Rp. 800 menjadi Rp.800X1,2=Rp.960.
Laporan Pro forma akan menjadi:
Pro Forma
Laporan laba Rugi
Penjualan Rp 1.200 Biaya Rp 960 Laba bersih Rp 240
Laporan Rugi Laba
Asumsi bahwa seluruh variabel akan meningkat sebesar 20
persen, membuat kita juga dapat membuat neraca pro forma.
Pro Forma Neraca
Aset Rp 600 + Rp 100 Hutang Rp 300 + Rp 50 Modal Sendiri Rp 300 + Rp 50 Total Rp 600 + Rp 100 Total Rp 600 + Rp 100
Model Sederhana dari Perencanaan Keuangan
Sekarang kita harus merekonsiliasi kedua pro forma. Contohnya
dapatkah Laba bersih sama dengan Rp.240 dan Modal Sendiri
meningkat
hanya
Rp.50?
Jawabannya
adalah
bahwa
PT.Campur
harus
membayar
perbedaan
sebesar
Rp.240-Rp.50=Rp.190,kemungkinan sebagai dividen. Dalam kasus ini
dividen adalah
plug variable
.
Misalkan PT.Campur tidak membayar Rp.190 tersebut. Dalam
kasus ini, tambahan ke Laba ditahan adalah sejumlah Rp.240.
Pos Modal Sendiri
PT.Campur akan bertambah menjadi
Rp.490(Rp.250 sebagai
starting income
+Rp.240 sebagai
net
income
), dan hutang harus dilunasi untuk menjaga jumlah asset
tetap Rp.600.
Dengan Rp.600 di total Aset and Rp.490 di
Modal
Sendiri,
maka
Hutang
harus
Rp.600-Rp.490=Rp.190.
Karena
saldo
awal
Hutang
adalah
Rp.250, maka PT.Campur harus melunasi hutang sebesar
Rp.250-Rp.110=Rp.140. Maka neraca pro forma akan
menjadi:
.
Pro Forma Neraca
Aset Rp 600 + Rp 100 Hutang Rp 110 - Rp 140 Modal Sendiri Rp 490 + Rp 240 Total Rp 600 + Rp 100 Total Rp 600 + Rp 100
Neraca
Dalam kasus ini, Hutang adalah
plug variable
yang
digunakan untuk menyeimbangkan proyeksi total aset dan
Kewajiban. Contoh ini menunjukkan interaksi diantara
pertumbuhan penjualan dan kebijakan keuangan. Ketika
penjualan meningkat, total aset juga meningkat. Hal ini
terjadi karena perusahaan harus berinvestasi pada modal
kerja bersih (net working capital) dan Aset tetap (fixed
asset) untuk mendukung tingkat penjualan yang lebih
tinggi. Karena Aset berkembang, total Modal Sendiri dan
Kewajiban (Hutang) juga akan berkembang.
Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of
PenjualanApproach
)
Laporan Laba Rugi (The Income Statement)
PT.HaLe telah memproyeksikan 25% peningkatan dalam
Penjualan untuk tahun yang akan datang, jadi mengantisipasi
penjualan sejumlah Rp.1000 x 1.25 = Rp.1250. Untuk
menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi ini, pro forma laoran Rugi Laba
PT.HaLe ditampilkan pada tabel berikutnya. Konsekwensi dari
mengasumsikan bahwa biaya itu memiliki persentase yang konstan dengan Penjualan adalah profit margin itu akan konstan. Untuk memeriksanya,profit marginnya Rp.132/1000 = 13.2%. Di pro forma milik PT.HaLe, profit marginnya Rp.165/1250 = 13.2%, jadi itu tidak berubah. Selanjutnya, kita butuh memproyeksikan pembayaran dividen. Jumlahnya tergantung pihak manajemen PT.HaLe. Kita akan mengasumsikan PT.HaLe memiliki kebijakan untuk membayar dividen secara tunai
.
PT. Hale
Laporan Laba Rugi
Penjualan Rp 1,000
Biaya-biaya Rp 800
Laba Kena Pajak Rp 200 Pajak (34%) Rp 68
Laba Bersih Rp 132
Dividen Rp 44 Tambahan Laba Ditahan Rp 88
PT. Hale
Laporan Laba Rugi Pro Forma
Penjualan Rp 1,250
Biaya-biaya Rp 1,000
Laba Kena Pajak Rp 250 Pajak (34%) Rp 85
Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of
PenjualanApproach)
Untuk sebagian besar dari tahun sekarang, dividend payout ratio adalah : Dividend payout ratio = Cash Dividens/Net Income
= Rp.44/132 = 33 1/3%
Kita juga dapat menghitung ratio dari tambahan laba ditahan terhadap laba bersih :
Tambahan Laba ditahan/Laba ditahan = Rp.88/132 = 66 2/3%
Ratio ini biasa disebut dengan retention ratio atau plowback ratio, dan itu sama dengan 1 dikurangi dengan dividend payout ratio, karena sisa yang tidak dibayarkan menjadi laba yang ditahan. Dengan asumsi bahwa payout ratio konstan, berikut ini adalah proyeksi dividen dan tambahan pada Laba yang ditahan:
Proyeksi dividen untuk pemegang saham= Rp.165X1/3 = Rp. 55 Proyeksi tambahan Laba yang ditahan =Rp.165X2/3 =Rp.110
Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of
PenjualanApproach)
Untuk menghasilkan pro forma Neraca, dimulai dengan statements yang paling baru. Dalam neracadi asumsikan bahwa beberapa pos atau akunnya dapat mempengaruhi penjualan dan juga ada yang tidak. Untuk pos atau akun yang memliki hubungan dengan penjualan, dinyatakan persentase penjualan pada tahun yang baru saja telah selesai.Ketika sebuah pos tersebut tidak mempengaruhi penjualan secara langsung, dituliskan “n/a” (not applicable).
PT. Hale Prosentase Prosentase
Neraca Terhadap Terhadap Rp (Juta) Penjualan Rp (Juta) Penjualan
Aset Lancar Kewajiban lancar
Kas Rp 160 16% Utang Dagang Rp 300 30%
Piutang Dagang Rp 440 44% Wesel Bayar Rp 100 n/a Persediaan Rp 600 60% Total Rp 400 n/a Total Rp 1,200 120% Jangka Panjang Rp 800 n/a Asset Tetap Ekuitas Pemegang Saham
Pabrik dan Peralatan Bersih Rp 1,800 180% Saham biasa dan modal disetor Rp 800 n/a Saldo Laba ditahan Rp 1,000 n/a
Total Rp 1,800 n/a
Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of Penjualan
Approach)
• Untuk contoh, pada bagian aset, maka persediaan sama dengan 60% dari Penjualan(Rp.600/1000) untuk akhir tahun. Kita asumsikan persentase diaplikasikan untuk tahun yang akan datang, jadi setiap peningkatan Rp.1,-dalam penjualan, persaediaan akan naik sebesar Rp..60. Ratio dari total assets kepada penjualan untuk akhir tahun adalah Rp.3000/1000 = 3, atau 300%.
• Ratio dari total assets kepada penjualan itu disebut sebagai capital intensity ratio.Itu memberitahukan bahwa jumlah asset yang dibutuhkan untuk menghasilkan Rp.1 pada penjualan. Jadi semakin tinggi ratio nya, semakin tinggi capital intensity dalam suatu perusahaan.
• Selanjutnya disusunlah neraca pro forma untuk PT.HaLe. Lakukan dengan menggunakan persentase-persentase yang dihitung guna menghitung jumlah yang diproyeksikan. Perlu diperhatikan, untuk pos-pos yang tidak bergerak langsung mengikuti penjualan, sumsi awalnya tidak ada perubahan dan hanya menulis saldo aslinya. Dari neraca diatas bahwa aset diproyeksikan naik sebesar Rp.750. Tetapi tanpa pendanaan tambahan, kewajiban dan ekuitas (modal sendiri) hanya mengalami kenaikan Rp.185 sehingga terjadi kekurangan sebesar Rp.750-185= Rp 565. Ini disebut kebutuhan pendanaan eksternal (EFN= External Financing Needed)
Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of
PenjualanApproach)
PT. Hale Perubahan Perubahan
Neraca Proforma Terhadap Terhadap Rp (Juta) Sebelumnya Rp (Juta) Sebelumnya
Aset Lancar Kewajiban lancar
Kas Rp 200 Rp 40 Utang Dagang Rp 375 Rp 75
Piutang Dagang Rp 550 Rp 110 Wesel Bayar Rp 100 Rp
-Persediaan Rp 750 Rp 150 Total Rp 475 Rp 75
Total Rp 1,500 Rp 300 Jangka Panjang Rp 800 Rp
-Asset Tetap Ekuitas Pemegang Saham
Pabrik dan Peralatan Bersih Rp 2,250 Rp 450 Saham biasa dan modal disetor Rp 800 Rp
-Saldo Laba ditahan Rp 1,110 n/a
Total Rp 1,910 n/a
Total Aset Rp 3,750 Rp 750 Total kewajiban dan modal Rp 3,185 n/a
SKENARIO KHUSUS (A PARTICULAR SCENARIO)
• Model prencanaan finansial ini mengingatkan pada humor tentang berita bagus danberita buruk. Berita bagusnya, Perusahaan ternyata mampu memproyeksikan kenaikan penjualan 25%. Berita buruknya adalah hal itu tidak mungkin terjadi kecuali PT.HaLe entah dengan cara bagaimana harus mencari pembiayaan sebesar Rp.565.
• Selain itu, hal ini merupakan contoh yang bagus bagaimana proses perencanaan dapat menyelesaikan masalah dan potensi konflik. Mengapa ? kalau kita lihat pada PT.HaLe, misalkan perusahaan ini punya tujuan tidak mau meminjam sedikitpun untuk dana tambahan dan tidak mau menjual ekuitas baru, maka kenaikan 25% mungkin tidak bisa dilakukan. Bila kita menambahkan Rp.565 sebagai pendanaan yang baru maka PT.HaLe mempunyai 3 sumber yang memungkinkan : Pinjaman jangka pendek, Pinjaman jangka panjang, dan Ekuitas baru. Jadi, ini tergantung dari keputusan manajemen
• Misalnya PT.HaLe memutuskan untuk meminjam dana yang butuhkan, dalam kasus ini perusahaan dapat memilih untuk meminjam sebagian pinjaman jangka panjang dan sebagian lagi pinjaman jangka pendek. Contohnya, aset lancar (current asset ) bertambah Rp.300 dimana current kewajiban (liabilities) hanya bertambah Rp.75. PT.HaLe juga dapat meminjam Rp.300-Rp.75=Rp.225 sebagai pinjaman jangka pendek. Dengan Rp.565 yang dibutuhkan maka sisa Rp.565-Rp.225= Rp.340 bisa didapatkan dengan pinjaman jangka panjang. Tabel menunjukan pro forma neraca PT.HaLe.
PT. Hale
Perubahan
Perubahan
Neraca Proforma
Terhadap
Terhadap
Rp (Juta) Sebelumnya
Rp (Juta) Sebelumnya
Aset Lancar
Kewajiban lancar
Kas
Rp
200
Rp
40
Utang Dagang
Rp
375
Rp
75
Piutang Dagang
Rp
550
Rp
110
Wesel Bayar
Rp
325
Rp
225
Persediaan
Rp
750
Rp
150
Total
Rp
700
Rp
300
Total
Rp
1,500
Rp
300
Jangka Panjang
Rp
1,140
Rp
340
Asset Tetap
Ekuitas Pemegang Saham
Pabrik dan Peralatan Bersih
Rp
2,250
Rp
450
Saham biasa dan modal disetor
Rp
800
Rp
-Saldo Laba ditahan
Rp
1,110
Rp
110
Total
Rp
1,910
Rp
110
Total Aset
Rp
3,750
Rp
750
Total kewajiban dan modal
Rp
3,750
Rp
750
Kebutuhan pendanaan eksternal
Rp
-• Kebutuhan pendanaan eksternal dan pertumbuhan berhubungan.Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan atau assets, maka semakin besar pula pendanaan eksternal yang dibutuhkan. Bila pada bagian sebelumnya kita tinggal menentukan pendanaan eksternalnya saja, maka pada bagian ini kita akan mencari tahu hubungan antar kebijakan finansial dan
kemampuan perusahaan untuk mendanai investasi baru dan pertumbuhannya.
EFN dan Pertumbuhan (EFN and Growth)
• Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengadakan hubungan antara EFN dan Growth. Untuk melakukannya kita akan menunjukan income statement singkat dan neraca dari PT,HaLe
Pendanaan dan Pertumbuhan Eksterna (External Financing and
Growth)
PT. Hale Prosentase Prosentase
Neraca Terhadap Terhadap
Rp (Juta) Penjualan Rp (Juta) Penjualan
AsetKas Rp 200 40% TotalHutang Rp 250 n/a
Asset Tetap Rp 300 60% Ekuitas Pemegang Saham Rp 250 n/a
Total Aset Rp 500 100% Total kewajiban dan modal Rp 500 n/a
PT. Hale
Laporan Laba Rugi
Penjualan Rp 500
Biaya-biaya Rp 400
Laba Kena Pajak Rp 100
Pajak (34%) Rp 34
Laba Bersih Rp 66
Dividen Rp 22
• PT.HaLe memperkirakan level penjualan tahun depan sebesar Rp. 600, meningkat Rp. 100. Diketahui bahwa persentase kenaikan penjualan sebesar 20% maka pada tabel di bawah ini mengilustrasikan dengan tingkat pertumbuhan 20%, PT.HaLe membutuhkan penambahan Rp.100 pada asset baru (dianggap kapasitas penuh). Proyeksi penambahan pada laba yang ditahan adalah Rp. 52.8, maka EFN nya adalah Rp.100 - 52.8 = Rp.47.2
Pendanaan dan Pertumbuhan Eksternal (External Financing and
Growth)
PT. Hale
Laporan Laba Rugi Proforma
Penjualan Rp 600,00
Biaya-biaya Rp 480,00
Laba Kena Pajak Rp 120,00
Pajak (34%) Rp 40,80
Laba Bersih Rp 79,20
Dividen Rp 26,40
PT. Hale Prosentase Prosentase
Neraca Pro forma Terhadap Terhadap
Rp (Juta) Penjualan Rp (Juta) Penjualan Ase Kas Rp 240,00 40% TotalHutang Rp 250,00 n/a Asset Tetap Rp 360,00 60% Ekuitas Pemegang Saham Rp 302,80 n/a Total Aset Rp 600,00 100% Total kewajiban dan modal Rp 552,80 n/a
•
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, sudah dinyatakan bahwa ada
sebuah hubungan langsung antara pertumbuhan dan pembiayaan
eksternal. Dalam bagian ini, dua tingkat pertumbuhan yang
khususnya yang berguna dalam perencanaan jarak jauh.
•
Tingkat pertumbuhan internal
, Tingkat Pertumbuhan pertama
adalah pertumbuhan maksimum yang dapatdiraih dengan tidak ada
pembiayaan eksternal apapun. disebut
tingkat pertumbuhan
internal
karena
ini
adalah
tingkat
perusahaan
dapat
mempertahankan dengan mengandalkan pembiayaan internal.
Peningkatan penambahan aset yang diperlukan dalam aset adalah
persis sama dengan penambahan untuk dipertahankan penghasilan,
dan
kebutuhan pertumbuhan external
( external financing needed)
adalah nol.
• Hal ini terjadi ketika pertumbuhan angka ini sedikit kurang dari 10 persen. dengan sedikit perhitungan matematis, maka dapat didefinisikan tingkat pertumbuhan ini t =
Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate) = (ROA x b)/1-ROA x b di sini, ROA adalah laba atas aset (Return on Aset), dan b adalah ratio retensi,
rasio yang melihat dana ditanamkan kembali ke perusahaan.
Untuk perusahaan PT.HaLe laba bersihnya sebesar Rp. 66 and total asetnya adalah Rp.500, Sehingga ROA adalah Rp.66/Rp.500= 13.2%. Dari Laba bersih sebesar Rp.66, Rp.44 adalah bagian laba yang ditanamkan kembali ke perusahaan, jadi plowback ratio adalah Rp.44/Rp.66= 2/3. Dengan hasil ini, dapat menghitung Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate):
Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate): (ROA x b)/ 1- ROA x b 0.132x(2/3)/ 1- .132x (2/3) = 9.65 %
Dengan demikian, perusahaan PT.HaLe dapat memperluas atau ekspansi di tingkat maximun 9.65 % per tahun tanpa pengeluaran pembiayaan external.