• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan. 1 Belajar itu. mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan. 1 Belajar itu. mendengarkan, meniru dan lain sebagainya."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

14 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan.1 Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.2

Belajar dilakukan secara formal maupun informal. Dalam pembelajaran itu akan diperoleh hasil belajar. Setelah pembelajaran berlangsung, diharapkan terjadi perubahan tingkah laku baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik dinamakan hasil belajar.

Nawawi dalam Ahmad Susanto menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.3

Hamalik berpendapat, hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari yang tidak tahu menjadi

1

Ramayulis, Ilmu Penddidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 334

2

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h. 20

3

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 5

(2)

tahu, dan dari yang tidak tahu menjadi mengerti.4 Sedangkan menurut Suprijono, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.5

Pendapat lain juga mengatakan hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.6

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan tidak hanya dari aspek potensi kemanusiaan saja dan peserta didik dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengingat pelajaran yang telah disampaikan selama pembelajaran yang mencakup perubahan terhadap kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Untuk itu guru hendaknya memiliki kemampuan dalam melaksanakan pengukuran terhadap hasil belajar peserta didik.

Merujuk pada pemikiran Gagne dalam Thobroni, hasil belajar berupa hal-hal berikut:

1) Informai verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadapa rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

4

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 30

5

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014), h. 5

6

(3)

2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan memprsentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan

serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.7

Merujuk pada pemikiran Gagne di atas, bahwa hasil belajar akan memberikan perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, informasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

7

M. Thobroni, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), h. 20-21

(4)

2. Klasifikasi Hasil Belajar

Perumusan aspek-aspek kemampuan yang menggambarkan out put peserta didik yang dihasilkan dari proses pembelajaran dapat digolongkan kedalam tiga klasifikasi taksonomi Bloom. Bloom berpendapat dalam Rusman, tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:

a) Domain kognitif; berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan intelektual berpikir

b) Domain afektif; berkenaan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap dan nilai

c) Domain psikomotor; berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan atau gerakan-gerakan fisik.8

Hasil belajar yang diharapkan sangat bergantung pada jenis dan karakteristik materi dan mata pelajaran yang disampaikan, ada mata pelajaran yang lebih dominan ketujuan kognitif, afektif atau ketujuan psikomotorik.

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik penting sekali untuk diketahui, artinya dalam rangka membantu peserta didik mencapai hasil belajar yang optimal.

Walisman dalam Ahmad Susanto mengatakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

8

(5)

1) Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi; kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 9

Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar menurut Munadi dalam Rusman meliputi faktor internal dan eksternal yaitu:

1) Faktor internal a) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat memengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

b) Faktor psikologis

Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut memengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa.

2) Faktor eksternal a) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dapat memengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban, dan

9

(6)

lain-lain. Belajar ditengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan di ruang yang cukup mendukung untuk bernapas lega.

b) Faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuab-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.10

Sri Anitah berpendapat, faktor yang memengaruhi hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri siswa sendiri (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar di antaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yang memperngaruhi hasil belajar di antaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah.11

10

Rusman, Op., Cit, h. 67-68

11

Sri Anitah W, Materi Pokok Strategi Pembelajaran di SD, (Tangerang Selatan, Universitas Terbuka, 2014), h. 2.7

(7)

Seorang pendidik hendaknya mengetahui bagaimana perkembangan peserta didiknya dan mengetahui faktor yang bisa mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan dapat mencegah peserta didik dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.

4. Indikator Hasil Belajar

Mengingat pengajaran merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka di sini dapat ditentukan dua kriteria yang bersifat umum. Menurut Sudjana kedua kriteria tersebut adalah:

1) Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subjek mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri. Untuk mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut prosesnya dapat dikaji melalui beberapa persoalan di bawah ini:

a) Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik?

b) Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran, kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikendaki dari pengajaran itu?

c) Apakah guru memakai multimedia.

d) Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya?

(8)

e) Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam kelas?

f) Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup menyenangkan dan merangsang siswa belajar? g) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya,

sehingga menjadi laboratorium belajar? 2) Kriteria ditinjau dari hasilnya

Berikut ini adalah beberapa persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang di capai siswa:

a) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?

b) Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari poses pengajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa? c) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama

diingat dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya?

d) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukan oleh siswa merupakan akibat dari proses pengajaran?12

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa indikator hasil belajar dapat dilihat dari segi proses dan hasilnya. Oleh karena itu, dalam melakukan evaluasi hasil belajar peserta didik, seorang guru harus memperhatikan faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar dan mengevaluasi perubahan tingkah laku peserta didik setelah proses pembelajaran.

12

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012), h. 20-21

(9)

B. Pembelajaran Tematik di SD/MI

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.13

Pembelajaran adalah usaha sadar dari pendidik untuk membuat peserta didik belajar yaitu terjadinya perubahan tingkah laku peserta didik yang belajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Menurut Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun melalui unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.14 Dalam kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar kelas 1 sampai VI dilakukan dengan menggunakan pembelajaran tematik terpadu.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.15

Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema berdasarkan muatan beberapa mata pelajaran yang dipadukan atau diintegrasikan. Tema merupakan wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada anak didik secara menyeluruh. Tematik diberikan dengan maksud menyatukan konten kurikulum dalam unit-unit atau satuan-satuan yang utuh

13

Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h., 14.

14

Oemar Hamalik, Op., Cit, h. 57

15

Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2014), h. 87

(10)

sehingga membuat pembelajaran sarat akan nilai, bermakna dan mudah dipahami oleh siswa.16

Jadi, pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema, dimana setiap satu tema terdapat beberapa mata pelajaran yang disatukan. Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik terpadu ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh pendidik bersama peserta didik dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema disini adalah pokok pikiran atau gagasan yang menjadi pokok pembicaraan.

1. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema. Tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, namun saling berkaitan dengan konsep-konsep mata pelajaran lain.

Pembelajaran tematik terpadu memiliki tujuan sebagai berikut: (1) mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu, (2) mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan mata pelajaran dalam tema yang sama, (3) memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, (4) mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik, (5) lebih semangat dan bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain, (6) lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi

16

(11)

yang disajikan dalam konteks tema atau subtema yang jelas, (7) guru dapat menghemat waktu, karena muatan mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih atau pengayaan, (8) budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuhkembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.17

Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.

2. Prinsip-prinsip pembelajaran terpadu

Menurut Kemendikbud 2013, tematik terpadu dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:

1) Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu.

2) Dari guru satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar.

3) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi.

4) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.

5) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.

17

(12)

6) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.

7) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills).

8) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.18

3. Pentingnya pembelajaran tematik terpadu untuk anak SD/MI

Pentingnya pembelajaran tematik diterapkan di sekolah dasar karena pada dasarnya peserta didik pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan, perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan, dintaranya: (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar, (2) kegiatan lebih bermakna, (3) mengembangkan keterampilan sosial siswa.

4. Tema Pembelajaran

a. Pembagian Tema Sejarah Peradaban Indonesia

Pada tema sejarah peradaban Indonesia terdapat beberapa pembagian subtema yaitu:

1) Kerajaan Islam di Indonesia

2) Peninggalan-peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia 3) Melestarikan Peninggalan Kerajaan Islam

18

Faisal, Sukses Mengawal Kurikulum 2013 di SD. (Yogyakarta: Diandra Creative, 2014), h. 40-41

(13)

Pada beberapa pembelajaran subtema, peneliti hanya mengambil satu subtema yaitu Melestarikan Peninggalan Kerajaan Islam.

b. Ruang lingkup Pembelajaran Tema 7 Subtema 3 1) Pembelajaran Pertama

Pada pembelajaran pertama terdapat beberapa mata pelajaran antara lain:

19

19

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Tema 7 Sejarah Peradaban Indonesia Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), h. 112

Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar

3.5. Menggali informasi dari teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

4.5. Mengolah dan menyajikan teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis

dengan memilih dan memilah

kosakata baku.

Matematika Kompetensi Dasar

3.3. Memilih prosedur pemecahan

masalah dengan menganalisis

hubungan antara simbol, informasi yang relevan, dan mengamati pola.

4.9. Mengukur besar sudut

menggunakan busur derajat dan mengidentifikasi jenis sudutnya.

Pembelajaran Pertama

IPA Kompetensi Dasar

3.5. Mengenal rangkaian listrik sederhana dan sifat magnet serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

4.5. Membuat elektromagnet sederhana dan menggunakannya untuk mendeteksi benda-benda yang ditarik oleh magnet.

(14)

2) Pembelajaran Kedua

Pada pembelajaran kedua terdapat beberapa mata pelajaran, antara lain: 20 Ibid., h. 119 20 SBdP Kompetensi Dasar

3.4. Memahami prosedur dan

langkah kerja dalam

berkarya kreatif berdasarkan ciri khas daerah

4.13. Membuat karya kerajinan dari bahan tali temali

IPA Kompetensi dasar

3.5. Mengenal rangkaian listrik sederhana dan sifat magnet serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

4.5. Membuat elektromagnet sederhana dan menggunakannya untuk mendeteksi benda-benda yang ditarik oleh magnet.

Pembelajaran Kedua

Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar

3.5 Menggali informasi dari teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.5 Mengolah dan menyajikan teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. PJOK

Kompetensi Dasar

3.6. Memahami konsep kombinasi pola

gerak dominan statis dan

dinamis (melompat, menggantung,

mengayun, meniti, mendarat)

untuk membentuk keterampilan/ teknik dasar senam menggunakan alat.

4.6. Mempraktikkan kombinasi pola gerak

dominan statis dan dinamis

(melompat, menggantung, mengayun , meniti, mendarat) untuk membentuk

keterampilan/teknik dasar senam

(15)

3) Pembelajaran Ketiga

Pada pembelajaran ketiga terdapat beberapa mata pelajaran, antara lain: 21 21 Ibid., h. 126 Matematika Kompetensi Dasar

3.3. Memilih prosedur pemecahan masalah dengan menganalisis hubungan antara simbol, informasi yang relevan, dan mengamati pola.

3.3.5. Mengetahui jenis-jenis sudut melalui pengamatan benda-benda sekitar.

4.9. Mengukur besar sudut menggunakan busur derajat dan mengidentifikasi jenis sudutnya.

Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar

3.5. Menggali informasi dari teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

4.5. Mengolah dan menyajikan teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. Pembelajaran Ketiga PPKn Kompetensi Dasar 3.5. Memahami Nilai-nilai

Persatuan pada masa Islam. 4.5. Mensimulasikan nilai-nilai

persatuan pada masa Islam dalam kehidupan di masyarakat.

(16)

4) Pembelajaran Keempat

Pada pembelajaran keempat terdapat beberapa mata pelajaran, antara lain: 22 Ibid., h. 132 22 Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar

3.5. Menggali informasi dari teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

4.5. Mengolah dan menyajikan teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakatabaku.

PPKn Kompetensi Dasar

3.5. Memahami Nilai-nilai Persatuan pada masa Islam.

4.5. Mensimulasikan nilai-nilaipersatuan pada masa Islam dalam kehidupan di masyarakat.

Pembelajaran Keempat

IPS Kompetensi Dasar

3.2. Mengenal perubahan dan keberlanjutan

yang terjadi dalam kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan, masa tumbuhnya rasa kebangsaan serta perubahan dalam aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya 4.2. Menceritakan hasil pengamatan mengenai

perubahan dan keberlanjutan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan, masa tumbuhnya rasa kebangsaan serta perubahan dalam aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam berbagai jenis media.

Matematika Kompetensi Dasar

3.3. Memilih prosedur pemecahan masalah dengan menganalisis hubungan antara simbol, informasi yang relevan, dan mengamati pola.

3.3.5. Mengetahui jenis-jenis sudut melalui pengamatan bendabendasekitar.

4.9. Mengukur besar sudut menggunakan busur derajat danmengidentifikasi jenis sudutnya.

(17)

5) Pembelajaran Kelima

Pada pembelajaran kelima terdapat beberapa mata pelajaran, antara lain: 23 23 Ibid., h. 140 PJOK Kompetensi Dasar

3.6. Memahami konsep kombinasi pola gerak dominan statis dan dinamis (melompat,menggantung, mengayun, meniti, mendarat) untuk membentuk keterampilan/teknik dasar senammenggunakan alat.

4.6. Mempraktikkan kombinasi pola gerak dominan statis dan dinamis (melompat, menggantung, mengayun, meniti, mendarat) untuk membentuk keterampilan/teknik dasar senam menggunakan alat.

SBdP Kompetensi Dasar

3.4. Memahami prosedur dan langkah kerja dalam berkarya kreatif berdasarkan ciri khasdaerah.

4.13. Membuat karya kerajinan daribahan tali temali.

Pembelajaran Kelima Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar

3.5. Menggali informasi dari teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

4.5. Mengolah dan menyajikan teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis denganmemilih dan memilah kosakatabaku

IPA Kompetensi Dasar

3.5. Mengenal rangkaian listrik sederhana dan sifat magnet serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

4.5. Membuat elektromagnetsederhana dan menggunakannya untuk mendeteksi benda-benda yang ditarik oleh magnet

(18)

6) Pembelajaran Keenam

Pada pembelajaran kelima terdapat beberapa mata pelajaran, antara lain: 24 24 Ibid., h. 147 Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar

3.5. Menggali informasi dari teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesialisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

4.5. Mengolah dan menyajikan teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

IPS Kompetensi Dasar

3.2. Mengenal perubahan dan keberlanjutan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan masyarakat Indonesiapada masa penjajahan, masa tumbuhnya rasa kebangsaan serta perubahan dalam aspek sosial, ekonomi, pendidikan danbudaya.

4.5. Mengolah dan menyajikan teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

Pembelajaran Keenam SBdP

Kompetensi Dasar

3.4. Memahami prosedur dan langkah kerja dalam berkarya kreatif berdasarkan ciri khas daerah.

4.13. Membuat karya kerajinan dari bahan tali temali.

(19)

C. Model Pembelajaran Talking Stick

Ada beberapa model-model pembelajaran yang bisa digunakan pendidik pada saat pembelajaran. Model-model pembelajaran yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar.25 Ngalimun berpendapat, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.26

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikolagi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru kelas.27

1. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

Pada saat proses pembelajaran berlangsung keaktifan peserta didik sangat berdampak kepada perubahan hasil belajar, untuk itu seorang pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik dalam belajar, mendorong peserta didik untuk berpartisipasi dalam belajar, berani bertanya atau berpendapat. Dengan demikian untuk mencapai hal tersebut sangat diperlukan model

25

Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 89.

26

Ngalimun, Op., Cit, h. 27

27

(20)

pembelajaran yang baik. Alternatif model pembelajaran yang bisa digunakan yaitu model pembelajaran Talking Stick.

Istarani berpendapat, model pembelajaran Talking Stick merupakan model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat.28 Aris Shoimin mengatakan bahwa model pembelajaran Talking Stick termasuk model pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi peserta didik SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkang dan membuat peserta didik aktif.29

Ngalimun berpendapat, sintak pembelajaran ini adalah guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa membaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian siswa menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.30

Metode pembelajaran Talking Stick sebagaimana dimaksudkan, dalam proses belajar pembelajaran di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran

28

Istarani, Loc., Cit.

29

Aris Shoimin, Op., Cit, h. 198

30

(21)

dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memeperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. tipe ini berguna untuk menguji kesiapan siswa dan melatih membaca dan memahami dengan cepat serta lebih giat dalam belajar. Model pembelajaran ini membuat siswa ceria, senang, dan melatih mental untuk siap pada kondisi dan situasi apapun.31

Dlihat dari pendapat di atas, mengenai model pembelajaran Talking Stick diharapkan setelah peserta didik mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Talking Stick ini dapat memperoleh banyak pengetahun dan keterampilan. Peserta didik menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat, kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Talking Stick

Agar pelaksanaan model pembelajaran Talking Stick berjalan dengan baik, tentunya seorang guru harus berpedoman kepada langkah-langkah model pembelajaran tersebut.

Langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat

2) Guru menyampaiakan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya.

31

Florentina Jenanu, Arifin Maksum dan Ika Lestari,”Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Talking Stick Untuk Sekolah Dasar”. Jurnal Ilmiah Perspektif Ilmu Pendidikan. Vol. 28. N0. 2 Oktober 2014, h. 109

(22)

3) Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, siswa dipersilahkan untuk menutup bukunya.

4) Guru mengambiltongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya.demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru

5) Guru memberikan kesimpulan 6) Evaluasi

7) Penutup32

Irman Kurniasih dan Berlin Sani berpendapat, teknis pelaksanaan model pembelajaran Talking Stick adalah:

1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada saat itu 2) Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang 3) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm 4) Setelah itu, guru menyampaikan materi pokok yang akan

dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran tersebut dalam waktu yang telah ditentukan.

5) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.

6) Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.

7) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar

32

Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 124

(23)

siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

8) Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.

9) Setelah semuanya mendapat giliran, guru membuat kesimpulan dan melakukan evaluasi, baik individu ataupun acara berkelompok. Dan setelah itu menutup pelajaran.33

Miftahul huda berpendapat, langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick adalah:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm 2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran

3) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana

4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilakan siswa untuk menutup isi bacaan

5) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

6) Guru memberi kesimpulan

7) Guru melakukan evaluasi/penilaian 8) Guru menutup pembelajaran34

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan para ahli tersebut, seorang pendidik dapat memilih satu diantaranya yang

33

Irman Kurniasih dan Berlin Sani, Op. Cit., h. 83-84

34

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 225

(24)

akan diterapkan pada saat proses pembelajaran berlangsung nanti. Dengan demikian dari pendapat para ahli di atas, pada saat penelitian penulis menerapkan langkah-langkah model pempelajaran Talking Stick menurut pendapat Miftahul Huda sebagaimana yang telah dituliskan di atas.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Talking Stick

Model pembelajaran yang dipilih guru hendaknya disesuaikan dengan keadaan peserta didik. Dari sekian banyak model pembelajaran yang ada pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan model pembelajaran Talking Stick..

Aris Shoimin berpendapat adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Talking Stick adalah:

Kelebihan:

1) Menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran 2) Melatih peserta didik memahami materi dengan cepat

3) Memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai)

4) Peserta didik berani mengemukakan pendapat Kekurangan:

1) Membuat siswa senam jantung

2) Siswa yang tidak siap tidak bisa menjawab 3) Membuat peserta didik tegang

4) Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru35 Mihtahul Huda berpendapat, metode Talking Stick ini bermanfaat karena ia mampu menguji kesiapan siswa, melatih keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat, dan

35

(25)

mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apapun. Sayangnya, bagi siswa-siswa yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara di hadapan guru, metode ini mungking kurang sesuai.36

Kelebihan model pembelajaran Talking Stick ini yaitu: 1) siswa lebih dapat memahami materi karena diawali dari penjelasan seorang guru; 2) siswa lebih dapat menguasai materi ajar karena ia diberikan kesempatan untuk mempelajarinya kembali melalui buku paket yang tersedia; 3) daya ingat siswa lebih baik sebab ia akan ditanyai kembali tentang materi yang diterangkan dan dipelajarinya; 4) siswa tidak jenuh karena ada tongkat sebagai pengikat daya tarik siswa mengikuti pelajaran hal tersebut. sedangkan kekurangan dari model pembelajaran Talking Stick ini adalah: 1) kurang terciptakan interaksi antara siswa dalam proses belajar mengajar; 2) kurangnya menciptakan daya nalar siswa sebab ia lebih bersifat memahami apa yang ada di dalam buku; 3) kemampuan menganalisis permasalahan tersebut sebab siswa hanya mempelajari dari apa-apa yang ada di dalam buku saja.37

Jadi dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Talking Stick ini dapat menguji kesiapan mental peserta didik, membuat peserta didik lebih berani dalam mengemukakan pendapat, melatih membaca dan memahami dengan cepat, membuat peserta didik lebih giat dalam belajar, meningkatkan partisipasi dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. D. Karakteristik Peserta Didik SD/MI

Sebelum melakukan proses pembelajaran seorang guru tentu harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana karakteristik peserta didik yang akan

36 Miftahul Huda, Op. Cit., h. 225-226 37

(26)

diajarkan. Sebagai guru hendaknya dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya.

Anak sekolah dasar (SD) merupakan individual yang sedang berkembang, dan hal ini barang kali tidak perlu diragukan lagi kebenarannya. Setiap anak sekolah dasar (SD) sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental ke arah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi tingkah laku sosial pun meningkat.38

Terdapat beberapa karakteristik siswa SD yang perlu diketahui oleh guru antara lain: (1) senang bermain, (2) senang bergerak, (anak yang senang bekerja dalam kelompok, dan (4) senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.39

Peserta didik sekolah dasar merupakan masa transisi dari sekolah taman kanak-kanak (TK) ke sekolah dasar. Oleh sebab itu anak yang berada di sekolah dasar masih tergolong anak usia dini terutama di kelas awal. Pertumbuhan dan perkembangan siswa merupakan bagian pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru.

Pentingnya mempelajari perkembangan peserta didik bagi guru, sebagai berikut:

1) Kita akan memperoleh ekspektasi yang nyata tentang anak dan remaja. 2) Pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak membantu kita untuk

merespon sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu pada seorang anak.

38

Pebriyenni, Bahan Ajar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas Awal, (Padang: Universitas Bung Hatta, 2007), h. 1

39

(27)

3) Pengetahuan tentang perkembangan anak akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal.

4) Dengan mempelajari perkembangan anak akan membantu memahami diri sendiri.40

Esensi proses pembelajaran di kelas tinggi (4, 5, dan 6) adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan peserta didik tentang konsep dan generalisasi sehingga penerapannya (menyelesaikan soal, menggabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi). Menurut piaget, peserta didik sekolah dasar yang telah mencapai usia 11 tahun, telah memahami fase perkembangan operasional formal. Artinya suatu perkembangan kognitif yang menunjukkan bahwa peserta didik sudah memiliki kemampuan berpikir tinggi atau berpikir ilmiah. Dengan demikian pada kelas 5 sudah dapat menggunakan pendekatan ilmiah.41

Dari pendapat piaget diatas terlihat bahwa peserta didik yang sudah menginjak usia 11 tahun seperti kelas V SD sudah mampu berpikir ilmiah, sudah bisa melaksanakan suatu diskusi dan sudah bisa belajar bagaimana menghargai pendapat orang lain, mengemukakan pendapat sendiri. Dengan begitu dalam menerima suatu pelajaran menjadi tantangan sendiri bagi peserta didik tersebut.

40

Ahmad Susanto, Op., Cit, h. 71.

41

(28)

E. Penelitian Relevan

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain menyebutkan bahwa melalui model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar. Berikut adalah hasil penelitian oleh beberapa peneliti lain yang sudah berhasil, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh RTS. Devia dengan judul: Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick pada Siswa Kelas IV. B SDN N0. 13/I Muara Bulian. Berdasarkan penelitian tersebut, hasil belajar yang dicapai siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 53,56 dengan ketuntasan klasikal 26,5 % (8 orang siswa), pada siklus II nilai rata-rata siswa adalah 63,17 dengan ketuntasan klasikal 60 % (18 orang siswa), dan pada siklus III nilai rata-rata siswa adalah 74,17 dengan ketuntasan klasikal 93,3 % (28 orang siswa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV.B SDN No.13/ I Muara Bulian.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Winda Sustyanita Mutarto dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 2 Pringapus Kecematan Dongko Kabupaten Tranggelek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Talking Stick dapat meningkatkan pembelajaran IPA kelas IV. Penerapan model pada siklus I dan II memperoleh nilai 89,59 dan 95.

(29)

Aktivitas belajar siswa meningkat ketika diterapkan model Talking Stick, pada siklus I dan II diperoleh nilai rata-rata 73,24 dan 87,05. Siswa yang mendapat kriteria tuntas belajar meningkat dari siklus I ke siklus II setelah diterapkan model Talking Stick, yaitu 57,69% menjadi 88,81%. Rata-rata ketuntasan klasikal kelas siklus I dan II sebesar 73,08%. Skor tersebut telah mencapai skor ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh peneliti, yaitu 70%.

Mencermati dari kedua penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh RTS. Devia dan Winda Sustyanita Mutarto memiliki kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya yaitu, menggunakan Model Pembelajaran Talking Stick pada kelas IV SD, adanya peningkatan hasil belajar peserta didik. Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian dilaksanakan di SDN No.13/ I Muara Bulian pada mata pelajaran IPS dengan SDN 2 Pringapus Kecematan Dongko Kabupaten Tranggelek pada pembelajaran IPA aspek yang diteliti yaitu aktivitas dan

hasil belajar peserta didik.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick di kelas VA MIN Punggung Lading Pariaman Selatan. Penelitian yang telah dilaksanakan oleh RTS. Devia dan Winda Sustyanita Mutarto terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh penulis. Penelitian yang penulis lakukan di kelas VA MIN Punggung Lading Pariaman Selatan, Kurikulum 2013 pada tema pembelajaran Sejarah Peradaban Indonesia dengan subtema Melestarikan Peninggalan Kerajaan Islam. Penelitian dengan

(30)

penggunaan model pembelajaran Talking Stick diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian di atas, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VA MIN Punggung Lading Pariaman Selatan.

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

[r]

Proses Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang telah di

Cara kerja dari sistem akuisisi data adalah membaca data analog dari tegangan dan arus dengan menggunakan adaptor dan sensor arus ACS712, kemudian diproses oleh

Test dan Hasil Tes Akhir/ Post Test Rekapitulasi ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan tingkat hasil belajar keterampilan menulis narasi siswa tunarungu melalui

Diajukan pada laporan akhir kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA FK-UGM Yogyakarta 9 Manfaat bagi rumah sakit antara lain dengan melakukan pemantauan dan tatalaksana yang

sama-sama menganalisis mengenai tindak tutur permintaan maaf dan pujian. Perbedannya terletak pada data yang digunakan, pada penelitian tersebut menggunakan data

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan