• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Diagram Penduduk Kota Bandung (2015) Berdasarkan Umur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Diagram Penduduk Kota Bandung (2015) Berdasarkan Umur"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Penelitian

Kota Bandung sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat, merupakan salah satu kota yang sangat strategis dalam cakupan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dikarenakanlokasinya termasuk paling dekat dengan Jakarta sebagai ibu kota Negara Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2015 wilayah Kota Bandung adalah seluas 167,7 km persegi dengan total jumlah penduduk 2.481.469 jiwa, di mana menurut Perda Kota Bandung Nomor 06 tahun 2007 tentang Pemekaran dan pembentukan wilayah kerja kecamatan dan kelurahan dilingkungan Pemerintah Kota Bandung terbagi dalam 30 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan Kota Bandung mencapai 15.713 jiwa/km persegi dengan sebagian besar penduduknya merupakan penduduk berusia produktif yaitu sebesar 72,04 %. Jumlah rumah tangga Kota Bandung tahun 2015 adalah sebanyak 657.769 rumah tangga dengan jumlah rata-rata 4 jiwa per rumah tangga. (BPS, 2015).

Gambar 1. 1 Diagram Penduduk Kota Bandung (2015) Berdasarkan Umur

Ridwan Kamil dalam paparannya di @america (Pusat Kebudayaan Amerika Serikat di Jakarta) Januari 2015, “Bandung memiliki enam puluh persen warga dengan usia di bawah 40 tahun. Artinya, mayoritas warga Bandung termasuk generasi muda yang cukup

(2)

2

akrab dengan teknologi.” Hal ini menjadi salah satu alasan yang mendorong penerapan teknologi dihampir seluruh bidang Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), camat, dan lurah di Bandung. Dengan penerapan teknologi, Bandung diharapkan dapat meningkatkan performa kota yang lebih baik dari kota – kota lainnya di Indonesia.

Kota Bandung merupakan salah satu dari 10 kota besar dan terpadat di Indonesia,terutama pada siang hari karena banyak orang dari luar kota bekerja di Kota Bandung. Dengan permasalahan-permasalahan terkait kepadatan kota terkhusus pada masalah pencemaran udara yang disebabkan kendaraan bermotor dan industri-industri yang ada di Kota Bandung, pemerintah kota ingin melakukan pembangunan dan manajemen kota yang lebih baik. Pada perkembangannya, arahan pembangunan kota yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung sejalan dengan konsep Kota Pintar yang belakangan sering kita dengar dengan konsep Smart City. Berita yang dimuat pada Properti Kompas (2015) mengatakan, “Bandung merupakan kota paling potensial untuk dikembangkan sebagai Kota Cerdas atau Smart City. Pemimpinnya yang berlatar belakang arsitek, Ridwan Kamil, dinilai dapat memahami kebutuhan mengenai Smart City. Selain itu, Bandung juga punya sumber daya manusia (SDM) yang kreatif, dan mampu melakukan berbagai inovasi serta terobosan untuk membuat kotanya lebih cerdas dan terkoneksi secara efektif, dan efisien.”

(3)

3

Gambar 1. 2 Industri dan Universitas Pendukung Penerapan Konsep Smart City Bandung

Dari Gambar 1.2 di atas merupakan data yang diperoleh dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung (2015), kota ini memiliki 80 perguruan tinggi yaitu universitas, sekolah tinggi dan akademi dengan 227,000 mahasiswa sarjana dan pasca sarjana, 876,000 pekerja kantor, 84 perusahaan besar, 493 perusahaan menengah, serta 493 perusahaan dalam bidang perdagangan nasional, sehingga Bandung memiliki potensi yang sangat besar dalam menerapkan sebuah konsep kota pintar. Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung menjadikan salah satu dari isu strategis untuk mewujudkan Bandung Smart City ke dalam Rencana Strategis 2015 – 2018. (Laporan Kinerja Instansi Pemerintah - Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung Tahun, 2015).

Beberapa area prioritas yang diterapkan pada Bandung Smart City adalah pada Bidang Pemerintahan (Smart Government), Bidang Pendidikan (Smart Education), Bidang Tansportasi (Smart Transportation), Bidang Kesehatan (Smart Health), Bidang Energi (Smart Grid/ Smart Energy), Bidang Keamanan (Smart Surveillance), Bidang Lingkungan (Smart Environment), Bidang Komunitas Sosial (Smart Society, Smart Reporting, Bandung Passport), Bidang Keuangan (Smart Payment), dan Bidang Trading (Smart Commerce). Puncaknya pada tahun 2015 konsep Smart City Bandung menjadikan

(4)

4

Kota Bandung terpilih sebagai finalis 6 besar kota dunia untuk World Smart City Awards November tahun 2015 oleh World Smart City Organisation di Barcelona, bersaing dengan kota Moskow, Dubai, Buenos Aires, Curitiba, dan Peterborough. (sumber: web site portal.bandung.go.id)

1.2 Latar Belakang Penelitian

Pada tahun 2014 Frost & Sullivan melakukan penelitian terkait proyeksi trend global yang akan terjadi di tahun 2025 nanti. Dari hasil penelitiannya didapat bahwa urbanisasi menjadi isu pertama yang berdampak paling signifikan terhadap ekonomi, kemasyarakatan dan budaya di dunia di tahun 2025 nanti.

Gambar 1. 3 Matrik Mega Trend Dunia Pada Tahun 2015

Urbanisasi melanda seluruh kota-kota di dunia, tak terkecuali di Indonesia, dari data (Asian Development Bank, 2006) 60% penduduk di Indonesia tinggal di perkotaan. Urbanisasi merupakan salah satu masalah sosial yang semakin serius bagi beberapa wilayah kota besar di Indonesia. Selain Jakarta kota-kota besar lain di Indonesia seperti Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, dan Batam juga menjadi tujuan utama urbanisasi. Seiring dengan pertumbuhan kota yang secara rata-rata melebihi 50%, persoalan yang

(5)

5

dihadapi kota menjadi semakin kompleks, kenyamanan, kemacetan, banjir, sampah, dan emisi karbon seperti data yang didapatkan dari (Transformasi Center for Public Policy Transformation, 2016) 53% populasi penduduk Indonesia tinggal di perkotaan. Hal itu dapat memicu emisi tinggi akibat semakin banyaknya orang yang tinggal di kota. Belum lagi, pada akhir 2030 diperkirakan 67% total populasi Indonesia berada di wilayah perkotaan. Hal ini selaras dengan hasil pengamatan dari badan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) khususnya departemen kependudukan UN- Habitat di tahun 2016.

Tabel 1. 1 Proyeksi Urbanisasi Dunia dan Indonesia

Dalam Tabel 1.1 proyeksi di atas, terlihat bahwa tingkat urbanisasi di Indonesia diproyeksikan akan melebihi tingkat urbanisasi dunia di tahun 2025.

(6)

6

Dari data Badan Pusat Statistik tahun 2016 juga didapat informasi bahwa persentase penduduk daerah perkotaan di Provinsi Jawa Barat di angka 72,9% di tahun 2015 dan diperkirakan meningkat menjadi 83,1% di tahun 2025. Sehingga Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang tingkat urbanisasinya tinggi di Indonesia dan tentunya Kota Bandung sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat termasuk didalamnya.

Meningkatnya populasi penduduk kota ini tentunya akan berdampak positif dan negatif, adapun salah satu dampak negatifnya adalah dengan meningkatnya risiko keselamatan & keamanan di perkotaan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk suatu kota dan terbatasnya akses ke sumber-sumber daya alam dan pekerjaan maka akan terjadi kesenjangan ekonomi di warga perkotaan, dan bila hal ini tidak tersolusikan dengan baik maka akan terjadi gesekan-gesekan antar warga maupun ancaman keamanan terhadap property dan infrastruktur.

Bencana alam baik yang bersifat alami maupun disebabkan oleh karena perbuatan manusia, juga akan mengakibatkan kerusakan fisik kota & korban jiwa warga kota yang cukup banyak akibat banyaknya jumlah penduduk kota tersebut. Sistem pencegahan dan penanggulangan bencana juga merupakan hal yang penting unutk mengantisipasi ini.

Dalam era internet pada maka sekarang ini pun keamanan informasi yang ada di ranah digital seperti data pribadi dan proses transaksi keuangan secara on-line pun perlu mendapat perhatian serius sehingga dampak dari Cyber Crime dapat diminimalisasi.

Keselamatan & keamanan adalah faktor yang sangat penting untuk warga kota maupun kotanya itu sendiri. Dengan terjaminnya keselamatan dan keamanan suatu kota maka suasana akan mendukung proses pembangunan yang berkelanjutan dan meningkatkan level kenyamanan dan kebahagiaan warga kota. Selaras dengan kebutuhan

(7)

7

dasar manusia, keselamatan & keamanan pun merupakan faktor penting dan mendasar untuk dipenuhi.

Gambar 1. 5 Piramida Maslow

Adapun faktor-faktor keselamatan dan keamanan yang dapat timbul dan perlu diantisipasi serta dikelola dengan baik, adalah seperti pencegahan aksi kejahatan terhadap penduduk, property & infrastruktur, informasi, pencegahan & antisipasi bencana alam berikut operasi penyelamatannya. Teknologi informasi dan komunikasi dapat menjadi salah satu solusi untuk mensolusikan permasalahn kota tersebut, salah satunya adalah penerakan konsep Smart City.

Dalam suatu pembahasan tingkat dunia pada bulan Oktober 2015, International Telecommunication Union (ITU) dan United Nations Economic Commission for Europe (UNECE) menyepakati sebuah definisi untuk istilah Smart City adalah:

“A smart sustainable city is an innovative city that uses information and communication technologies (ICTs) and other means to improve quality of life, efficiency of urban operation and services, and competitiveness, while ensuring that it meets the needs of present and future generations with respect to economic, social, environmental as well as cultural aspects”.

(8)

8

Dalam pengelolaan pemerintahan kota, belakangan populer istilah Smart City. Istilah Smart City muncul lantaran teknologi informasi ikut dilibatkan dalam pengelolaan kota. Sehingga pemerintah kota bisa lebih cepat mendapat umpan balik terhadap layanan, situasi, dan fasilitas kota. Dengan demikian pemerintah bisa lebih responsif melakukan perbaikan (Eka Shantika, 2016).

Dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi diharapkan permasalahan-permasalahan kota dapat diantisipasi solusinya, dari tahap pencegahan, penanggulangan maupun tahap monitoring dan kontrolnya.

Gambar 1. 6 Permasalahn Kota di Indonesia

(Sumber: Frost & Sullivan, Telkom assessment & desk research 2014)

Selain ancaman dampak buruk dari urbanisasi, peluang yang ditimbulkan dari masalah-masalah urbanisasi pun besar. Dalam sudut pandang bisnis, solusi-solusi untuk pemecahan permasalahan kota tersebut dapat menjadi suatu peluang bisnis khususnya dalam penerapan solusi Smart City. Dalam suatu penelitiannya Frost & Sullivan memperkirakan peluang bisnis yang muncul dengan penerapan konsep Smart City di dunia dapat mencapai $1.565 triliun di tahun 2020.

(9)

9

Gambar 1. 7 Potensi Pasar Smart City

Kota Bandung merupakan salah satu kota yang sudah menerapkan konsep solusi Smart City untuk membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan kota yang terjadi. Pada acara Indonesia Smart City Forum (ISCF) 2016 di Trans Luxury Hotel Bandung, WaliKota Bandung Ridwan Kamil mengklaim 70 persen permasalahan di Kota Bandung telah terselesaikan dengan konsep Smart City melalui pemanfaatan ICT atau aplikasi yang berorientasi pelayanan masyarakat. Pada kesempatan forum Smart City for Your Business Success di Ritz-Carlton Pasific Place Jakarta pada tanggal 28 Oktober 2016, RK (Ridwan Kamil) bercita-cita mewujudkan Bandung sebagai contoh Smart City di Indonesia, namun diakui juga oleh RK “di Indonesia ini Smart City belum ada standarnya. Maka, baik Kota Bandung, Surabaya, atau yang lainnya itu berjalan sendiri-sendiri. Kami punya konsep masing-masing dalam menjalankan sistem ini”.

Seperti yang diulas sebelumnya bahwa dengan meningkatnya urbanisasi di kota-kota maka faktor risiko keselamatan dan keamanan juga ikut meningkat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016 didapat angka jumlah kejahatan meningkat dari 325.317 kasus di tahun 2014 menjadi 352.936 kasus di tahun 2015. Adapun di tahun 2016, Kota Bandung menjadi kota kedua setelah Kota Bogor yang memiliki kasus kriminalitas tertinggi di Wilayah Provinsi Jawa Barat, Kota Bogor mencapai 3.338 kasus sedangkan di Kota Bandung tercatat 3.110 kasus.

(10)

10

Salah satu contoh penerapan solusi Smart City khususnya terkait keselamatan dan keamanan di Kota Bandung adalah solusi aplikasi panic button, di mana awalnya diharapkan dengan aplikasi ini dapat bermanfaat bagi warga kota yang memerlukan bantuan darurat akibat kecelakaan maupun menjadi korban kejahatan, namun dalam implementasinya solusi ini belum secara efektif dpat digunakan oleh warga Kota Bandung disebabkan sosialisasi yang kurang sehingga banyak warga yang belum tahu, dan juga belum adanya koordinasi yang baik antar unit-unit terkait sehingga proses tindak lanjut terhadap suatu permintaan pertolongan belum dapat dilakukan dengan baik.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dibahas sebelumnya maka trend global urbanisasi membawa dampak risiko salah satunya adalah faktor keselamatan dan keamanan, disamping peluang bisnis yang muncul dengan penerapan konsep solusi Smart City untuk mengatasi dampak risiko yang ditimbulkannya tersebut.

Dalam penerapan konsep solusi Smart City di kota-kota di Indonesia belum ada suatu standar yang jelas sehingga masing menerapkan berdasarkan konsep masing-masing. Maka perlu identifikasi Indikator standar penerapan konsep Smart City khususnya pada dimensi smart sefety & security dengan objek studi penelitian di Kota Bandung.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut di atas, pertanyaan penelitian yang akan dijawab adalah :

1. Berdasarkan kajian literatur, indikator apa saja yang tepat untuk mengukur penerapan smart safety & security di Kota Bandung?

2. Berdasarkan hasil wawancara, indikator apa yang dapat digunakan untuk mengukur penerapan smart safety & security di Kota Bandung?

3. Item-item pernyataan seperti apa yang dapat digunakan untuk mengukur penerapan smart safety & security di Kota Bandung?

(11)

11 1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah yang telah penulis uraikan, maka dapat penulis tentukan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui indikator apa saja yang tepat untuk mengukur penerapan smart safety & security di Kota Bandung berdasarkan kajian literatur.

2. Mengetahui indikator apa yang dapat digunakan untuk mengukur penerapan smart safety & security di Kota Bandung berdasarkan hasil wawancara.

3. Membuat item-item pernyataan yang dapat digunakan untuk mengukur penerapan smart safety & security di Kota Bandung.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian terkait dengan identifikasi indikator standar penerapan smart safety & security sebagai upaya mewujudkan konsep Smart City di Kota Bandung ini diharapkan memiliki manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis:

1. Manfaat secara Akademik

Diharapkan dapat berguna untuk tambahan pengetahuan dan pemahaman terkait indikator standar penerapan konsep Smart City khususnya dimensi smart safety & security untuk acuan pengembangan penelitian selanjutnya dan sumbangan bagi dunia akademik.

2. Manfaat secara Praktik

a. Memberikan masukan kepada kalangan government khususnya dalam hal ini adalah pemerintah daerah Kota Bandung dalam penerapan konsep solusi Smart City khususnya dimensi smart safety & security dalam tata kelola kota sehingga efektif mendukung pencapaian visi dan misi yang dicanangkan. b. Memberikan masukan kepada kalangan industri terkait kebutuhan solusi

khususnya teknologi informasi dan komunikasi sebagai enabler (pendorong) Smart City khususnya dalam memberikan solusi produk atau layanan sistem yang mendukung terealisasinya keselamatan dan keamanan kota.

c. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat khususnya penduduk Kota Bandungterkait indikator smart safety & security sehingga Kota Bandung menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk ditinggali dan dikunjungi.

(12)

12 1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat keterbatasan yang ada seperti waktu, biaya dan kaitannyanya dengan proyek penelitian yang lain, maka penelitian ini hanya membahas dimensi smart safety & security sebagai bagian dari konsep solusi Smart City (memanfaatkan ICT). Adapun pembahasannya sampai dengan mendapatkan Indikator yang menjadi standar penerapan smart safety & security, yang mana studi kasusnya adalah di Kota Bandung sebagai objek penelitiannya.

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, penentuan sumber pengumpulan data, dan sistematika penulisan dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dikemukakan dengan jelas, ringkas mengenai hasil kajian kepustakaan yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Hasil kajian tersebut kemudian digunakan untuk menguraikan kerangka pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan cara pengumpulan data melalui kuesioner dan telah diisi oleh responden serta pengolahannya dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis dari hasil pengolahan data berdasarkan data yang diperoleh.

(13)

13 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini, berisikan kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan dan analisis persoalan tersebut yang selanjutnya dikemukakan saran-saran berkaitan dengan hasil penelitian dan tujuan pembatasan masalah.

Gambar

Gambar 1. 1 Diagram Penduduk Kota Bandung (2015) Berdasarkan Umur
Gambar 1. 2 Industri dan Universitas Pendukung Penerapan Konsep Smart City Bandung
Gambar 1. 3 Matrik Mega Trend Dunia Pada Tahun 2015
Gambar 1. 4 Proyeksi Proporsi Urbanisasi Indonesia
+4

Referensi

Dokumen terkait

1) Memperoleh Variabel dan Indikator yang menjadi faktor untuk mengukur parameter smart energy di Kota Bandung. 2) Membangun matrix dalam menghitung penerapan smart

Gambar I.1 Peta Daerah Pelayanan PDAM Kota Bandung I-3 Gambar II.1 Peta Kelurahan Kota Bandung II-4 Gambar II.2 Sistem Penyediaan Air Bersih PDAM Kota Bandung II-7 Gambar II.3

Melalui wawancara dan observasi terhadap karyawan bagian pemasaran diperoleh informasi bahwa sebagian besar karyawan bagian pemasaran tidak dapat mencapai target

Dalam usaha mencapai kinerja manajerial yang lebih baik salah satu solusi dalam menyikapi fenomena yang ada terkait kinerja Dinas Kesehatan di kota Bandung dengan menerapkan

GNP-SAI SEKTOR KELAUTAN PAPUA BARAT PENYUSUNAN TATA RUANG WILAYAH LAUT PENATAAN IZIN PELAKSANAAN KEWAJIBAN PARA PIHAK PEMBERIAN DAN PERLINDUNGAN HAK-HAK MASYARAKAT 1 2 3

Nilai sig dari hasil pengujian yang ditunjukkan oleh tabel 1 menunjukkan nilai 0,000 dengan tingkat signifikan <0,05 maka dapat diartikan bahwa variabel independen

Pihak Bank berhak untuk meminda Fasal ini dari semasa ke semasa mengikut budi bicara mutlaknya dan hendaklah memberikan notis 21 hari terlebih dahulu kepada Ahli Kad secara

Selubung bangunan dengan luasan kaca yang sangat besar berpengaruh pertama pada pemanfaatan cahaya alami yang akan mengurangi kebutuhan energi untuk pencahayaan buatan, dan