• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAGA 1 Tujuh. Paul Gunadi. Lembaga Bina Keluarga Kristen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TELAGA 1 Tujuh. Paul Gunadi. Lembaga Bina Keluarga Kristen"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

TELAGA 1

Tujuh

BAnTAL

KELuArGA

Paul Gunadi

(3)

Telaga 1 – Tujuh Bantal Keluarga

Penulis : Paul Gunadi

Co-writer : Lortha Gb. Mahanani Editor : Necholas David Layout : Rosika Ngagelina Proofreader : Melany E. Simon ISBN : 978-602-72314-0-5 Penerbit Evernity

(CV. Evernity Fisher Media) Jl. Brigjen S. Riadi 76A1 Malang

Telp. (0341) 343365; Fax. (0341) 358741 Website : http://www.evernity.co.id Email : penerbit@evernity.co.id

Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT) Paul Gunadi

Telaga 1 : Tujuh Bantal Keluarga / Paul Gunadi ; editor, Necholas David. -- Malang : Evernity Fisher Media, 2016.

134 hlm. ; 21 cm.

Diterbitkan atas kerja sama dengan Lembaga Bina Keluarga Kristen.

ISBN 978-602-72314-0-5

1. Keluarga (Kristen). I. Judul. II. Necholas David. 248.4

(4)

D

aftar

I

sI

Kata Pengantar viii

BaB 1 Tujuh Bantal Keluarga 3

BaB 2 Makna “Mengasihi” Suami kepada Istri 35

BaB 3 Makna “Tunduk” Istri kepada Suami 47

BaB 4 Terlepas tetapi Tidak Terputus 59

BaB 5 Jika Kita Berselingkuh 73

BaB 6 Pubertas Kedua: Mitos atau Realitas? 97

BaB 7 Pertengkaran: Bumbu atau Racun

dalam Pernikahan? 115

tentang Penulis 135

(5)

Visi dan Misi

Lembaga Bina keluarga Kristen (LBKK)

Berdasarkan janji Tuhan yang berbunyi, "Aku datang su-paya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam sega-la kelimpahan" (Yoh. 10:10b), kami percaya bahwa setiap orang Kristen seharusnya mengalami hidup yang berkelimpahan. Na-mun, ada sebagian dari kita yang belum mencicipi hidup berke-limpahan. Menurut pengamatan kami, acapkali pokok permasa-lahannya bukanlah bersifat rohani; sering kali yang menghalangi kita mendapatkan hidup yang berkelimpahan adalah persoalan yang bersifat psikologis, masalah dengan diri kita sendiri, dan ma-salah yang bersifat relasional, yaitu menyangkut relasi kita dengan orang lain.

Harapan kami, Tuhan berkenan memakai kami untuk me-realisasikan hidup yang berkelimpahan dalam diri Anda, dengan cara memberikan nasihat-nasihat guna menjawab permasalahan psikologis dan rasional Anda, sesuai dengan kebenaran firman Tuhan yang tertera dalam Alkitab.

Sambutlah pelayanan kami, LBKK melalui pelayanan TE-LAGA dengan program:

• Pelayanan melalui radio

• Pelayanan melalui kaset atau CD

• Pelayanan melalui internet (http://www.telaga.org)

• Pelayanan melalui buku-buku (booklet) yang kami terbitkan untuk Anda

(6)

vii • Pelayanan melalui surat-menyurat • Bisa melalui e-mail (telaga@indo.net.id) • Atau konseling langsung

Mari manfaatkan program pelayanan yang kami sediakan, dan dengan dukungan kita semua apa yang kami kerjakan dapat menjadi berkat bagi banyak orang, dan kita semua boleh hidup dalam kelimpahan yang sudah Tuhan sediakan.

Untuk pesanan kaset/CD hubungi kami melalui Telp/Fax. 0341 493645 (Senin-Jumat, pukul 09.00-17.00)

(7)

K

ata

P

e n g a n ta r

Tidak bisa diingkari bahwa hidup berkeluarga merupakan tempat kita belajar seumur hidup. Kenyataan membuktikan bahwa keluarga yang sehat berdampak pada gereja dan masyarakat.

Dari sejak dalam kandungan, seorang janin diharapkan untuk bertumbuh sampai ia dilahirkan ke dunia. Kehadirannya sebagai seorang bayi yang mungil sungguh tidak terlupakan bagi orangtuanya. Pertumbuhan demi pertumbuhan diikuti dengan saksama. Si bayi bertumbuh menjadi balita, praremaja, remaja, pemuda, dan kemudian menemukan pasangan hidupnya, mereka menikah, membentuk suatu keluarga.

Pertumbuhannya pun menjadi seorang dewasa sangat diharapkan, dewasa dalam berpikir, dewasa dalam mengatur kel-uarga, dan lain-lain. Pada umumnya pasangan nikah dikarunia anak, jadilah mereka sebagai orangtua. Anak bertumbuh menjadi dewasa, kemudian menikah, orangtua menjadi mertua dan tidak lama kemudian menjadi kakek/nenek. Itulah siklus kehidupan.

Keluarga Kristen, adakah bedanya dengan keluarga pada umumnya? Jawabannya ada pada TELAGA (TEgur Sapa

Gem-baLA KeluarGA). Kami sungguh bersyukur kepada Tuhan yang

memperkenankan program radio dan kaset/CD TELAGA untuk dibukukan. Adapun maksud kami adalah agar para pendengar

(8)

radio dan kaset/CD TELAGA bisa lebih mengingat apa yang telah didengarnya.

Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Pdt. Dr. Paul Gunadi sebagai narasumber dan Bpk. Gunawan Santoso sebagai pemandu program ini. Ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada Ibu Lortha Gb. Mahanani yang telah mengubah transkrip menjadi artikel dan kepada Pdt. Dr. Rahmiati Tanudjaja yang pernah meminjamkan studio reka-man Parakaleo serta kepada Penerbit Evernity atas kerja sareka-manya menerbitkan buku ini.

Akhir kata, mudah-mudahan buku ini bisa menjadi ber-kat bagi banyak keluarga, khususnya keluarga Kristen, sehingga nama-Nya selalu dipermuliakan.

Malang, Agustus 2016

Pengurus LBKK

(9)

P

asangan calon suami-istri Kristen melangkah mema-suki bahtera rumah tangganya lewat altar gereja. Di altar itu mereka berdiri mengucapkan janji nikah dan menerima berkat dari pendeta, disaksikan oleh jemaat yang hadir. Janji dari pasangan pria dan wanita yang sedang berbahagia ini berisi komit-men bahwa apa pun yang terjadi di kemudian hari mereka akan mengarungi lautan kehidupan bersama-sama. Itu berarti janji tersebut akan berlaku seumur hidup. Mengapa? Karena kalimat demi kalimat itu sesungguhnya ditujukan kepada Allah Tritung-gal yang telah mempertemukan dan kemudian mempersatukan mereka dalam ikatan perkawinan. Apa yang dipersatukan oleh Tuhan yang adalah pencipta lembaga pernikahan (seharusnya) tidak boleh diceraikan oleh manusia. Pernikahan kristiani berlaku sampai maut memisahkan keduanya.

TUJUH BANTAL

KELUARGA

Bab 1

(10)

Hidup benar sesuai dengan firman Tuhan menjadikan kita sebagai suami, istri, atau anak yang mencintai Tuhan. Kita men-jadi saksi-Nya dengan konkret bagi keluarga. Atau mungkin saja saat ini hanya diri kita yang menyadari akan hal ini? Janganlah berputus asa dan jangan menyerah untuk terus memegang dan mempraktikkan prinsip-prinsip firman Tuhan. Kebaikan yang terus-menerus dilakukan bisa menular. Kita dapat meyakini bahwa bukan hanya kejahatan dan hal-hal buruk yang dapat ditu-larkan, kebaikan pun dapat. Jika pada akhirnya semua anggota keluarga mempunyai misi yang samam yaitu melakukan hal-hal yang menyenangkan hati Tuhan sesuai dengan Efesus 4:25-32, kerinduan untuk setia hingga maut memisahkan kita merupakan keniscayaan.

Tersedianya bantal-bantal keluarga juga menandakan bahwa keluarga kita adalah keluarga yang berlimpah dengan cinta. Dengan adanya bantal keluarga berarti tersedia pengganjal yang empuk dan lembut ketika kita jatuh. Konflik dapat segera disele-saikan dengan penuh keberanian karena kita mengetahui bahwa ada landasan yang nyaman untuk membicarakannya.

Kita telah mempelajari ketujuh bantal, namun sesung-guhnya kebenaran firman Tuhan dapat menjadi inspirasi untuk terciptanya bantal-bantal lain. Roh Kudus sebagai penolong dan sumber kekuatan bagi orang percaya akan selalu memberikan hik-mat untuk memahami firman Tuhan dan menerapkan apa yang dikehendaki-Nya.

Tuhan kiranya menyertai keluarga Anda.

Tujuh Bantal Keluarga 30

(11)

Pertanyaan Refleksi/Diskusi

1. Di antara komitmen-komitmen yang Anda ucapkan saat pernikahan, mana yang terasa paling sulit untuk dilakukan? Mengapa?

2. Dalam hal apa Anda dan pasangan berbeda dalam menoleransi sesuatu? Bagaimana Anda menyelesaikan perbedaan tersebut? 3. Manakah dari ketujuh bantal keluarga ini yang sudah Anda

lakukan? Manakah yang belum? Pikirkan sebuah perbuatan baik yang dapat Anda lakukan hari ini.

(12)

S

alah satu ayat yang kerap disalahpahami adalah Efesus 5:22-23, “Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kris-tus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.” Ayat ini merupakan ayat yang sangat penting bagi rumah tangga Kristen. Sayangnya ayat ini sering disalahgunakan untuk memak-sakan ketaatan istri kepada suami. Berikut ini saya akan berupaya menjelaskan makna ayat ini supaya dapat menjadi berkat dan menolong kita semua.

Agar dapat lebih terarah saya akan mengawali pembahasan ini dengan mengajukan dua pertanyaan. Yang pertama adalah mengapakah Tuhan menerapkan sistem kepemimpinan di dalam pernikahan? Sesungguhnya di balik pertanyaan ini tersimpan sebuah asumsi, yaitu mengapakah diperlukan pimpinan dalam

47

Bab 3

ISTRI KEPADA SUAMI

MAKNA "TUNDUK"

(13)

Tujuh Bantal Keluarga 48

pernikahan, bukankah jauh lebih baik bila baik suami maupun istri berdiri sejajar sebagai mitra yang seimbang dan saling mengasihi? Dan, mengapa pria—bukan wanita—yang dipilih Tuhan untuk memimpin keluarga? Kedua, apakah artinya “tunduk” di sini dan sejauh manakah istri tunduk kepada suami?

Kepemimpinan Suami

Untuk menjawab pertanyaan pertama, “Mengapakah suami yang ditetapkan Tuhan sebagai kepala keluarga?” saya akan memu-lai dengan konsep kepemimpinan dan untuk itu kita perlu melihat keluarga sebagai sebuah unit organisasi. Kita dapat menggolong-kan keluarga sebagai satu unit organisasi sebab kendati kecil, kelu-arga terdiri dari beberapa individu yang hidup bersama serta diikat oleh kemudi tujuan yang sama pula—dua unsur yang membentuk organisasi.

Faktanya semua organisasi harus memiliki pimpinan; tanpa kepemimpinan, organisasi akan menuai kekacauan. Jika demikian, keluarga pun harus memiliki seorang pemimpin. Jadi, bila ada orang berkata, “Oh, tidak perlu ada pemimpin dalam keluarga!” saya kira itu keliru. Semua unit organisasi memerlukan pimpinan sebab tanpa pimpinan akan muncul kekacauan—demikian pula dengan keluarga.

Pertanyaan berikutnya yang berkaitan erat dengan itu adalah mengapa pria (suami) yang ditunjuk sebagai pemimpin dan bukan wanita (istri)? Sesungguhnya penunjukan pria sebagai pemim-pin berkaitan erat dengan konsep Kristus sebagai kepala jemaat. Kristus yang adalah Allah mengambil identitas pria sebagai jasad ragawi-Nya. Jadi, saya kira tidak masuk akal jika Tuhan mene-tapkan istri sebagai kepala rumah tangga dan menyamakannya

(14)

Makna “Tunduk” Istri kepada Suami 49 dengan Kristus yang mengambil rupa seorang pria. Dalam hal ini jauh lebih konsisten bila suami yang diidentikkan dengan Kristus dan memang inilah yang dijabarkan di dalam firman Tuhan.

Dari sudut budaya kita melihat ada alasan tertentu pula mengapa suami yang ditetapkan sebagai kepala keluarga. Pada umumnya pria menduduki posisi sebagai kepala atau pimpinan, kendati ada pula budaya yang menempatkan wanita sebagai pim-pinan. Hal ini dapat dipahami karena dari segi fisik memang pria mempunyai kekuatan kasar yang jauh lebih besar daripada wanita. Itu sebabnya pada zaman primitif dahulu, yang harus pergi ber-perang adalah pria dan yang harus melindungi tempat kediaman mereka dari serangan musuh adalah pria. Dengan kata lain, pria berfungsi sebagai pelindung, dan untuk dapat melindungi sudah tentu dia harus bisa memimpin dan mengatur orang yang dilin-dunginya. Jadi, penetapan Tuhan pada pria sebagai kepala konsis-ten dengan norma budaya pada umumnya.

Sungguhpun demikian, kepemimpinan suami sebagaimana yang diajarkan firman Tuhan bukanlah untuk menundukkan atau menguasai istri, melainkan untuk mengasihi dan melindunginya. Kuasa suami diperoleh bukan dari kekuatan dan pemaksaan— karena pria lebih bertenaga atau lebih mempunyai uang—mela-inkan dari kasih dan pengorbanan. Inilah yang Tuhan kehendaki sebagai dasar kepemimpinan suami: kuasa yang lahir dari kasih dan pengorbanan.

Sayangnya pria tidak selalu memahami dan menerapkan konsep kuasa sebagaimana yang dikehendaki Tuhan. Bukannya mengorbankan diri, ia justru menuntut istri untuk berkorban. Bukannya mengasihi, ia malah mengancam istri agar dapat terus patuh kepadanya. Ironisnya ada suami yang justru menggunakan

(15)

K

ita tidak selalu kuat! Dalam menghadapi pencobaan kadang kita kuat menolaknya, namun adakalanya kita lemah dan akhirnya jatuh. Salah satu pencobaan yang kerap menjatuhkan anak-anak Tuhan adalah pencobaan romantis dan seksual. Dosa perzinaan telah menjadi sarana favorit Iblis untuk menghancurkan kehidupan dan pelayanan anak-anak Tuhan. Iblis memang cerdik; itu sebabnya Ia memilih cara efektif untuk menghancurkan pekerjaan Tuhan. Hancurkanlah kehidupan pri-badi anak-anak Tuhan, maka pernikahannya pun turut hancur. Hancurkanlah pernikahan anak-anak Tuhan, maka keluarganya pun akan hancur. Hancurkanlah keluarga anak-anak Tuhan, maka pelayanannya pun pasti hancur. Hancurkanlah pelayanan anak-anak Tuhan, maka pekerjaan Tuhan pun turut hancur. Itulah stra-tegi Iblis yang mesti kita waspadai.

BERSELINGKUH

JIKA KITA

Bab 5

(16)

Tujuh Bantal Keluarga 74

Setiap anak Tuhan menjadi target serangan Iblis dan kita harus siaga untuk melawannya. Sebagai anak Tuhan, kita tidak lagi hidup untuk diri sendiri. Kita hidup untuk Tuhan, untuk anak-anak Tuhan lainnya, dan untuk orang yang belum menge-nal Tuhan. Kejatuhan kita berakibat luas—begitu luasnya hingga menghambat pekerjaan Tuhan yang utama, yakni membawa orang mengenal dan menerima anugerah keselamatan-Nya. Jangan biarkan diri kita terperangkap dalam jerat Iblis dengan ber-pikir bahwa perselingkuhan hanyalah relasi antara dua pribadi dan tidak akan memengaruhi siapa pun. Tidak! Dosa perselingkuhan akan menohok pelbagai sendi kehidupan dan membuat banyak jiwa meradang.

Saya mengalamatkan tulisan berikut ini kepada para anak Tuhan yang tengah terlibat dalam dosa perselingkuhan. Saya pun menujukan tulisan ini kepada anak Tuhan yang sedang menim-bang-nimbang untuk melakukan perselingkuhan. Saya berharap tulisan ini akan dipakai oleh Tuhan untuk menambah tekad kita lepas dari dosa perselingkuhan dan kembali hidup untuk Tuhan, bukan untuk diri sendiri.

Ah, Ini Hanya Persahabatan!

Ini adalah ungkapan yang acap dicetuskan oleh orang yang berselingkuh atau tengah menuju dosa perzinaan. Pada dasarnya ungkapan ini merupakan upaya terselubung untuk memperdaya diri. Dengan cetusan ini sesungguhnya kita sedang memberi izin kepada diri sendiri untuk terus berhubungan dengan orang terse-but. Dengan berkata bahwa ini hanyalah persahabatan, kita mem-buat yang hitam menjadi putih dan menetralkan rasa bersalah yang mulai timbul di hati.

(17)

A

da orang yang berkata bahwa pertengkaran adalah bumbu dalam keluarga. Masalahnya ialah kebanyakan bumbu bukan saja akan menghilangkan kesedapan makanan, melainkan juga akan dapat meracuni tubuh. Jadi, dari perum-pamaan ini dapat kita simpulkan bahwa pertengkaran yang ter-jadi berulang kali pada akhirnya merusak, bukan membangun pernikahan.

Sesungguhnya yang membuat pertengkaran menjadi bumbu atau berdampak positif terhadap keluarga bukanlah pertengkaran itu sendiri, melainkan penyelesaiannya. Sewaktu kita berhasil menyelesaikan perselisihan, relasi kita pun beranjak naik ke ting-kat yang lebih tinggi dan kuat. Saya berkeyakinan bahwa perteng-karan yang tak terselesaikan adalah racun yang perlahan namun pasti melemahkan sendi pernikahan. Pertengkaran yang tak terse-lesaikan menguras energi yang dibutuhkan untuk mengokohkan

RACUN DALAM PERNIKAHAN?

PERTENGKARAN: BUMBU ATAU

Bab 7

(18)

kita dambakan: relasi kita baik kembali. Karena hanya inilah yang ada di hati, kita siap mengampuni—dan tidak siap menghukum.

Kesimpulan

Konflik adalah bagian dari hidup bersama. Namun, tidak selalu dan tidak seharusnya konflik berubah menjadi racun yang akhirnya mematikan relasi pernikahan. Kita harus menjaga per-selisihan supaya tetap berada pada tingkat dan bentuk konflik dan tidak membiarkannya berkembang menjadi pertengkaran, apalagi perkelahian. Terlebih penting lagi kita mesti menyelesaikannya dengan cara yang berkenan kepada Tuhan.

Ada pelbagai cara untuk menyelesaikan konflik, namun yang terpenting adalah sikap hati kita sendiri. Tanpa keren-dahan hati, belas kasihan, dan pengampunan, mustahil kita bisa merengkuh kekasih hati. Kita tidak sempurna dan penuh kele-mahan; tidak seharusnya kita bersikap kritis dan keras. Firman Tuhan meng ingatkan, “Jangan kamu menghakimi supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (Mat. 7:1-3). Perdamaian berawal dari kejernihan dalam melihat diri sendiri dan berakhir dengan kesediaan untuk menaati Tuhan yang meminta kita meng-ampuni orang yang bersalah kepada kita.

Pertanyaan Refleksi/Diskusi

1. Hal-hal apa yang dapat Anda lakukan untuk mencegah konflik berubah menjadi pertengkaran dan perkelahian?

Tujuh Bantal Keluarga 132

(19)

2. Dari keempat cara menyelesaikan konflik, manakah yang paling cocok dengan kondisi Anda saat ini?

3. Apakah Anda setuju dengan prinsip “makin mengampuni, makin mudah mengampuni”? Bagikan pengalaman Anda. Pertengkaran: Bumbu atau Racun dalam Pernikahan? 133

(20)

M

a r i

B

e r Bag i

Anda merasa diberkati oleh buku ini? Hadiahkan bagi keluarga atau sahabat Anda. Pesan bukunya dan kami akan mengirimkan langsung ke alamat tujuan. Jika anda meminta, kami berikan gratis kertas kado dan kartu ucapan.

Mohon simpan nomor kontak kami:

Anda juga dapat membeli buku ini di situs daring berikut: Mataharimall.com : www.mataharimall.com Tokopedia.com : www.tokopedia.com/evernity Blibli.com : www.blibli.com/merchant/evernity Elevenia.co.id : www.elevenia.co.id Bukalapak.com : www.bukalapak.com/evernity Lazada.co.id : www.lazada.co.id/evernity Alfacart.com : www.alfacart.com

08155511177

08155511177

penerbitevernity

evernity

(21)

e-

B o o k

Buku ini juga tersedia dalam bentuk elektronik: Scoop Bookmate Wayang Force Indobooks Qbaca Tokobuku Livi Buqu Store iJak

k

r i t i k

da n

S

a r a n

Kami menyukai masukan yang kritis dan jujur. Anda dapat memberi nilai dan komentar terhadap isi buku ini di:

penerbitevernity

penerbitevernity

bukuevernity

penerbit@evernity.co.id

http://www.evernity.co.id

978-602-72314-0-5/

Tujuh Bantal Keluarga

(22)

Referensi

Dokumen terkait

 Menyatakan diri sebagai bagian dari NII Kartosuwiryo  Diselesaikan dengan Musyawarah Kerukukan Rakyat Aceh C..

0804 Telah ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten dengan menginformasikan kepada Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai

KAIGO DIESEL INJEC- TOR CLEANER meningkatkan performa pada mesin kendaraan anda dengan cepat. Membersihkan, melumasi dan melindungi mesin

(b) Data Sekunder yaitu pelengkap yang terdiri dari literatur-literatur, antara lain Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, PP Nomor 72 tahun 2005

Namun, meningkatnya ekspektasi pasar terhadap masih dipertahankannya kebijakan suku bunga rendah oleh bank sentral AS hingga September tahun ini, dan seiring

Lingkungan 3 sebutan tahun 2005 dimekarkan menjadi Wilayah X yang baru dan terdiri dari 4 Lingkungan seperti yang sekarang ini , yaitu : Lingkungan Ignatius, Lingkungan

Kegiatan praktik mengajar dilaksanakan mulai dari tanggal 19 Agustus 2015. Praktik mengajar dilaksanakan sesuai jadwal yang ditentukan mahasiswa dan pihak sekolah

Urutan Pemeluk Agama Katholik Terbanyak Terdapat di Kelurahan Pematang Sulur, Simpang IV Sipin, Sungai Putri, Solok Sipin, Selamat, Buluran Kenali, Telanaipura,