1
UNIVERSITAS UDAYANA
KARAKTERISTIK NON GENETIK DAN USIA
MENARCHE SISWI SEKOLAH DASAR
DI KOTA DENPASAR
TAHUN 2017
NI PUTU AMITA PRATIWI NIM 1520015028
PEMBIMBING:
Ni Made Dian Kurniasari, SKM., MPH Desak Nym Widyanthini, S.ST., M.Kes
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA 2017
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat dan rahmat-Nya dapat diselesaikannya skripsi yang berjudul “Karakteristik Non Genetik Dan Usia Menarche Siswi Sekolah Dasar di Kota Denpasar Tahun 2017” ini tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih dalam penyusunan skripsi ini diberikan kepada:
1. Ni Made Dian Kurniasari, SKM., MPH selaku dosen pembimbing I dan Desak Nyoman Widyanthini, S.ST, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Kepala Dinas Pendidikan Kota Denpasar yang telah memberikan informasi mengenai sekolah dasar di Kota Denpasar.
3. Kepala Sekolah dan staf guru sekolah dasar yang telah membatu dalam kelancaran proses penelitian.
4. Responden yang sangat kooperatif dan orang tua responden yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data responden.
5. Staf Tata Usaha PSKM yang telah membantu selama proses penyusunan skripsi. 6. Keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
7. Rekan-rekan mahasiswa PSKM Matrikulasi Angkatan 2015 dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Demikian skripsi ini disusun semoga dapat memberikan manfaat bagi diri kami sendiri dan pihak lain yang menggunakan.
3
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ... 1 KATA PENGANTAR ... 2 1.1 Latar Belakang ... 5 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Pertanyaan Penelitian ... 6 1.4 Tujuan ... 6 1.4.1 Tujuan umum ... 6 1.4.2 Tujuan khusus ... 6 1.5 Manfaat Penelitian ... 7 1.5.1 Manfaat Teoritis ... 7 1.5.2 Manfaat Praktis ... 7 1.6 Ruang lingkup penelitian ... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8 2.1 Konsep Dasar Menarche ... 8 2.1.1 Pengertian menarche ... 8 2.1.2 Usia terjadi menarche ... 8 2.1.3 Proses terjadinya menarche ... 9 2.2 Karakteristik Pada Usia Menarche ... 10 2.2.1 Genetik ... 11 2.2.2 Non genetik ... 13 2.3 Dampak Menarche Dini ... 17 2.3.1 Menopause ... 17 2.3.2 Kanker payudara ... 18 2.3.3 Mioma uteri ... 18 2.3.4 Kanker ovarium ... 194 3.1 Kerangka Konsep ... 20 3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 21 3.2.1 Variabel ... 21 3.2.2 Definisi operasional ... 21 BAB IV METODE PENELITIAN ... 24 4.1 Desain Penelitian ... 24 4.2 Populasi dan Sampel ... 24 4.2.1 Populasi ... 24 4.2.2 Sampel ... 24 4.2.3 Besar sampel ... 25 4.2.4 Teknik pengambilan sampel ... 25 4.3 Pengumpulan Data ... 26 4.3.1 Jenis data ... 26 4.3.2 Cara pengumpulan data ... 27 4.4 Teknik Analisis Data ... 27 4.4.1 Teknik pengolahan data ... 27 4.4.2 Teknik analisis data ... 28 DAFTAR PUSTAKA ... 49
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan pembangunan kesehatan nasional. Pembangunan kesehatan yang optimal didukung dengan tercapainya kesehatan reproduksi, sesuai misi Program Keluarga Berencana Nasional, yaitu mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas sejak dimulainya proses pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Widyastuti, 2009).
Menarche adalah menstruasi pertama kali yang dialami oleh seorang wanita
dan merupakan salah satu ciri fisik kedewasaan wanita, yang menandai dimulainya masa remaja. Masa remaja atau masa adolescence merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Menurut Winkjosastro (2005), rata-rata wanita mengalami menarche antara usia 11-13 tahun dan saat ini usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda yang disebut menarche dini yaitu antara 10-11 tahun.
6
mengalami menarche pada usia dini. Menurut Chung, C.E. et al. (2001) rerata onset
menarche di berbagai negara sejak abad ke-20 mengarah pada usia menarche yang
2
bulan (Tanner, 1989). McAnarney (2003) menyatakan bahwa usia menarche remaja di Amerika mengalami percepatan dari usia 12,75 tahun, pada 1963-1970 menjadi 12,54 tahun pada 1988-1994 . Di Belanda usia rata-rata menarche, menurun secara signifikan dari 13,66 tahun pada 1955 menjadi 13,15 tahun pada tahun 1997 dan 13,05 tahun pada tahun 2009 (Talma H. et al., 2009). Sejalan dengan penelitian sebelumnya, hasil yang sama juga didapatkan di Cina dan Korea. Rata-rata usia
menarche wanita di Cina pada tahun 1985 adalah 13,41 tahun turun menjadi 12,47
tahun pada tahun 2010 (Song, Y. et al., 2014). Menurut Lee et al. (2016) di Korea persentase remaja yang mengalami menarche sebelum usia 12 tahun pada 2001 adalah 21,4% dan meningkat menjadi 34,6% pada periode 2010/2011. Di Indonesia Pardede (2012) menyatakan lebih dari setengah abad, rata-rata usia menarche mengalami penurunan dari usia 16 tahun menjadi rata-rata 13 tahun. Hasil statistik di Indonesia menunjukkan usia menarche perempuan Indonesia mengalami penurunan dari rerata usia 14,08 tahun pada 1937 menjadi 13,22 tahun pada 1996 (Hendrawati & Glinka, 2003). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2010 terdapat 5,2% anak-anak di 17 Provinsi di Indonesia mengalami menarche dini, yang telah mengalami menarche pada usia di bawah 12 tahun.
Perkembangan fisik yang terlalu cepat pada fenomena menarche dini dapat meningkatkan terjadinya gangguan kesehatan mulai dari mengalami stress, gangguan psikologis dan perilaku, sampai pada masalah kesehatan reproduksi. Usia menarche yang terlampau cepat ini dapat menyebabkan ketidaksiapan dan masalah remaja akibat pematangan organ reproduksi yang akan memberikan dorongan-dorongan seksual dan selanjutnya dapat memunculkan masalah seperti kehamilan yang tidak diinginkan (Fadhilla, 1995). Hal ini memperbesar resiko terjadinya kehamilan pada
remaja, aborsi dan akhirnya mempengaruhi tingkat kematian ibu, terutama melalui aborsi dan kehamilan remaja (Aryani, 2010).
Percepatan usia menarche dapat memperbesar peluang terjadinya hiperplasia endometrium, kanker uterus dan kanker payudara yang dihubungkan dengan
menarche dini dengan alasan hormonal, dalam hal ini lebih didominasi oleh estrogen
(Swart, 2016). Selain itu, menarche yang terlalu cepat juga menjadi faktor risiko terjadinya kanker payudara, kanker ovarium, risiko penyakit kardiovaskuler dan juga menopause yang lebih cepat (Karapanou & Papadimitriou, 2010). Dampak secara tidak langsung dari adanya kemajuan usia menarche adalah meningkatnya risiko penyakit kardiovaskuler. Menurut Mueller et al. (2012), usia menarche dini pada wanita perokok di Cina meningkatkan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Modernisasi dan gaya hidup yang tidak sehat diyakini sebagai faktor yang berpengaruh dalam penurunan rerata usia menarche. Hal ini dikarenakan kemajuan peradaban diikuti pula dengan perubahan-perubahan pada manusia, mulai dari perubahan pola makan sampai perubahan pola hidup.Variasi usia menarche pada wanita terkait dengan faktor genetik dan non genetik. Faktor genetik adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan atau dicegah. Faktor genetik tersebut misalnya kadar hormonal individu, penyakit yang di derita, usia menarche ibu, berat badan saat lahir, serta kelahiran prematur (Yermachenko & Dvornyk, 2014). Sedangkan faktor non genetik merupakan faktor yang dapat dikendalikan, meliputi status gizi, pola makan, pola aktivitas, sosial, ekonomi dan psikologis.
Status gizi mempengaruhi usia menarche terkait dengan jumlah lemak dalam tubuh. Jaringan lemak menghasilkan hormon leptin. Peningkatan kronis kadar leptin dalam darah dapat menyebabkan peningkatan kadar LH. Peningkatan LH
4
berhubungan dengan peningkatan estrogen dan awal menarche (Edward et al, 2007). Masa pubertas yang lebih awal juga berkaitan dengan rendahnya aktivitas fisik. Sebuah penelitian oleh Moisan, et al. (1990) di Kota Quebec, Kanada, yang menilai hubungan antara diet, kegiatan fisik, dan menarche, mendapatkan hasil bahwa aktifitas fisik yang rendah berpengaruh pada percepatan usia menarche. Lemak dan massa tubuh memiliki hubungan terhadap produksi hormon reproduksi yang berperan pada proses terjadinya menarche. Tingkat ekonomi berperan dalam mempengaruhi menstruasi, yang berkaitan erat dengan kemampuan daya beli seseorang terhadap beraneka ragam pangan. Berbagai macam pangan yang kaya dengan nilai gizi berpengaruh pada pembentukan gizinya. Apabila status gizinya baik maka proses pertumbuhan dan perkembangan organ, termasuk organ reproduksi akan berjalan dengan baik dan menarche tidak terjadi pada usia dini (Proverawati, 2009).
McAnarney (2003) menyebutkan bahwa usia menarche berkaitan dengan status gizi dan status sosial ekonomi keluarga. Hasil penelitian yang sejalan juga didapatkan di Cina dan Korea, yaitu kejadian menarche dini meningkat pada remaja dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang lebih besar (Oh et al., 2012) dan (Wang, Dang, & Xing, 2016). Penelitian Bagga and Kulkarni (2000) mengatakan bahwa umur menarche juga dikaitkan dengan aktivitas fisik. Faktor-faktor yang mempengaruhi pematangan/pubertas dan usia saat menarche ini, merupakan faktor yang saling berhubungan dan dengan demikian timbulnya menarche tidak dapat dikaitkan dengan faktor tunggal.
Pentingnya memberikan informasi mengenai karakteristik non genetik terhadap usia menarche, diharapkan anak dan lingkungannya mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor yang dapat mempercepat usia menarche. Faktor-faktor ini secara tidak langsung memiliki pengaruh yang kurang baik terhadap status kesehatan
wanita. Seperti dalam hasil penelitian Mueller et al. (2012) dijelaskan bahwa wanita yang mengalami menarche pada usia dini lebih besar berisiko terkena penyakit kardiovaskuler. Hal ini berhubungan, karena wanita yang mengalami menarche pada usia dini, cenderung memiliki gaya hidup yang kurang sehat, seperti jarang berolah-raga dan sering mengkonsumsi makanan siap saji. Perilaku tersebut merupakan faktor predisposisi dari penyakit kardiovaskuler. Sehingga penting bagi ahli kesehatan masyarakat untuk menggali informasi mengenai karakteristik terkait usia menarche.
Penelitian mengenai usia menarche banyak dilakukan di dunia namun masih jarang dilakukan di Indonesia. Penelitian ini memiliki keunggulan karena menggali lebih banyak karakteristik non genetik usia menarche. Selain itu, dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SD N 7 Dauh Puri dan SMP N 6 Denpasar, dari 143 orang siswi, 13,3% mengalami menarche sebelum usia 12 tahun. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian terkait karakteristik non genetik dan usia menarche siswi sekolah dasar di Kota Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
Usia menarche pada remaja wanita di seluruh dunia cenderung mengalami penurunan atau terjadinya peningkatan kejadian menarche dini (<12 tahun). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2010 terdapat 5,2% anak-anak di 17 Provinsi di Indonesia mengalami menarche dini, yang telah mengalami menarche pada usia di bawah 12 tahun. Sementara di Denpasar, khususnya di SD N 7 Dauh Puri dan SMP N 6 Denpasar, dari 143 orang siswi, 13,3% mengalami menarche sebelum usia 12 tahun.
Terdapat berbagai karakteristik yang terkait dengan usia menarche pada wanita, yaitu genetik dan non genetik. Karakteristik genetik merupakan faktor
6
keturunan yang tidak dapat diubah atau dimanipulasi dan sifatnya tidak dapat dihindari. Sedangkan karakteristik non genetik dapat dikendalikan, meliputi status gizi, konsumsi pangan junk food, aktifitas fisik, dan status sosial ekonomi keluarga. Status gizi lebih, frekuensi konsumsi junk food yang tinggi, dan aktifitas fisik kurang, selain dapat mempengaruhi usia menarche menjadi lebih dini juga dapat memberikan pengaruh yang kurang baik untuk kesehatan. Selain itu, menarche dini dapat meningkatkan risiko kesakitan pada organ reproduksi yang sering disebabkan karena pengaruh hormon reproduksi yang diproduksi lebih awal dari usia yang seharusnya. Oleh karena itu peneliti bermaksud melakukan penelitian terkait karakteristik non genetik dan usia menarche siswi sekolah dasar di Kota Denpasar.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah gambaran karakteristik non genetik dan usia menarche siswi sekolah dasar di Kota Denpasar?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik non genetik dan usia menarche siswi sekolah dasar di Kota Denpasar.
1.4.2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran usia menarche siswi SD di Kota Denpasar. b. Untuk mengetahui gambaran status gizi (IMT) terhadap usia menarche.
d. Untuk mengetahui gambaran aktivitas fisik terhadap usia menarche.
e. Untuk mengetahui gambaran sosial ekonomi keluarga terhadap usia menarche.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran karakteristik non genetik dan usia menarche siswi sekolah dasar di Kota Denpasar.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan karakteristik non genetik terkait usia menarche.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada siswi, guru dan orang tua, agar lebih paham mengenai gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko
menarche dini.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan tambahan bagi ahli kesehatan masyarakat dalam membuat acuan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi.
1.6 Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang kesehatan reproduksi remaja. Penelitian ini menggambarkan bagaimana karakteristik non genetik dan usia
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Menarche
2.1.1 Pengertian menarche
Menarche adalah haid pertama kali yang terjadi pada saat masa pubertas, yang
merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa (Sarwono, 2008). Menurut Irianto (2015) menarche adalah menstruasi pertama kali yang merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang wanita, dimana masa ini dimulai dengan
menarche dan diakhiri dengan menaupause. Menurut Manuaba (1998) menarche
merupakan puncak kedewasaan seorang wanita yang ditandai dengan keluarnya perdarahan rahim pertama. Seorang wanita pada umumnya, sebelum memasuki usia
menarche atau sekitar 5 bulan sebelumnya akan mengalami keputihan (Dianawati,
2003).
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa menarche adalah perdarahan pervaginam pada wanita yang terjadi pertama kali sebagai akibat dari aktivitas rahim dan dapat mengakibatkan perubahan fisik dan psikologis.
2.1.2 Usia terjadi menarche
Menurut Irianto (2015) menarche paling sering terjadi pada usia 11 tahun tetapi bisa juga terjadi pada usia 8 tahun atau 16 tahun dan rata-rata terjadi pada usia 12,5 tahun. Sedangkan Haryono (2016) menyatakan bahwa salah satu tanda menstruasi yang tidak normal adalah jika usia sudah mencapai 16 tahun, tetapi belum
juga mengalami menarche. Remaja putri rata-rata mulai mengalami menarche pada usia 12 tahun (Rumini, 2004). Pada umumnya menarche terjadi di antara masa anak-anak dan dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun. Biasanya usia menarche normal berumur 12 tahun atau lebih dan menarche dini kurang dari 12 tahun (Boynton-Jarrett et al., 2013). Berdasarkan hasil Riset kesehatan dasar (2010) 5,2% anak-anak di 17 provinsi di Indonesia telah memasuki usia
menarche di bawah usia 11 tahun. Menurut Winkjosastro (2005) menarche dini
adalah menstruasi yang datangnya lebih awal antara 10-11 tahun. Menurut BKKBN (2011) haid pertama kali atau menarche, terjadi pada usia 11-13 tahun, namun tidak menutup kemungkinan ada pula remaja dibawah 11 tahun sudah mendapatkan haid. Mengacu dari berbagai pendapat para ahli, didapatkan usia menarche normal anak perempuan pada umumnya adalah 12-13 tahun. Jika mengalami menarche sebelum usia 12 tahun maka dikatakan anak tersebut mengalami menarche dini dan dikatakan mengalami menarche terlambat jika menstruasi pertama didapatkan setelah usia 13 tahun.
2.1.3 Proses terjadinya menarche
Awal pubertas ditandai dengan menarche yang dipengaruhi oleh hipotalamus dan dilanjutkan ke hipofisis. Pada proses menstruasi dengan ovulasi (pelepasan telur), terjadi produksi hormon estrogen yang semakin meningkat sehingga menyebabkan lapisan dalam rahim mengalami pertumbuhan dan perkembangan (fase proliferasi). Dalam siklus menstruasi peningkatan estrogen menekan pengeluaran hormon folikel
stimulating hormone (FSH), tetapi merangsang luteinizing hormone (LH) sehingga
merangsang folikel graff yang telah dewasa untuk melepas telur yang disebut sebagai
10
radiata yang akan memberikan nutrisi selama 48 jam. Folikel graff yang mengalami
ovulasi menjadi korpus luteum dan mengeluarkan hormon etrogen dan progesteron. Hormon estrogen menyebabkan (endometrium) berkembang dan tumbuh dalam bentuk proliferasi, maka setelah dirangsang oleh korpus luteum dengan mengeluarkan estrogen dan progesteron lapisan dalam rahim berubah menjadi fase sekresi, yang mengakibatkan pembuluh darah makin dominan dan mengeluarkan cairan (fase
sekresi). Bila tidak terjadi pertemuan antara spermatozoa dan ovum maka korpus
luteum mengalami regresi. Korpus luteum berumur 8 hari, sehingga setelah terjadi regresi korpus luteum tidak mampu lagi mempertahankan endometrium sehingga endometrium mengalami kekurangan aliran darah (kematian). Selanjutnya diikuti dengan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan pelepasan darah bentuk perdarahan yang disebut mesntruasi (Manuaba, 1998).
Menstruasi berlangsung antara 2-8 hari. Setelah masa menstruasi berakhir, endometrium kemudian tumbuh kembali agar siap menerima ovum yang telah dibuahi sebagai persiapan kehamilan. Apabila tidak terjadi pembuahan, endometrium kemudian luruh akan terjadi menstruasi kembali dan seterusnya (Fairus, 2011)..
2.2 Karakteristik Pada Usia Menarche
Secara umum, terjadinya menarche dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan non genetik. Faktor genetik tersebut meliputi organ reproduksi, hormon, penyakit, usia menarche ibu, berat badan lahir, dan ras, sedangkan faktor non genetik misalnya, status gizi, konsumsi pangan junk food, aktivitas fisik, keadaan sosial ekonomi keluarga dan rangsangan audio visual (Khaerurrizal D., 2012). Menurunnya usia
menarche disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik
menarche disebabkan pula oleh peningkatan standar kehidupan ekonomi dan
kemudahan akses perawatan kesehatan. Manuaba (2003) menyatakan bahwa usia
menarche pada remaja putri semakin muda seiring dengan derasnya arus informasi
melalui media massa, TV dan lainnya yang meningkatkan rangsangan panca indera. Meningkatnya rangsangan terhadap panca indera akan mempercepat pertumbuhan organ seksual (Santrock, 2003). Penjelasan mengenai masing-masing karakteristik diuraikan sebagai berikut.
2.2.1 Genetik
a. Organ reproduksi
Faktor organ reproduksi yang memengaruhi usia menarche misalnya vagina yang tidak tumbuh atau adanya keabnormalan vagina, misalnya septum. Kelainan ini dapat menghambat darah menstruasi sehingga tidak bisa keluar (Dieny, 2014). Berdasarkan hasil penelitian Mollitt et al. (1981) kelainan anatomi pada vagina merupakan faktor risiko keterlambatan usia menarche.
b. Hormon
Menurut Apter (1996) menarche dini dikaitkan dengan peningkatan estrogen dan progesteron. Peningkatan berat badan dan jaringan lemak diperkirakan dapat mempengaruhi kadar hormon reproduksi (estrogen dan progesterone).
c. Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menyebabkan terlambatnya haid adalah infeksi yang menimbulkan berat badan sangat rendah sehingga datangnya haid akan tertunda. Adanya tumor juga mempengaruhi pola menstruasi, dapat mengganggu pengeluaran hormon sehingga menstruasi terganggu. Selain itu penyakit metabolik seperti diabetes mellitus juga dapat menyebabkan gangguan menstruasi dikarenakan adanya resisten
12
insulin yang dapat mengganggu keseimbangan hormon androgen dan estrogen (Dieny, 2014).
d. Usia menarche ibu
Usia menarche ibu berperan penting sebagai faktor penentu usia menarche remaja putri. Usia menarche ibu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu menarchenya (Luigi,F Rigon, 2010).
e. Berat badan lahir
Perempuan yang lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami menarche pada usia yang lebih awal dibandingkan dengan mereka yang lahir dengan berat badan lahir yang normal (Weissenbruch dan Delemarre, 2006). Hal ini mendukung hipotesis bahwa berat badan lahir rendah memiliki hubungan terhadap usia menarche dini.
f. Riwayat Kelahiran Prematur
Kelahiran prematur dapat mempengaruhi usia menarche. Kelahiran prematur merupakan salah satu komplikasi yang paling umum dari kehamilan dan berpotensi dapat mempengaruhi status metabolik di masa kecil dan masa pubertas (Weissenbruch dan Delemarre, 2006). Di Asia, perempuan yang lahir prematur memiliki 4 bulan keterlambatan dalam pematangan seksual dibandingkan dengan mereka yang lahir cukup bulan (Hui et al., 2012).
g. Ras
Hasil penelitian Freedman et al. (2002) menjelaskan perempuan kulit hitam mengalami menarche rata-rata 3 bulan lebih awal dari perempuan kulit putih. Selama 20 tahun masa studi juga ditemukan bahwa median usia menarche pada perempuan mengalami penurunan, dimana perempuan kulit hitam turun sekitar 9,5 bulan dan perempuan kulit putih turun sekitar 2 bulan (Freedman et al., 2002).
2.2.2 Non genetik
a. Status gizi
Status gizi berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan fungsi organ reproduksi (Christianti, 2013). Menurut Christianti (2013) hasil penelitian tentang usia menarche yang dihubungkan dengan status gizi secara antropometri meliputi, IMT (Indeks Massa Tubuh), lingkar pinggang, lingkar panggul dan lemak tubuh. Hasil penelitian Sunarto & Mayasari ID. (2010) menunjukkan adanya hubungan antara kelebihan berat badan dengan menarche dini (≤ 12 tahun). Demikian pula dengan hasil penelitian Lusiana, S. A. & Dwiriani (2008) yang menunjukkan hubungan berbanding terbalik antara status gizi dan usia menarche. Persentase status gizi lebih, lebih besar pada subjek yang sudah mengalami menarche. Hasil penelitian oleh Cho et al. (2010) yang dilakukan di Korea Selatan dengan metode kohort menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT dan lingkar panggul maka menstruasi terjadi lebih cepat. Usia menarche yang terlambat dapat disebabkan oleh status gizi yang kurang baik.
Tabel 1.1 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U
Kategori Nilai Z-score
Obesitas Overweight Normal Kurus Sangat kurus >3 >2 s/d 3 -2 s/d 2 -3 s/d <-2 <-3 Sumber: (WHO, 2007)
b. Konsumsi pangan Junk food
Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara asupan zat gizi dengan terjadinya menarche. Asupan atau konsumsi pangan yang berlebihan akan disimpan dalam tubuh (jaringan adiposa) yang berkorelasi positif dengan peningkatan kadar leptin sehingga memicu pengeluaran GnRH dan mempercepat
14
waktu pubertas (J. Lee, 2008), (Quennell et al., 2009). Lassek and Gaulin (2007) menyatakan bahwa level hormon leptin berbanding terbalik dengan masa pubertas dan usia menarche, peningkatan level leptin yang signifikan (28%) selama 6 bulan merupakan pemicu terjadinya menarche. Penelitian Paçadara et al. (2008) menyatakan bahwa remaja dengan asupan makanan kurang mengalami menarche pada usia 13.29 tahun, sedangkan remaja dengan asupan makanan yang baik mengalami menarche pada usia 12.91 tahun. Menurut Susanti & Sunarto (2012), faktor risiko terjadinya menarche dini adalah rendahnya asupan serat dan tingginya asupan lemak serta kalsium. Hasil penelitian Bagga and Kulkarni (2000) di India menyatakan bahwa remaja putri non-vegetarian mengalami menarche enam bulan lebih cepat dibandingkan dengan remaja putri vegetarian.
Menurut Muscari (2005) sulitnya mempertahankan kualitas pola makan anak antara lain dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti jadwal yang sibuk, teman sebaya, terlalu mudah mendapatkan makanan cepat saji. Pola makan seperti ini juga dapat ditularkan dari orang tua, lingkungan sekolah, lingkungan rumah, dan hal ini dapat mempengaruhi berbagai kondisi remaja (Wong, et al., 2008).
Pola konsumsi makan mempunyai huubungan dalam kejadian gizi lebih pada anak. Sebuah studi mendapatkan bahwa junk food berkontribusi terhadap peningkatan energi yang akan mempercepat kenaikan berat badan (Rosenheck, 2008). Kondisi gaya kehidupan modern dengan tersedianya rumah makan dengan banyak pilihan makanan siap saji, makanan kemasan dan soft drink akan menimbulkan percepatan
menarche karena konsumsi makanan siap saji maupun soft drink mengadung lebih
banyak lemak, gula dan kalori. Remaja putri yang mulai pubertas dan sebelum mengalami menarche sering mengkonsumsi junk food dan makanan jajanan luar
rumah akan menyebabkan peningkatan asupan kalori yang tinggi (Sulistyoningsih, 2011).
c. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental dan kualitas hidup sehat. Menurut Gibney (2010), aktivitas fisik umumnya diartikan sebagai gerak tubuh yang ditimbulkan oleh otot-otot skeletal yang mengacu pada gerakan beberapa otot besar, seperti menggerakkan lengan dan tungkai serta mengakibatkan pengeluaran energi dan dapat meningkatkan kesehatan.
Masa pubertas yang lebih awal dikaitkan dengan rendahnya aktivitas fisik sehingga keseimbangan energi (perbedaan antara asupan energi dan pengeluaran energi) dianggap sebagai faktor penting yang menentukan waktu pubertas (Goldman & Hatch., 2000). Menurut Sherar et al. (2007) usia menarche yang terlambat umumnya terjadi pada atlet perempuan karena rendahnya lemak dan massa tubuh. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bagga and Kulkarni (2000) di India yang menyatakan anak dengan usia menarche lebih awal terjadi pada kelompok yang jarang melakukan aktivitas fisik dan usia menarche yang terlambat terjadi pada kelompok atlet. Rendahnya aktivitas fisik merupakan faktor yang meningkatkan kegemukan (J.S. et al., 2008, Pereira et al., 2010). Aktivitas fisik terlihat lebih rendah pada anak gizi lebih dibandingkan pada anak dengan berat badan normal (Ball et al., 2005). Hal ini dibuktikan pada penelitian yaitu anak gizi lebih menghabiskan 0,5 jam lebih sedikit waktu untuk melakukan pekerjaan rumah, lebih jarang berangkat sekolah dengan sepeda atau berjalan kaki, lebih sedikit melakukan aktivitas moderate/vigorous (Li et al., 2007). Asupan energi yang berlebihan tanpa disertai dengan aktivitas fisik yang seimbang dikompensasi tubuh dengan
16
menyimpannya menjadi lemak. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kadar lemak berlebih memiliki pengaruh terhadap produksi hormon reproduksi menjadi lebih awal (Goldman M. B & Hatch M., 2000).
Aktivitas remaja dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya antara lain aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat. Menurut FAO (2004) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL). PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam.
d. Sosial ekonomi
Kecenderungan penurunan usia awal pubertas di negara berkembang diduga disebabkan oleh perubahan standar kehidupan. Perbedaan status sosial ekonomi dan gaya hidup di pedesaan dan perkotaan juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan usia awal pubertas (Indrayani, 2009). Status ekonomi keluarga mempengaruhi status gizi remaja, status gizi lebih akan menyebabkan pubertas menjadi lebih awal. Hasil penelitian Indrayani (2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi status ekonomi maka usia awal pubertas semakin muda. Kondisi sosial ekonomi yang cukup berhubungan dengan kemampuan daya beli dan kemudahan untuk mendapatkan bahan makanan, khususnya makanan cepat saji. Meningkatnya tren dalam mengkonsumsi makanan cepat saji atau makanan dalam kemasan dapat mempercepat proses pertumbuhan dan perkembangan organ, termasuk organ reproduksi (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Paçadara et al. (2008) melakukan penelitian di Negara Kosovo menemukan bahwa ada hubungan antara umur menarche remaja putri dengan status sosial ekonomi keluarga. Hasil penelitian Bagga and Kulkarni (2000) juga mendapatkan hasil yang serupa yaitu adanya hubungan antara umur menarche remaja putri di India
dengan status sosial ekonomi keluarganya dimana status ekonomi keluarga yang rendah berkaitan dengan usia menarche yang lebih lambat.
e. Rangsangan Audio Visual
Faktor penyebab menstuasi juga datang dari rangsangan audio visual, baik berasal dari percakapan maupun tontonan dari film-film atau internet berlabel dewasa, vulgar, atau mengumbar sensualitas. Ransangan dari telinga dan mata tersebut kemudian merangsang sistem reproduksi dan genital untuk lebih cepat matang. Bahkan, rangsangan audio visual ini merupakan faktor penyebab utama menstruasi dini (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Keterpaparan media massa orang dewasa (pornografi) yang meliputi media cetak, audio dan audiovisual mempengaruhi timbulnya menarche dini remaja putri karena mengacu organ reproduksi dan genital lebih cepat matang. Keterpaparan media orang dewasa (pornografi) menjadikan remaja putri lebih cepat dewasa dan bila tidak mengerti media bertema pornografi bisa disalah gunakan pada hal negatif seperti seks bebas (Fajriyanti, 2008).
2.3 Dampak Menarche Dini
2.3.1 Menopause
Makin dini menarche terjadi, makin lambat menopause timbul. Sebaliknya makin lambat menarche terjadi, makin cepat menopause timbul. Pada abad ini umumnya nampak bahwa menarche makin dini timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang (Siti, 2013). Dampak dari masa reproduksi yang lebih panjang adalah peningkatan risiko masalah kesehatan reproduksi. Menopause terlambat adalah menopause yang terjadi pada usia 55 tahun
18
ke atas. Salah satu faktor yang memungkinkan seorang wanita akan mengalami keterlambatan menopause adalah apabila memiliki kelebihan berat badan. Sebagian besar estrogen dibuat didalam endometrium, akan tetapi sejumlah kecil estrogen juga dibuat di bagian tubuh yang lain, termasuk di sel-sel lemak. Apabila seorang wanita mengalami obesitas maka wanita tersebut akan memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dalam seluruh masa hidupnya (Brown et al., 2005).
2.3.2 Kanker payudara
Menurut Pamungkas (2011), faktor yang dapat menyebabkan kanker payudara adalah wanita yang mengalami menarche pada usia lebih dini (sebelum usia 12 tahun). Selain faktor genetik, faktor pemicu kanker payudara yang umumnya menyerang kaum wanita adalah akibat hormon estrogen, terutama dalam bentuk estradiol (Hariani 1970). Menstruasi dini sangat erat kaitannya dengan meningkatnya kadar estradiol. Selain itu populasi dengan usia menstruasi dini cenderung mempunyai siklus ovulatoar lebih cepat, dibandingkan dengan usia menstruasi yang lebih lambat. Menurut Hariani (1970) terjadinya siklus ovulator reguler yang semakin cepat juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara sebanyak empat kali lipat. Namun, risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya menstruasi pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara.
2.3.3 Mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang terutama terdiri dari sel-sel otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-sel ini tersusun dalam bentuk gulungan, yang bila membesar akan menekan otot uterus normal. Penyebab dari mioma uteri belum
diketahui secara pasti. Namun diduga beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan mioma uteri, antara lain faktor hormonal yaitu adanya hormon ekstrogen berperan dalam perkembangan mioma uteri. Mioma jarang timbul sebelum masa pubertas, meningkat pada usia reproduktif dan mengalami regresi setelah
menopause. Semakin lama terpapar dengan hormon estrogen seperti obesitas dan menarche dini, akan meningkat kejadian mioma uteri. Menarche dini meningkatkan
resiko mioma uteri pada usia diatas 40 tahun (Wiknjosastro, 1999).
2.3.4 Kanker ovarium
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beranekaragam (Sarwono, 2008). Resiko kanker ovarium meningkat pada wanita yang belum memiliki anak dan pada wanita yang mengalami menstruasi dini atau terlambat menopause. Teori gonadotropin menjelaskan bahwa stimulasi terus menerus dari ovarium oleh gonadotropin lalu ditambak dengan efek lokal dari hormon endrogen mengakibatkan kenaikan permukaan epitel proliferasi dan aktivitas mitos berikutnya. Dengan demikian kemungkinan kanker ovarium berhubungan dengan jumlah siklus ovulasi dan kondisi yang menekan siklus ovulasi mungkin memainkan peran protektif (Proverawati dan Misaroh, 2009).
20
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Keterangan: = Diteliti = Tidak Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep (Diadopsi dari teori Blum, 1974) USIA MENARCHE Faktor Lingkungan 1. Sosial Ekonomi Karakteristik Responden 1. Umur 2. Status Gizi
Faktor Perilaku Atau Gaya Hidup 1. Aktivitas Fisik
2. Konsumsi Pangan (Junk
food/Fast Food)
3. Golongan Etnik (Ras) 4. Herediter/Genetik 5. Imunitas/Penyakit
Faktor Pelayanan Kesehatan
3. Kebiasaan akses terhadap media informasi (rangsangan audio visual
Konsep Blum (1974), status kesehatan dipengaruhi oleh empat determinan yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan herediter. Keempat determinan tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi status kesehatan individu atau status kesehatan masyarakat. Dari gambar kerangka konsep di atas, dapat digambarkan bahwa usia menarche dapat dipengaruhi oleh karakteristik responden, gaya hidup dan faktor lingkungan.
3.2 Variabel dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat dan ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Siswanto, 2013).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: usia menarche, berat badan, tinggi badan, status gizi (IMT), aktivitas fisik, konsumsi pangan Junk food dan sosial ekonomi.
3.2.2 Definisi operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Cara Pengumpulan
Data
Skala Pengukuran Usia menarche Usia ketika mengalami
menstruasi/haid pertama kali (Winkjosastro, 2005). Dikelompokkan dalam: - Usia <12 tahun. - Usia ≥12 tahun - Belum menarche Wawancara yang terdiri dari 1 pertanyaan Ordinal
22 Variabel Penelitian
Definisi Operasional Cara Pengumpulan
Data
Skala Pengukuran
Berat Badan - Berat badan sebelum mengalami
menarche: untuk responden yang
sudah menarche.
- Berat badan saat ini: untuk responden yang belum
menarche. Penelusuran dari dokumentasi sekolah berupa daftar kelas Rasio
Tinggi Badan - Tinggi badan sebelum
mengalami menarche: untuk responden yang sudah menarche. - Tinggi badan saat ini: untuk
responden yang belum
menarche. Penelusuran dari dokumentasi sekolah berupa daftar kelas Rasio Status gizi (IMT)
- IMT sebelum mengalami
menarche: untuk responden yang
sudah menarche.
- IMT saat ini: untuk responden yang belum menarche. Berat badan (kg)
IMT = --- Tinggi badan² (meter) Untuk menentukan status gizi pada anak dan remaja usia 5-19 tahun nilai IMT-nya dibandingkan dengan referensi WHO/NCHS 2007 (WHO, 2007), dinyatakan dengan Z-skor. Klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI 2010 untuk anak usia 5-18 tahun z-skor ≥ +2: Obesitas
+1 < z-skor < +2 : Gemuk -2 < z-skor < +1 : Normal -3 < z-skor < -2 : Kurus z-skor < -3: Sangat kurus
Menghitung IMT dari usia, tinggi badan, dan berat badan siswa Ordinal Konsumsi Pangan Junk food
Frekuensi responden mengkonsumsi
minuman bersoda, dalam kemasan,
dan makanan siap saji seperti: 1. Burger
2. Pizza
3. Ayam goreng tepung
Wawancara yang terdiri dari 2 pertanyaan mengenai perilaku Ordinal
Variabel Penelitian
Definisi Operasional Cara Pengumpulan Data Skala Pengukuran 4. Cilok 5. Mie instan 6. Bihun instan
7. Makanan dalam kaleng 8. Nugget
- sebelum mengalami menarche (untuk responden yang sudah
menarche).
- saat ini (untuk responden yang belum menarche).
Dikategorikan dalam 0 = tidak pernah
1 = jarang bila mengkonsumsi makanan siap saji 1x perbulan 2 = kadang - kadang bila
mengkonsumsi makanan siap saji 2x perbulan
3 = sering bila mengkonsumsi makanan siap saji 3x atau lebih perbulan (Mugawati Aisya, 2016)
mengkonsumsi makanan dan minuman siap saji/dalam kemasan 6 bulan terakhir
Aktivitas Fisik Tingkat skor dari pertanyaan tentang kegiatan yang dilakukan anak:
- sebelum mengalami menarche (untuk responden yang sudah
menarche).
- saat ini (untuk responden yang belum menarche).
Klasifikasi: kurang aktif, apabila skor < median
Aktif, apabila skor ≥ median (Kowalski, Crocker, & Donen, 2004). Wawancara dengan pedoman wawancara Physical Activity yang menanyakan aktivitas fisik yang dilakukan terdiri dari 9 pertanyaan Ordinal Sosial ekonomi
Pendapatan rata-rata kedua orang tua dalam 1 bulan; dikategorikan dalam 1 = < Rp. 1.500.000/bulan)
2 = Rp. 1.500.00-2.500.000/bulan) 3 = >Rp. 2.500.000)
(Badan Pusat Statistik, 2012)
Kueisioner yang diisi oleh orang tua yang berisi 1 pertanyaan mengenai penghasilan rata-rata orang tua/ bulan. Ordinal
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain cross
sectional tentang karakteristik non genetik dan usia menarche pada siswi sekolah
dasar di Kota Denpasar tahun 2017.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah semua anggota dari objek yang diteliti (Eriyanto, 2007). Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SD di Kota Denpasar, dimana jumlah SD di Kota Denpasar adalah 232 SD. Populasi terjangkaunya adalah siswi kelas VI di Kota Denpasar yang berjumlah 13.951 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian atau representasi dari populasi (Eriyanto, 2007). Pengambilan sampel disesuaikan dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Semua siswi kelas VI yang hadir saat dilaksanakan penelitian. 2. Mendapat persetujuan orang tua
4.2.3 Besar sampel
Perhitungan besar sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan jumlah sampel cross sectional, yaitu:
𝑛 = 𝑍 ! ! ! ∝/! 𝑝 1 − 𝑝 𝑁 𝑑! 𝑁 − 1 + 𝑍 !! ! ∝/! 𝑝 1 − 𝑝 dimana,
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
𝑍 !!
! ∝/! = score Z berdasarkan nilai ∝ yang diinginkan N = jumlah populasi
d = toleransi kesalahan (5%)
p = proporsi kejadian menarche dini dari penelitian sebelumnya
Dari hasil hasil penelitian sebelumnya oleh Amaliah et al., (2012) di Indonesia, proporsi kejadian menarche dini (<12 tahun) sebesar 8,6%. Ini berarti nilai p = 0,086. Toleransi kesalahan (d) ditetapkan 0,05, nilai 𝑍 !!
! ∝/!= 1,96, sehingga jumlah sampel minimal yang dibutuhkan sebesar 61 sampel. Dengan pertimbangan adanya drop out sebesar 10%, maka jumlah sampel menjadi 67 orang.
4.2.4 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel Sekolah Dasar dalam penelitian ini adalah dengan teknik acak klaster (cluster random sampling). Penarikan sampel ini didasarkan pada gugus (klaster), jumlah klaster yang diambil adalah 4 klaster. Peneliti memilih masing-masing 1 SD secara acak dari setiap kecamatan yang ada di Kota Denpasar (4 kecamatan). Empat SD yang terpilih yaitu SD N 7 Dauh Puri (Denpasar Barat), SD N 1 Panjer (Denpasar Selatan), SD N 2 Tonja (Denpasar Utara), dan SD N
26
1 Sumerta (Denpasar Timur). Jumlah total siswi kelas VI pada keempat SD ini adalah 133 orang.
Teknik pengambilan sampel siswi dilakukan dengan systematic random
sampling. Pengambilan sampel secara systematic random sampling merupakan
sistem pengambilan sampel dimana hanya unsur pertama dari sampel yang dipilih secara acak selanjutnya dilakukan secara sistematis dengan menggunakan selang interval tertentu secara berurutan. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel yang dijadikan responden adalah sebagai berikut:
1. Pertama, nama siswi kelas VI disusun berdasarkan nomor absen terkecil
menurut masing-masing SD secara berurutan.
2. Menghitung interval 𝐾 = 𝑁 𝑛. Dari hasil perhitungan didapatkan interval
K=2.
3. Menentukan secara acak satu unit sampel pertama berdasakna nilai K (nomor
1 dan 2). Dari hasil pengundian didapatkan nomor 1.
4. Sampel kedua, ketiga dan selanjutya kemudian diambil secara sistematis,
yaitu dilanjutkan dengan nomor urut 3, 5, 7, dan seterusnya.
5. Jika sampel dengan nomor urut yang sudah terpilih tidak hadir, di ganti dengan nomor urut 1 nomor dibawahnya (misal nomor 3 diganti dengan nomor 4).
4.3 Pengumpulan Data
4.3.1 Jenis data
Jenis data merupakan data primer dari wawancara menggunakan pertanyaan - pertanyaan kuesioner yang terdiri dari 13 butir pertanyaan mengenai identitas, tanggal
lahir, usia menarche, pertanyaan mengenai frekuensi konsumsi junk food, aktivitas fisik, dan penghasilan rata-rata orang tua. Data berat dan tinggi badan merupakan data sekunder yang diperoleh dari daftar kelas pada masing-masing sekolah.
4.3.2 Cara pengumpulan data
Pengambilan data penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin dari sekolah, lalu memberikan penjelasan tentang penelitian yang dilakukan kepada calon responden, meminta kesediaan untuk menjadi responden dan memberikan lembar persetujuan berisi maksud dan tujuan penelitian yang ditandatangani orang tua, serta memberikan pertanyaan yang harus diisi oleh orang tua responden berkaitan dengan sosial ekonomi keluarga. Setelah mendapat persetujuan dari orang tua responden, pada hari ke-2, peneliti melakukan wawancara kepada responden dengan menggunakan kueisioner. Jika pada hari ke-2 responden yang dipilih tidak hadir, wawancara terhadap responden penggantinya dilakukan pada hari berikutnya setelah responden pengganti mendapatkan persetujuan dari orang tua.
4.4 Teknik Analisis Data
4.4.1 Teknik pengolahan data
Menurut Imron dalam Siswanto (2013), data yang didapat dilakukan pegolahan data dengan langkah- langkah sebagai berikut.
1. Editing
Dilakukan dengan melihat kembali data yang diperoleh oleh peneliti dari sampel, dengan cara mengkaji dan mendata kembali kelengkapan data yang telah
28
dikumpulkan dalam kuesioner yang dilakukan di lokasi penelitian segera setelah data terkumpul.
2. Coding
Data yang terkumpul kemudian diberi kode angka sesuai dengan kode responden.
3. Tabulating
Tahap dalam meringkas data yang masuk kedalam tabel yang disediakan. Setelah data terkumpul, data tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
4.4.2 Teknik analisis data
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk mengetahui frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Variabel yang diteliti yaitu usia menarche, status gizi (IMT), aktivitas fisik, konsumsi pangan Junk food dan sosial ekonomi, sehingga analisis univariat dalam penelitian ini adalah untuk melihat distribusi status gizi (IMT), konsumsi pangan Junk food, aktivitas fisik, dan sosial ekonomi dalam keterkaitannya terhadap usia menarche.
Abdurrahman. (2001). Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Status Menarche
Pada Remaja Putri ( Studi Kasus Pada Siswi Pondok Cina 1, SD Islam Terpadu Nurul Fikri, SMP Islam Terpadu Nurul Fikri dan Mts. Uswanul Khairiyyah Depok, Jawa Barat). UI.
Amaliah, N., Sari, K., & Rosha, B. C. (2012). Status Tinggi Badan Pendek Beresiko Terhadap Keterlambatan Usia Menarche Pada Perempuan Remaja Usia 10-15 Tahun. Penel Gizi Makan, 35(2), 150–158.
Apter, D. (1996). Hormonal events during female puberty in relation to breast cancer risk. European Journal of Cancer Prevention : The Official Journal of the
European Cancer Prevention Organisation (ECP).
Arie Nugroho, Bertalina, & M. (2010). HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN MENARCHE DINI PADA SISWI SD NEGERI 2. Kesehatan, VI (1), 36–42.
Aryani, R. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.
Ashakiran, Deepthi, R. (2012). Fast Foods and their Impact on Health. Journal of
Krishna Institute of Medical Sciences University, 1(2), 7–15.
Astuti, R. (2010). Usia Menarche, Indeks Masa Tubuh, Frekuensi Konsumsi, dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua pada Siswa SLTP di Pinggir dan Pusat Kota, Kota Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang, 9, 181–191. Retrieved from unimus. ac. id/index.php/%0Apsn12012010/article/view/74/53
Azwar, A. (2004). Tubuh Sehat Ideal Dari Segi Kesehatan. Seminar Kesehatan
Obesitas, 1–7.
Badan Pusat Statistik. (2012). Statistik Indonesia. Retrieved from
http://www.bps.go.id
Bagga, A., & Kulkarni, S. (2000). Age at menarche and secular trend in Maharashtrian ( Indian ) girls. Acta Biologica Szegediensis, 44(1–4), 53–57. Baliwati, Yayuk Farida, dkk. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.
Penebar Swadaya.
Ball, G. D. C., Marshall, J. D., & McCargar, L. J. (2005). Physical activity, aerobic fitness, self-perception, and dietary intake in at risk of overweight and normal weight children. Canadian Journal of Dietetic Practice and Research : A
Publication of Dietitians of Canada = Revue Canadienne de La Pratique et de La Recherche En Dietetique : Une Publication Des Dietetistes Du Canada, 66(3), 162–169. http://doi.org/10.3148/66.3.2005.162
Batubara, J. R. L., Soesanti, F., & van de Waal, H. D. (2010). Age at menarche in indonesian girls: a national survey. Acta Medica Indonesiana, 42(2), 78–81. Bharati, D. R., Deshmukh, P. R., & Garg, B. S. (2008). Correlates of overweight &
obesity among school going children of Wardha city, central India. Indian
Journal of Medical Research, 127(6), 539–543.
BKKBN. (2011). Kajian Profil Penduduk Remaja (10-24 tahun)”,.
Blum, H. L. (1974). Planning for Health: Development and Aplication of Social
Change Theory. Michigan: Human Sciences Press.
Boynton-Jarrett, R., Wright, R. J., Putnam, F. W., Lividoti Hibert, E., Michels, K. B., Forman, M. R., & Rich-Edwards, J. (2013). Childhood abuse and age at
menarche. Journal of Adolescent Health, 52(2), 241–247.
http://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2012.06.006
Brown, J. D., Halpern, C. T., & L’Engle, K. L. (2005). Mass media as a sexual super peer for early maturing girls. Journal of Adolescent Health, 36(5), 420–427. http://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2004.06.003
Brown, J., Isaacs, J., Krinke, B., Lechtenberg, E., & Murtaugh, M. (2010). Nutrition
Through the Life Cycle. Cengage Learning, 624.
http://doi.org/10.1039/9781847559463
Cheng, G., Gerlach, S., Libuda, L., Kranz, S., Günther, A. L. B., Karaolis-Danckert, N., … Buyken, A. E. (2010). Diet quality in childhood is prospectively associated with the timing of puberty but not with body composition at puberty
onset. The Journal of Nutrition, 140, 95–102.
http://doi.org/10.3945/jn.109.113365
Cho, G. J., Park, H. T., Shin, J. H., Hur, J. Y., Kim, Y. T., Kim, S. H., … Kim, T. (2010). Age at menarche in a Korean population: Secular trends and influencing
factors. European Journal of Pediatrics, 169(1), 89–94.
http://doi.org/10.1007/s00431-009-0993-1
Christianti, D. F. (2013). ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI PADA
REMAJA PUTRI YANG SUDAH DAN BELUM MENSTRUASI DI BOGOR.
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR.
Retrieved from
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63414/1/I13dfc.pdf
Chung, C.E., Straatman, R.D., Córdova, M.Q., & Reynaga, G. F. (2001). Menarche and its implications for educational policy in Peru.
Dianawati, A. (2003). Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka. Dieny, F. F. (2014). Permasalahan Gizi pada Remaja Putri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Duncan, S., Duncan, E. K., Fernandes, R. A., Buonani, C., Bastos, K. D.-N., Segatto, A. F. M., … Freitas, I. F. J. (2011). Modifiable risk factors for overweight and obesity in children and adolescents from Sao Paulo, Brazil. BMC Public Health,
11, 585. http://doi.org/10.1186/1471-2458-11-585
Edward, et al. (2007). Mean Age of Menarche in Trinidad and Its Relationship to Body Mass Index, Ethinicity and Mothers Age of Menarche. of the West Indies.
Online Journal of Biological Sciences, 7(2), 66–71.
Eriyanto. (2007). Teknik sampling analisis opini public (60th, 116th–11th ed.). Yogyakarta: LKiS.
Fadhilla. (1995). Pembinaan kelompok remaja melalui taruna husada dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia. Fairus, M. (2011). Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Buku Kedokteran.
Fajria, L., Desi, N. M., Keperawatan, F., & Andalas, U. (2014). Gambaran Faktor Penyebab Menarche Dini Pada Siswi SMPN 4 Kota Pariaman. Ners Jurnal
Keperawatan, 10(1), 11–19.
Fajriyanti, L. A. (2008). Hubungan antara Status Gizi, Kontak Media Pornografi
dengan Menarche Dini pada Pelajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri Nanggungan Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk. Universitas Airlangga. Surabaya.
FAO. (2004). Human energy requirements: Report of a Joint FAO/WHO/UNU Expert Consultation. Food and Nutrition Technical Report Series 1.
Freedman, D. S., Khan, L. K., Serdula, M. K., Dietz, W. H., Srinivasan, S. R., & Berenson, G. S. (2002). Relation of age at menarche to race, time period, and anthropometric dimensions: the Bogalusa Heart Study. Pediatrics, 110(4), e43.
http://doi.org/10.1542/peds.110.4.e43
G, Cheng, Steffi G, Lars L, Sibylle K, Anke LB, Gunther, et al. (2009). Diet Quality in Childhood is Prospectively Associated with the Timing of Puberty but Not with Body Comppsition at Puberty Onset. The Journal of Nutrition, 109.113365, 102–95.
Galuska, D. A. & L. K. K. (n.d.). A Public Health Perspective on Present Knowledge in Nutrition. Washington DC : ILSI Press., 8th ed.
Geiss, H. C., Parhofer, K. G., & Schwandt, P. (2001). Parameters of childhood obesity and their relationship to cardiovascular risk factors in healthy prepubescent children. International Journal of Obesity and Related Metabolic
Disorders : Journal of the International Association for the Study of Obesity, 25(6), 830–837. http://doi.org/10.1038/sj.ijo.0801594
Ginarhayu. (2002). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menarche
remaja puteri (9–15 tahun) pada siswi sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama di Jakarta Timur pada tahun 2002. UI.
Goldman M. B & Hatch M. (2000). Women and Health. Academic Press.
Harmanto N. (2006). Ibu Sehat dan Cantik dengan Herbal. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.
Haryono, R. (2016). Siap Menghadapi Menstruasi dan Menopause. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Henderson, C. (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
Hendrawati , L.D. & Glinka, J. S. V. D. (2003). Age at menarche in Indonesia. Folia
Medica Indonesiana, 39 (10), 18–21.
Hui, L. L., Leung, G. M., Lam, T. H., & Schooling, C. M. (2012). Premature birth and age at onset of puberty. Epidemiology, 23(3), 415–422.
Indrayani, W. (2009). Awitan Pubertas Anak Perempuan Di Pedesaan dan Perkotaan: Hubungannya Dengan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi. Universitas
Diponegoro Semarang.
Irianto, K. (2015). sehatan Reproduksi (Reproductive Health) Teori dan Praktikum. Bandung: Alfabeta.
J.S., D., G., S., E.K., D., Duncan, J. S., Schofield, G., Duncan, E. K., & Rush, E. C. (2008). Risk factors for excess body fatness in New Zealand children. Asia
Pacific Journal of Clinical Nutrition, 17(1), 138–147. Retrieved from
http://www.scopus.com/inward/record.url?eid=2-s2.0-45249092662&partnerID=40&md5=d93c819c4e7f3ec5b95f40c71cdb7d4d%5C nhttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&PAGE=reference&D=emed8&NE WS=N&AN=18364339
Johnson S, S. P. (2012). Nutritional Analysis of Junk Food.
Karaolis-Danckert, N., Buyken, A. E., Sonntag, A., & Kroke, A. (2009). Birth and early life influences on the timing of puberty onset: Results from the DONALD (DOrtmund Nutritional and Anthropometric Longitudinally Designed) study.
American Journal of Clinical Nutrition, 90(6), 1559–1565.
http://doi.org/10.3945/ajcn.2009.28259
Karapanou, O., & Papadimitriou, A. (2010). Determinants of menarche. Reproductive
Biology and Endocrinology : RB&E, 8, 115.
http://doi.org/10.1186/1477-7827-8-115
Khader, Y., Irshaidat, O., Khasawneh, M., Amarin, Z., Alomari, M., & Batieha, A. (2009). Overweight and obesity among school children in Jordan: Prevalence and associated factors. Maternal and Child Health Journal, 13(3), 424–431.
http://doi.org/10.1007/s10995-008-0362-0
Khaerurrizal D. (2012). Hubungan antara Status Gizi dengan Usia Menarche.
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah, Semarang, 157–164.
Khomsan. (2004). Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kowalski, K. C., Crocker, P. R. E., & Donen, R. M. (2004). The Physical Activity Questionnaire for Older Children ( PAQ-C ) and Adolescents ( PAQ-A ) Manual. College of Kinesiology, University of Saskatchewan, (August), 1–37. l’Allemand-Jander, D. (2010). Clinical diagnosis of metabolic and cardiovascular
risks in overweight children: early development of chronic diseases in the obese child. International Journal of Obesity (2005), 34 Suppl 2, S32-6. http://doi.org/10.1038/ijo.2010.237
Lassek, W. D., & Gaulin, S. J. C. (2007). Brief communication: Menarche is related to fat distribution. American Journal of Physical Anthropology, 133(4), 1147– 1151. http://doi.org/10.1002/ajpa.20644
Lee, J. (2008). Bodies at Menarche: Stories of Shame, Consealment, and Sexual Maturation. Sex Roles, 60 (9-10), 615–627.
Lee, M., Kim, S. H., Oh, M., Lee, K., & Park, M. (2016). Age at menarche in Korean adolescents : trends and influencing factors. Reproductive Health, 13(121), 1–7. http://doi.org/10.1186/s12978-016-0240-y
Li, Y., Zhai, F., Yang, X., Schouten, E. G., Hu, X., He, Y., … Ma, G. (2007). Determinants of childhood overweight and obesity in China. British Journal of
Nutrition, 97(1), 210. http://doi.org/10.1017/S0007114507280559
Linardakis, M., Sarri, K., Pateraki, M.-S., Sbokos, M., & Kafatos, A. (2008). Sugar-added beverages consumption among kindergarten children of Crete: effects on nutritional status and risk of obesity. BMC Public Health, 8(1), 279. http://doi.org/10.1186/1471-2458-8-279
Luigi,F Rigon, et al. (2010). Update on Age at Menarche in Italy: Toward the Leveling Off the Seculat Trend. Journal of Adolescent Health Italia.
Lusiana, S. A. & Dwiriani, C. M. (2008). Usia Menarche, Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Perempuan Sekolah Dasar di Bogor. Jurnal Gizi Dan Pangan,
2(3), 26–35.
M.J., G. (2010). Personalised nutrition: Diet, phenotype and genes. Journal of
Nutrigenetics and Nutrigenomics, 3(2–3), 58.
Mahardikawati A. Venny dan Roosita Katrin. (2008). Aktifitas Fisik, Asupan Energi, dan Status Gizi Wanita Pemetik Teh di PTPN VIII Bandung, Jawa Barat. Jurnal
Gizi Dan Pangan, 3(2), 79–85.
Maidartati. (2013). Hubungan Konsumsi Makanan Fast Food Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Menarche Pada Anak Banjarsari Ii Bandung. Jurnal Ilmu
Keperawatan, 1(1), 8–13.
Manuaba, I. B. G. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. B. G. (2003). Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi (Edisi 2). Jakarta: EGC.
McAnarney, E. R. (2003). Decreasing age at menarche: Is the end in sight? J Watch
Pediatric and Adolescent Medicine, 111, 844–850.
McDonald, C. M., Baylin, A., Arsenault, J. E., Mora-Plazas, M., & Villamor, E. (2008). Overweight Is More Prevalent Than Stunting and Is Associated with
Socioeconomic Status, Maternal Obesity, and a Snacking Dietary Pattern in School Children from Bogota, Colombia. Journal of Nutrition, 139(2), 370–376. http://doi.org/10.3945/jn.108.098111
Mirmiran, P., Sherafat-Kazemzadeh, R., Jalali-Farahani, S., & Azizi, F. (2010). Childhood obesity in the Middle East: a review. Eastern Mediterranean Health
Journal = La Revue de Sant?? De La M??diterran??e Orientale = Al-Majallah Al-Ihh??yah Li-Sharq Al-Mutawassi.
Moisan, J., Meyer, F., & Gingras, S. (1990). A nested case-control study of the correlates of early menarche. American Journal of Epidemiology, 132(5), 953– 961.
Mollitt, D. L., Schullinger, J. N., Santulli, T. V., & Hensle, T. W. (1981). Complications at menarche of urogenital sinus with associated anorectal malformations. Journal of Pediatric Surgery. http://doi.org/10.1016/S0022-3468(81)80693-8
MU, M., Gull, S., Mushtaq, K., Shahid, U., MA, S., J., A., … Akram, J. (2011). Dietary behaviors, physical activity and sedentary lifestyle associated with overweight and obesity, and their socio-demographic correlates, among Pakistani primary school children. International Journal of Behavioral Nutrition
& Physical Activity, 8(1), 13p–13p 1p. http://doi.org/10.1186/1479-5868-8-130
Mueller, N. T., Odegaard, A. O., Gross, M. D., Koh, W. P., Yuan, J.-M., & Pereira, M. A. (2012). Age at menarche and cardiovascular disease mortality in Singaporean Chinese women: The Singapore Chinese Health Study. Annals of
Epidemiology, 22(10), 717–722. http://doi.org/10.1016/j.annepidem.2012.08.002
Mugawati Aisya. (2016). Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Menarche di
SMA Negeri 1 Driyorejo Kabupaten Gresik. UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA.
Muscari, M. E. (2005). Keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC.
Nagar, S., & Aimol, K. R. (2010). Knowledge of Adolescent Girls Regarding Menstruation in Tribal Areas of Meghalaya. Studies of Tribes and Tribals, 8(1), 27–30.
Nasution, S. K. (2004). Meningkatkan Status Kesehatan Melalui Pendidikan Kesehatan dan Penerapan Pola Hidup Sehat. Seminar, (November 1999), 1–7. Octari, C., Liputo, N. I., & Edison. (2014). Hubungan Status Sosial Ekonomi dan
Gaya Hidup dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Negeri 08 Alang Lawas Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(2), 131–135.
Oh, C. M., Oh, I. H., Choi, K. S., Choe, B. K., Yoon, T. Y., & Choi, J. M. (2012). Relationship between body mass index and early menarche of adolescent girls in Seoul. Journal of Preventive Medicine and Public Health, 45(4), 227–234. http://doi.org/10.3961/jpmph.2012.45.4.227
OMS. (2007). WHO reference 2007.
Http://Www.Who.Int/Growthref/Who2007_Bmi_for_Age/En/, 1–5.
Paçadara M, Lulaj S, Kongjeli G, & O. B. (2008). Impact of socio-economic factors on the onset of menarche in Kosovar girls. Journal of Chinese Clinical
Medicine, 3 (10), 541—549.
Pamungkas, Z. (2011). Deteksi Dini Kanker Payudara (Ed. 1.). Yogyakarta: Buku Biru.
Pardede, N. (2012). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. (I. N. G. Narendra, M.B., Sularyo, T.S., Soetjiningsih, Suyitno, H., Ranuh, Ed.) (Jilid 1 Ed). Jakarta: Sagung Seto.
Pereira, S. A., Seabra, A. T., Silva, R. G., Katzmarzyk, P. T., Beunen, G. P., & Maia, J. A. (2010). Prevalence of overweight, obesity and physical activity levels in children from Azores Islands. Ann Hum Biol, 37(5), 682–691. http://doi.org/10.3109/03014461003639223
Proverawati dan Misaroh. (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika.
Putri, A. K. (2009). Hubungan antara status gizi, status menarche ibu, media massa,
aktivitas olahraga dengan status menarche siswi di SMP Islam Al-Azhar Rawamangun Jakarta Timur. UI, Jakarta.
Quennell, J. H., Mulligan, A. C., Tups, A., Liu, X., Phipps, S. J., Kemp, C. J., … Anderson, G. M. (2009). Leptin indirectly regulates gonadotropin-releasing
hormone neuronal function. Endocrinology, 150(6), 2805–2812.
http://doi.org/10.1210/en.2008-1693
Ramadani, S. (2012). Hubungan status nutrisi dan aktivitas fisik dengan status
menarche siswi SMP Al-Azhar 8 Kemang Pratama Bekasi. UPN Veteran,
Jakarta.
Rebar, R. W. (2009). Premature ovarian failure. Obstetrics and Gynecology, 113(6), 1355–63. http://doi.org/10.1097/AOG.0b013e3181a66843
Renti Mahkota, SKM, M. E. (2016). Validitas dan Bias. Retrieved from staff.ui.ac.id/system/files/users/bian/material/validitasdanbias
Riskesdas. (2010). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2010). Laporan Nasional
2010.
Rosenheck, R. (2008). Fast food consumption and increased caloric intake: A systematic review of a trajectory towards weight gain and obesity risk. Obesity
Reviews. http://doi.org/10.1111/j.1467-789X.2008.00477.x
Rumini, S. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Santrock, J. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sari RW. (2008). Dangerous junk Penebar Swadaya food: bahaya makanan cepat
saji dan gaya hidup sehat. Yogyakarta: O2.
Sarwono, P. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Seidell, J. C. dan T. L. S. V. (2004). Aspek Kesehatan Masyarakat Pada Gizi Lebih. Jakarta: EGC.
Sherar, L. B., Baxter-Jones, A. D. G., & Mirwald, R. L. (2007). The relationship between body composition and onset of menarche. Annals of Human Biology,
34(6), 673–677.
Silvana, S. (2008). Pemodelan Usia Menarche dengan Regresi Logistik Ordinal dan Metode CHAID pada Siswi SMP di Kota. (Tesis) Program Studi Statistika, IPB. Retrieved from https://core.ac.uk/download/pdf/32346085.pdf
Siswanto, S. dan S. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Siti, N. M. (2013). Menopause. Yogyakarta: Nuha Medika.
Soetjiningsih dan Suandi. (2002). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: CV Agung Seto.
Song, Y., Ma, J., Wang, H.J., Wang, Z., Hu, P., Zhang, B. and Agardh, A. (2014). Trends of age at menarche and association with body mass index in Chinese school-aged girls, 1985-2010. The Journal of Pediatrics, 165(6), 1172–1177. Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha