• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1: Grafik Perkembangan Penduduk Urban-Rural di Dunia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1: Grafik Perkembangan Penduduk Urban-Rural di Dunia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkotaan pada era globalisasi telah berkembang dengan pesat, baik dalam hal jumlah maupun skala dari perkotaannya. Tercatat pada tahun 2013, jumlah kota yang mempunyai penduduk lebih dari 150.000 jiwa telah mencapai 4.416 kota (Statistic Brain, 2013). Empat ratus lima puluh tujuh diantaranya telah memiliki penduduk lebih dari 1 juta jiwa, bahkan beberapa diantaranya telah berubah menjadi Megapolitan. Secara bentuk dan kondisinya kota-kota tersebut makin berkembang. Perkembangan kota tersebut merupakan dampak dari peningkatan jumlah manusia dan aktivitasnya di perkotaan. Data yang dipublikasikan oleh United Nation (2011) menunjukan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan mengalami tren positif, bahkan jumlahnya telah menyamai jumlah penduduk rural pada dekade ini.

Perkembangan kota memiliki hubungan dengan perkembangan jumlah, karakter dan aktivitas dari penduduknya. Sejalan dengan perkembangan tersebut, kebutuhan mobilitas dari penduduk juga mengalami peningkatan. Aspek mobilitas merupakan hal yang krusial dalam menunjang aktivitas dan peningkatan kualitas

Sumber: http://esa.un.org/unpd/wup/Documentation/highlights.htm (diakses 2 januari2014) Gambar 1: Grafik Perkembangan Penduduk Urban-Rural di Dunia

(2)

2 dan produktivitas penduduk di perkotaan. Oleh karena itu, transportasi perkotaan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam memandang kehidupan dan keberlanjutan perkotaan.

Kota-kota di dunia pada saat ini menghadapi problema pada bidang transportasi perkotaan. Problema pada bidang transportasi tersebut pada umumnya memiliki inti pada aspek penyediaan transportasi perkotaan yang baik, penghematan energi, dan dampak dari pola transportasi yang berkembang. Peningkatan demand akan mobilitas dan modanya, penggunaan kendaraan pribadi yang tinggi, kapasitas jalan yang tidak sesuai dengan volume kendaraannya, terhambatnyanya pengembangan infrastruktur karena keterbatasan lahan merupakan masalah-masalah lain yang dihadapi terkait dengan transportasi perkotaan. Problema transportasi yang demikian baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak pada kehidupan manusia pada aspek-aspek lain, antara lain adalah aspek-aspek kesehatan, psikologi, dan keberlanjutan kehidupan (terkait global warming).

Untuk menanggapi problema transportasi perkotaan tersebut, muncullah gagasan mengenai Konsep Bike Share. Konsep Bike Share memiliki inti berupa pengoptimalan penggunaan sepeda sebagai moda transportasi perkotaan yang dapat dipakai secara umum oleh masyarakat. Konsep tersebut dapat dikelola oleh sektor tertentu baik public, private, maupun organisasi. Konsep Bike Share dapat menjadi sebuah alternatif solusi bagi permasalahan transportasi perkotaan. Hal ini dikarenakan konsep tersebut menekankan pada penggunaan sepeda sebagai moda transportasi terutama di kawasan perkotaan.

Sepeda merupakan sebuah moda transportasi yang tidak menggunakan bahan bakar, efisien dalam penggunaan ruang dan fleksibel dalam melakukan perjalanan menuju tujuan. Karakter dari sepeda tersebutlah yang kemudian menjadi sebuah peluang solusi bagi permasalahan transportasi perkotaan. Pengintensifan penggunaan sepeda akan memberikan banyak dampak bagi suatu perkotaan dan penduduknya. Dampak pengintensifan tersebut antara lain adalah penurunan penggunaan pribadi ataupun moda berbahan bakar. Pengalihan penggunaan moda transportasi ke penggunaan sepeda akan memberikan dampak

(3)

3 secara tidak langsung pada penghematan energi, penurunan polusi udara. Dampak lainnya dari konsep Bike Share adalah penurunan tingkat kemacetan yang didorong oleh peralihan penggunaan moda (Obis, 2011). Selain itu, volume dari sepeda yang tidak membutuhkan banyak ruang juga membantu dalam penurunan tingkat kemacetan. Keuntungan lain dari penggunaan sepeda sebagai moda transportasi adalah peningkatan kesesehatan dari seluruh penduduk baik yang menggunakannya ataupun tidak (Obis, 2011).

Konsep Bike Share pada saat ini telah dilaksanakan dan diadopsi oleh lebih dari 600 sistem di kota-kota di dunia dengan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya (ITDP, n.d.). Berbeda dengan kondisi sekarang, kemunculan gagasan mengenai konsep Bike Share tersebut pada awalnya pada tahun 1965 memang kurang ditanggapi dengan baik bahkan hingga memasuki abad ke 21. Sistem Bike Share mengalami beberapa perkembangan pada jangka waktu tersebut, dari sistem Bike Share generasi pertama sampai dengan generasi ketiga. Pada generasi ketiga sistem Bike Share, barulah sistem tersebut mulai menarik perhatian. Kemunculan Velo’v dan Velib’ dengan mengusung generasi ketiga menjadikan dua sistem tersebut menjadi prototype untuk sistem-sistem Bike Share lainnya (ITDP, n.d). Generasi ketiga tersebut telah menggunakan sistem smart card dan teknologi modern dalam penerapan sistem Bike Share.

Sumber: ITDP Bike Share Planning Guide; hal 13

Gambar 2: Grafik Pertumbuhan Jumlah Armada Sepeda pada Sistem Bike Share di Seluruh Dunia

(4)

4 Meskipun sistem dari konsep Bike Share telah diadopsi pada banyak kota, tetapi tidak semua penerapan konsep tersebut berjalan dengan sukses. Terdapat penerapan yang sukses dan gagal dalam penerapan konsep tersebut. Contoh sukses dari penerapan konsep Bike Share antara lain adalah sistem Velib di paris; Bicing di Barcelona; Ecobici di Mexico city, sedangkan contoh yang gagal yakni antara lain penerapan sistem Cyclocity di Brussel; Freiradl di Austria; dan Velo a la carter di rennes (Obis, 2011).

Mengenai kesuksesan dalam penerapan sistem Bike Share, pada faktanya tidak semua kota yang mengadopsi konsep Bike Share melaksanakannya dengan cara, bentuk dan sistem yang sama. Proses adopsi konsep Bike Share tersebut umumnya disesuaikan terlebih dahulu dengan faktor-faktor lain sebelum dilaksanakan. Faktor-faktor yang dimaksud dalam hal ini antara lain meliputi karakter kota, topografi, iklim, infrastruktur, budaya dan lain sebagainya (ITDP, n.d.). Fakta tersebut menunjukan bahwa konsep Bike Share memiliki keragaman dalam penerapannya. Keragaman tersebut antara lain mengenai bagaimana bentuk penerapan dari sistem tersebut pada kota-kota di dunia. Dengan meninjau lebih jauh mengenai keragaman bentuk penerapan sistem Bike Share di berbagai kota, peneliti mengharapkan adanya kesimpulan berupa suatu informasi mengenai persamaan dan perbedaan dalam keragaman bentuk penerapan sistem Bike Share tersebut. Peninjauan secara mendalam tersebut juga diharapkan mampu menjelaskan bagaimana hubungan antara faktor yang mempengaruhi dengan keragaman bentuk penerapannya serta faktor apa yang paling mempengaruhi terjadinya keragaman tersebut.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang menjadi landasan utama bagi penerapan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana keragaman bentuk penerapan sistem Bike Share yang terdapat pada konsep dan manajemen di tiga kota yang menjadi kasus yaitu Kota Hangzhou, Paris dan New York ?

(5)

5

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui keragaman bentuk penerapan sistem Bike Share yang terdapat pada konsep dan manajemen (manajemen strategis, manajemen taktis, manajemen operasional) di tiga kota yang menjadi kasus.

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keragaman bentuk penerapan sistem Bike Share di Kota Hanghou, Paris dan New York.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Memberikan deskripsi dan penjelasan mengenai keragaman konsep, kebijakan (manajemen strategis), manajemen taktis dan manajemen operasional pada sistem Bike Share yang terdapat di Kota Hangzhou, Paris dan New York.

2. Mengetahui hubungan antara keragaman bentuk penerapan sistem Bike Share dengan faktor-faktor lain pada masing-masing kota yang menjadi objek studi. 3. Mengetahui faktor apa saja yang paling mempengaruhi bentuk penerapan

sistem Bike Share di Kota Hangzhou, Paris dan New York.

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian ini memiliki batasan dan ruang lingkup sebagai berikut :

1. Pembahasan mengenai bentuk penerapan terkait elemen sistem Bike Share yang dirinci hingga pada tiap tingkatan manajemennya dan pengoperasian di lapangannya pada kasus di Kota Hangzhou, Paris dan New York

2. Pembahasan mengenai hubungan antara keragaman bentuk penerapan sistem Bike Share pada masing-masing kota tersebut dengan faktor-faktor lain yang terdapat di Kota Hangzhou, Paris dan New York.

1.6. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dapat dilihat pada tabel berikut:

(6)

6 Tabel 1. Daftar Penelitian Terkait

No Penelitian/Dokumen Publikasi

1 1

a. Judul : European Best Practices in Bike Sharing Systems b. Tipe Dokumen : Report

c. Peneliti/Publikasi : EIE (Europe Intelligent Energy)

d. Fokus : Mendeskripsikan tentang sistem Bike Share dan penerapannya di kota-kota di Benua Eropa dan mencoba menjadikannya sebagai Best practices e. Lokus : Kota-kota pelaksana sistem Bike Share di Benua Eropa

f. Tahun : 2009

2 2

a. Judul : Optimising Bike Sharing in European Cities b. Tipe Dokumen : Handbook

c. Peneliti/Publikasi : EIE (Europe Intelligent Energy)

d. Fokus : Memberikan pemahaman mengenai skema penerapan sistem Bike Share di Eropa. Menjadi handbook yang dapat membantu bagi penerapan Bike Share di Eropa

e. Lokus : Benua Eropa f. Tahun : 2010

3 3

a. Judul : Bike Sharing in Europe, the Americas, and Asia: Past, present and Future

b. Tipe Dokumen : Research Report

c. Peneliti/Publikasi : Shahee, Susan; Guzman, Stacey; Zhang, Hua

d. Fokus : Mendeskripsikan mengenai sistem Bike Share dari generasi pertama hingga saat ini dan kemungkinan untuk sistem Bike Share generasi keempat di masa depan. Melihat bagaimana dampaknya terhadap lingkungan dan kondisi sosial

e. Lokus : Kota di Eropa, Amerika dan Asia yang melaksanakan sistem Bike Share

f. Tahun : 2010

Penelitian yang dilakukan ini menitikberatkan pada pembahasan mengenai keragaman bentuk penerapan sistem Bike Share yang diimplementasikan pada beberapa kota di dunia. Dalam hal ini sistem Bike Share yang menjadi kasus adalah sistem Bike Share yang ada di Kota Hangzhou, Paris, dan New York. Sumber: Analisa Peneliti,2014

(7)

7 Penelitian ini juga menitikberatkan pada penelusuran mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi keragaman tersebut.

Penelitian ini dilakukan dengan menyadari bahwa sistem Bike Share merupakan salah satu bentuk dari sistem transportasi berkelanjutan yang dapat dikembangkan. Perkembangan tersebutlah yang menyebabkan penerapan sistem Bike Share memiliki keragaman bentuk. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai keragaman yang terjadi pada beberapa kasus dan faktor apa saja yang mempengaruhi keragaman tersebut.

Berbeda dengan penelitian ini, dokumen hasil penelitian maupun dokumen publikasi lainnya umumnya hanya mendeskripsikan mengenai sistem Bike Share yang diimplementasikan di dunia tanpa menjelaskan bagaimana keragaman tersebut dapat terjadi. Salah satu contohnya adalah report yang dipublikasikan oleh EIE seperti yang tercantum pada tabel 1. Hasil publikasi lainnya juga hanya memberikan pemahaman mengenai bagaimana pelaksanaan sistem Bike Share. Dokumen tersebut umumnya berperan menjadi handbook maupun guidelines. Salah satu dokumen tersebut adalah “Optimising Bike Sharing in European Cities” yang dipublikasikan oleh EIE.

Penelitian lain yang telah dipublikasikan cenderung memiliki penekanan pada bagaimana pengaruh keberadaan sistem Bike Share, bagaimana optimalisasi sistem serta perhitungan efektivitas dari pengelolaan sistem Share. Salah satunya adalah Research report yang berjudul “Bike Sharing in Europe, the Americas, and Asia: Past, present and Future” yang lebih menjelaskan mengenai perkembangan sistem Bike Share dan dampaknya terhadap lingkungan dan kondisi sosial penduduk.

Dengan melihat dari penelitian-penelitian dan dokumen publikasi yang telah ada sebelumnya diketahui bahwa belum ada peneliti yang mencoba melihat bagaimana keragaman bentuk penerapan sistem Bike Share yang terjadi pada kota-kota yang berada di benua yang berbeda dan menelusuri faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya keragaman tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka keaslian penelitian dengan judul “Keragaman Bentuk Penerapan Sistem Bike Share sebagai Solusi Permasalahan Perkotaan” dapat dipertanggungjawabkan.

Gambar

Gambar 1: Grafik Perkembangan Penduduk Urban-Rural di Dunia
Gambar 2: Grafik Pertumbuhan Jumlah Armada Sepeda pada  Sistem Bike Share di Seluruh Dunia

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat penelitian ini bersifat eksploratif, dalam upaya mengeksplorasi faktor-faktor prasyarat yang menentukan kesuksesan penerapan VE pada pembangunan infrastruktur di NAD

Salah satu contoh penerapan solusi Smart City khususnya terkait keselamatan dan keamanan di Kota Bandung adalah solusi aplikasi panic button, di mana awalnya

Sedangkan sistem E-Procurement ini diharapkan dapat mengatasi masalah yang terdapat pada proses pengadaan tradisional tersebut, seperti melancarkan akses informasi,

Ditunjang oleh penelitian dari Hsiao (2013) serta fakta-fakta hasil wawancara awal dan penyebaran kuesioner bersifat terbuka, terdapat empat faktor yang diperkirakan

Bab ini menjelaskan tentang kerangka tugas akhir, rencana analisis, dan analisis yang terdiri dari analisis solusi dan penggunaan konsep yang akan digunakan lalu

Berkaitan dengan motivasi masyarakat untuk mewujudkan tujuan dari proyek DIPECHO, perlu diciptakan iklim organisasi melalui pembentukan budaya kerja atau budaya organisasi

Jumlah panas yang dipancarkan oleh tiap benda dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur atau menginderanya, nilai

kondisi infrastruktur di wilayah Kota Jawa Barat seperti jalan darat yang sudah. diaspal dalam Kota Jawa