• Tidak ada hasil yang ditemukan

No 3 Thn 2020 Klasifikasi & Perizinan RS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "No 3 Thn 2020 Klasifikasi & Perizinan RS"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Disampaikan pada Diskusi Webinar Div. Manajemen RS PKMK FK-KMK UGM

Kamis, 6 Februari 2020

FK-KMK UGM

Dalam PERSPEKTIF PENGELOLA

RUMAH SAKIT

Permenkes

No 3 Thn 2020

Klasifikasi & Perizinan RS

(2)

Dr. dr.

Beni Satria

, M.Kes, S.H., M.H.Kes

Hp : 0811 61 3393 | email : benisatria@gmail.com

Medan, 30 Oktober 1980

1. FounderAchilles Health Law Indonesia (AHLI)

2. Direktur Utama PT. RMH (Regina Maris Hospital) | 2018 - Skrg 3. DirekturRSU Sarah | 2015 – 2019

4. Kepala Pelayanan Medis RS Sarah | 2014 – 2015

5. Kepala Bag.Legal & Umum RS Khusus Mata SMEC | 2013 – 2014

Praktisi

1. Sekretaris Prodi Magister Hukum Pascasarjana UNPAB | 2016 – Skrg 2. Dosen Pascasarjana Magister Hukum UNPAB | 2016 – Skrg

3. Dosen Pascasarjana Institut Kesehatan Helvetia | 2019 – Skrg 4. Dosen Pascasarjana Magister Hukum NTU Academy | 2019 – Skrg

Akademisi

1. TKMKB BPJS Kesehatan Prov. SUMUT | 2014 – Skrg

2. Konsultan dan Pengurus IKKESINDO SUMUT | 2018 – Skrg 3. Sekretaris PERSI SUMUT | 2018 – Skrg

4. Sekretaris MKEK IDI SUMUT | 2016 – Skrg

5. Ketua DPP MHKI Bid.Kajian Hukum Perumahsakitan | 2018 – Skrg 6. Pengurus Asosiasi Dosen Hukum Kesehatan Indonesi (ADHKI) 7. Pengurus ARSSI SUMUT – MHKI SUMUT – PDKI SUMUT

Organisasi

(3)

Materi

Yang Baru dari Permenkes 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

Pendahuluan

01

Hilangnya”KASTANISASI” Rumah Sakit

PMK No 3/2020 & Perspektif Pengelola

03

Problematika dan Dinamika tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

Problematika dan Dinamika

02

Keunggulan setiap Negara – Bangsa di Seluruh Dunia Hari ini dan di Masa depan ditentukan dari fakta apakah ia mampu Mengembangkan dan akhirnya memiliki Kebijakan Publik yang Unggul (Rian N, 2009)

Diskusi

(4)

Problematika

&

Dinamika

Perlu dikembangkan rujukan parsial berupa pemeriksaan spesimen dan jejaring konsultasi kasus ke FKRTL yang memiliki kompetensi. Rujukan Parsial

dalam memberikan data costing untuk perhitungan tarif INA CBG masih sangat kurang

Partisipasi Pengelola RS

Peran belum maksimal untuk melaksanakan clinical governance dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya dan melaksanakan arahan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) serta Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Komite Medis & Komite Etik

Program rujukan berjenjang belum bisa diterapkan di seluruh Indonesia secara serentak, karena distribusi Faskes dan Nakes berdasar kompetensinya sesuai jejaring rujukan berjenjang belum ideal.

Rujukan Berjenjang sudah 3 tahun tidak pernah naik, tidak sesuai

ketentuan harus ditinjau setiap 2 tahun Tarif INACBG’s

belum bisa mengakomodir semua sumber daya yang dipergunakan oleh dokter dan RS dalam memberikan pelayanan Grouping INACBG’s

ketersediaan dan distribusinya sering terhambat. Bahan Baku Masih Import Obat dan ALKES

Menghargai hak pasien untuk menentukan faskes pilihannya, sepanjang sesuai dengan kebutuhan medisnya. Ada penerapan urun biaya bagi yang memilih langsung Rumah Sakit dengan kelas yang lebih tinggi dari yang ditetapkan sistem, atau yang berada di luar wilayahnya (prinsip portabilitas).

(5)

Dinamika Persaingan RS

02

03

04

Lokasi Rumah Sakit

Tidak lagi mempertimbangkan jarak antar Rumah Sakit

Andalan Bersaing

1. Kualitas Pelayanan 2. Biaya Perawatan

3. Tenaga Medis di dlam RS 4. Inovasi

Peta Persaingan

1. Perawatan Pasien R.Inap 2. Jasa Dokter

3. Jasa Apotek

4. Segmen Pasar yang dilayani

01

Perizinan

Mudahnya Perizinan Pendirian Rumah Sakit Swasta

(6)

Prospek Bisnis Rumah Sakit

PROSPEK

BISNIS

RUMAH SAKIT

Masih Banyak, diantaranya Singapura karena kebutuhan layanan dokter dan Rumah Sakit yang Prima

Masyarakat Berobat ke LN

Ke Indonesia sehingga Membutuhkan Rumah Sakit yang Memiliki Standar Yang Baik

Banyaknya TKA dan Turis Asing

Dengan Pertumbuhan Penduduk dan Peningkatan Taraf Hidup yang berkembang Pesat Perkembangan Wil Pemukiman Baru

Lebih Sederhana dan Mudah Perizinan

Pendirian Lebih Sederhana dan Mudah

Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Semakin Meningkat (GNP Naik), diperkirakan akan

(7)

Prospek Penyakit

Katastropik

Pada tahun

2014

jumlah kasus

7.339.017, sedangkan

tahun

2017

sudah mencapai

16.356.969

kasus. Dari data

yang ada, kasus penyakit jantung merupakan penyakit

Katastrofik yang paling tinggi, menempati urutan pertama,

dan terus menerus naik.

64,4

%

Jika pada tahun 2014 jumlah kasus penyakit

jantung

4.105.829 (55,9% dari total kasus

penyakit katastropik) pada tahun 2017 mencapai

10.536.985 kasus

(64,4%).

Pembiayaan penyakit Katastrofik, menurut data BPJS Kesehatan

menghabiskan biaya

18,44 Triliun Rupiah (2017), dan

16,94 Triliun

Rupiah (2016). Sedangkan tahun

2015,

menghabiskan biaya hampir

14,89 Triliun Rupiah. Setiap tahun jumlah kasus bertambah dan

pembiayaan juga bertambah besar. Disatu pihak BPJS mengalami

defisit akibat beban pembiayaan Penyakit Katastrofik dan dipihak lain

terjadi peningkatan yang luar biasa jumlah penyakit katastrofik yang

harus ditangani oleh RS.

(8)

Pertumbuhan

Rumah Sakit

Publik vs Private

RS di Indonesia terdiri dari rumah sakit publik dan rumah sakit privat dengan jumlah total 2,773. Pertumbuhan RS publik selama 6 tahun terakhir tidak sepesat pertumbuhan RS privat. Rata-rata pertumbuhan RS publik sebesar 0.4%, karena adanya penurunan jumlah RS Swasta non profit, sedangkanRS privat sebesar15.3%.

Jumlah RS swasta dibandingkan

RS pemerintah lebih banyak,

dengan rata-rata pertumbuhan

sebesar 7%. Sedangkan

pertumbuhan RS pemerintah hanya

sebesar 3%.

(9)
(10)

RS

berdasarkan

Kepemilikan

(11)

63 % Rumah Sakit Milik Swasta

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan

(Kemenkes) di Indonesia terdapat

2.813

rumah sakit

(RS) hingga akhir 2018. Jumlah

tersebut terdiri atas

2.269 RS Umum

dan

544

RS Khusus. Seperti diketahui, pihak swasta

memiliki

1.787 RS atau 63,5% dari total yang

ada di tanah air.

Adapun sebanyak 529 RS dimiliki Pemerintah

Daerah (Pemda) Kabupaten dan 141 dimiliki

Pemda Provinsi. Sementara jumlah RS yang

dimiliki pemerintah pusat hanya 33 unit, seperti

terlihat pada grafik.

Dengan jumlah penduduk mencapai 265 juta

jiwa,

pemerintah tidak mampu

memberikan

layanan kesehatan bagi masyarakat karena

terbatasnya anggaran. Untuk itu, dibutuhkan

pihak swasta untuk membangun fasilitas

kesehatan seperti rumah sakit.

(12)

J u m l a h

T e m p a t

T i d u r

Tempat

Tidur

Jumlah TT RS Pemerintah

memang lebih banyak dibanding

RS swasta, namun pertumbuhan

TT RS swasta lebih tinggi

sebesar rata-rata 10%,

dibandingkan TT RS Publik yang

rata-rata sebesar 4%.

(13)

Ketersediaan Dokter

Dalam rentangwaktu enam tahun, jumlah tenaga medis, yakni dokter di Indonesia telah mengalamipeningkatan. Menurut data Kementerian Kesehatan, pada2010

terdapat25.333 dokter umum, 8.403 dokter spesialis, dan8.731 dokter gigi. Sedangkan pada2015, jumlah tersebut meningkat menjadi 41.026 dokter umum, 47.894 dokter spesialis, dan11.686 dokter

gigi. Dalam rentang waktu tersebut, jumlah dokter spesialis mengalami peningkatan yang terbesar. Bahkan sejak 2014, dokter spesialis mendominasi jumlah dokter di tanah air. Meskipun ketersediaan dokter meningkat dan rasio dokter di Indonesia terpenuhi, tapitenaga dokter di Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan

kota-kota besar.

Dari seluruh ketersediaan dokter Pada2015 (100.561 dokterl), sebanyak53,98%

atau sekitar54.281 dokter berasal dari pulau Jawa. Sementara ketersediaan dokter terendah adalah di Maluku danPapua, yakni hanya2.439 dokter.Tantanganuntuk pemenuhanrasio ideal beban kerja doktertidak hanya berdasar kepada jumlah penduduk Indonesia yang terkonsentrasi di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Untuk wilayah Indonesia Timur kasusnya berbeda,

permasalahan terletak pada wilayah yang luas, medan sulit, dan penduduk terpencar. Tenaga ahli dokter juga cenderung memilih bekerja di daerah yang mampu memberi insentif besardan memilikisaranamemadai untuk menunjang profesi dokter, yakni di kota- kota besar.

(14)

Klasifikasi & Perizinan Rumah Sakit

Tentang Klasifikasi Rumah

Sakit PMK No 340 Tahun 2010

UU No 44

Tahun 2009

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit PMK NO 3 Tahun 2020 ttg Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit Klasifikasi RS Khusus Masih Menggunakan PMK No 340 Tahun 2010 Penundaan Pemberlakuan PMK No 30/2019 Tanggal 4 Nov 2019 SE No HK.02.02/Menkes/606/2019

Tentang Perizinan Rumah Sakit

PMK No 147 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit PMK No. 56 Tahun 2014

Ttg Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit PMK No 30 Tahun 2019 PMK No 3Tahun 2020 PENINGKATAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT 2010 2014 2019 2010 RS Khusus 2019

2020

(15)

KONSEP KLASIFIKASI RUMAH SAKIT PMK No. 3 TAHUN 2020

KEMAMPUAN PELAYANAN RUMAH

SAKIT

Tidak berdasarkan kemampuan pelayanan RS,

tetapi berdasarkan dari kompetensi tenaga

terutama tenaga medis yang dimiliki Rumah

Sakit

.

PELAYANAN RUMAH SAKIT

Pelayanan rumah sakit meliputi: Pelayanan

medik dan penunjang medik, pelayanan

keperawatan dan kebidanan, dan pelayanan

nonmedik.

1

2

3

4

DASAR KELAS RUMAH SAKIT

Jumlah tempat tidur

,

pelayanan, SDM, bangunan dan

prasarana, serta peralatan.

PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan

tertentu tidak dibatasi pada kelas

Rumah Sakit tertentu, tetapi dapat

dilakukan pada seluruh rumah sakit

(16)

PELAYANAN

KESEHATAN

RUMAH SAKIT

PELAYANAN RS

PELAYANAN

KESEHATAN

o Pelayanan medik dan penunjang medik o pelayanan keperawatan

dan kebidanan o pelayanan non medik

PELAYANAN MEDIK

DAN PENUNJANG

MEDIK

o Pelayanan medik umum o pelayanan medik spesialis

o pelayanan medik subspesialis

PELAYANAN

KEPERAWATAN DAN

KEBIDANAN

o Asuhan keperawatan generalis dan/atau spesialis

o asuhan kebidanan

PELAYANAN

NONMEDIS

o Pelayanan farmasi, o pelayanan laundri/binatu o pengolaham makanan/gizi o pemulasaran jenazah o pelayanan nonmedik lain

PENGELOMPOKAN NORMA

UNTUK PELAYANAN

Bukan

Pengelompokan

tenaga

P

E

L

A

Y

A

N

A

N

K

E

S

E

H

A

T

A

N

P

AR

IPU

R

N

A

(17)

JENIS

RUMAH

SAKIT

RUMAH SAKIT KHUSUS

1

2

3

Memberikan pelayanan utama

pada satu bidang atau satu

jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ, jenis

penyakit, atau kekhususan

lainnya

Dapat menyelenggarakan

pelayanan lain di luar

kekhususannya

Pelayanan rawat inap

dari seluruh

40%

tempat tidur

RUMAH SAKIT

UMUM

RUMAH SAKIT

KHUSUS

RUMAH SAKIT UMUM

RS yang memberikan

pelayanan kesehatan pada

semua bidang dan jenis

penyakit

(18)

RUMAH SAKIT KHUSUS

RUMAH SAKIT KHUSUS, terdiri atas

1

2

3

1. Ibu dan Anak

2. Mata

3. Gigi dan Mulut

4. Ginjal

5. Jiwa

6. Infeksi

7. THT – KL

8. Paru

9. Ketergantungan Obat

10.Bedah

11.Otak

12.Orthopaedi

13.Kanker

(19)

Kastanisasi

” Rumah Sakit

dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 30 Tahun 2019 –

SDM Tenaga Medis

KELAS D KELAS C KELAS A KELAS B

A

B

C

D

(20)

Runtuhnya

“Kastanisasi” dlm PMK No 3/2020

Min 250 TT Min 200 TT Min 100 TT Min 50 TT

A

B

C

D

Rumah

Sakit

Umum

TT Kelas 3

RSUD : 30 % RS Swasta : 20 %

TT > Kelas 1

Max 30 %

Intensive : 8 %

ICU : 5 % Lain : 3 %

(21)

Rumah

Sakit

Khusus

Min 100 TT

Min 75 TT

Min 25 TT

B

A

C

Pelayanan Lain

diluar Kekhususan

Max 40 % dari TT

(22)

Pelayanan Kesehatan di RS,

Paling Sedikit

Menurut Permenkes No 3 Tahun 2020

Secara Keseluruhan SDM Tenaga Medis‘bertanda’ (+/-)

Pelayanan Medik & Penunjang Medik

Medik Dasar (+/-) Dokter Umum (+/-) Dokter Gigi (+/-) Medik Umum Penyakit Dalam (+/-) Bedah (+/-) Anak (+/-) Obgyn (+/-) Medik Spesialis

Sub Spesialis Dasar (+/-) Sub Spesialis Lain (+/-)

Medik Sub Spesialis

01

Keperawatan’bertanda’ (+/-) sementara Kebidanan (+/-)

Pelayanan Keperawatan & Kebidanan

Asuhan Keperawatan Generalis Asuhan Keperawatan Spesilais Keperawatan (+) Asuhan Kebidanan Kebidanan (+/-)

02

Dalam UU No 44/2009, PMK No 30/2019, Pelayananfarmasi masuk dalam kelompok Pelayanan

Penunjang Medik.

Pelayanan Non Medik Farmasi (+) Laundry/Binatu (+) Makanan/Gizi (+)

03

Informasi & Komunikasi (+) Pemulasaran Jenazah (+) Non Medik Lain (+) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana dan Alat Kesehatan (+)

(23)

Sumber Daya

Manusia

SDM

Dokter

(+/-)

Dokter Gigi

(+/-)

Keperawatan

(+)

Kebidanan

(+/-)

Kefarmasian

(+)

Kesehatan

Masyarakat (+)

Dokter Spesialis

(+/-)

Dokter Gigi

Spesialis (+/-)

Psikologi

Klinis (+/-)

Gizi (+)

Ketrapian

Fisik (+)

Kesh. Lingk

(+)

Dokter

Subspesialis

(+/-)

Dokter Gigi

Subspesialis

(+/-)

Non Kesehatan

(+/-)

Teknik

Biomedika (+)

Keteknisian

Medik (+)

Kesehatan

Lain (+)

Dokter Spesialis dgn Kualifikasi Tambahan

diberi kewenangan

dapat memberikan

Pelayanan Medik Subspesialis tertentu dalam

hal

belum terdapat dokter

subspesialis

dasar dan dokter subspesialis lain untuk

melakukan pelayanan medik subspesialis

Jumlah dan Kualifikasi SDM

disesuaikan dengan

Hasil Analisis Beban

Kerja, Kebutuhan

dan

Kemampuan

(24)

PENINGKATAN KELAS RUMAH SAKIT

Peningkatan kelas Rumah

Sakit dilakukan dengan

pemenuhan Jumlah

tempat tidur, pelayanan

,

SDM

,

bangunan

dan

prasarana

,

peralatan

sesuai dengan klasifikasi

Rumah Sakit

hanya dapat dilakukan

terhadap Rumah Sakit

yang telah

terakreditasi

sesuai dengan ketentuan

peraturan

perundang-undangan

(25)

PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT INAP

TEMPAT TIDUR PERAWATAN INTENSIF

01

TEMPAT TIDUR PERAWATANpaling sedikit 30 %dari seluruh tempat tidur untuk

KELAS III

Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah

paling sedikit 20 %dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta

TEMPAT TIDUR PERAWATAN DI ATAS KELAS I

paling banyak 30%

(tiga puluh persen)

dari seluruh tempat tidur untuk Rumah

Sakit milik Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah, dan swasta

paling sedikit 8%

(delapan persen) dari

seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit baik

milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,

dan swasta

.

a.

Perawatan intensif untuk RS umum

5%

(lima persen) untuk ICU, dan 3% (tiga

persen) untuk pelayanan intensif lainnya

b.

Ketentuan paling sedikit 8% dikecualikan

untuk RS khusus mata dan RS Khusus

Gigi dan mulut

03

(26)

PENYELENGGARAAN

RS PENDIDIKAN (PP No. 93 Tahun 2015)

Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit

01

pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar Rumah Sakit pendidikan sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan

TKWNA (PMK No. 67/2013)

Rumah Sakit dapat mendayagunakan tenaga kesehatan dan tenaga nonkesehatan warga negara

02

Pengembangan pelayanan medik spesialistik dengan klinik utama PMA (KBLI 86109, 86202) yang didirikan di area RS dan terintegrasi dengan pelayanan RS

PMA (PERPRES No. 44 Tahun

2016

RS milik swasta (RS umum dan RS khusus kelas A dan B) dapat berupa RS PMA (KBLI 86103) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan RS PMA memiliki paling sedikit 200 tempat tidur atau berdasarkan kesepakatan/kerjasama internasional

(27)

PENYELENGGARAAN

Pimpinan Tidak boleh Merangkap Jabatan Manajerial di RS Lain. Pemilik RS Tidak boleh Merangkap sebagai Kepala atau Direktur RS. PIMPINAN DAN PEMILIK RUMAH SAKIT

Pemilik dapat Melakukan Kerjasama dengan Pihak Ketiga dalam Rangka Pengelolaan KERJASAMA

RS Milik Pemerintah Pusat dan PEMDA dpt menyelenggarakan UTD yg izinnya Melekat pada izin Operasional setelah memenuhi syarat UNIT TRANSFUSI DARAH

RS yang Memiliki Izin Operasional harus TEREGISTRASI di Kemenkes melalui Aplikasi Registrasi Online. RS Wajib

Terakreditas sesuai dengan Ketentuan perundang -undangan REGISTRASI dan AKREDITASI Setiap RS harus memiliki Peraturan Internal dan Organisasi yang Efektif, Efisien dan Akuntabel sesuai Ketentuan Peraturan Perundang - undangan. PERATURAN INTERNAL & ORGANISASI RS

(28)

Pimpinan

&

Pemilik Rumah Sakit

Tidak boleh Merangkap Jabatan Manajerial di

Rumah Sakit Lain

Pemilik Rumah Sakit Tidak Boleh Merangkap

menjadi Kepala / Direktur Rumah Sakit

Kepala/ Direktur dan Pimpinan Unsur pelayanan

Medik di Rumah Sakit harus Seorang Tenaga medis

yang Mempunyai Kemampuan dan keahlian di

bidang Perumahsakitan yang dapat diperoleh

melalui Pendidikan Formal, Pelatihan dan/atau

Pengalaman Bekerja

01

02

03

(29)

DILARANG

Menambahkan kata Internasional,

International, Kelas Dunia, world Class, Global, dan/atau yang disebut nama lainnya yang bermakna sama.

Menggunakan Nama Orang Yang Masih Hidup

DIPERBOLEHKAN

Disesuiakan dengan Kepemilikan, Jenis dan Kekhususannya.

Untuk Rumah Sakit Khusus harus mencantumkan Kekhususannya

Pemberian nama harus memperhatikan

Nilai dan Norma, Agama, Sosial Bidaya

dan Etika

PEMBERIAN NAMA

RUMAH SAKIT

(30)

01

RS TELAH

MEMILIKI IZIN

RS yang telah

memiliki izin

operasional

berdasarkan PMK

No. 56/2014, PMK

No. 26/2018, dan

PMK No. 30/2019

tetap berlaku

sampai habis

masa berlakunya

izin

02

RS PROSES

PENGAJUAN IZIN

RS yang sedang

dalam proses

pengajuan Izin

mendirikan dan/atau

izin operasional baru,

atau perpanjangan

izin operasional

berdasarkan PMK

No. 26/2018 dan

PMK No. 30/2019

tetap diberikan izin

sesuai dengan PMK

No. 26/2018 dan

PMK No. 30/2019

03

PENYESUAIAN

KETENTUAN

• RS yang telah memiliki izin berdasarkan PMK No. 56/2014, PMK No. 26/2018, dan PMK No. 30/2019 harus menyesuaikan dengan ketentuan PMK ini 1 tahun sejak PMK No. 3/2020 diundangkan.

• Ketentuan harus menyesuaikan dengan ketentuan PMK ini 1 tahun, tidak berlaku bagi RS yang sudah memiliki izin operasioal tetapi bangunan tidak saling terhubung

04

REVIU KELAS

• Reviu kelas RS yang telah memiliki izin berdasarkan PMK No. 56/2014, PMK No. 26/2018, dilakukan dengan menggunakan klasifikasi yang ada pada PMK No. 56/2014 dan PMK No. 340/Menkes/Per/III/2010 • Reviu kelas RS yang telah

memiliki izin berdasarkan PMK No. 30/2019,

dilakukan dengan

menggunakan klasifikasi yang ada pada PMK No. 30/2019

• Reviu kelas dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan PMK No. 56/2014, PMK No. 340/Menkes/Per/III/2010 dan PMK No. 30/2019 hanya untuk 1 tahun sejak PMK ini diundangkan

K

E

T

E

N

T

U

A

N

P

E

R

A

L

IH

A

N

(31)

HARMONISASI PENGATURAN LAIN TERHADAP PELAKSANAAN

PERMENKES NO. 3 TAHUN 2020

01

SISTEM RUJUKAN PELAYANN KESEHATAN

PMK No. 001 Tahun

2012

02

IZIN PRAKTIK TENAGA

KESEHATAN TU.

DOKTER

PMK No. 2052

/Menkes/Per/I/2011, dan

PMK Izin Nakes lain

03

PELAYANAN

PROGRAM JKN

Diantaranya: PMK No.

52 TAHUN 2016,

KMK No. 373 Tahun

2019 tentang Reviu

Kelas RS, dan

peraturan lain yang

terkait dengan

program JKN

PELAYANAN

KESEHATAN TERTENTU

Diantaranya : PMK No.

812/Menkes/Per/VII/2010 tentang

Dialisis, PMK No.

780/Menkes/Per/VIII/2008

tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Radiologi, KMK No.

1778/Menkes/SK/XII/2008

tentang Pedoman

Penyelenggaraan ICU Rumah

sakit

(32)

PMK Nomor 3 Tahun 2020

PEMBERLAKUAN

Amanah UU No 44 Tahun 2009

PMK No 3 Tahun 2020 Mencabut PMK No

30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit.

Berlaku Sejak tanggal 16 Januari 2020

(

diundangkan

)

PMK No 3 Tahun 2020 Melaksanakan

ketentuan lebih lanjut mengenai

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

yang ada dalam Pasal; 24 ayat (4) dan

Pasal 28 UU Nomor 44 Tahun 2009

(33)

Perspektif Pengelola

HOSPITAL ORIENTED

DOKTER ORIENTED

PERLINDUNGAN HUKUM bagi RS & PEKERJA

1

2

3

4

Rumah Sakit dgn Karakteristik dan Organisasi yang KOMPLEKS sangat membutuhkan KEPASTIAN dan PERLINDUNGAN HUKUM dalam Rangka Meningkatkan Pengelolaannya.

- Selama ini berdasarkan Kelas RS - Rujukan Berjenjang?

- Penanganan Sengketa Klaim? Tim Fraud?

Rujukan Berjenjang & Tarif INACBG’s

Pelayanan Rumah Sakit, Prasarana dan Sarana yang dimiliki, Kenyamanan, Parkir yang Luas, Petugas yang Ramah, Administrasi yang Cepat, Waktu Tunggu, Bersih, Indah, danGreen, Sesuai Syariah??

Pertambahan Penduduk dan Kelas Menengah

Masyarakat Bebas Memilih Dokter? Perilaku Dokter Shopping? Dokter lebih Memilih bekerja di Perkotaan? Dengan Sarana Prasarana yang Memadai? Sistem Salary yang Memuaskan?

DOKTER ORIENTED

(34)

Perilaku

Dokter Shoping (?)

Magic Bullet

Anggapan pasien bahwa obat atau tindakan medis dapat menyembuhkan secara

seketika (magic bullet), yg mengharapkan sembuh dalam hitungan menit setelah minum obat

Phisician Related Factors 1. Berhubungan dengan Dokter 2. Jam Praktek Dokter yg Tidak bisa diikuti Pasien 3. Lokasi tempat Praktik Dokter 4. Waktu Tunggu Yang lama 5. Terbatasnya Waktu Komunikasi Dokter dan Pasien

Prevalensi Hongkong (53 %) INDONESIA (…?)

Patient Related Factors

1. Psikologis Pasien, mis: kebiasaan yang menetap

2. Kurangnya Pemahaman dari diagnosis yang disampaikan maupun rencana perawatannya

3. Tidak ada Perbaikan dari kesembuhan Penyakitnya 4. Pasien tidak percaya terhadap diagnosis dan rencana

perawatan dokter

Pengobatan/Perawatan Kurang Optimal sering kali merasa bahwa dia tidak pernah memperoleh perawatan yang optimal, akibat berpindah dari satu dokter ke dokter lain dalam periode singkat, mereka tidak

mendapat pengobatan total dari tiap dokter yang dikunjunginya.

(35)

What to do

S

W

O

T

STRENGTHS WEAKNESS OPPORTUNITIES THREATS

SWOT

Identifikasi Segmen Pasar

Masyarakat yang terdapat dalam Radius Pelayanan.

Tentukan Target Segmen

Menentukan Target Segmen yang Menjadi focus Pelayanan

Posisioning Jelas

Menentukan Posisioning yang Jelas sehingga Masyarakat Mengetahui Bagaimana

Pelayanan yang dapat diberikan

Prog. Pemasaran Inovatif

Saat ini Rumah Sakit memiliki Persaingan Bisnis yang ketat sehingga diperlukan Program Pemasaran yang Mampu

Mendatangkan Pelanggan/Pasien bagi Rumah Sakit tersebut

(36)

Kunci Persaingan Bisnis RS

Kualitas Pelayanan

Tenaga Perawat

04

Kemudahan untuk Pengurusan

Adminsitrasi

05

Segmen Pasar yang Dilayani

08

Kualitas dan Kuantitas

Dokter Yang Melayani

01

Lokasi Rumah Sakit

03

Pengenalan Nama Rumah Sakit

04

02

Kualitas Peralatan dan

Teknologi Yang ditawarkan

Harga atau Biaya Perawatan

yang ditawarkan

05

06

(37)

Selama ini RS Kelas A adalah termasuk RS dengan Kasta TERTINGGI sehingga‘merendahkan’ RS Kelas C/D karena; kurangnya SDM Medis baik umum, spesialis, subspesialis, sarana dan prasarana lain..

Hilangnya”KASTANISASI” Rumah Sakit

KekhawatiranPengelola RS yang selama ini“sulit” mencari dokter dan beberapa dokter“jual mahal” karena merasa sangat dibutuhkan, telahhilangdan telah

memberikan kepastian dalam hal perpanjangan ijin dan operasional, karena SDM Medis diberi pilihan : ( +/- ) Hilangnya Rasa Khawatir

boleh bernafas lega karena dapat berpraktik di RS Kelas C/D yang mungkin lebih dekat dengan tempat tinggalnya atau milik sendiri, karena dlm PMK No 56/2014 dan PMK No 30/2019 sebelumnya telah dibatasi/dilarang bagi spesialis/subspesialis/konsultan hanya diizinkan praktik di RS Kelas A dan B. Masyarakat akan terlayani dan Hak Pasien terpenuhi

Dokter Spesialis & Subspesialis

(38)

Terima Kasih

Keunggulan setiap negara

– bangsa diseluruh Dunia hari ini dan

dimasa depan ditentukan dari fakta apakah ia mampu Mengembangkan

dan akhirnya memiliki Kebijakan Publik yang Unggul

(Rian N, 2009)

Referensi

Dokumen terkait

*Beban asuransi berasal dari biaya Asuransi Dibayar Dimuka yang dibayarkan pada tanggal 1 Januari 2005 untuk periode 1 Januari-31 Dersember 2005.. ** Beban sewa berasal dari

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, makalah ini tidak akan membahas pengaruh ukuran partikel AP atau penambahan Al pada kinerja keseluruhan propelan seperti

Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi NTB yang diperoleh dari hasil bagi antara indeks yang diterima petani dengan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur modal, tingkat suku bunga, dan kebijakan dividen

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan

Pada bulan Januari – Februari, ada kategori yang mengalami peningkatan jumlah pangaduan, yaitu Network Incident dan Spam Komplain.. Jumlah Network Incident pada bulan Januari

Bapak Prof Dr Santoso,dr.,MS.,Sp OK selaku Dosen Pembimbing I Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

Perlindungan keselamatan dan kesehatan terhadap tenaga kerja diatur dalam Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan disebutkan bahwa setiap