• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BIOGRAFI KH. SULAEMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II BIOGRAFI KH. SULAEMAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BIOGRAFI KH. SULAEMAN

A. Silsilah Keluarga

KH. Sulaeman dilahirkan pada tahun 1871 di Kampung Kelapadua, Desa Kagungan, Kecamatan Serang, Kota Serang Banten.1 KH. Sulaeman adalah tokoh ulama yang sifatnya tegas dan bijaksana, banyak dari ulama dan masyarakat daerah Kelapadua, Sukalila dan Cantilan berguru kepada KH. Sulaeman. Kehidupan KH. Sulaeman sangat sederhana dalam hidupnya Ia lebih mementingkan kemaslahatan umum. KH. Sulaeman adalah ulama besar yang masih sedikit diketahui peranannya oleh masyarakat, oleh karena itu riwayat peranannya yang diteliti meliputi ruang lingkup yang jelas dengan berbagai macam pokok permasalahan, seperti: di bidang hukum, dan keagamaan.

Secara garis keturunan KH. Sulaeman berasal dari keturunan priyayi dan bangsawan yang kaya raya di daerah Serang, sedangkan kakeknya yaitu, Ki Kam bin Ma’wun bin Muhammad bin Naim bin Ki Damang, ayah dari ibunya KH. Sulaeman berasal dari daerah Cirebon

1 Khatib Mansur, Jejak Leluhur K.H. Sulaeman, (Serang: Yayasan Sengpho,

(2)

mempunyai delapan orang anak, enam perempuan dan dua laki-laki,2 yaitu: 1. Nyi Arsiyah 2. Nyi Mamu 3. Nyi Lah 4. Nyi Syarifah 5. Abdullah 6. Jamilah 7. Nyi Syaridah 8. Ki Abdurrahman

garis keturunan KH. Sulaeman berasal dari Nyi Arsiyah binti Ki Kam bin Ma’wun bin Muhammad bin Naim bin Ki Damang, yang menikah dengan dengan laki-laki bernama H. Madiereu Bin Mahrum yang masih satu wilayah dengan Nyi Arsiyah. Setelah menikah dan tinggal di Kampung Kelapadua, pasangan H. Madiereu memiliki tujuh orang putra dan putri, empat laki-laki dan tiga perempuan. KH. Sulaeman merupakan anak bungsu dari ke-tujuh bersaudara. Yaitu:

2 Silsilah Kiai Kam bin Ma’un bin Muhammad bin Na’im bin Ki Demang

(3)

1. H. Adam 2. Nyi, Hj. Bah 3. H. Khotib 4. Nyi Juleha 5. H. Musthofa 6. H. Ja’far 7. KH. Sulaeman

KH. Sulaeman sedemikian rupa memang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan rumah dan eksistensi keluarganya. Pengaruh yang menonjol pada diri KH. Sulaeman terletak pada sosok ayah. Ayahnya yang berperan dalam membentuk cikal bakal manusia dalam bentuk kayakinan dan ke-Islaman awal KH. Sulaeman.

Setelah KH. Sulaeman belajar dari pesantren Syekh Asnawi Caringin, KH. Sulaeman kemudian menikah dengan istri pertamanya yang bernama Aisyah dari Sukalila dan istri keduanya Asyikoh dari Cantilan. Istri pertama mempunyai dua orang anak yaitu:

1. H. Ishaq bin KH. Sulaeman 2. H. Adra’i bin KH. Sulaeman

Istri kedua mempunyai lima orang anak empat peremuan dan satu laki-laki, yaitu:

(4)

1. Hj. Hamdanah binti KH. Sulaeman 2. Hj, Ruhanah binti KH. Sulaeman 3. Hj. Hasanah binti KH. Sulaeman 4. Hj. Rohayah binti KH. Sulaeman 5. H. Sunal Murad bin KH. Sulaeman

Dari ke tujuh anaknya tersebut, KH. Suleaman mengharapkan anaknya menjadi anak yang mempunyai Ilmu Agama dan mencari ilmu di pesantren. Dalam memberikan pendidikan agama pada putra-putrinya banyak yang ditangani sendiri. Sejak mereka kecil sudah terbiasa mengaji dan mempelajari ilmu. Perhatian itu juga dirasakan oleh cucu-cucunya yang juga banyak diajarkan ilmu agama seperti belajar Al-Quran dan ilmu-ilmu lainnya. Berikut ini adalah silsilah Kh. Sulaeman yang penulis dapatkan.

Tidak hanya itu perhatiannya pun dirasakan oleh murid-murinya yang juga banyak diajarkan ilmu agama seperti belajar Al-Quran dan ilmu-ilmu lainnya. Setiap selesai sholat KH. Sulaeman mengajar mengaji dengan cara sorogan. Metode sorogan di sini anak didiknya menghadap kiyai mengajarkan seorang demi seorang dan menyodorkan kitab untuk dibaca atau dikaji bersama dengan kiyai. Hal tersebut agar

(5)

anak didiknya dapat memahami kandungan kitab secara perlahan-lahan secara detail dengan mengikuti fikiran dan konsep dalam kitab tersebut. Menurut penuturan cucunya KH. Abdul Razak, Ia menceritakan kehidupan KH. Sulaeman semasa hidupnya adalah seseorang yang memiliki banyak harta, tetapi dalam hidupnya sangat menerapkan kesederhanaan, dan kebiasaan KH. Sulaeman sering memberikan uang kepada cucu-cucunya setiap kali KH. Sulaeman akan berangkat kerja.3

B. Pendidikan KH. Sulaeman

Sejak kecil KH. Sulaeman telah mendapatkan pendidikan pertama yaitu pengajaran mengenai ajaran-ajaran agama Islam tingkat dasar seperti membaca Al-Quran, fiqih, akhlak, dari ayahnya sendiri yaitu H. Madiereu. Meski ayahnya bukan seorang kiyai besar, KH. Sulaeman tetap mendapatkan pengajaran agama, karena Ia ingin KH. Sulaeman menjadi anak yang pandai dalam bidang agama. Berkat kecerdasannya dan keuletannya dalam belajar KH. Sulaeman semakin menguatkan tekadnya lebih rajin dan tekun ibadah. Setelah belajar dari

3 Wawancara pribadi dengan bapak Abdul Razak (cucu KH, Sulaeman), pada

(6)

ayahnya sendiri, KH. Sulaeman melanjutkan pendidikannya ke pesantren Syekh Asnawi Caringin.4

Setelah mendapatkan pengajaran dari ayahnya KH. Sulaeman melanjutkan pendidikannya sebagai santri di pesantren Syekh Asnawi Caringin, Ia termasuk santri yang cerdas dan sangat patuh serta berakhlak tinggi. Apa pun perintah guru selalu dikerjakannya dengan baik, pengabdian kepada guru tanpa pamrih materi pelajaran dikuasainya dengan cepat. Namun diusianya yang ke-17 tahun pada masa Geger Cilegon 1888 bersama istrinya Aisyah, berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji selepas itu mukim disana untuk menuntut ilmu.5

Selama di Mekkah seperti diceritakan oleh KH. Zaenol Arifin, KH. Sulaeman sedang tafakkur di Masjidil Haram, tiba-tiba datanglah seseorang laki-laki berbadan tinggi besar hitam merangkulnya, kamu mau bisa ngaji?, buka mulutmu, lalu Ia meludahinya, tiba-tiba laki-laki itu menghilang meninggalkannya. Tidak diketahui persis kegiatan KH. Sulaeman di sana sebelum mengaji, namun Ia yang kala itu belum pandai mengaji berguru kepada Ulama terkenal dari Banten Syekh

4 Wawancara pribadi dengan bapak Abdul Razak (cucu KH, Sulaeman), pada

tanggal 10 Februari 2016, waktu 08.30 WIB s/d selesai

5 Wawancara pribadi dengan bapak Chotibul Umam (keturunan KH,

(7)

Nawawi Al-Bantani. Banyak dari murid Syekh Nawawi Al-Bantani, termasuk KH. Hasyim Asy’ari, Wahab Chasbullah dari Jombang Jawa Timur, kemudian menjadi ulama besar di Indonesia.6

Selama berguru kepada Syekh Nawawi Al-Bantani, Ia mengaji beberapa kitab, salah satunya kitab yang pernah dibimbing oleh Syekh Nawawi adalah Tafsir Munir, Ia menuliskan coretan-coretan kecil di dalam bukunya. KH. Sulaeman selama berguru termasuk santri “usil”, keinginan tahuannya terhadap gurunya sangat besar sekali, seringkali Ia mengintip apa yang sedang dikarang oleh Syekh Nawawi, Ia melihat kamar gurunya terang benderang, padahal dulu tidak ada lampu, pulpen seolah-olah jalan sendiri, Ia melihat gurunya itu sangat teliti dalam mengarang kitab, kebiasannya setelah menyelesaikan penulisan kitab, Syekh Nawawi selalu sholat istikhoroh, oleh sebab itu karyanya masih terpakai hingga saat ini.7

Setelah belajar di Mekah selama 3 tahun, pada tahun 1891 beserta istri dan anaknya Adra’i, kembali ke kampungnya di Sukalila yang saat itu tidak terlalu jauh dari pusat Pemerintahan Resident Banten, kemudian seperti kebiasaan para santri saat itu, Ia pergi

6 Wawancara pribadi dengan bapak Athoilah (cicit dari kaka KH.Sulaeman),

pada tanggal 09 Februari 2016, waktu 16.00 WIB s/d selesai.

7 Wawancara pribadi dengan bapak Chotibul Umam (keturunan KH,

(8)

bersama dengan KH Abdul Latief Cibeber melanjutkan berguru kepada KH. Abdul Karim Tanara yang pada saat itu baru saja kembali dari Mekah, kemudian beliau pulang ke negerinya di Banten pada tahun 1872.

Setelah berguru kepada ulama Banten yang cukup berpengaruh pada saat itu Syekh Asnawi Caringin dan Syekh Abdul Karim Tanara, KH. Sulaeman kemudian kembali ke Kampung Sukalila serta mendirikan Pesantren, namun tidak diketahui secara persis cerita tentang gagasan pendirian pesantren ini, apakah merupakan keinginan dari ayahnya H. Madiereu atau meneruskan pesantren yang sudah ada sebelumnya yang dikelola oleh KH. Abdurrahman. Dalam catatan Sejarah sebelum Pesantren KH Sulaeman berdiri, terlebih dahulu berdiri Pesantren KH. Abdurrahman, Ia seorang ulama yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama namun, KH. Abdurrahman juga mengembangkan kesenian Rudat Sukalila kepada santri-santrinya sebagai antisipasi terhadap kaum penjajah. Setelah ia wafat tahun 1770, Rudat Sukalila diteruskan kepada KH. Sulaeman dan H. Bani.8

8 Wawancara pribadi dengan bapak Chotibul Umam (keturunan KH,

(9)

C. Karir KH. Sulaeman

Karir KH. Sulaeman bermula saat Ia pulang dari Mekkah dan berguru kepada para pembesar ulama Banten sebelumnya yaitu, Syekh Nawawi Al-Bantani, Syehk Abdul Karim Tanara dan Syekh Asnawi Caringin. Karirnya sebagai ulama dan pendidik Ia dapatkan dari pesantren dan dari gurunya sendiri, karena KH. Sulaeman termasuk santri yang cerdas dan tekun belajar. KH. Sulaeman lahir dari lingkungan keluarga kiyai, termasuk saudara-saudara kandungnya yang lain rata-rata mengikuti jejak orang tuanya untuk taat menjalankan ajaran agama melalui pendidikan pesantren, termasuk melaksanakan perintah rukun Islam yang kelima, yakni kewajiban berhaji ke Mekkah bagi yang sudah berkecukupan.9

Pendidikan pesantren yang KH. Sulaeman dapatkan selama menjadi santri, Ia terapkan dalam sebuah pesantren yang dibangun di rumahnya sendiri. Pesantren ini berdiri guna mendidik anak-anak di sekitar kampung Kelapadua. Sukalila dan Cantilan, KH. Sulaeman dalam bidang agama, agar mereka menjadi anak yang patuh pada ajaran agama. Dalam penuturan KH. Abdul Aziz bahwasanya KH. Sulaeman semasa hidupnya sangat pandai dalam bidang ilmu fikih dan Tafsir

(10)

Munir, sehingga diangkat menjadi hakim anggota pada Pengadilan Agama di zaman pemerintahan Belanda. KH. Sualeman menjadi hakim anggota Landraad pertama kali diangkat pada sekitar tahun 1930, karena eksistensi Pengadilan Agama Serang secara lembaga formal mulai diketahui keberadaannya sejak tahun 1930-an.10 KH. Sulaeman menjadi anggota hakim Landraad karena kecerdasanya dan kebijakannya dalam menyelesaikan suatu masalah, seperti pada pembinaan moral masyarakat Serang untuk menjadi lebih baik, karena pada saat itu masyarakat mempunyai sikap yang anarkis terhadap suatu masalah. KH. Suleman dalam kehidupan sehari-hari selalu membaca kitab karangan gurunya sendiri seperti kitab Tafsir Munir, oleh karena itu KH. Sulaeman di akui kepandaiannya dalam bidang fikih oleh para kiyai lainnya seperti KH. Hilmi dari Baros.11

Selain pandai dalam ilmu fikih KH. Sulaeman pun pandai dalam bidang ilmu falak, hal ini terlihat jika menjelang bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Lebaran, ketetapan KH. Sulaeman selalu dipakai oleh pemerintah Serang kala itu. Dalam menentukan hal tersebut KH. Sulaeman menggunakan metode rukyat atau yang lebih dikenal dengan metode melihat bulan. Dengan kepandaian KH.

10 http://pa-serang.go.id/en/profil-pengadilan.html 11 Khatib Mansur, Jejak Leluhur K.H. Sulaeman . . . p.32.

(11)

Sulaeman dalam ilmu falak, Ia selalu diundang oleh pemerintah Serang dalam menentukan jatuhnya bulan suci Ramadhan atau pun Hari Raya Lebaran. Dalam suatu pertemuan di Sukalila dengan sejumlah pendeta Kristen, kata KH. Abdul Aziz. KH. Sulaeman pernah dimintai pendapatnya tentang kesehatan dan kondisi darah, dan beliau dapat menjelaskan cukup lengkap. Hal ini menandakan bahwa KH. Hulaeman selain pandai dalam ilmu agama ia juga pandai dalam ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu kedokteran.12

KH. Sulaeman meninggal dunia pada tanggal 2 Jumadil Akhir tahun 1362 H di usia 70 tahun, Ia berpesan makamnya kelak agar tidak dikurung dan dikeramatkan sebab Ia tidak mau seolah-olah makamnya milik sendiri. Hai ini membuat kesedihan yang mendalam bagi keluarga dan khususnya masyarakat Serang, karena KH. Sulaeman dalam kehidupan sehari-harinya Ia selalu berbincang-bincang dengan masyarakat. KH. Sulaeman di kebumikan di Kampung Cantilan tepatnya dimakam keluarga.

12 Wawancara pribadi dengan KH. Abdul Razak (cucu KH. Sulaeman) pada

Referensi

Dokumen terkait

Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi perusahaan yang memperoleh laba yang besar, maka dapat

Dari seluruh uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemikiran Nasr secara garis besar berkisar pada bidang sains Islam, filsafat, sufisme, pemikiran Islam

Cermin pemikiran yang kelak akan mengarahkan KH.Achmad Dahlan Achyad bersama KH.Wahab Hasbullah dan KH.Mas Masyur untuk mendirikan forum diskusi Taswirul Afkar sebagai

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang,

Syeikh Nawawi al-Bantani merupakan salah satu ulama besar Nusantara.. yang banyak berjasa dalam perkembangan ajaran Islam melalui

Achmad Asrori Al Ishaqi lahir pada kondisi masyarakat yang masih tergolong awam dan belum tahu terhadap ajaran-ajaran Islam, beliau meskipun tidak mengenal dunia akademis dan

4 Komunikasi yang terjalin tersebut kemudian berkelanjutan menjadi sebuah realisasi dari usaha penyatuan pesantren dengan masyarakat, sehingga dapat mengahasilkan

Sesuatu yang unik dirasakan ketika terjadinya interaksi antara santri dan pengurus Pondok Pesantren Kauman yang sebagian besar dari etnis Jawa dan beragama muslim dengan