• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UN-WTO (United Nations World Tourism Organization), bentuk dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Menurut UN-WTO (United Nations World Tourism Organization), bentuk dasar"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut UN-WTO (United Nations World Tourism Organization), bentuk dasar perjalanan wisata dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu, domestic tourism, inbound tourism, dan outbound tourism (Pitana dan Diarta 2009:51). Ismayanti (2010:13) menjelaskan bahwa domestic tourism adalah jenis wisata yang terjadi ketika wisatawan melakukan perjalanan wisata di dalam negara tempat orang tersebut berdomisili. Contohnya adalah perjalanan wisata yang dilakukan oleh orang yang berdomisili di Indonesia dari Yogyakarta ke Bali. Seseorang yang melakukan perjalanan wisata jenis ini disebut wisatawan domestik atau domestic tourist. Wisata jenis ini tidak banyak membawa dampak pada negara yang bersangkutan karena perjalanan wisata masih dilakukan di dalam negara tersebut.

Inbound tourism adalah kegiatan perjalanan wisata menuju sebuah negara atau masuk ke perbatasan sebuah negara (Ismayanti, 2010:13). Contoh wisata jenis ini adalah wisatawan asing yang masuk ke Indonesia untuk melakukan perjalanan wisata. Perjalanan jenis ini memberikan dampak positif bagi Indonesia. Beberapa contohnya adalah, devisa negara akan meningkat, lapangan pekerjaan di Indonesia menjadi lebih luas dan meningkatkan kepopuleran Indonesia sebagai daerah tujuan wisata.

(2)

Sedangkan dampak negatifnya adalah ketika banyak wisatawan asing yang datang ke Indonesia maka banyak pula kebudayaan asing yang masuk, hal ini dapat mengakibatkan terkikisnya kebudayaan asli Indonesia yang menjadi salah satu daya tarik wisata yang tidak bisa ditemukan di negara lain.

Masih menurut Ismayanti (2010:13) outbound tourism adalah suatu perjalanan wisata yang dilakukan wisatawan asal suatu negara ke luar dari negara tempat ia berdomisili. Contohnya adalah orang Indonesia yang keluar dari negara untuk melakukan perjalanan wisata ke Korea Selatan. Dampak positif yang ditimbulkan wisata jenis ini adalah menciptakan lapangan pekerjaan untuk biro perjalanan di negara asal wisatawan, meningkatkan wawasan tentang budaya dan adat istiadat yang ada di negara lain, menumbuhkan toleransi dan terjalinnya pertukaran budaya antar bangsa. Dampak negatifnya adalah mengurangi devisa negara, terjadinya degradasi moral dan perubahan gaya hidup yang bertentangan dengan budaya lokal karena terlalu terpengaruh dengan budaya yang ada di negara lain. Setiap jenis perjalanan wisata yang telah dijelaskan di atas memiliki dampak positif maupun negatif untuk negara Indonesia.

Selain banyaknya wisatawan asing yang melakukan perjalanan wisata ke Indonesia, tidak dapat dipungkiri masyarakat Indonesia pun tidak sedikit yang ingin atau telah melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi, kegiatan wisata ke negara di luar tempatnya berdomisili menjadi tidak sulit untuk dilakukan oleh seseorang. Dalam tabel di bawah ini, dapat

(3)

terlihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah orang Indonesia yang melakukan perjalanan wisata ke luar negeri semakin meningkat

Tabel 1. Tabel Perkembangan Wisatawan Nasional Tahun 2009-2013

TAHUN

WISATAWAN NASIONAL

Rata-rata lama tinggal (hari) Jumlah Pertumbuhan (%) 2009 5,053,269 1.13 8.81 2010 6,235,606 23.40 8.20 2011 6,750,416 8.26 7.67 2012 7,453,633 10.42 7,67**) 2013 7.973.440*) 9.07 6.49

Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS *) Data sementara melalui 19 pintu keluar utama

**) Data estimasi (dikarenakan tidak ada survei Outbound pada tahun 2012))

Senior General Manager Head Consumer Card BCA, Santoso saat pameran wisata Astindo Fair 2014 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (Astindo) di Jakarta Convention Center (JCC) mengatakan bahwa semakin banyak orang Indonesia yang melancong ke luar negeri. Ketua Panitia Penyelenggara Astindo Fair 2014 Anto Haditono, menuturkan tren perjalanan ke luar negeri berubah-ubah. Beberapa tahun yang lalu, tren mengarah ke Eropa dan beberapa tahun belakangan ini banyak agen perjalanan yang menawarkan paket wisata ke Asia seperti Jepang dan Korea Selatan.1

Endy Poerwanto menjelaskan bahwa Korea Selatan masih menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asal Indonesia. Negara yang dikenal dengan tren K-Pop (Korean-Pop) selama ini menjadi magnet bagi banyak wisatawan internasional, tak

1http://travel.kompas.com/read/2014/03/21/1502279/Orang.Indonesia.Pilih.Melancong.ke.Luar.Negeri.

(4)

terkecuali dari Indonesia. Terbukti tahun 2013, jumlah warga Indonesia yang berlibur ke Korea Selatan melonjak sekitar 30%-40% dibandingkan 2012 lalu. Sampai kuartal ketiga tahun ini jumlah kunjungan wisatawan asal Indonesia yang pergi kesana tercatat sudah mencapai di atas 30 ribu orang. Destinasi wisata yang dituju turis Indonesia saat berkunjung ke Korea Selatan adalah kota-kota yang banyak menjadi lokasi pengambilan gambar drama televisi dan video klip asal negara tersebut. Salah satu contohnya adalah Nami Island, lokasi pengambilan gambar drama televisi yang berjudul Winter Sonata. Selain itu, ada juga Pulau Jeju yang sering muncul di drama televisi, salah satunya yang berjudul Boys Before Flowers dan daerah Gangnam yang ada di video musik Psy, salah satu penyanyi asal Korea Selatan2.

Pitana (2005:58) mengatakan bahwa hal yang mendasar dari pariwisata dan wisatawan adalah motivasi, motivasi dikatakan sebagai hal yang mendasar karena hal itu merupakan “trigger”3 dalam suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisatawan. Sesuai dengan hal yang telah disebutkan di atas, motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dari proses perjalanan wisata dan oleh karena itu penelitian mengenai motivasi sangat perlu untuk dilakukan. Kepopuleran K-Pop sedikit banyak telah mempengaruhi perilaku wisatawan dalam mengunjungi tempat-tempat di Korea Selatan. Untuk itu perlu diteliti lebih lanjut mengenai apa sebenarnya motivasi penggemar K-Pop dalam berwisata ke negeri gingseng tersebut. Karakteristik

2http://bisniswisata.co/view/kanal/?open=1&alias=berita&id=4577. Diakses pada Selasa, 28 Oktober 2014 Pukul 10.30 WIB

3 Trigger adalah peluncur sesuatu atau pencetus

(5)

wisatawan juga merupakan hal yang tidak kalah penting untuk diketahui agar hal-hal yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan wisatawan.

Subjek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah penggemar boyband4EXO di Yogyakarta yang telah melakukan perjalanan wisata ke Korea Selatan. Mereka tergabung dalam fanbase5 yang bernama EXO-L Jogja. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan lebih sering secara online (dalam jaringan) melalui media sosial, salah satunya melalui twitter dengan username @EXOPLANETJogja yang dikelola oleh 3 admin dan mulai aktif sejak 2 Mei 2012. Hingga saat ini @EXOPLANETJogja mempunyai followers (pengikut) sebanyak 1.163 akun6. Selain melakukan berbagai kegiatan secara online seperti mendiskusikan acara penting dan jadwal acara yang akan dilakukan EXO, kegiatan-kegiatan offline (diluar jaringan) seperti mengadakan pertemuan agar antar followers bisa lebih mengenal dan mengadakan perayaan saat salah satu anggota EXO sedang ulang tahun juga sering dilakukan oleh fanbase ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

4Boyband adalah grup musik yang terdiri dari beberapa lelaki muda yang musik dan penampilan mereka dibuat untuk menarik penggemar remaja

(http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/boy-band?q=boyband&searchDictCode=all) 5 Fanbase adalah kelompok penggemar dari seseorang maupun grup yang sedang terkenal

(http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/fan-base?q=fanbase&searchDictCode=all)

(6)

1. Bagaimana karakteristik penggemar boyband EXO di Yogyakarta yang melakukan perjalanan wisata ke Korea Selatan?

2. Apakah yang menjadi motivasi penggemar boyband EXO di Yogyakarta

melakukan perjalanan wisata ke Korea Selatan?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian antara lain:

1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik penggemar boyband EXO di

Yogyakarta yang melakukan perjalanan wisata ke Korea Selatan.

2. Untuk mengetahui motivasi penggemar boyband EXO di Yogyakarta melakukan

perjalanan wisata ke Korea Selatan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Untuk bidang akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis secara langsung terhadap studi pariwisata khususnya tentang karakteristik dan motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata.

(7)

Dalam hal praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi biro perjalanan wisata untuk membuat paket wisata ke Korea Selatan, dengan mengetahui karakteristik dan motivasi wisatawan Indonesia dalam melakukan perjalanan wisata ke Korea Selatan, rencana kegiatan yang dibuat bisa lebih sesuai dengan keinginan wisatawan. Penelitian ini juga dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi dan mengembangkan pariwisata di Indonesia agar wisatawan nusantara dan mancanegara juga bisa tertarik dengan daya tarik wisata yang dimiliki oleh Indonesia. Bagaimana Korea Selatan bisa menggunakan ikon budaya populer untuk menarik wisatawan internasional berwisata ke negaranya juga bisa dicontoh untuk meningkatkan pariwisata Indonesia.

1.5 TINJAUAN PUSTAKA

Dari hasil penelusuran yang telah dilakukan terhadap beberapa penelitian melalui studi kepustakaan, dalam kaitannya dengan motivasi penggemar boyband EXO di Yogyakarta dalam melakukan perjalanan wisata ke Korea Selatan bahwa penelitian mengenai hal tersebut belum pernah dilakukan. Namun demikian penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang permasalahan yang serupa baik dari segi metodologi maupun subyek penelitian, seperti dijelaskan dibawah ini.

Penelitian pertama adalah skripsi yang telah ditulis oleh Diah Ajeng Puspita Wardani (2014) dengan judul “Analisis Karakteristik dan Motivasi Wisatawan dalam Upaya Pengembangan Atraksi Wisata Taman Kyai Langgeng Kota Magelang”.Dalam penelitian ini dijelaskan bagaimana karakteristik dan motivasi wisatawan yang

(8)

mengunjungi Taman Kyai Langgeng Kota Magelang. Selanjutnya hasil penelitian mengenai karakteristik dan motivasi wisatawan tersebut digunakan untuk menganalisis pengembangan atraksi wisata yang tepat untuk Taman Kyai Langgeng. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, studi pustaka, sampel dan kuesioner. Meode penelitian yang dilakukan adalah kombinasi atau yang sering disebut dengan istilah mixed-method, yaitu penggabungan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa segmentasi dan target pasar Taman Kyai Langgeng adalah rombongan pelajar. Maka pengembangan atraksi wisata yang dilakukan menggunakan konsep wisata edukasi untuk memenuhi kebutuhan dan motivasi dari wisatawan rombongan pelajar.

Penelitian kedua adalah skripsi yang telah ditulis oleh Isniyati (2014) dengan judul “Karakteristik dan Motivasi Wisata Sebagai Arahan Konsep pengembangan Atraksi di Pantai Somandeng Kabupaten Gunungkidul” dalam penelitian ini dijelaskan mengenai daya tarik wisata yang ada di Pantai Somandeng, serta karakteristik dan motivasi wisatawan yang mengunjungi obyek wisata tersebut. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, studi pustaka, dan kuesioner. Dalam penelitian ini dapat diketahui jika wisatawan terbanyak berasal dari luar Yogyakarta, wisatawan berjenis kelamin laki-laki adalah

(9)

yang paling banyak, dari segi usia wisatawan yang datang berumur sekitar 18-28 tahun, dari hasil analisis motivasi berwisata menunjukan bahwa sebagian besar wisatawan memiliki motivasi fisik yaitu melihat keindahan alam Pantai Somandeng. Oleh karenai itu, konsep pengembangan yang tepat untuk diterapkan di Pantai Somandeng adalah konsep wisata bahari yang merupakan sebuah konsep yang menerapkan kegiatan wisata yang berkaitan dengan pantai, yang didasarkan pada keunikan pemandangan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya, dan karakteristik masyarakat.

Penelitian ketiga adalah skripsi yang telah ditulis oleh Daniel Raditya (2014) dengan judul “Motivasi Kunjungan Wisatawan Terhadap Agrowisata Merapi Farma Herbal di Dusun Sidorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman, D.I Yogyakarta”. Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai gambaran umum Merapi Farma Herbal sebagai salah satu tempat wisata khusus yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), motivasi serta faktor penarik dan faktor pendorong wisatawan untuk berkunjung ke Merapi Farma Herbal. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa kuesioner yang disebarkan pada 94 pengunjung secara acak, wawancara pemilik Merapi Farma Herbal dan observasi di lokasi penelitian untuk melihat pergerakan wisatawan. Peneliti menggunakan metode analisis data deskriptif untuk mengemukakan hasil penelitiannya. Dalam penelitian ini dapat dilihat kesimpulannya bahwa, motivasi utama kunjungan wisatawan terhadap Merapi Farma Herbal adalah untuk pemulihan dan pembaharuan jiwa, kebebasan, dan kebahagiaan. Sementara faktor yang mendorong wisatawan mengunjungi Merapi Farma Herbal adalah keinginan untuk menjaga kesehatan atau sembuh dari suatu penyakit, keinginan

(10)

beristirahat dari rutinitas harian, dan pemulihan fisik, jiwa, maupun pikiran. Sementara faktor–faktor yang menarik wisatawan mengunjungi Merapi Farma Herbal adalah produk jamu olahan Merapi Farma Herbal yang bermanfaat dan berdiri juga sebagai destinasi wisata, faktor selanjutnya adalah suasana Merapi Farma Herbal yang menyegarkan dan fasilitas toilet parkir yang memadai.

Penelitian dengan mengambil tema tentang kepopuleran produk hiburan Korea yang biasa disebut Korean-Pop atau K-POP yang pernah dilakukan sebelumnya telah dibuat oleh Thao Emilie DO (2012) dalam tesisnya yang berjudul “Emergence of the Korean Populer Culture in the World”. Tesis tersebut berisi tentang awal mula dari kepopuleran Korean Modern Entertainment, bagaimana kepopuleran tersebut bisa semakin berkembang hingga ke luar Korea dan diterima oleh masyarakat di negara lain, faktor kunci dibalik berkembangnya hal tersebut, dan hal-hal yang terdapat di dalam Korean Modern Entertainment. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa dampak dari semakin populernya budaya dari Korea Selatan ini adalah orang-orang mulai menggunakan produk-produk Korea Selatan, melakukan perjalanan wisata ke Korea Selatan dan mempelajari bahasa Korea.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada subjek penelitiannya yaitu, penggemar boyband EXO yang di Yogyakarta yang telah melakukan perjalanan wisata ke Korea Selatan. Selain itu teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data studi pustaka, wawancara dan observasi yang dilakukan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan fanbase EXO di Yogyakarta. Data-data yang telah

(11)

berhasil diperoleh dari metode pencarian data tersebut akan dipaparkan dalam penelitian ini secara deskriptif. Hal tersebut membuktikan bahwa penelitian ini berbeda dan belum pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.

1.6 LANDASAN TEORI

Ismayanti (2010:13) menyebutkan bahwa kegiatan wisata dapat dilakukan di berbagai tempat dan dibedakan berdasarkan batas negara. International tourism dilakukan ketika wisatawan melakukan perjalanan wisata melewati batas dari negara tempat wisatawan tersebut berdomisili dengan tujuan untuk bersenang-senang. Wisatawan yang melakukan melakukan perjalanan wisata melintasi batas suatu negara selanjutnya akan disebut dengan istilah wisatawan mancanegara. Kegiatan wisata yang dilakukan wisatawan asing yang masuk ke perbatasan suatu negara disebut dengan inbound tourism. Sedangkan kegiatan perjalanan wisata yang keluar dari negara asalnya atau keluar dari perbatasan negara asal disebut outbond tourism. Perjalanan wisata ke Korea Selatan merupakan jenis outbond tourism. Untuk itu, perjalanan wisata Warga Negara Indonesia ke Korea Selatan dapat dikelompokkan menjadi wisata jenis outbond tourism.

Adapun Kotler (2006) dan Cooper (2005) (via Ismayanti, 2010:41-75) menjelaskan bahwa setiap wisatawan memiliki sifat yang unik dan dapat dilihat dari berbagai pendekatan diantaranya:

(12)

1. Karakteristik wisatawan berdasarkan aspek psikografi

Dalam psikografi, wisatawan dikelompokan kembali berdasarkan kepribadian individu, gaya hidup dan kelas sosial. Dalam penelitian ini kelas sosial tidak diikutsertakan karena hal tersebut sudah dapat diketahui melalui karakteristik berdasarkan aspek sosio-ekonomi.

a. Kepribadian individu

Plog (1991:64-74) membagi klasifikasi wisatawan berdasarkan kepribadian menjadi lima sifat yang disebut psikosentrik yang berarti terpusat, allosentrik yang berarti bervariasi, midsentrik yaitu pertengahan antara psikosentrik dengan allosentrik, mendekati psikosentrik, dan mendekati allosentrik. Dalam penelitian ini yang akan digunakan hanya 3 klasifikasi yaitu, psikosentrik, allosentrik, dan midsentrik. Di bawah ini merupakan tabel yang dapat memberi gambaran mengenai sifat maupun perilaku yang dapat membedakan antara individu yang memiliki kepribadian psikosentrik maupun pribadi yang memiliki kepribadian allosentrik. Individu yang memiliki kepribadian midsentrik merupakan individu-individu yang sifat maupun perilakunya ada yang menggambarkan kepribadian psikosentrik dan ada yang menggambarkan allosentrik.

Beberapa ciri-ciri mencolok seseorang dengan kepribadian psikosentrik adalah, perjalanan wisata yang dilakukan hanya satu tema, topik, atau tujuan. Wisatawan menuntut adanya fasilitas yang sangat memadai, tidak suka

(13)

melakukan lintas budaya. Ia juga tidak suka mengambil resiko. Oleh karena itu wisatawan ini hanya melakukan kegiatan wisata yang lazim di tempat wisata yang sudah terkenal. Wisata terstruktur dan rutin adalah hal yang diinginkan, sehingga lebih suka menggunakan paket wisata siap pakai yang telah disediakan oleh agen perjalanan. Menahan pengeluaran di luar anggaran, sehingga pengeluaran saat melakukan perjalanan wisata tidak melebihi yang telah direncanakan sebelumnya.

Berbanding terbalik dengan wisatawan dengan kepribadian psikosentrik, wisatawan dengan kepribadian allosentrik lebih suka melakukan perjalanan wisata dengan berbagai tema, topik, maupun tujuan. Ia suka mencari informasi-informasi sendiri tentang suatu tempat wisata dan menikmati pencarian dan pengalaman baru di daerah yang sebelumnya tidak dikenal. Perbedaan budaya dan lingkungan merupakan hal yang membuat wisatawan lebih senang dan tertantang. Wisatawan jenis ini tidak keberatan untuk menggunakan anggaran cadangan atau anggaran diluar yang telah mereka rencanakan sebelumnya untuk memuaskan hasrat berwisatanya. Jika wisatawan psikosentrik menginginkan wisata terstruktur dan rutin, wisatawan allosentrik ingin wisata yang tidak terstruktur dan spontan.

Wisatawan dengan sifat midsentrik adalah pertengahan antara psikosentrik dan allosentrik, jadi wisatawan memiliki ciri psikosentrik tetapi beberapa sifatnya juga menunjukkan sifat allosentrik. Beberapa sifat yang dimiliki oleh wisatawan yang memiliki kepribadian midsentrik adalah relaksasi adalah

(14)

tujuan mereka melakukan perjalanan wisata, mereka menginginkan adanya perubahan kehidupan saat mereka melakukan perjalanan wisata, menyukai keindahan alam, dan tidak pernah melupakan kegiatan menyenangkan seperti berbelanja.

b. Gaya Hidup

Ross (1998:71-73) mengelompokkan karakteristik wisatawan dengan memadukan nilai dan gaya hidup dalam Values and Lifestyles (VALS). VALS terdiri atas beberapa klasifikasi, yaitu (1) kelompok yang didorong oleh kebutuhan (need-driven). Wisatawan dalam kelompok ini ada dua tipe gaya hidup, gaya hidup survivor (berjuang) dan gaya hidup sustainer (bertahan). Wisatawan survivor memiliki gaya hidup apa adanya, selamat dan murah merupakan hal utama dalam perjalanan wisata. Sedangkan wisatawan sustainer memanfaatkan segala kesempatan karena didorong oleh keadaan yang sedang dialaminya. (2) Kelompok yang diarahkan dari luar (outer-directed), lingkungan sangat mempengaruhi keputusan wisatawan dalam kelompok ini. Keputusan-keputusan yang diambil sangat dipengaruhi oleh pendapat orang di sekitarnya. Wisatawan jenis ini ada tiga tipe, yaitu gaya hidup belonger (memiliki), emulator (peniru), dan achiever (pencapai). Wisatawan dengan gaya hidup belonger merupakan orang yang sederhana dan tidak rumit. Tidak mudah puas, memperhatikan status, dan ambisius merupakan beberapa ciri wisatawan dengan gaya hidup emulator. Sedangkan gaya hidup achiever

(15)

merupakan gaya hidup yang dimiliki oleh wisatawan yang perjalanan wisatanya mengacu pada intelektualitas.

(3) Kelompok yang diarahkan dari dalam (inner-directed), wisatawan dalam kelompok ini mementingkan kepuasan dalam diri sendiri. Wisatawan dengan kelompok ini terdiri dari empat tipe, tipe i-am-me (saya-aku), experimental (coba-coba), societally conscious (peduli sosial), dan self-directed lifestyle (kendali diri). Wisatawan dengan gaya hidup i-am-me adalah orang yang masih sangat muda, mudah ragu, egois dan individualis. Memiliki sifat penasaran dan mencoba hal-hal baru merupakan ciri wisatawan dengan gaya hidup experimental. Berbanding terbalik dengan gaya hidup i-am-me, wisatawan dengan gaya hidup societally conscious selalu peduli dengan lingkungan sekitar tempat ia berada, ia mengharapkan ada dampak postif untuk lingkungan sekitar dari perjalanan wisata yang ia lakukan. Wisatawan dengan gaya hidup self-directed lifestyle sangat mementingkan kepuasan yang dapat dirasakan oleh dirinya sendiri, walaupun menurut orang lain hal yang diraihnya tidaklah penting.

(4) Kombinasi gaya hidup yang diarahkan dari dalam dan dari luar. Dengan gaya hidup seperti ini, wisatawan tergolong orang yang mapan dan bertoleransi tinggi pada segala kondisi. Penyedia jasa wisata sangat menyukai wisatawan dengan gaya hidup seperti ini dan menganggap wisatawan dengan gaya hidup kombinasi ini sebagai wisatawan sempurna.

(16)

2. Karakteristik Wisatawan berdasarkan aspek sosio-ekonomi

Berdasarkan aspek sosio-ekonomi, karakteristik wisatawan dapat dikelompokkan dalam klasifikasi berdasarkan usia, latar belakang pendidikan, pendapatan, jenis kelamin, dan siklus keluarga atau siklus kehidupan.

3. Karakteristik wisatawan berdasarkan aspek geografi

Aspek geografi merupakan aspek penting dalam memahami karakteristik wisatawan karena keputusan-keputusan yang diambil oleh wisatawan sedikit atau banyak akan dipengaruhi dengan keadaan di tempat asalnya.

4. Karakteristik wisatawan berdasarkan pola perjalanan

a. Manfaat perjalanan, yaitu manfaat yang ingin dipenuhi oleh wisatawan melalui perjalalanannya. Diantaranya adalah kualitas, pelayanan, nilai ekonomis serta kecepatan dan ketepatan.

b. Fasilitas yang digunakan, yaitu fasilitas yang digunakan oleh wisatawan dalam sebuah perjalanan wisata meliputi transportasi dan akomodasi.

c. Kematangan perjalanan, beberapa kategori untuk menunjukkan tingkat kematangan perjalanan adalah tidak sadar, sadar, mendapat informasi, tertarik (aktif mencari tau), mengharapkan sesuatu, dan berhasrat wisata.

d. Tingkat loyalitas dan penggunaan, tingkat loyalitas dan penggunaan wisatawan dapat dilihat dalam delapan dimensi. Dimensi-dimensi tersebut adalah dimensi

(17)

keberanian bertualang, pencari kesenangan, dorongan hati, kepercayaan diri, kematangan rencana, maskulin, intelektualisme, dan orientasi pada manusia. Wisatawan yang melakukan perjalanan wisata ke Korea Selatan tentu mempunyai motivasi yang berbeda-beda. Menurut Murphy (via Pitana dan Gayatri, 2005:58-59), perjalanan wisata didasari oleh motivasi yang membuat seseorang memilih untuk melakukan perjalanan wisata. Karena motivasi seseorang dalam melakukan perjalanan wisata bisa bermacam-macam, maka dalam terori ini motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:

a. Physical or physiological motivation (motivasi fisik atau fisiologis) yaitu motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya. b. Cultural motivation (motivasi budaya) yaitu keinginan untuk mengetahui budaya,

adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya.

c. Social or interpersonal motivation (motivasi sosial atau interpersonal) yaitu motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (prestige), melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosankan dan seterusnya. d. Fantasy motivation (motivasi fantasi) yaitu adanya motivasi bahwa di daerah lain

wisatawan akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang memberikan kepuasan psikologis yang tidak dimengerti orang lain.

(18)

Krippendorf (1997) (via Pitana dan Gayatri, 2005:61) menjelaskan bahwa motivasi seorang wisatawan melakukan perjalanan sangat bervariasi, dan motivasi yang mereka miliki bisa lebih dari satu motivasi saja, melainkan gabungan dari berbagai motivasi yang akhirnya membuat seseorang memutuskan untuk melakukan perjalanan wisata. Jadi seorang wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata bisa memiliki lebih dari satu jenis motivasi.

Wisatawan yang melakukan perjalanan wisata ke Korea Selatan dalam penelitian ini merupakan penggemar boyband EXO, salah satu bintang K-Pop. Teori mengenai budaya populer akan digunakan dalam penelitian ini karena boyband EXO merupakan bintang K-Pop, dan K-Pop merupakan salah satu ikon budaya popular dari Korea Selatan yang beberapa tahun belakangan ini berkembang di seluruh dunia termasuk Indonesia. Perkembangannya pun tidak dapat dipungkiri banyak mempengaruhi bidang pariwisata. Kepopuleran EXO sebagai bintang K-Pop menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan internasional untuk mengunjungi Korea Selatan.

Budaya populer merupakan seluruh bentuk bentuk ide, sudut pandang, sikap, dan gayayang mudah untuk dimengerti oleh masyarakat secara luas sehingga hal tersebut akan mudah diterima dan banyak yang menyukainya. Budaya populer berkembang melalui teknologi, media informatika dan pasar industri. Hasil produksi komersial merupakan awal dari kemunculan budaya populer ini. Ciri umum budaya populer diantaranya adalah, adanya tren atau kesukaan masyarakat yang tinggi, mudah dimengerti sehingga dengan mudah diterima, dipahami, dan diadaptasi oleh

(19)

masyarakat tetapi budaya populer ini biasanya tidak bertahan lama karena akan digantikan dengan budaya populer lainnya. Karena merupakan hasil dari produksi komersial maka budaya populer mengandung nilai keuntungan atau profit (Tumanggor, Ridho, dan Nurrochim, 2010:40-41).

K-Pop bisa berkembang luas ke seluruh dunia dengan memanfaatkan komunikasi massa dengan baik. Menurut Rakhmat (1998) (via Sumadiria, 2014:19), komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada masyarakat luas yang heterogen. Komunikasi massa dilakukan melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara cepat, serentak dan sesaat. Teori mengenai komunikasi massa digunakan dalam penelitian ini karena K-Pop merupakan budaya populer yang

perkembangannya banyak melakukan melakukan komunikasi massa, yaitu

memanfaatkan media cetak, media elektronik, dan media online untuk menyebarkan kontennya sehingga K-Pop bisa dikenal secara global seperti sekarang ini.

1.7METODE PENELITIAN

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, wawancara, dan observasi.

a. Studi Pustaka

Pada tahap ini peneliti melakukan pencarian rujukan teori ataupun data sekunder yang berhubungan dengan objek penelitian. Penggunaan studi pustaka dilakukan

(20)

sebagai acuan dalam proses penelitian yang didapat dari buku-buku dari perpustakaan, internet dan jurnal ilmiah.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data primer apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal–hal dari responden yang lebih mendalam. Kusmayadi dan Sugiarto (2000:83) mengatakan bahwa wawancara dilakukan dengan bertanya secara langsung kepada responden, jawaban yang diberikan oleh responden kemudian direkam atau dicatat oleh pengumpul data atau peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang dapat memberikan data untuk penelitian ini. Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah pengelola dari fanbase EXO-L Jogja, anggota-anggota fanbase tersebut untuk mengetahui profil dari EXO dan anggota-anggota dari fanbase tersebut yang telah melakukan perjalanan ke Korea Selatan.

Pengelola fanbase mengatakan bahwa telah ada 30 orang anggota yang telah melakukan perjalanan wisata ke Korea Selatan.7 Dari 30 orang tersebut, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan 14 orang yang kemudian disebut sebagai responden dalam penelitian ini. Metode yang digunakan untuk pemilihan sampel atau responden adalah purposive sampling.

(21)

c. Observasi

Menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000:84), observasi adalah salah satu cara memperoleh data dengan mengamati, meneliti, atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini observasi ini dilakukan dengan mengikuti kegiatan online melalui media sosial maupun offline dengan mengikuti pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh EXO-L Yogyakarta. Dengan metode pengumpulan data ini diharapkan peneliti dapat mendapat informasi dan memperkuat informasi yang telah dihasilkan dari wawancara.

Di dalam penyusunan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif untuk menganalisis data. Menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000:29), penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendiskripsikan dan menggambarkan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, akurat dan faktual. Dalam metode ini terdapat unsur-unsur antara lain, perumusan masalah, penentuan tujuan masalah penelitian, penentuan metodologi (prosedur penelitian dan analisis data) dan penarikan kesimpulan. Adapun berdasarkan sifat datanya, penelitian ini menggunakan data kualitatif karena data yang diperoleh tidak bernilai numerik atau nilainya bukan angka. Setelah peneliti mendapatkan data yang lengkap melalui studi pustaka, observasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh penggemar boyband EXO di Yogyakarta, dan wawancara dengan pihak-pihak yang

(22)

terkait dengan penelitian ini maka peneliti akan menganalisis dan memaparkan temuan-temuan data tersebut secara deskriptif.

1.8 TAHAPAN PENELITIAN

1.8.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimulai dengan menentukan masalah yang akan diteliti, ditentukan berdasarkan fenomena yang menarik bagi peneliti. Studi kepustakaan dan observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Tahap persiapan dimulai pada bulan Desember 2014. 1.8.2 Tahap Pelaksanaan

Pada bulan Januari 2015 peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pengurus komunitas penggemar EXO di Yogyakarta dan beberapa anggota komunitas tersebut untuk mendapat data-data yang diperlukan. Setelah melakukan wawancara, peneliti pun berhasil mendapatkan 14 responden. Pendekatan dan wawancara dengan seluruh responden dimulai pada bulan Februari 2015. Setelah data yang diperoleh dirasa cukup, peneliti menganalisis data-data tersebut agar siap untuk dideskripsikan sebagai hasil dari penelitian ini.

1.8.3 Tahap Penulisan

Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan, peneliti mulai melakukan analisis data kemudian menuangkannya dalam bentuk deskriptif dalam penelitian ini pada bulan Maret 2015. Dalam proses penulisan, peneliti menyadari bahwa ada beberapa informasi belum lengkap, untuk itu peneliti kemudian menghubungi kembali pihak-pihak yang berkaitan untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan.

(23)

1.9 SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian ini disusun menjadi empat bab dengan fokus pembahasan yang berbeda. Meskipun setiap bab memiliki fokus pembahasan yang berbeda, antara satu bab dengan bab lainnya dihubungkan sehingga akan membentuk suatu kesatuan yang dapat menjelaskan seluruh rangkaian penelitian ini.

Bab satu adalah pendahuluan, berisi deskripsi alasan pengambilan tema, rumusan masalah dalam bentuk butir–butir pertanyaan, tujuan penelitian yang menjawab rumusan masalah , manfaat penelitian berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis, tinjauan pustaka yang memaparkan penelitian sebelumnya terkait dengan tema penelitian, landasan teori yang merupakan teori–teori yang mendukung dan metode penelitian yang merupakan langkah konkret yang dilakukan oleh dalam melakukan penelitian.

Bab dua adalah bab yang menjelaskan deskripsi subjek penelitian, termasuk di dalamnya penjelasan tentang K-Pop sebagai salah satu budaya popular Korea Selatan, hubungan K-Pop dengan pariwisata di korea selatan, boyband EXO dan fanbase mereka. Bab tiga adalah bab yang berisi deskripsi mengenai karakteristik penggemar boyband EXO di Yogyarta yang melakukan kegiatan wisata ke Korea Selatan serta menjelaskan apa saja yang menjadi motivasi mereka hingga akhirnya memutuskan untuk melakukan perjalanan wisata ke Korea Selatan.

Bab empat merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan penelitian sehingga diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi pembaca.

Gambar

Tabel 1. Tabel Perkembangan Wisatawan Nasional Tahun 2009-2013

Referensi

Dokumen terkait

Operasi Tolak dalam Lingkungan 100, Secara Mengumpul Semula 18.1Menolak sebarang nombor satu digit daripada nombor dua digit 18.2 Menolak sebarang nombor dua digit daripada nombor

Terkait dengan penyelenggaraan diklat di atas, berikut adalah ketentuan-ketentuan bagipeserta diklat: A. Selama penyelenggaraan diklat seluruh peserta diklat diwajibkan

Namun tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vera (2014) yang menyatakan bahwa secara parsial komponen Capital Efficiency Employed

Hal ini menunjukkan bahwa cemaran getah kuning, seperti yang ditunjukkan oleh parameter persentase buah arilnya bergetah kuning, persentase juring bergetah kuning, dan

Penelitian mengenai perempuan bertato telah dilakukan sebelumnya oleh Aulia Subur, (2012). Hasil penelitian ini menunjukkan, tato yang mulanya hanya dipakai oleh sebagian

Phillips (1958), mengungkapkan bahwa pada saat terjadinya inflasi yang tinggi akan memiliki kecenderungan pengangguran yang rendah dan sebaliknya, dengan asumsi

Pola asuh orangtua dan guru diukur berdasarkan empat aspek yang dapat menumbuhkan daya juang siswa, yaitu tindakan yang dilakukan orangtua dan guru saat anak

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk