• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH SECARA PRODUKTIF TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI YAYASAN BAITUZZAKAH PERTAMINA ASSET 3 CIREBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH SECARA PRODUKTIF TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI YAYASAN BAITUZZAKAH PERTAMINA ASSET 3 CIREBON"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

MASYARAKAT DI YAYASAN BAITUZZAKAH PERTAMINA ASSET 3 CIREBON

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) Pada Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh:

ZAENAL ABIDIN NIM: 2016.2.5.1.00700

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM

IAI BUNGA BANGSA CIREBON TAHUN 2020

(2)

i

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH SECARA PRODUKTIF TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI YAYASAN BAITUZZAKAH PERTAMINA ASSET 3 CIREBON” beserta isinya adalah benar benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademik.

Atas pernyataan di atas, saya siap menanggung resiko atau sanksi apapun yang di jatuhkan kepada saya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Cirebon, 23 Juni 2020 Yang membuat pernyataan,

ZAENAL ABIDIN NIM.2016.2.5.1.00700

(3)

ii

PERSETUJUAN

PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH SECARA PRODUKTIF TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI YAYASAN BAITUZZAKAH PERTAMINA

ASSET 3 CIREBON Oleh: ZAENAL ABIDIN NIM.2016.2.5.1.00700 Menyetujui, Pembimbing I, Gama Pratama, M.Pd NIDN. 2124028902 Pembimbing II,

H.Nur Muhammad Faiz Amin, Lc. M.E NIDN.

(4)

iii

NOTA DINAS

Kepada Yth,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

IAI Bunga Bangsa Cirebon di

Cirebon

Assalamu’alakum Warahmatullahi Wabarakatuh

Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan Skripsi dari Zaenal abidin Nomor Induk Mahasiswa 2016.2.5.1.00700, berjudul “Pengelolaan Dana Zakat, Infaq Dan Shodaqoh Secara Produktif Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Yayasan Baituzzakah Pertamina Asset 3 Cirebon “ Bahwa Skrpsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam untuk dimunaqosahkan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pembimbing I,

Gama Pratama, M.Pd NIDN. 2124028902

Pembimbing II,

H.Nur Muhammad Faiz Amin, Lc. M.E NIDN.

(5)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Dana Zakat, Infaq Dan Shodaqoh Secara Produktif Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Yayasan Baituzzakah Pertamina Asset 3 Cirebon “ oleh Zaenal Abidin NIM. 2016.2.5.1.00700, telah diajukan dalam Sidang Munaqusah Progran Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon pada tanggal 23 Juni 2020.

Skripsi ini diterima sebagai salah satu syaratuntuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada program studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon. Cirebon, 23 Juni 2020 Sidang Munaqosah Ketua Merangkap Anggota, Dr. H. Oman Fathurohman, MA NIDN. 8886160017 Sekretaris Merangkap Anggota, Drs. Sulaiman, M.MPd NIDN. 2118096201 Penguji I, ……….. NIDN. Penguji II, ……… NIDN.

(6)

v

Abstrak

PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH SECARA PRODUKTIF TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI YAYASAN BAITUZZAKAH PERTAMINA

ASSET 3 CIREBON

Pengelolaan dana infak produktif pada lembaga ZISWAF diperlukan untuk dapat membangun peradaban baik dari sumber daya manusia (SDM) maupun dari segala aspek seperti peningkatan ekonomi masyarakat, pendidikan dll. Dengan Infaq, kesenjangan social dapat diminimalisasikan dan mampu menciptakan rasa gotong royong serta tenggang rasa di kalangan umat Islam dapat ditumbuh kembangkan .

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan dana infak di Yayasan Baituz Zakah Pertamina Asset 3 Wilayah Cirebon dan mengetahui pengelolaan dana infak produktif di Yayasan Baituz Zakah Pertamina Asset 3 Wilayah Cirebon serta mengetahui pengelolaan dana infak produktif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Yayasan Baituz Zakat Pertamina Asset 3 Wilayah Cirebon.

Jenis penelitian ini adalah besifat deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengetahui pengelolaan dana infak produktif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Yayasan Baituz Zakat Pertamina Asset 3 Wilayah Cirebon. Adapun sumber data yang digunakan adalah dokumen, catatan lapangan dan data wawancara keterangan informan (pelaksana harian, fasilitator dan mustahik program pembiayaan), teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi, teknik pengolahan data yang digunakan adalah data reduction, data display dan conclusing drawing/verification (penarikan kesimpulan).

Pengelolaan dana infak produktif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Yayasan Baituz Zakat Pertamina Asset 3 Wilayah Cirebon berjalan dengan baik hal tersebut diwujudkan dengan meningkatnya kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui beberapa program, diantaranya : program pembiayaan syariah dengan akad qardh al-hasan, Sekolah Tahfidz

(7)

vi

Terpadu dan beasiswa pendidikan tingkat SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Meskipun demikian, perbaikan dalam pengelolaan dana infaq produktif sangat diperlukan baik dari sumber daya manusia (SDM), peningkatan filantropi dana infaq dan pendistribusian secara produktif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta teknologi yang kurang mendukung.

Kata Kunci: Pengelolaan, Dana Infak, Produktif, Kesejahteraan, Masyarakat.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ““Pengelolaan Dana Zakat, Infaq Dan Shodaqoh Secara Produktif Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Yayasan Baituzzakah Pertamina Asset 3 Cirebon”,dalam rangka menyelasaikan studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.

Dalam penyusunan skripsi ini penyusun telah menerima banyak bimbingan,dorongan dan bantuan dari berbagau pihak yang tak ternilai harganya.Jasa baik mereka tentu tidak dapat penyusun lupakan begitu saja,pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Hj. Lina Marliani, M.A ketua Yayasan Pendididkan Bunga Bangsa Cirebon

2. Dr.H. Oman Fathurohman, M.A Rektor Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon yang memberikan kesempatan untuk dapat menuntut ilmu di IAIBBC

3. Dr.Muhammadun,M.S.I Dekan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan Ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

4. Ahmad Munajim,MM Ka Prodi Fakulta Ekonomi yang telah memberikan Ijin dan kesempatan serta bimbingan untuk mengadakan penelitian.

5. Gama Pratama, M.Pd dan H.Nur Muhammad Faiz Amin, Lc.,M.E pembimbing I dam pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan membimbing penyusunan skripsi ini dengan sabar dan penuh perhatian. 6. Pimpinan Yayasan Baituzzakah pertamina asset 3 cirebon yang telah

bersedia memberikan ijin melakukan penelitian.

7. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut mendapat limpahan balasan dari Allah SWT.Akhirnya penyusun berharap smoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat saya sendiri khususnya dan pembaca umumnya. Amin.

Cirebon, 23 Juni 2020

(9)

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...

Lembar Pernyataan Keaslian ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Nota Dinas ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pstaka ... 7

a. Zakat, Infaq Dan Shodaqoh ... 7

B. Kerangka teoritik... 7

a. Pengertian Pengelolaan ... 7

b. Organisasi Dalam Pengelolaan Zakat ... 8

c. Pengertian Infaq ... 11

C. Kerangka Berfikir ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dan Teknik Penelitian ... 16

B. Jenis Metode ... 16

C. Teknik Pengumpulan Data ... 16

D. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 17

E. Teknik Analisis Data ... 19

BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 22

a. Profil Baituzzakah Pertamina (BAZMA) ... 22

b. Visi dan Misi Bank BAZMA ... 23

c. Struktur Organisasi BAZMA ... 24

d. Kebijakan, Sasaran Umum Dan Wilayah Pengelolaan BAZMA Wilayah asset 3... 24 e. Program BAZMA Asset 3 ...

26

(10)

ix

1. Bagaimana Pengelolaan Dana Zakat, Infaq Koma Dan Shodaqoh Di Baituzzakah Pertamina (BAZMA) Asset 3 PT. Pertamina EP. Cirebon

... 3 1

2. Bagaimana Upaya Pengelolaan Dana Zakat, Infaq Dan Shodaqoh Secara Produktif Dapat Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dii Baituzzakah (BAZMA) Asset 3 PT. Pertamina EP Cirebon...3 3

3. Hal-hal Apa Saja Yang Menjadi Kendala Dan Bagaimana Solusinya Dalam Pengelolaan Dana Zakat, Infaq Dan Shodaqoh Secara Produktif Dapat Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat DI Baituzzakah Pertamina (BAZMA) Asset 3 PT. Pertamina EP Cirebon ... 3 5 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 43 B. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN ...

(11)
(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam ajaran islam mengajarkan harta kekayaan tidak boleh hanya berputar-putar terhadap orang kaya, orang-orang kaya semesetinya menyadari sebagian hartanya adalah milik orang fakir atau miskin. Dengan hal ini orang-orang kaya harus lebih memperhatikan kepada lapisan masyarakat yang belum bisa hidup secara wajar dengan sebagai mestinya. Berkenaan dengan keadilan islam mengajarkan untuk berbagi. Maka dari itu sering terjadinya kesenjangan sosial yang berangkat dari faktor perekonomian. Hal itulah yang dimaksudkan kedalam tatanan yang bersifat majemuk. Kemajemukan ini yang memunculkan perbedaan-perbedaan status sosial yang dapat mengakibatkan perbedaan antara sikaya dan si miskin. Perbedaan perekonomian tersebut merupakan sebuah fenomena sosial yang kongkrit, tanpa harus dijelaskan dan dan dilacak kebaradaannya.

Hal tersebut, dapat dilihat dari jurnal (HIdayat, 2010) kondisi masyarakat yang mampu memunculkan suatu tatanan struktur sosial yang berkembang dalam suatu masyarakat akan menyebabkan adanya pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi suatu masyarakat di Negara terbelakang, Negara berkembang dan Negara maju. Disitulah pertumbuhan ekonomi mimliki andil yang lebih dari kemajuan suatu masyarakat.

Untuk mengurangi kesenjangan tersebut hendaknya umat Islam dapat mengimplementasikan syariat yang telah Allah berikan mengenain keseimbangan ekonomi. Salah satunya yaitu dengan mengamalkan infaq yang produktif bukan hanya sekadar amal taṭawwu’ (sunah) yang sifatnya opsional. Dengan Infaq, kesenjangan social dapat diminimalisasikan dan mampu menciptakan rasa gotong royong serta tenggang rasa di kalangan umat Islam dapat ditumbuh kembangkan. Adapun menurut Hasan (2008: 11) dalam jurnal (Laila & Haryanto, 2014) adapun perintah mencari harta telah diperintahkan dalam AlQur`an, meskipun tidak secara langsung. Perintah berzakat dan berinfaq untuk muzakki ini bertujuan supaya setiap muslim berusaha menjadi hartawan. Apabila seseorang tidak mampu dalam berzakat, tapi sekurang-kurangnya seseorang dapat berinfaq. Semua sudah dijelaskan

(13)

dalam AlQur`an bahwa shalat dan zakat dirangkaikan pada delapan puluh dua tempat. Hal ini berarti, hubungan vertikal (dengan Allah) dan horizontal (dengan sesama manusia) harus berjalan saling bersamaan jangan sampai mengabaikan salah satunya. Di antara ayat-ayat yang berhubungan dengan perintah shalat dan zakat ialah

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta orang-orang yang rukun”. (al-Baqarah/2: 43).

ْمِهِبىُلُق َهْيَب ْتَفَّلَأ اَّم ًاعيِمَج ِضْرَلأا يِف اَم َتْقَفوَأ ْىَل

Walaupun kamu membelanjakan semua yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. (QS. Al-Anfal : 63).

Berbeda dengan yang sering kita pahami dengan istilah infaq yang selalu dikaitkan dengan sejenis sumbangan atau donasi, istilah infaq dalam bahasa Arab sesungguhnya masih sangat umum, karena mengandung berbagai makna seperti halnya zakat yang termasuk dalam kategori infaq atau disebut juga infaq wajib.

ِضْرَلأا َهِّم مُكَل اَىْجَزْخَأ اَّمِمَو ْمُتْبَسَك اَم ِتاَبِّيَط هِم ْاىُقِفوَأ ْاىُىَمآ َهيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

Hai orang-orang yang beriman, keluarkanlah zakat sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. (QS. Al-Baqarah : 267)

Intinya, berinfaq itu adalah membayar dengan harta, mengeluarkan harta dan membelanjakan harta. Tujuannya bisa untuk kebaikan, donasi, atau sesuatu yang bersifat untuk diri sendiri, atau bahkan keinginan dan kebutuhan yang bersifat konsumtif maupun pola penyaluran produktif yang bertujuan untuk mengubah keadaan penerima dari kategori mustahik menjadi muzaki. Lebih jauh pola produktif atau sosial akan mengarah pada bidang advokasi atau partisipasi dalam kebijakan public. (Sarwat, 2015). Hal tersebut dapat dikaji sebagai tujuan dari pada infaq atau zakat un tuk mengubah keadaan penerima, dengan keadaan inilah disebut sebagai infaq produktif.

Secara umum, produktif (productive) berarti “banyak mendatangkan hasil”. Produktif juga berarti “banyak menghasilkan dan bersifat mampu berproduksi”. Pengertian produktif pada karya tulis ini lebih berkonotasi

(14)

kepada kata sifat. Kata sifat akan jelas maknanya apabila digabungkan dengan kata yang disifatinya. Dalam hal ini adalah kata zakat sehingga menjadi “zakat produktif ”, yakni zakat dimana dalam pendistribusiannya bersifat produktif. Lebih tegasnya zakat produktif dalam karya tulis ini adalah pendayagunaan zakat secara produktif, lebih kepada bagaimana cara atau metode penyampaian dana zakat kepada sasaran dalam pengertian lebih luas sesuai dengan ruh dan tujuan Syara’ sehingga lebih bersifat tepat guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang serba guna dan produktif (Ningrum, 2016).

Dari penjabaran yang telah disebutkan bahwa infaq produktif dapat didefinisikan sebagai pengeluaran harta dari seseorang untuk orang yang berhak dengan tujuan penerima menggunakan infaqknya sebagai produksi sehingga hal yang diinfaqkan dapat berputar atau menghasilkan sesuatu yang lebih.

Menurut Achmad Syaiful Hidayat dalam jurnal (Ansori, 2018) Tata kelola zakat secara efektif, profesional dan bertanggung jawab. Perencanaan yang matang, pengorganisasian yang tepat, aktualisasi dan kontrol yang baik merupakan gambaran dari profesionalisme. Keefektifan tata kelola zakat juga diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memecahkan masalah sosial, ekonomi dan kemasyarakatan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama yang baik antara lembaga pengelola zakat dengan pihak masyarakat dan pemerintah. Pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada muzaki, mustahik, dan pengelola zakat.

Zakat yang dihimpun oleh lembaga amil zakat harus segera disalurkan kepada para mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun dalam program kerja. Mekanisme dalam distribusi zakat kepada mustahik bersifat konsumtif dan juga produktif. Sedangkan pendistribusian zakat tidak hanya dengan dua cara, akan tetapi ada tiga yaitu distribusi konsumtif, distribusi produktif dan investasi. Zakat yang dihimpun oleh lembaga amil zakat harus segera disalurkan kepada para mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun dalam program kerja. Mekanisme dalam distribusi zakat kepada mustahik bersifat konsumtif dan juga produktif. Sedangkan pendistribusian zakat tidak hanya dengan dua cara, akan tetapi ada tiga yaitu distribusi konsumtif, distribusi produktif dan investasi.

(15)

Dalam pendistribusian zakat kepada mustahik ada beberapa ketentuan.

a. Mengutamakan distribusi domestik dengan melakukan distribusi lokal atau lebih mengutamakan penerima zakat yang berada dalam lingkungan terdekat dengan lembaga zakat dibandingkan dengan pendistribusiannya untuk wilayah lain.

b. Pendistribusian yang merata dengan kaidah-kaidah sebagai beikut:

1) Bila zakat yang dihasilkan banyak, seyogyanya setiap golongan mendapat bagiannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

2) Pendistribusian haruslah menyeluruh pada delapan golongan yang telah ditentukan.

3) Diperbolehkan memberikan semua bagian zakat kepada beberapa golongan penerima zakat saja apabila didapati bahwa kebutuhan yang ada pada golongan tersebut memerlukan penanganan secara khusus. 4) Menjadikan golongan fakir miskin sebagai golongan yang pertama

menerima zakat, karena memenuhi kebutuhan mereka dan membuatnya tidak tergantung kepada golong an orang lain adalah maksud tujuan dari diwajibkannya zakat. (Ansori, 2018)

Dengan keadaan yang sekarang ini, mulai tumbuh lembaga-lembaga ZISWAF yang memberikan dananya secara produktif, di antaranya adalah yang dilakukan oleh BAZMA Asset 3, pengelolaan dana infaqnya digunakan dalam berbagai macam program yang sifatnya produktif diantaranya program GEN’R (Generasi Rabbani), STAR (Sekolah Tahfidz Terpadu) dan BERANI (Berwirausaha Mandiri) Sasarannya adalah masyarakat prasejahtera yang difokuskan di wilayah ring Pertamina Cirebon.

Dalam pengelolaan dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh di Baituzzakah Pertamina {BAZMA} Asset 3 ada tiga permasalahan penting yang menjadi sorotan dalam penelitian ini. Pertama yang berkaitan dengan Sumberdaya Manusia {SDM}, ke dua kurangnya inovasi dalam meningkatkan filantropi dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh ke tiga kurangnya pola pendampingan pendistribusian dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh.

Berdasarkan uraian tersebut maka menarik untuk meneliti dengan judul Pengelolaan dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh secara Produktif dalam meningkatkan kesejahteraan Masyarakat di Baituzzakah Pertamina (BAZMA) Asset 3 PT. Pertamina EP Cirebon.

(16)

B. Fokus Masalah

Untuk menghindari meluasnya masalah yang diteliti berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dikemukakan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. BAZMA (Baituzzakah Pertamina) adalah lembaga pengelolaan zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf yang didirikan oleh PT. Pertamina, sedangkan Asset 3 merupakan wilayah kerja PT. Pertamina yang mencakup empat wilayah kerja yaitu Wilayah Cirebon, Wilayah Jatibarang, Wilayah Subang dan Wilayah Bekasi. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Cirebon dengan sasaran (mustahik BAZMA) maupun lembaga yang beralamat di Jl. Raya Sunan Gunung Jati Ds. Klayan (Komplek Pertamina) Jalan Patra Raya Klayan Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon 45151. 2. Pengelolaan dana infaq secara produktif di BAZMA Asset 3 PT.

Pertamina EP. Wilayah Cirebon. C. Rumusan Masalah

Dalam membuat peletian agar lebih fokus pada pokok masalah yang dikaji, maka dibuatlah rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan Zakat, Infak dan Shodaqoh di Baituzzakah BAZMA Asset 3 PT. Pertamina EP. Cirebon

2. Bagaimana upaya pengelolaan dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh secara produktif dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Baituzzakah BAZMA Asset 3 PT. Pertamina EP. Cirebon

3. Hal-hal apa saja yang menjadi kendala dan bagaimana solusinya dalam pengelolaan dana zakat, infaq dan shodaqoh secara produktif dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di baituzzakah pertamina (BAZMA) asset 3 PT.Pertamina EP, Cirebon

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan Zakat, Infak dan Shodaqoh di Baituzzakah BAZMA Asset 3 PT. Pertamina EP. Cirebon

(17)

2. Memahami bagaimana upaya pengelolaan dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh secara produktif dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Baituzzakah BAZMA Asset 3 PT. Pertamina EP. Cirebon

3. Untuk menganalisa hal-hal apa saja yang menjadi kendala dan bagaimana solusinya dalam pengelolaan dana zakat, infaq dan shodaqoh secara produktif dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di baituzzakah pertamina (BAZMA) asset 3 PT.Pertamina EP, Cirebon

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun yang membaca. Adapun manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis,

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya dan implementasi dalam studi pengelolaan dana Zakat, Infak, dan Shodaqoh secara produktif terhadap masyarakat.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi keilmuan dan dapat dijadikan sebagai bahan studi komparatif atau studi lanjutan pihak-pihak yang ingin mendalami lebih jauh mengenai pengelolaan dana Zakat, Infak, dan Shodaqoh secara produktif terhadap masyarakat.

c) Sebagai sarana menyampaikan kritik dan saran dalam mengoptimalkan serta mengefektifkan pengelolaan dana Zakat, Infak, dan Shodaqoh secara produktif terhadap masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a) Di BAZMA, dapat dijadikan informasi dan bahan pertimbangan terutama tentang Pengelolaan dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh secara produktif

b) Intitusi, hasil dari penelitian dapat dijadikan acuan bagi penelitian-penelitian di masa yang akan datang.

c) Peneliti, bagi peneliti sendiri penelitian ini untuk mendapatkan gelar SE.

(18)

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIIAN PUSTAKA

a. Zakat, Infak dan Shadaqah

Zakat merupakan wahana utama solidaritas ekonomi dalam islam, sekaligus menjadi salah satu dari lima rukunnya. Dalam hal ini, zakat berfungsi sebagai tiang penyangga kemiskinan dalam sistem ekonomi islam.(Utang Ranuwijaya 2010b)

Islam sangat memperhatikan masalah zakat. Sebab, menjalankan kewajiban ini sama artinya dengan membangun kehidupan masyarakat.

Dalam proses penyucian jiwa, zakat memiliki peran yang sangat besar dan pengaruh yang nyata. Dalam hal ini, zakat merupakan terapi praktis (kejiwaan) yang dapat menjauhkan manusia dari kelemahan jiwa, membentengi dari sifat kikir, egois dan kecenderungan memuja harta kekayaan.(Utang Ranuwijaya 2010a)

Pada hakikatnya, zakat mensucikan diri dari kotoran kikir dan dosa. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan zakat akan menyuburkan harta, mengandung unsur dan keterkaitan yang kuat antara muzakki dan mustahiq sebagai sarana menambah pahala yang akan diperoleh mereka yang mengeluarkannya.3 Zakat merupakan penyerahan atau penunaian hak yang wajib yang terdapat di dalam harta untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak. Mengeluarkan zakat hukumnya wajib dan zakat termasuk rukun islam melengkapi syahadat, shalat, puasa dan haji.(Sahri Muhammad 2006)

B. Kerangka Teoretik

Pengertian Pengelolaan Zakat, Asas dan Tujuan Pengelolaan Zakat Berdasarkan Undang-undang RI No. 38 Tahun 1999 (selanjutnya Disebut undang-undang) jo. Keputusan Menteri Agama RI (selanjutnya disebut KMA) No. 581 Tahun 1999, pengertian, asas, tujuan dan organisasi pengelolaan zakat, disebutkan sebagai berikut:

a. Pengertian Pengelolaan

Pengeloaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat (pasal 1 angka 1 undang-undang).

(19)

Sedangkan pengertian zakat menurut undang-undang diatas adalah harta harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama diberikan kepada yang berhak menerimanya.(Suparman Usman 2002)

Jadi, dalam pengelolaan zakat dapat dipikirkan cara-cara pelaksanaannya dengan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tujuan zakat ialah meningkatkan taraf hidup anggota masyarakat yang lemah ekonomi dan mempercepat kemajuan agama Islam menuju tercapainya masyarakat yang adil, maju dan makmur diridhoi oleh Allah SWT.

Apabila tidak mencukupi dana yang dikumpulkan melalui zakat (2,5 kg) maka Islam memberikan pemungutan tambahan terhadap harta kekayaan masyarakat. Seperti yang ditegaskan oleh hadits Nabi Muhammad

ف.ِةاَكَّزلا يَىِساًّقَح ِلاَملا ِي َّنإ

Artinya : Sesungguhnya didalam harta kekayaan itu ada selain zakat

Pada intinya Islam membukakan pintu kesejahteraan pemerataan ekonomi menuju ke masyarakat yang adil dan makmur. Disini selain harta kekayaan disalurkan untuk zakat, harta itu bisa disalurkan misalnya lewat shadaqah dan infaq. (Proyek Prasarana dan Sarana IAIN 1983)

2. Asas Pengelolaan

Pengelolaan zakat berasaskan iman dan takwa, keterbukaan dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (pasal 4 undang-undang).

3. Tujuan pengelolaan

Tujuan pengelolaan zakat adalah:

a) Meningkatkan pelayanan dalam menunaikan zakat, sesuai dengan tuntutan zaman.

b) Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

c) Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat (pasal 5 undang-undang)

b. Organisasi dalam Pengelolaan Zakat

Berdasarkan pasal 6, 7, 8, 9, 10 UU No. 38 Tahun 1999 jo. Pasal 1 s.d. pasal 12, pasal 21, 22, 23 dan 24 KMA No. 581 tahun 1999, organisasi pengelolaan zakat dapat dilakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).

BAZ dan LAZ mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Dalam melaksanakan tugasnya LAZ dan BAZ bertanggung jawab kepada

(20)

pemerintah sesuai dengan tingkatannya (pasal 8 dan 9 undang-undang jo. Pasal 1 KMA).

1) Badan Amil Zakat (BAZ)

BAZ adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan, mendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Badan Amil Zakat meliputi BAZ Nasional, BAZ Propinsi, BAZ Kabupaten/Kota, BAZ Kecamatan.

Badan Amil Zakat terdiri atas ulama, kaum cendekia, tokoh masyarakat, tenaga professional dan wakil pemerintah. Mereka harus memenuhi persyaratan-persyaratan antara lain : memiliki sifat amanah, adil, berdedikasi, professional dan berintergritas tinggi. Masa tugas pelaksanaannya selama tiga tahun.

Tanggung jawab, wewenang dan tata kerja BAZ meliputi :

a. Ketua badan pelaksana BAZ bertindak dan bertanggung jawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat baik ke dalam maupun keluar.

b. Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing BAZ menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di lingkungan masing-masing, serta melakukan konsultasi dan memberikan informasi antar BAZ di semua tingkatan.

c. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan BAZ bertanggung jawab mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

d. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan BAZ wajib mengikuti dan mematuhi ketentuan serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan berkala tepat pada waktunya.

e. Setiap kepala divisi/bidang/seksi/urusan BAZ menyampaikan laporan dengan kepala BAZ melalui sekretaris, dan sekretaris menampung laporan-laporan tersebut serta menyusun laporan-laporan berkala BAZ. f. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan BAZ wajib diolah dan

digunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan arahan kepada bawahannya.

g. Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi BAZ dibantu oleh kepala satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat bekala.

h. Dalam melaksanakan tugasnya BAZ memberikan laporan tahunan kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya.

(21)

I. Pembentukan dan Tempat Kedudukan Badan Amil Zakat

v Tingkat Nasional dibentuk oleh Presiden dan usul Menteri Agama. BAZ Nasional berkedudukan di Ibu Kota Negara.

v Tingkat Propinsi dibentuk oleh Gubernur dan usul Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi. BAZ Propinsi berkedudukan di ibu kota Propinsi,

v Tingkat Kabupaten/Kota dibentuk oleh Bupati/Walikota dan Departemen Agama Kabupaten/Kota. Berkedudukan di ibu kota Kabupaten/Kota.

v Tingkat Kecamatan dibentuk oleh camat atau usul Kantor Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan. Berkedudukan ibu kota Kecamatan.

II. Susunan Badan Amil Zakat

Susunan BAZ disemua tingakatannya sama yaitu : Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana.

III. Tugas Badan Amil Zakat

Tugas BAZ dari Nasional sampai Kecamatan sebagai berikut :

a) Menyelenggarakan tugas administratif dan teknis pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

b) Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk penyusunan rencana pengelolaan zakat.

c) Menyelenggarakan bimbingan di bidang pengelolaan, pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

d) Melaksanakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, menyusun rencana dan program pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan dan pengembangan pengelolaan zakat. (tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan)

e) Menyelenggarakan tugas penelitian dan pengembangan, komunikasi informasi, dan edukasi pengelolaan zakat. (tingkat Nasional dan propinsi)

2) Lembaga Amil Zakat (LAZ)

a. Pengertian dan Kedudukan Lembaga Amil Zakat

Lembaga Amil Zakat adalah intitusi pengelolaan zakat yang sepenunya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di bidang da’wah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat Islam. Lembaga Amil Zakat dikukuhkan, dibina dan dilindung pemerintah.

(22)

Dalam melaksanakan tugasnya LAZ memberikan laporan kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya (pasal 31 KMA).

b. Pengukuhan Lembaga Amil Zakat

Pengukuhan LAZ dilakukan oleh pemerintah atas usul LAZ yang telah memenuhi persyaratan. Pengukuhan dilaksanakan setelah terlebih dahulu dilakukan penelitian persyaratan. Pengukuhan dapat dibatalkan apabila LAZ tersebut tidak lagi memenuhi persyaratan. Pemerintah yang dimaksud adalah :

1. Di pusat dilakukan oleh Menteri Agama.

2. Di daerah propinsi dilakukan oleh Gubernur atas usul Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi.

3. Di daerah Kabupaten/Kota oleh Bupati/Wali Kota atas usul Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.

4. Di daerah Kecamatan oleh Camat atas usul Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan.

c. Syarat-syarat Lembaga Amil Zakat

Lembaga Amil Zakat yang diusulkan kepada pemerintah untuk mendapat pengukuhan, harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut (pasal 22 KMA) :

1. Berbadan hukum;

2. Memiliki data muzaki dan mustahiq; 3. Memiliki program kerja;

4. Memiliki pembukuan;

5. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit. (Suparman Usman 2002)

c. Pengertian infaq

Infaq merupakan ibadah social yang sangat utama. Kata infaq mengandung pengertian bahwa menafkahkan harta di jalan Allah tidak akan mengurangi harta, tetapi justru akan semakin menambah harta.

Kata Infaq berasal dari kata anfaqo-yunfiqu , artinya membelanjakan atau membiayai, arti infaq menjadi khusus ketika dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-perintah Allah. Dengan demikian Infaq hanya berkaitan dengaat atau hanya dalam bentuk materi saja, adapun hukumnya ada yang wajib (termasuk zakat, nadzar),ada infaq sunnah, mubah bahkan ada yang haram. Dalam hal ini infaq hanya berkaitan dengan materi. Menurut kamus bahasa Indonesia Infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan

(23)

sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.(Majalah OASE 2012)

Oleh karena itu Infaq berbeda dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum. Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dengan demikian pengertian infaq adalah pengeluaran suka rela yang di lakukan seseorang. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang sebaiknya diserahkan. setiap kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya.

Macam-Macam Infaq

Infaq secara hukum terbagi menjadi empat macam antara lain sebagai berikut:

1. Infaq Mubah

Mengeluarkan harta untuk perkara mubah seperti berdagang, bercocok tanam. 2. Infaq Wajib

Aplikasi dari Infaq Wajib yaitu Mengeluarkan harta untuk perkara wajib seperti

a) Membayar mahar (maskawin) b) Menafkahi istri

c) Menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam keadaan iddah Golongan Yang Berhak dan tidak Berhak Menerima Infaq Adapun golongan yang berhak menerima infaq adalah sebagai berikut:

1. Fakir

Orang yang tidak mepunyai mata pencaharian atau mempunyai mata pencaharian, tetapi penghasilannya tidak mencapai separuh dari yang dibutuhkan.

2. Miskin

Orang yang mempunyai mata pencaharian dan penghasilannya mencapai eparuh atau lebih dari yang dibutuhkan, namun belum mencukupinya.

3. Amil Infaq

Orang yang bertugas megelola zakat. Baik masjid, yayasan, atau instansi yang mempunyai wewenang.

4. Hamba sahaya

Orang yang tidak merdeka dalam artian masih hak majikannya, hamba sahaya ini terjadi hanya pada zaman Nabi.

(24)

5. Orang yang mempunyai hutang

Adalah seseorang yang terjerat dalam hutang, baik ia bangkrut dalam perdagangan atau mempunyai hutang karma untuk memenuhi kebutuhan seharihari.

6. Muallaf

Orang yang baru beberapa saat masuk agama Islam atau orang yang diharapkan masuk Islam

7. Fi Sabilillah

Orang yang sedang berjuang untuk menegakkan agama Allah. 8. Ibnu Sabil

Orang yang sedang safar (perjalanan), sedang bekalnya tidak cukup selama dalam perjalanan.

9. Sahabat atau Keluarga Terdekat

Adalah orang yang terdekat dengan kita baik orang yang mempunyai hubungan darah atau hubungan dari pernikahan.

10. Pembangunan Kepentingan Umum

Adalah sebuah pembangunan yang digunakan untuk kepentingan umum, baik untuk pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit dan lain sebagainya. Sedangkan golongan yang tidak berhak menerima infaq adalah

sebagai berikut: 1. Orang Kaya

2. Orang Yang mampu bekerja 3. Orang kafir yang memerangi 4. Orang Murtad

5. Pembangunan tempat umum yang sudah megah Perbedaan Zakat, Shadaqah, dan Infaq

1. Pengertian Zakat

Secara bahasa zakat bermakna penyucian, barakah, berkembang, bertambah. Dalam pengertian terminologi syariah, zakat adalah Ibadah kepada Allah dalam bentuk memberikan harta zakat yang diwajibkan kepada yang berhak menurut syariah. Sedangkan Zakat dalam fiqih sunnah adalah nama atau sebutan dari sesuatu hak. Allah SWT yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. (Sayyid Sabiq 1990a)

Secara etimologis sadaqah berasal dari bahasa Arab yang diambil (musytaq) dari akar kata (benar). Karena sadaqah menjadi tanda atau dalil

(25)

atas kebenaran yang mengeluarkan sadaqah atas keimanannya 25 Secara syariah, sadaqah berarti beribadah kepada Allah dengan cara menafkahkan (infaq) sebagian hartanya yang di luar kewajiban syariah. Kata sadaqah, dalam bahasa Arab, terkadang bermakna zakat wajib.

3. Pengertian Infaq

Secara lughawi (etimologis) infaq berasal dari akar kata n-f-q. yang berarti membelanjakan harta Dalam istilah fiqih infaq (infaq) adalah mengeluarkan atau membelanjakan harta yang baik untuk perkara ibadah (mendapat pahala) atau perkara yang di bolehkan. Dari pengertian di atas, maka menafkahi anak istri termasuk daripada infaq. Adapun perbedaan zakat dan shadaqah dapat peneliti paparkansebagai berikut,

Zakat adalah berupa harta yang wajib dizakati atau dikeluarkan zakatnya adalah harta benda tertentu seperti emas, perak, tanaman, dan lainlain.Sedangkan shadaqah yaitu bukan perbuatan wajib. Dan harta yang dapat disadaqahkan berupa harta apa saja.

Wajibnya mengeluakan zakat yaitu ada syarat-syarat tertentu seperti haul (setahun) atau nishab (sampai jumlah tertentu). Sedang shadaqah tidak ada syaratnya. Mengenai Zakat yaitu wajib diberikan pada sembilan golongan yang sudah ditentukan. Sedang sadaqah bebas diberikan pada siapa saja. Orang mati yang punya tanggungan zakat wajib dilunasi oleh ahli warisnya dan harus didahulukan dari wasiat dan warisan. Sedangkan sedekah tidak ada kewajiban apapun bagi ahli waris. Tidak membayar zakat hukumnya dosa besar.

Sedang orang yang tidak sadaqah tidak apa-apa. Menurut madzhab yang empat, zakat tidak boleh diberikan pada kerabat atas (ushul) dan kerabat bawah (furu'). Kerabat atas adalah ayah, ibu, kakek. Kerabat bawah adalah anak, cucu dan seterusnya.

Sedang shadaqah boleh. Zakat tidak boleh diberikan kepada orang kaya atau yang mampu bekerja. Sedang shadaqah boleh. Zakat sebaiknya diberikan pada fakir miskin yang tempat yang sama atau yang berdekatan atau satu negara. Sedang shadaqah boleh diberikan pada orang yang jauh. Zakat tidak boleh diberikan pada orang kafir. Sedang shadaqah boleh. Zakat tidak boleh diberikan pada istri. Sedang shadaqah boleh. (Sayyid Sabiq 1990b)

Sedangkan perbedaan shadaqah dan infaq, yaitu Shadaqah adalah mengeluarkan berupa harta untuk tujuan ibadah yang tidak wajib. Dengan demikian shadaqah adalah suatu perilaku yang bersifat sunnah dan mendapat pahala apabila diniati dengan ikhlas karena Allah.

(26)

Sedang infaq lebih umum: ia dapat berarti untuk ibadah bisa juga untuk perkara yang dibolehkan (tapi tidak mendapatkan pahala) seperti menafkahi anak istri, memberi mahar/maskawin, dan lain-lain atau perkara yang wajib seperti penjelasan di atas.

C. Kerangka berfikir

Zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan ibadah kepada Allah, dan sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan.

Zakat didistribusikan dalam wujud mengkhususkan sejumlah harta, atau nilainya dari milik perorangan atau badan hukum untuk diberikan kepada yang berhak dengan syarat-syarat tertentu. Fungsinya untuk mensucikan dan mempertumbuhkan harta serta jiwa pribadi para wajib zakat, mengurangi penderitaan masyarakat, memelihara keamanan serta meningkatkan pembangunan.

(27)

16 BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan teknik penelitian

Metode penelitian dan teknik penelitian merupakan komponen yang paling penting dalam penelitian. Metode merupakan keseluruhan langkah ilmiah Metode penelitian itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu setiap prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir.(UIber Silalahi 2009) B. Jenis metode

Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, atau kepercayaan orang yang diteliti; kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka. (Sulistyo 2006)

Penelitian kualitatif pada umumnya dirancang untuk memberikan pengalaman senyatanya dan menangkap makna sebagaimana yang tercipta di Penelitian kualitatif merupakan suatu proses penyelidikan untuk

memahami masalah sosial berdasarkan pada penciptaan gambaran holistic lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar alamiah(UIber Silalahi 2009)

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan penelitian ini peneliti penggunakan data primer, data primer merupakan data yang di dapati dari sumber utama dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau dari observasi. adapun teknik yang digunakann dalam pengumpulan data ini adalah sebagai berikut: a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melekukan pengamatan secara cermat dan langsung ke lokasi penelitian. Observai alat pengumpulan data harus sistematis artinya observasi serta pencatatnnya di lakukan menurut prosedur dan aturan-aturan tertentu sehingga dapat di ulang kembali oleh peneliti lain selain itu hasil observsi itu harus memberi kemungkinan untuk menafsirkannya secara ilmiah.

(28)

1. Wawancara

Wawancara adalah proses ataupun cara memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara pertanyaan langsung tanya jawab, sambil bertatap muka langsung dengan seorang informan yaitu orang ahli dan berwenang dalam masalah yang akan kita teliti dengan menggunakan metode interview (wawancara), yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. 2. Dokumentasi

Dokumentasi penelitian ini adalah berupa portofolio untuk menyediaan dokumen-dokumen sebagai bukti yang akurat dari pencatatan informasi saat pengambilan atau peenelitian data

D. Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk mengujidata yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatifmeliputiuji, credibility, transferability, dependability, dan confirmability. (Sugiyono 2007a)

1, Credibility

Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.

a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/kepercayaan data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengansumber data yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru.Perpanjangan pengamatan berarti hubungan antara peneliti dengansumber akan semakin terjalin, semakin akrab, semakin terbuka, salingtimbul kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh semakin banyak dan lengkap.Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas datapenelitian difokuskan pada pengujian terhadap data yang telahdiperoleh. Data yang diperoleh setelah dicek kembali ke lapanganbenar atau tidak, ada perubahan atau masih tetap. Setelah dicekkembali ke lapangan data yang telah diperoleh sudah dapat dapat dipe rtanggung jawabkan/benar berarti kredibel, Maka perpanjangan pengamatan perlu diakhiri.

(29)

Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara berkelanjutan maka kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat dicatat atau direkam dengan baik, sistematis. Meningkatkan kecermatan merupakan salah satu cara mengontrol/mengecek pekerjaan apakah data yang telah dikumpulkan, dibuat, dan disajikan sudah benar atau belum.

Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan dengan cara membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian terdahulu, dan dokumen dokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian yang telah diperoleh. Dengan cara demikian, maka peneliti akan semakin cermat dalam membuat laporan yang pada akhirnya laporan yang dibuat akan smakin berkualitas.

c. Triangulasi

Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

1) Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (membercheck) dengan tiga sumber data.(Sugiyono 2007a)

2) Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya untuk mengecek data bisa melalui wawancara, observasi, dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar.(Sugiyono 2007b)

3) Triangulasi Waktu

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, akan memberikan data lebih valid sehingga lebih kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara

(30)

berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. (Sugiyono 2007b)

2. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil.(Sugiyono 276 276AD)

3. Dependability

Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama. Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula.

Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor yang independen atau pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti mulai menentukanmasalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksanakan analisisdata, melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil. Pengamatan (Sugiyono 2007a) 4. Confirmability

Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.

Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berbeda antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah disajikan dapat dipertanggungjawabkan.(Sugiyono 2007b)

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah dan menggunakan penelitian kualitatif serta analisis domain untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh pada objek dengan menerangkan teknik analisis selama dilapangan, dan dilakukan secara interaktif melalui proses data reduksi, data display dan verification.

(31)

1. Reduksi data

Data yang didapat di lapangan langsung diketik atau ditulis dengan rapi, terinci serta sistematis setiap selesai mengumpulkan data. Data-data yang terkumpul semakin bertambah biasanya mencapai puluhan bahkan ratusan lembar. Oleh sebab itu laporan itu harus dianalisis sejak dimulainya penelitian. Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian Kemudian dicari temanya. Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan. Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode-kode pada aspek tertentu.

2. Display data

Data yang semakin bertumpuk-tumpuk itu kurang dapat memberikan gambaran secara menyeluruh. Oleh sebab itu diperlukan display data. Display data ialah menyajikan data dalam bentuk matrik, network, chart, atau grafik, dan sebagainya. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan setumpuk data.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Sejak semula peneliti berusaha mencari makna dari data yang diperolehnya. Untuk maksud itu, ia berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis, dan sebagainya. Jadi dari data yang didapatnya itu ia mencoba mengambil kesimpulan. Mula-mula kesimpulan itu kabur, tetapi lama-kelamaan semakin jelas karena data yang diperoleh semakin banyak dan mendukung. Verifikasi dapat dilakukan dengan singkat yaitu dengan cara mengumpulkan data baru. Laporan penelitian kualitatif dikatakan ilmiah jika persyaratan validitas, rehabilitas, reliabilitas, dan objektivitasnya.

(Sugiyono 2010) a. Pemilihan Informan

Pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi yang ada adalah istilah kata informan yang nantinya akan diwawancarai secara mendalam yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini. Informan pada penelitian kualitatif ini dipilih dan ditentukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang telah

(32)

ditentukan oleh peneliti. Informan tersebut adalah (Menentukan 1 orang owner Bazma), (Menentukan 1orang karyawan Bazma) dan (Menentukan 3 orang penerima manfaat dari dana ZIS). Klasifikasi informan tersebut memiliki alasan, karena menurut pendapat sangat. beragam sehingga diperlukan adanya klasifikasi untuk mempermudah peneliti melakukan penelitian.

(33)

22 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

a. Profile Baituzzakah Pertamina (BAZMA)

Sebelum diberi nama Baituzzakah Pertamina (BAZMA), wadah untuk menampung dana ZIS dari para pekerja muslim PERTAMINA disebut BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah) yang berada di bawah Badan Dakwah Islam (BDI) Pertamina. BAZIS ini dibentuk pada tanggal 10 Februari 1992, berdasarkan Surat Keputusan Pengurus KORPRI No. Skep-002/K-11/Fuper/1992.

Terbentuknya BAZIS tidak terlepas dari adanya Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dengan Menteri Agama No. 29 tahun 1991 dan No. 47 tahun 1991 tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah yang ditandatangani oleh Bapak Rudini selaku Mendagri dan Bapak Munawir Sazali selaku Menteri Agama pada tanggal 19 Maret 1991. Dengan lahirnya surat keputusan bersama tersebut, maka hampir seluruh BUMN (Badan Usaha Milik Negara) membentuk badan pengelola zakat di lingkungan perusahaannya.

Selanjutnya pada tahun 1999, surat keputusan bersama tersebut digantikan dengan Undang-Undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dimana badan pengelola zakat yang diakui oleh pemerintah ada 2 (dua) yakni BAZ (Badan Amil Zakat) yang dibentuk oleh Pemerintah dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang dibentuk oleh masyarakat.

Seiring dengan terbitnya Undang-Undang No. 38 tahun 1999 tersebut muncul keinginan kuat dari pekerja muslim PERTAMINA untuk mengusung BAZMA menjadi Lembaga Amil Zakat (LAZ) dengan diberi nama BAITUZZAKAH PERTAMINA disingkat BAZMA, kemudian ditindaklanjuti dengan pembuatan akte pendirian melalui Notaris Titiek Irawati S.S.H No. 29 tanggal 22 Agustus 2003.

Pada tanggal 24 Mei 2004 LAZ BAZMA mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah sebagai LAZ Nasional (tingkat pusat)

(34)

dengan mendapatkan akreditasi LAZNAS melalui Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia yang ditanda-tangani oleh Bapak Prof. Said Agil Husin Al Munawar dengan Surat Keputusan No. 313 tahun 2004.

Pada tahun 2016 BAZMA berbadan hukum Yayasan dengan maksud dan tujuan di bidang Keagamaan, Sosial dan Kemanusiaan dengan mendayagunakan dana keagamaan dan dana sumbangan sosial lainnya yang bersumber dari Insan Muslim Pertamina dan sumber lainnya yang dibenarkan secara perundangan, tepatnya pada tanggal 7 November 2016, sebagai bentuk respon positif terhadap perubahan aturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengeloloaan Zakat, melalui Pernyataan Akta Pendirian YAYASAN BAITUZZAKAH PERTAMINA (BAZMA) dari Notaris Titiek Irawati S.S.H dan dikukuhkan oleh Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor AHU-0043350.AH.01.04.Tahun 2016 Tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum YAYASAN BAITUZZAKAH PERTAMINA.

BAZMA Asset 3 PT Pertamina EP (atau BAZMA Asset 3) adalah merupakan cabang atau wilayah dari YAYASAN BAITUZZAKAH PERTAMINA.

b. Visi Dan Misi BAZMA Visi dari BAZMA adalah:

“Menjadi Organisasi yang amanah, profesional serta mampu mensejahterakan”,

Sedangkan Misi utama BAZMA adalah:

1) Meyakinkan program kegiatan BAZMA dapat bermanfaat, menenteramkan dan dipercaya (Amanah).

2) Menyelenggarakan pengelolaan organisasi yang akuntabel, efektif, efisien, serta tepat sasaran (Profesional).

(35)

3) Mengembangkan program yang berorientasi kepada kesejahteraan sosial dan produktivitas usaha (Mensejahterakan).

c. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi BAZMA Pusat :

Struktur Organisasi Cabang/Wilayah BAZMA Asset 3 sebagai berikut:

d. Kebijakan, Sasaran Umum & Wilayah Pengelolaan BAZMA Asset 3

(36)

Manajemen BAZMA Asset 3 memiliki komitmen untuk mewujudkan Visi, Misi dan tujuan organisasi, yang tertuang dalam bentuk kebijakan sebagai berikut:

a. Melaksanakan penyadaran berdonasi sebagai bentuk tanggungjawab dan demi meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat (disebut Komitmen Penyadaran Berdonasi).

b. Menyediakan program pemberdayaan yang terencana serta berkesinambungan demi meningkatkan taraf hidup dan berkontribusi dalam mensejahterakan masyarakat (disebut Komitmen Memiliki Program Unggul Pemberdayaan).

c. Mengupayakan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan dan mendukung syiar Islam melalui aktivitas penggalangan dan pendistribusian donasi syariah (disebut Komitmen Pelayanan Terbaik).

d. Menyajikan data yang akurat serta didukung oleh petugas yang bekerja secara profesional (disebut Komitmen Data Akurat).

e. Memperkembangkan sumber daya manusia yang fathonah, amanah, siddiq dan tabligh. (disebut Komitmen SDM Profesional).

f. Selalu mengedepankan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja. (disebut Komitmen Mengedepankan K3).

Sasaran Umum

Yang menjadi Sasaran Umum dari penyelenggaraan Program dan Kegiatan BAZMA Asset 3 adalah sebagai berikut:

a. Seluruh pekerja muslim Pertamina berdonasi di BAZMA Asset 3. b. Sasaran program yang dibina usaha produktif, meningkat pendapatannya. c. Pelanggan menyatakan puas dengan pelayanan BAZMA Asset 3.

d. Seluruh data yang dibutuhkan tersedia dan mutakhir. e. Nilai kinerja SDM pengelola memuaskan.

f. Tidak ada kecelakaan kerja. Wilayah Pengelolaan

Wilayah pengelolaan BAZMA Asset 3 terdiri dari:

a. Wilayah Pengumpulan

Sasaran wilayah pengumpulan BAZMA Asset 3 diprioritaskan untuk pekerja muslim PT Pertamina EP Asset 3 dan Mitra Karya. Tidak menutup kemungkinan sasaran pengumpulan dilakukan di wilayah lainnya yang berdekatan dengan fasilitas kerja PT Pertamina EP Asset 3.

(37)

Sasaran wilayah pendistribusian BAZMA Asset 3 diprioritaskan untuk yang tinggal berdekatan dengan wilayah kerja operasi PT Pertamina EP Asset 3 di lingkaran sewilayah desa atau sewilayah kelurahan. Prioritas selanjutnya yang tinggal di lingkaran sewilayah kecamatan dengan wilayah kerja operasi PT Pertamina EP Asset 3. Kecuali untuk bantuan korban bencana kemanusiaan.

e. Program BAZMA Asset 3

1. Program BERANI (Berwirausaha Mandiri) Deskripsi:

Program BERANI adalah sebuah program bantuan untuk memulai usaha kecil, mengembangkan dan membina Sumber Daya Manusia (Sasaran), sehingga Sasaran bisa mandiri usahanya dan berkelajutan, serta Sasaran memiliki karakter yang hebat dalam berusaha. Model usaha yang dikembangkan berupaya sesuai syariah.

Program ini bernama BERANI, singkatan dari "Berwirausaha Mandiri", dengan harapan kedepan mampu mendorong peserta (Sasaran Program) agar lebih "berani" dalam berwirausaha dan "berani" menerapkan sistem ekonomi syariah.

Sasaran berasal dari golongan (asnaf) fakir-miskin.

Untuk pengembangan usaha selanjutnya, setelah dilakukan pembinaan, Sasaran diberi kesempatan memperkuat modal usahanya dengan pinjaman modal bergulir dengan akad “Qordhul Hasan" (tanpa bunga). Tujuan program untuk meningkatkan pendapatan, kemandirian dan kelestarian usaha serta menerapkan ajaran syariah Islam dalam praktek usahanya.

2. Program SERASI (Semangat Meraih Prestasi) Deskripsi:

Program SERASI adalah sebuah program bantuan untuk kebutuhan biaya pendidikan dan pembinaan agar menunjang prestasi peserta program (Sasaran). Pembinaan dalam bentuk bimbingan belajar, try

(38)

out, bimbingan keterampilan (seperti belajar komputer, menjahit, public speaking, manajemen kewirausahaan, kepemimpinan dan lain-lain) serta bimbingan (pengajaran) Islam. Mahasiswa binaan dimotivasi untuk mau berperan (membantu) dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat (Sasaran Program BAZMA Asset 3).

Program ini bernama SERASI, singkatan dari "Semangat Meraih Prestasi", dengan harapan peserta (sasaran program) mampu meraih prestasi yang seimbang antara prestasi di kehidupan dunia dengan prestasi di kehidupan beragamanya.

Tujuan program adalah agar Peserta program mampu berprestasi di bidang pendidikan dan memiliki keterampilan dasar sebagai bekal hidup mandiri, serta memiliki akhlak (karakter) yang baik, hasil dari pembinaan. Pencapaian prestasi di bidang akademik, keterampilan dan kepribadian (karakter) itulah yang disebut "SERASI".

3. Program STAR (Sekolah Tahfizh Terpadu) Deskripsi:

Program STAR adalah sebuah program bantuan untuk kebutuhan biaya pendidikan, biaya pondok dan pembinaan, serta pembangunan dan pengembangan sekolah tahfizh berbentuk Boarding School terpadu, dengan materi yang mencakup pendidikan akademik, pendidikan agama, penghapalan dan pengamalan Al-Qur’an, keterampilan serta kewirausahaan. Peserta setingkat SLTP dan SLTA dari latar belakang keluarga tidak mampu, diutamakan anak "Yatim". Program ini bernama STAR, singkatan dari "Sekolah Tahfizh Terpadu", dengan harapan menjadi sekolah yang mampu menghasilkan SDM yang unggul. STAR berada di 4 (empat) lokasi Asset 3. Biaya pembangunan pondok berasal dari wakaf dan infaq donatur.

Tujuan dari program STAR adalah untuk menghasilkan lulusan Sekolah Tahfizh Terpadu (STAR) yang berakhlak Qur’ani dan menguasai bidang akademik serta terampil

(39)

4. Program GEN “R” (Generasi Rabbani) Deskripsi:

Program GEN “R” adalah sebuah program penghapalan Al Qur'an Juz 30 untuk anak usia SD yang belajar mengaji di DTA (Madrasah) binaan. Sasaran program dari kalangan tidak mampu-diutamakan anak yatim.

Program ini dinamakan Generasi Rabbani dimaksudkan agar sasaran program menjadi generasi yang terbiasa mengkaji, mengajarkan dan mengamalkan Al – Qur’an, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an Surat Ali imran, Ayat 79.

Program ini didukung oleh para guru di DTA (Madrasah) binaan, dimana peserta belajar, sebagai mudabbir (guru pendamping/pembina). Setelah hapal juz 30, peserta program menjalani tes penghapalan juz 30 atau ditashih.

Di akhir program, peserta yang hapal juz 30 akan diberi santunan (reward). Setelah lulus SD dan hapal juz 30 (lulus uji hapalan), dan bagi yang berminat dapat melanjutkan ke program STAR.

Tujuan dari program GEN “R” adalah Menghasilkan lulusan SD (Madrasah DTA) yang pandai membaca Al Qur’an dan hapal serta memahami minimal juz 30.

5. Program TUMANINAH (Bantuan Kemanusiaan yang Amanah) Deskripsi:

Program ini merupakan jenis bantuan untuk kebutuhan pokok berupa pangan & sandang serta kebutuhan sosial lainnya yang bersifat konsumtif, diutamakan penya-lurannya bagi yang kekurangan pangan atau bahkan kelaparan serta ketidaklayakan tempat tinggal. Biasanya hal itu terjadi ketika ada bencana alam, peperangan atau bencana kemanusiaan lainnya. Program bantuan ini juga diberikan kepada asnaf atau golongan Muallaf, Ibnu Sabil & Gharimin yang membutuhkan.

(40)

Program ini dinamai TUMA'NINAH yang memiliki arti gerakan tenang berhenti sejenak dalam sholat, agar hal itu berimplikasi terhadap sikap untuk dapat setenang mungkin dalam menghadapai musibah. TUMA'NINAH adalah singkatan dari "Bantuan Kemanusiaan yang Amanah".

Tujuan dari program TUMANINAH adalah untuk membantu meringankan kesulitan akan kebutuhan pokok pangan, sandang dan kebutuhan pokok lainnya, sehingga menimbulkan kesyukuran dan terhindar dari perilaku kufur ni’mat.

6. Program RUKU (Rumahku Syurgaku) Deskripsi:

Program RUKU adalah sebuah bantuan untuk pemilik (penghuni rumah) tidak layak huni dari keluarga tidak mampu. Rumah yang dibantu tidak berdiri diatas tanah sengketa atau diatas tanah milik negara untuk kepentingan umum.

"Rumahku Syurgaku" disingkat RUKU, dipilih sebagai nama program dengan harapan agar sasaran yang telah dibantu lebih merasakan keni'matan di tempat tinggalnya dan berupaya membangun syurga di rumahnya, serta bertambah kesyukurannya dengan menjaga ruku atau sholatnya menjadi lebih baik lagi.

Program RUKU ini memiliki tujuan untuk membantu meringankan kesulitan biaya kebutuhan merehab rumah, agar sesuai standar kelayakan rumah hunian dan membantu mewujudkan cita-cita menjadikan rumah sebagai tempat yang menye-nangkan dan penuh keni'matan seperti di syurga.

7. Program PLASMA (Pelayanan Kesehatan untuk Sesama) Deskripsi:

Program PLASMA adalah sebuah bantuan untuk meringankan biaya kebutuhan akan pengobatan, perawatan dan kebutuhan di bidang kesehatan lainnya. Program ini dapat berupa bantuan untuk Khitan,

(41)

bantuan Gizi Buruk, Operasi Katarak, Operasi Bibir Sumbing, bantuan Alat Kesehatan, dan lainnya.

Program ini dinamakan PLASMA yang bermakna denotasi adalah bagian dari darah yang bertugas membawa sel darah, yang didalamnya terkandung protein fibrinogen yang berfungsi mengatur pembekuan darah. Meski cenderung terlupakan dibanding sel darah merah, sel darah putih dan trombosit dalam darah, namun “plasma” perannya sangat penting. Dengan nama itu, berharap program PLASMA (Pelayanan Kesehatan untuk Sesama) dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Program PLASMA bertujuan untuk membantu meringankan kesulitan biaya kebutu-han pengobatan, perawatan dan kebutuhan di bidang kesehatan lainnya.

8. Program MISBAH (Membantu Syiar Islam, Fasilitas Umum & Sarana Ibadah)

Deskripsi:

Program ini bernama MISBAH yang berarti PELITA atau CAHAYA. MISBAH juga merupakan singkatan dari "Program Bantuan Syiar Islam atau Dakwah, Bantuan Fasilitas Umum & Bantuan Sarana Ibadah".

Memberikan pelayanan yang baik bagi kebutuhan masyarakat pada umumnya tentang Syiar Islam, Fasilitas Umum & Sarana Beribadah.

9. Program RIB (Rumah Ilmu BAZMA) Deskripsi:

Program RIB merupakan sebuah kegiatan membantu, mengarahkan, mendukung, merumuskan masalah, merencanakan serta melaksanakan proses kegiatan pember-dayaan sasaran program. Intinya adalah sebuah program pendampingan. Dinamakan Rumah Ilmu Bazma (RIB), agar sasaran binaan menjadikan wadah ini sebagai tempat pembelajaran

(42)

(pendidikan non formal) yang baik dan tepat, menuju kepada kemandi-rian dan pembentukan karakter.

Program ini bertujuan untuk memberdayakan sasaran dan menunjang proses lainnya pada pengelolaan ZISWAF di Bazma Asset 3.

B. Pembahasan

1. Bagaimana pengelolaan dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh di Baituzzakah (BAZMA) Asset 3 PT. Pertamina EP.Cirebon Kebijakan umum dari penyelenggaraan Program dan Kegiatan BAZMA Asset 3 adalah sebagai berikut:

Seluruh pekerja muslim Pertamina berdonasi di BAZMA Asset 3, sasaran program yang dibina usaha produktif, meningkat pendapatanny, pelanggan menyatakan puas dengan pelayanan BAZMA Asset 3,seluruh data yang dibutuhkan tersedia dan mutakhir, nilai kinerja SDM pengelola memuaskan, tidak ada kecelakaan kerja.

Berdasarkan wawancara dengan Agung Prayitno selaku Subkor PLH Kesektariatan (Perwakilan Owner) pada Kamis, 28 Mei 2020 jam 19 : 29 Wib bertempat di Kantor Bazma menyatakan:

Pengelolaan dana Zakat, Infak dan Shodaqoh di BAZMA Terlbih dulu mengikuti kebijakan perusahaan dalam mengelola lembaga Bazma tentunya dengan sosialisasi ke Pegawai dan Masyarakat lingkungan kantor tentang bagaiman pentingnya menunaikan Zakat, infaq dan shodakoh sesuai dengan syariat islam dan pendidtribuaiasnya tepat sasaran sehinggah Alhamdulillah sudah beberapa tahun penerimaan zakat, infaq dan shodakoh semakin bertambah para muzaki mempercayakan kami selaku amilin dalam mengelola dana mulai dari penerimaan sampai dengan menyalurkan dan sekaligus membina mustahiq untuklebih berdaya guna sehingga dirasakan manfaat bagi Mustahik dan dipandang baik bagi Muzakki dalam meningkatkan kepercayaan para Muzakki

(43)

Hal senada dungkapkan oleh Yahya Mutakin selaku PLH Keuangan Bazma EP Asset 3 pada Jumat, 29 mei 2020 jam 09 : 00 Wib di Kantor BAZMA menyatakan:

Dalam pengelolaan baik dana yang dihimpun dari Muzakki dan distribusi untuk Mustahik saya selalu berpedoman pada peraturan dan standar oprasional perusahaan (SOP) yang telah ditetapkan, saya catat dengan pembukuan yang rapih dan dapat dimegerti oleh siapapun dengan pencatatan yang rapih (akuntable) para Muzakki memberikan kepercayaan pada pengelola tidak hanya itu jika para Mustahiq banyak yang mengajukan ternyata tidak seimbang dengan ketersediaan dana yang ada sehingga kebijakan diberikan untuk tahap berikutnya para Mustahiq juga memahi atas penjelasan yang disampaikan oleh Bazma, harapanya dengan transparansi baik Muzakki, Pengelola dan Mustahiq saling amanah.

Hal senada diungkapkan oleh Ibu Sawi selaku pedagang seblak pada Kamis, 28 Mei 2020 jam 16 : 00 Wib di Pasindangan orang yang telah mendapa manfaat dari pendidtribuasian Ziswah Bazma (Mustahiq) menyatakan:

Alhamdulillah Allah telah memberi Riszki kepada saya melalui Program BERANI (Berwirausaha Mandiri) dari Bazma sebelum dibantu Bazma memiliki modal cukup untuk oprasional setelah dikasih modal oleh Bazma Alhamdulillah bisa untuk oprasional dan nabung tidak hanya bantuan uang tetapi bazma juga mendampingi bagaimana hidup keluarga kita tidak boros, prihatin tentram dan nyaman.

Hal senada diungkapkan oleh Sunarti Mustahiq Bazma pada Jumat, 29 Mei 2020 jam 14 : 45 Wib di Tangkil Adidharma menyatakan:

Pengelolaan dana ziswaf di BAZMA Asset 3 PT. Pertamina EP Cirebon itu Alhamdulillah langsung mengena tepat sasaran dengan penuh kehati–hatian, bagi saya merasakan dampak kebijakan yang telah diputuskan pengurus sangat bermanfaat karena saya mendapat bantuan untuk menambah permodalan yang ada

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dengan membandingkan gambar 1.1 dan 1.2, dapat terlihat bahwa Asia menjadi daerah yang memiliki peranan dan pengaruh besar terhadap perkembangan industri metanol, di sisi lain

5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dalam rangka menunjang perbaikan regulasi pengusahaan UCG diperlukan litbang UCG di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, kinerja keuangan daerah yang terdiri dari indikator rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio ruang fiskal, rasio keserasian

Dalam hal Produk Hukum Daerah memerlukan lampiran maka hal tersebut harus dinyatakan dalam batang tubuh dan pernyataan bahwa lampiran tersebut merupakan bagian yang tidak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah hukum newton yang dilihat

Kegiatan sosialisasi JKN bisa menjadi jembatan antara masyarakat dengan pelaksana program. Bukan hanya itu saja, kegiatan sosialisasi juga mampu mengangkat nama BPJS

Pada tingkatan keempat, yakni seorang late adopter, dimana tingkatan ini bersifat pasif menerima pesan (message reception) dari tiga tingkatan diatasnya. Seorang late adopter

Hasil tersebut memiliki arti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik pekerjaan dengan aksi berhenti menggunakan jasa layanan kesehatan RSUD Badung