• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEPULUH TAHUN DINAMIKA PENANGANAN & PENANGGULANGAN LUSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEPULUH TAHUN DINAMIKA PENANGANAN & PENANGGULANGAN LUSI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

SEPULUH TAHUN

DINAMIKA PENANGANAN & PENANGGULANGAN LUSI

Kemajuan, Tantangan, dan Perspektif ke Depan

Gambar 1: (Atas) foto lapangan perbandingan semburan Lusi saat kelahirannya (2006) dengan

kondisi saat ini (2015); (Bawah) citra satelit memperlihatkan evolusi daerah terdampak Lusi dari periodik ke periodik, (Maret 2005 - September 2016).

Tidak ada seorangpun dapat membayangkan pada sebelumnya, bahwa semburan lumpur di Sidoarjo yang terjadi sejak 10 tahun lalu, tepatnya pada 29 Mei 2006 dan masih terus berlangsung proses dinamikanya hingga saat ini dan bahkan telah tumbuh berkembang menjadi suatu fenomena postur “mud volcano” yang terbesar dan paling cepat pertumbuhannya di seluruh dunia (the largest and the fastest growing mud volcano).

Memaknai bahwa semburan Lumpur Sidoarjo (selanjutnya disebut Lusi) telah memberikan implikasi dampak yang sangat luas terhadap sendi-sendi

(3)

2 kehidupan sosial kemasyarakatan. Baik terhadap warga yang ada di sekitarnya, maupun secara regional, bahkan internasional sekalipun. Sehingga Pemerintah dan Negara telah melakukan langkah nyata, untuk menjamin keamanan dan memulihkan sendi-sendi kehidupan sosial kemasyarakatan yang ada.

Gambar 2 : Berbagai kegiatan pelaksanaan Penanganan Sosial yang telah dilakukan oleh Pemerintah

untuk dapat memulihkan sendi-sendi kehidupan sosial kemasyarakatan yang ada.

Komitmen Pemerintah tersebut diwujudkan dengan membentuk institusi pada domain “kebencanaan khusus” disebut Tim Nasional Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (Timnas PSLS). Dimana atas dasar pemahaman kebencanaan Lusi saat itu, sehingga eksistensi masa tugasnya hanya diberikan waktu selama 6 bulan plus masa perpanjangan 1 bulan saja. Timnas PSLS dengan segala daya, tenaga, inovasi serta knowledge yang dimilikinya. Telah berkontribusi untuk melaksanakan tugas yang diembannya. Namun sampai batas waktu akhir penugasannya. Ternyata semburan Lusi masih pada intensitas yang dahsyat dan merusak (spectacular and violence eruption). Demikian juga dampak ikutan berganda dari semburan, yaitu luapan lumpur, geohazard (amblesan, bubble, retakan) dan lingkungan (pencemaran udara, air, tanah) masih pada tingkat yang signifikan.

(4)

3

Gambar 3 : Insersi bola-bola beton yang dilakukan oleh TimNas PLS dalam usahanya untuk dapat

menghentikan semburan di masa-masa akhir tugasnya.

Fenomena semburan Lusi “mud volcano” sebagai pengendali mekanisme yang unik, sehingga kebencanaan “geologi” yang ditimbulkan bersifat bergerak perlahan namun pasti, sampai mencapai suatu titik keseimbangan. Dalam kaitan dengan karakteristik kebencanaan Lusi yang unik, bahwa upaya untuk melakukan pembangunan dan pemulihan kembali melalui penanganan masalah sosial kemasyarakatan dan infrastruktur publik, dilakukan pada saat pengendali mekanisme kebencanaan masih terus berlangsung.

Guna meningkatkan efektifitas penanggulangan Lusi, maka pada 8 April 2007 dibentuk Badan “adhock” Badan Penanggulangan Lumpur Sidorajo (BPLS), dengan rasionalisasi antara lain untuk melanjutkan misi Timnas PSLS. Sehingga telah diaktualisasi dan direstrukturisasikan keseluruhan sistem penanggulngan Lusi.

(5)

4

Gambar 4 : Misi nasional pembentukan Badan (adhock) Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo.

Pandangan ke depan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo

Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dan penuh dinamika, pada 5 tahun kedua yang telah dilalui. Disamping itu melalui suatu pengamatan secara integral, komprehensif dan holistik. Selanjutnya disusun suatu perspektif ke depan sistem Penanggulangan Lusi. Dimana pandangan ini dilandasi oleh perspektif dari sudut pandang yang lebih melihat ke luar (outward looking).

Secara normatif dirumuskan menjadi empat pilar, yaitu menempatkan Lusi “mud volcano” sebagai: (1) Salah satu keajaiban dunia “the World’s Wonder”; (2) Tujuan kunjungan wisata kelas dunia; (3) Pusat keunggulan studi “mud volcano” di Indonesia dan dunia; dan (4) Inovasi berbagai pemanfaatan lumpur dan sistem “mud volcano”.

Kemajuan Signifikan

Kemajuan Signifikan berdimensi strategis yang telah dicapai sesuai dengan tugas dan sasaran pokok adalah:

(6)

5 A). Merupakan suatu pelajaran berharga untuk Pemerintah, bahkan bagi masyarakat di dunia. Terhadap bagaimana untuk pertama kalinya menangani suatu kebencanaan “geologi” berupa semburan Lusi “mud volcano” yang terdahsyat di dunia. Dengan implikasinya yang demikian komplek;

B). Semburan Lusi telah mengalami suatu perubahan tahapan yang cukup drastis (drastically change stage). Awalnya merupakan suatu semburan yang dahsyat dan merusak (destructive and violence eruption), dengan menghasilkan material berupa luapan lumpur panas yang berlanjut dengan relatif tanpa henti (continous hot mud flow without interupted). Telah berubah menjadi suatu semburan yang lebih terkendali, dengan pola geyser, dimana intensitas aliran lumpur telah menurun dengan tajam menjadi sekitar 10.000 m3/hari. Sedangkan material yang

dikeluarkan, terutama air pada temparatur umumnya dingin-hangat, dengan selingan lumpur encer dan sekali-kali lumpur pekat.

C). Luapan lumpur dan air yang dihasilkan semburan Lusi, telah ditampung pada kolam penampungan yang dibentengi dengan tanggul-tanggul penahan luapan lumpur. Selanjutnya telah dibangun suatu sistem pengaliran lumpur dari tempat penampungan di dalam PAT, ke laut melalui Kali Porong. Dengan bertumpu pada pemanfaatan kapal keruk beserta sistem pendukung pompa booster. Dilanjutkan dengan pengaliran secara alami menggunakan energi bebas (free energy) yang dimiliki Kali Porong sendiri, yang sebelumnya juga telah dinormalisasikan;

D). Geohazard atau deformasi tanah (land displacement) terutama amblesan (subsidence) sebagai dampak berganda dari semburan dan luapan lumpur (eruption dan mud flow multiplier impact) dari waktu ke waktu telah menunjukkan adanya suatu kecenderungan penurunan intensitasnya. Pada besaran yang sangat bermakna dan berlangsung secara eksponensial. Kondisi ini telah berubah dari sebelumnya dengan

(7)

6 kecepatan amblesan 4-1cm/hari, sekarang hanya tinggal beberapa sentimeter saja per tahun. Bubble dengan semburan air dan atau gas metan yang sebelumnya mencapai jumlah tertinggi sebesar 260, saat ini semuanya sudah mati.

Dimensi kewilayahan yang komplek

Peta Area Terdampak yang ditetapkan pada 22 Maret 2007 sebagai bagian tidak terpisahkan dari Perpres No.14 tahun 2007 tentang BPLS. Pada hakekatnya merupakan suatu dimensi kewilayahan yang pokok (esensial territorial dimension) atau sebagai aset dasar yang mencerminkan gatra-gatra demografi, demografi dan sumber daya alam. Dimana pada awal Sistem Penanggulangan Lusi memberikan batas-batas kewenangan dan tanggung jawab penanganan serta, pembiayaan.

Namun pada perjalanan waktu sampai pada 10 tahun LUSI, dimensi kewilayahan pada penanggulangan Lusi secara menyeluruh menjadi sangat komplek. Sehingga perlu mendapatkan perhatian yang seksama, guna menuju tahapan pemulihan dan pembangunan kembali, yaitu:

(1) Wilayah Kontrak Kerjasama Migas, Blok Berantas dengan status yang masif aktif, dimana Lapindo menjadi pihak operatornya. Di dalamnya terdapat lapangan produksi gas alam (natural gas production field) Tanggulangin-Wunut, dan Prospek Banjar Panji-1. Wilayah Kerja Lapindo di Blok Berantas ini tumpang tindih dengan wilayah penanganan luapan lumpur, terutama di dalam PAT;

(2) Peta Area Terdampak (PAT), sesuai dengan Perpres No.14 tahun 2007, pada awalnya Lapindo menangani upaya penanggulangan semburan dan pengaliran lumpur dari Tanggul Utama ke Kali Porong, penanganan masalah sosial kemasyarakatan melalui bansos dan jual beli tanah dan bangunan dengan skema yang dikenal sebagai “cash and carry”. Adapun BPLS berperan mengawasi dan mengendalikan terhadap upaya penanggulangan semburan, pengaliran lumpur, dan penanganan sosial

(8)

7 yang dilaksanakan oleh Lapindo. Sedangkan aspek infrastruktur termasuk penanganan infrastruktur penahan luapan lumpur di luar Tanggul Utama dan infrastruktur umum di Luar PAT. Pada perjalanan waktu pada Perpres No. 40 Tahun 2009, penanganan semburan dan pengaliran luapan lumpur telah dialihkan sepenuhnya ke BPLS (sebelumnya Lapindo). Sehingga tanggunga jawab finansial Lapindo adalah menuntaskan sisa cicilan pelunasan pembelian lahan dan bangunan. Di sini BPLS tetap mempunyai obligasi psikologi dan fungsional dalam melaksanakan peran pengawasan, pengendalian, dan verifikasi administrasi.

Gambar 5. Peta Area Terdampak (PAT) 22 Maret 2007 sebagai bagian tidak terpisahkan dari

Perpres No.14 tahun 2007. Dimana pada awal penanggulangan Lusi memberikan batas-batas kewenangan dan tanggung jawab PT.MLJ.

(3) Wilayah 3 Desa di luar PAT (Perpres No. 48 tahun 2008) menetapkan sebagai wilayah efisiensi pengaliran Lumpur ke Kali Porong. Saat ini telah terbangun Pond Besuki utara (diisi air) dan Pond Besuki selatan (tidak aktif, masalah hukum). Pertama kalinya sebagai “lessons learnt”

(9)

8 dimana BPLS melaksanakan secara mandiri, penanganan sosial kemasyarakatan dan pembelian tanah dan bangunan warga, selatnjutnya berubah status menjadi BMN. Hasil nyata telah terjadi proses bansos diikuti pengalihan aset warga menjadi BMN. Seterusnya telah terbangun Pond Besuki Utara yang telah dimanfaatkan dan Besuki Selatan yang belum dapat dimanfaatkan. Karena masih menunggu penyelesaian proses hukum.

Gambar 6. Peta Penanganan masalah sosial kemasyarakatan di luar wilayah PAT 22 Maret

(10)

9 (4) Wilayah 9 RT di luar PAT (Perpres No. 40 tahun 2009 dan Perpres No. 68 Tahun 2011), telah menetapkan sebagai wilayah Tidak Layak Huni. Saat ini telah terjadi pemindahan warga diikuti dengan pembongkaran bangunan.

(5) Wilayah 66 RT di luar PAT lainnya (Perpres No. 37 tahun 2012 dan No. 33 Tahun 2013), ditetapkan sebagai Wilayah Tidak Aman. Memasuki tahap pembayaran pelunasan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan di lapangan telah diaktualisasikan.

(6) Wilayah normalisasi dan pengaliran lumpur ke laut melalui Kali Porong dari hulu di outlet kapal keruk sampai ke muara, termasuk keberadaan Pulau Lumpur sebagai hasil reklamasi dengan membuka mulut sistem Delta Porong. Hasil signifikan dari normalisasi Kali Porong, adalah sebegitu jauh tidak terjadi bencana banjir, dan pencemaran lingkungan dapat diminimalkan. Sementara itu Pulau Lumpur merupakan aset strategis untuk ditentukan pemanfaatannya ke depan dengan memperhatikan fungsi utama sebagai sub-sistem dari keseluruhan pengaliran lumpur ke Laut Madura melalui Kali Porong.

(7) Wilayah penanganan infrastruktur umum, baik di sekitar semburan, terutama berlokasi di barat PAT dan wilayah 9 RT di Luar PAT. Beberapa bagian di baratlaut ada yang berimpit dengan wilayah 66 RT di luar PAT lainnya.

Memahami postur dan perilaku terkini dari Lusi mud volcano

• Pada usia yang ke 10 tahun Lusi terus memperlihatkan dinamika perkembangannya dari suatu fenomena postur “mud volcano” yang semakin ideal dengan perilaku semburannya yang berfluktuatif.

(11)

10 • Pada hakekatnya Postur dan perilaku semburan LUSI merupakan

harmonisasi atau keseimbangan dari daya energi geologi yang dahsyat dari dalam bumi, dikombinasikan dengan tubuh mud volcano di permukaan di satu sisi. Dengan daya manusia (BPLS) dalam upaya menangani semburan dan luapan di sisi lain. Hal ini antara lain dilakukan dengan membangun tanggul penahan luapan lumpur yang mengelilingi tubuh “mud volcano” yang tidak simetris. Menyempit ke arah selatan dan barat. Selanjutnya mengalirkan lumpur ke Laut sebagai tujuan akhir, dengan melalui Kali Porong sebagai media. Agar daya dukung dan daya tampung kolam penampung lumpur dapat tetap terjaga dengan aman.

Gambar 7: Bangunan tanggul penahan luapan yang mengelilingi tubuh “mud volcano” (3

Dimensi), yang dibangun untuk kolam penampungan sementara utuk kemudian dialirkan ke Kali Porong untuk dibuang ke laut.

Pada September 2016 secara umum berdasarkan dari pengamatan time series terhadap rekaman citra satelit Juli 2015 atau keseluruhan tahun 2015, dapat diamati adanya penurunan dari dinamika postur maupun perilakunya.

(12)

11 • Postur “mud volcano” terus berekspansi terutama ke arah utara, dan

lainnya ke arah selatan dan timur. Hal ini dipengaruhi oleh jarak dari pusat semburan, dan tersedianya kolam pengaliran.

• Berkembang 2 (dua) pusat semburan yang telah diidentifikasikan sebagai Lusi Sulung dan Bungsu. Sedangkan sumbu panjang kawah (crater long axis) Lusi berarah baratlaut-tenggara. Pola semburan model perilaku bersiklus (pulsating behaviours) seperti geyser bersiklus, masih disertai dengan kick lumpur yang cukup tinggi, komposisi gas didominasi CO2. Diselingi masa istirahat (pause eruption) dengan interval yang relatif pendek.

• Intensitas semburan diperkirakan antara 30.000-50.000m3/hari, namun sangat berfluktuatif. Material yang dikeluarkan didominasi oleh air, diselingi lumpur halus dan lumpur pekat dengan material lumpur membundar. Kondisi ini jauh menurun bila dibandingkan dengan intensitas semburan pada puncaknya tahun 2006 sebesar 180.000m3/hari dan rata-rata (2007-2009) 100.000m3/hari, dengan aliran lumpur panas yang berlanjut relatif tanpa henti. Perubahan mendasar ditetapkan terjadi pada tahun 2010, dimana perilaku semburan berubah menjadi pola geyser. Material yang dikeluarkan semburan didominasi oleh air yang lebih dingin.

Gambar 8 : Rekonstruksi evolusi Kecepatan Semburan LUSI dan contoh perkiraan panjang

(13)

12 • Pada wilayah selatan Lusi di sekitar Dome P 25, telah mengalami

dinamika yang paling intensif, dicirikan dengan: (1) Terjadi perulangan aliran dan limpasan lumpur pekat dengan material batuan,warna hitam. Aliran lumpur encer disertai limpasan air dengan koloid warna putih abu-abu. Terjadi ekspasi lumpur baru ke arah P25 dan Pond Utama, yang membentuk suatu fitur kanal baru di utara Anjungan; (2) terbentuk Punggungan baru (disebut Punggungan Oksigen) di barat Lusi Bungsu atau utara Anjungan Dome, dengan arah umum utara-selatan. Diperkirakan sebagai Punggungan Lumpur (mud ridge) sebagai hasil dari aktifitas patahan geser berarah utara-selatan; (3) Terjadi gerakan lumpur padu yang dikendalikan oleh Patahan utara selatan. • Hal signifikan lainnya adalah: (1) Terjadinya pengaliran lumpur halus

yang dibawa oleh sungai-sungai radial, sehingga secara umum pada daerah depresi atau cekungan penampungan lumpur terjadi pendangkalan cukup signifikan. Sehingga yang menimbulkan bahaya terutama sektor barat (Siring- Jatirejo) dan Pond Reno lokasi operasi kapal keruk di sektor timur. Sedangka lainnya di sektor timur-timur laut (Pond Glagah) saat ini telah mengalami ambles terutama diisi air tampungan yang dari Pond Reno pada kondisi darurat melalui dua overflow dibuat pada kisdam.

Apa yang sudah kita pahami dan apa yang masih perlu di

pelajari lebih lanjut

Suatu realitas yang harus dihadapi bahwa sampai umur Lusi 10 tahun, terkait Kebencanaan Lusi secara umum serta pengendali mekanisme kebencanaan pada khususnya walaupun sudah ada beberapa hal pada posisi yang jelas dapat dipahami. Namun ternyata masih lebih banyak hal-hal yang belum diketahui, bahkan masih menjadi kontroversi dikalangan para ahli yang ternama.

(14)

13

Hal-hal yang telah diketahui atau disimpulkan dan diterima universal

o Semburan lumpur Sidoarjo, sebagai salah satu “mud volcano”, dari yang berkembang ribuan jumlahnya di seluruh dunia. Merupakan salah satu dari 15 (lima belas) mud volcano yang dikenal telah berkembang di Jawa Tengah-Jawa Timur.

Gambar 9 : Beberpa “mud volcano” yang dikenal dan berkembang di Jawa Tengah dan Jawa

Timur.

o Lusi menjadi salah satu semburan “mud volcano” yang terbesar di dunia, karena sepanjang hidupnya terus menyemburkan uap air, gas didominasi CO2, lumpur dan air tanpa henti. Sedangkan mud volcano lainnya, umur semburan hanya berlangsung untuk beberapa hari atau minggu saja.

o Satu-satunya di dunia dimana Lusi menempati kedudukan di busur belakang (back arc), yang relatif berimpit dengan gunung api magmatik diselatannya, dimana menempati bagian busur depan (fore arc). Dari keseluruhan sistem Busur Kepualuan Sunda (Sunda Island Arc).

o Sumber lumpur berasal dari lapisan batulempung Formasi Kalibeng Atas, merupakan endapan delta Madura purba (paleo Madura delta).

(15)

14 o Terdapat reaktivasi Sesar Watukosek;

o Sumber fluida berasal dari interval dengan tekanan dan permeabilitas yang tinggi, bisa serpih atau karbonat.

Gambar 10 : Peta tektonik regional Jawa Bagian Timur yang menunjukan kedudukan LUSI

berada di busur belakang (back arc) yang berhimpit dengangunung api magmatik di selatannya.

(16)

15

Gambar 12 : Jejak bidag sesar watukosek yang memotong wilayah LUSI “mud volcano”.

Masih menjadi bahan perbedaan pendapat menjurus kontroversi:

o Masih belum dapat dituntaskan kontroversi penyebab dan pemicu semburan Lusi, antara: (1) dipicu kegiatan pemboran sebagai ledakan di bawah permukaan (underground blow out); (2) dipicu gempabumi Yogyakarta 29 Mei 2006, dilanjutkan dengan reaktivasi Patahan Watukosek; dan (3) Mempunyai kaitan langsung dengan sistem gunung api magmatik. Dalam kaitan ini, sampai saat ini tidak tersedia data dan informasi penampang seismik refleksi 3-d yang baru pasca semburan

(17)

16 Lusi, untuk mengetahui kondisi evolusi bawah permukaan struktur lumpur ini. Oleh karena itu belum atau tidak dapat diambil keputusan ilmiah terkait tiga skenario penyebab dan pemicu semburan Lusi tersebut.

o Masih belum dapat diputuskan skenario Lusi ke depan, apakah sebagai suatu “mud volcano” yang terdahsyat di dunia, selanjutnya: (1) Perlu atau tidak untuk dihentikan, saat ini semburan telah berubah drastis dari sebelumnya sebagai semburan yang ganas dan merusak, menjadi semburan terkendali menuju tahap dormant ? (2) Bisa/tidak semburannya dihentikan? Karena pada tahun 2006 upaya untuk menghentikan semburan dengan menerapkan senjata pamungkas yang paling ampuh sekalipun, yaitu dua relief well, namun juga tidak berhasil;

o Anatomi bawah permukaan masih belum dipastikan, dimana posisi terakhir diusulkan adanya perubahan: (1) Formasi batugamping terumbu, Formasi Kunjung, diusulkan kembali sebagai Formasi Tuban/Prupuh yang lebih mempunyai porositas dan berumur lebih muda. Sedangkan lapisan batupasir volkanis diantara Formasi Kalibeng Atas dan Formasi Kujung/Prupuh telah diusulkan kembali sebagai suatu lapisan volkanik ekstrusif, hasil dari gunungapi Penanggungan; o Sumber air dan gas dengan alternatif sumber dangkal, sumber dalam,

dan imbuhan atau dipengaruhi sistem gunung api. Para pakar dari luar negeri saat ini banyak fokus pada aspek ini.

o

Geometri dari saluran yang menghubungkan daerah sumber air, lumpur dan gas dengan kawah dipermukaan, apakah seperti corong atau merupakan pertemuan dari sistem Patahan?

(18)

17

Dinamika Panjang Hidup Lusi Mud Volcano

• Dengan telah digulirkannya paradigma baru semburan Lusi dari kontroversi terkait penyebab dan pemicunya, sehingga para ahli semakin meningkatkan perhatiannya pada prediksi kehidupan semburan Lusi dan tingkat geohazard yaitu amblesan. Dimana dapat memberikan implikasi yang luas pada tahap pembangunan kembali dan pemulihan kebencanaan geologi Lusi ke depan.

• Pada prinsipnya terdapat dua metoda atau pendekatan yang telah diterapkan selama ini untuk memodelkan panjang kehidupan semburan Lusi: (1) Konvensional, dengan menghitung volume sumber lumpur dari Formasi Kalibeng, dan volume air pada reservoir Formasi Prupuh. Selanjutnya volume tersebut dibagi dengan kecepatan aliran (flow rate), yang sebelumnya umumnya banyak yang menggunakan angka rata-rata 100.000m3/hari; (2) Pendekatan geohazard (amblesan), diasumsikan bahwa kecepatan semburan mempunyai hubungan dengan kecepatan amblesan. Selanjutnya adanya pengurangan intensitas amblesan mencerminkan terjadinya penurunan tekanan “overpressure” di daerah sumber gas di bawah permukaan bumi. Pendekatan ini menemukan fakta baru bahwa kecepatan penurunan Lusi “mud volcano” sejak dua-tiga tahun ke belakang ini telah menurun signifikan secara eksponensial.

Jadi apa yang harus dilakukan ke depan (What Next)

Berdasarkan evaluasi secara komprehensif, integral, dan holistik maka sebagai langkah strategi dan operasional ke depan adalah :

• Meningkatkan pemahaman kepada masyarakat luas, bahwa kebencanaan Lusi yang dikendalikan oleh mekanisme mud volcano, merupakan yang pertama di dunia. Sampai saat ini belum ada acuannya, sehingga memerlukan adanya tahap proses belajar sambil

(19)

18 bekerja (learning by doing), berani melakukan berbagai inovasi yang langsung diterapkan di lapangan;

• Menyampaikan bahwa pada tahun-tahun pertama semburan Lusi dengan flowrate yang sangat tinggi rata-rata 100.000 m3/hari, sehingga bila Pemerintah (BPLS) tidak berbuat suatu apapun (do nothing). Maka aliran lumpur sudah akan meluas jauh dari pada PAT saat ini dan bisa sama dengan wilayah luar PAT lainnya. Sehingga kesimpulan yang dapat diambil bahwa sebaran banjir lumpur Sidoarjo telah dapat dibatasi atau dilokalisir, bila dibandingkan dengan skenario tidak berbuat apapun. Dalam hal ini tidak ada BPLS;

• Masalah mendasar dengan terkait penanganan sosial kemasyarakatan di dalam PAT, seyogyanya terus mendapatkan perhatian dari semua pihak. Karena pengalaman menunjukkan bahwa upaya apapun untuk menangani semburan dan pengaliran lumpur ke Laut melalui Kali Porong, tidak dapat dilaksanakan secara optimal atau proporsional tanpa dukungan keamanan dan kenyamanan. Pengalaman menunjukkan, ketika Pemerintah melalui Badan Geologi KESDM sudah menyediakan dana yang memadai untuk pengambilan data seismik refleksi 3-d, agar membuka peluang untuk lebih mamahami anatomi bawah permukaan Lusi. Namun akhirnya upaya tersebut dibatalkan, karena tidak mendapat dukungan warga.

• Dengan terselesaikannya masalah sosial kemasyarakatan di dalam PAT, yang merupakan masalah mendasar saat ini. Maka fokus di bidang pengendali mekanisme semburan terutama pemahaman postur bawah permukaan Lusi akan dapat lebih dioptimalkan;

• Dengan target tahun 2016 yang menjadi universal, bahwa masalah utama sosial kemasyarakatan di dalam PAT, di luar PAT dan di luar PAT lainnya diharapkan akan dapat dituntaskan. Maka tahap selanjutnya proses pemulihan dan pembangunan kembali dari Bencana Lusi diperkirakan akan dapat dioptimalkan;

(20)

19 • Pada kondisi yang normal dimana BPLS menjadi tuan rumah di wilayah

kerjanya sendiri (bukan BMN), sehingga pengurangan volume padatan lumpur yang ada di dalam kolam penampungan, akan dapat dikurangi dengan signifikan. Sampai pada batas-batas yang aman;

• Dengan pandangan kondisi Lusi “mud volcano” yang aktual dan rasional, dimana mempunyai hubungan langsung dengan gunung api Penanggungan, sehingga sebagai konsekuensi logis semburan Lusi tidak layak untuk dihentikan. Demikian pula dari hasil terakhir pemodelan pakar kebumian Amerika Serikat (2013), dinyatakan bahwa pada tahun 2017 semburan Lusi akan tinggal sekitar 1000 m3/hari atau 1/100 dari kondisi rata-rata 2006-2009. Sehingga saat itu semburan Lusi mud volcano akan benar-benar menuju tahap istirahat, dan dengan sendirinya akan lebih terkendali.

• Dengan semburan dan luapan lumpur yang telah terkendali. Selanjutnya diperkirakan, bahwa pada asumsi kecepatan semburan sebesar 5000 m3/hari, sehingga pada saat itulah kondisi semburan dan luapan akan tetap terkendali.

• Dengan asumsi bahwa masalah sosial kemasyarakatan dapat terselesaikan di akhir tahun 2016. Sehingga pada tahun 2017 diperkirakan BPLS sudah menyiapkan beberapa langkah strategis, antara lain:

• Melalui pengkajian yang komprehensif, integral dan holistik ditentukan: beberapa Skenario pemanfaatan/peruntukan” baik dari satu atau gabungan kewilayahan PAT, Luar PAT, Luar PAT Lainnya, Normalisasi Kali Porong, dan Sistem Pengaliran lumpur ke laut melalui Kali Porong termasuk Pulau Lumpur.

• Pada kaitan dengan Dimensi Kewilayahan, perlu dilakukan kajian secara komprehensif untuk menentukan fungsi, kedudukan, Pulau Lumpur yang mempunyai nilai historis dan strategis. Sebagai sub sistem dari keseluruhan pengaliran lumpur ke Laut (Palung dalam Selat Madura) melalui Kali Porong.

(21)

20 • Mengingat BPLS sebagai suatu institusi “adhock” yang bila tiba saatnya

harus mengakhiri tugasnya. Maka harus disiapkan “roadmap” suatu skenario akhir yang mulus (good exit scenario). Untuk itu perlu mulai ditentukan parameter saatnya BPLS tuntas (exit indicator), dibarengi dengan time frame penyerahan aset BMN, SDM, dan “dokumen Tahap Akhir Penanggulangan Lusi”. Hal krusial dengan rasio paling sulit adalah bagaimana menyiapkan sebaik-baiknya proses alih tempat atau pemindahan (transfer) para Pegawai/SDM BPLS, sebagai aset yang paling bernilai kepada institusi baru yang akan ditentukan kemudian. • Bersamaan dengan penuntasan masalah sosial kemasyarakan utama

pada skenario optimis 2016, maka perspektif ke depan Lusi mud volcano dapat semakin digulirkan: (1) Menetapkan dan diterima sebagai salah satu keajaiban dunia, penuh dengan misteri dan kontroversi asal usulnya; (2) Menyiapkan Lusi “mud volcano” sebagai salah satu tujuan Wisata kelas dunia, dengan keunikan dan spesifikasinya yang tidak banyak ditemui di dunia; (3) Meningkatkan sarana, prasarana dan knowledge yang telah dirintis pada tahap sebelumnya, sebagai “pusat keunggulan studi mud volcano di Indonesia dan dunia”. Modal dasar Lusi Library sebagai “Knowledge Management”, Lusi Research Networking (LRN), dan kerjasama antar kampus di dalam dan luar negeri dapat terus ditingkatkan; dan (4) Memantapkan penjajakan lebih lanjut terhadap pemanfaatan lumpur dari studi terdahulu, yaitu: (1) Kandungan mineral yodium dan litium untuk industri farmasi dan IT; (2) Lumpur dimanfaatkan untuk kesehatan (mud spa), melukis, bahan bangunan. Disamping itu prospek sistem mud volcano yang mempunyai kaitan genetik dengan gunung api Penanggungan, membuka peluang untuk pembangkit listrik panas bumi bersekala kecil.

Gambar

Gambar 2 : Berbagai kegiatan pelaksanaan Penanganan Sosial yang telah dilakukan oleh Pemerintah  untuk dapat memulihkan sendi-sendi kehidupan sosial kemasyarakatan yang ada
Gambar  3  :  Insersi  bola-bola  beton  yang  dilakukan oleh  TimNas  PLS  dalam  usahanya  untuk  dapat  menghentikan semburan di masa-masa akhir tugasnya.
Gambar 4 : Misi nasional pembentukan Badan (adhock) Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo.
Gambar  5.  Peta  Area  Terdampak  (PAT)  22  Maret  2007    sebagai  bagian  tidak  terpisahkan  dari  Perpres  No.14  tahun  2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil khusus tersebut membuktikan bahwa hipotesis alternatif (H 1 ) dari hubungan antara Kesadaran Membayar Pajak (X 1 ) dengan Kewajiban Membayar 3DMDN GDUL

Menyatakan bersedia untuk turut serta secara sadar dan tanpa paksaan dalam penelitian mengenai NILAI SEFALOMETRI PADA MAHASISWA RAS DEUTRO MELAYU FKG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Percobaan tersebut antara lain Uji Molisch untuk mengetahui kandungan karbohidrat secara kuantitatif, Uji Benedict untuk menentukan gula yang mengandung

Laporan tugas akhir ini merupakan salah satu laporan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Ahli Madya Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Pertanian

There are five pictures that show the adverse effects of smoking such as pictures of mouth cancer, lung cancer, throat cancer, smoking is harmful to children, and

Berdasarkan hasil penelitian yang meliputi hasil aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar matematika siswa, dan kendala-kendala yang muncul saat pembelajaran

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal 6 Desember 2013. Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

t. merekabentuk dan membangunkan l aman web yang dapat dicapai di in ternet untuk pendaf\ara n atas talian ahli persatuan kebajika n. Kebo l ehg un aan antaramuka yang