BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Teoritis
Dalam bab ini akan menunjukkan dasar-dasar teori yang menjadi inti pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan. Sehingga dari bab inilah akan menimbulkan pengetahuan dan pemahaman atas teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.
2.1.1 Investasi
1. Pengertian Investasi
Investasi merupakan komitmen sejumlah dana atau sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2010:2).
Menurut Sunariyah (2006:4) Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Ahmad, 2008:42).
Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2003:5).
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah menanamkan sejumlah dana yang dimiliki saat ini dengan harapan akan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.
2. Tujuan Investasi
Menurut Tandelilin (2010:7) tujuan investor melakukan investasi yaitu untuk memperoleh keuntungan, dalam arti luas tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Dalam hal ini adalah moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai pendapatan di masa mendatang.
Tujuan dalam melalukan investasi menurut Ahmad (2008:34) diantaranya adalah:
a) Mengurangi tekanan inflasi
Dengan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
b) Mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa mendatang
Seorang yang bijak akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
c) Dorongan untuk menghemat pajak.
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas.
3. Jenis Investasi
Menurut Jogiyanto (2010:7) jenis investasi berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung.
a) Investasi langsung
Dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan atau aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-diperjual-belikan di pasar uang, pasar modal, atau pasar turunan oleh suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain.
b) Investasi tidak langsung
Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya.
4. Bentuk Investasi
Menurut Jogiyanto (2008:6) secara garis besar ada dua jenis asset yang dapat digunakan sebagai sarana investasi yaitu:
a) Real asset yaitu investasi yang dilakukan dalam asset-asset yang berwujud nyata seperti: emas, real estate dan karya seni.
b) Financial asset yaitu investasi yang dilakukan pada sektor-sektor financial, seperti: deposito, saham, obligasi, reksadana.
Berinvestasi di financial asset bisa dilakukan dengan dua cara yaitu langsung dan tidak langsung. Langsung artinya investor membeli aset-aset keuangan perusahaan, sedangkan tidak langsung artinya investor membeli saham dari
perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aset-aset keuangan dari perusahaan lain.
Menurut Jogiyanto (2010:8) bahwa produk-produk investasi yang tersedia dipasaran antara lain:
a) Tabungan di bank
Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan mendapatkan suku bunga tertentu yang besarnya mengikuti kebijakan bank bersangkutan. Produk tabungan biasanya memperbolehkan kita mengambil uang kapanpun yang kita inginkan.
b) Deposito di bank
Produk deposito hampir sama dengan produk tabungan. Bedanya, dalam deposito tidak dapat mengambil uang kapanpun yang diinginkan, kecuali apabila uang tersebut sudah menginap di bank selama jangka waktu tertentu (tersedia pilihan antara satu, tiga, enam, dua belas, sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang harian). Suku bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada suku bunga tabungan. Selama deposito kita belum jatuh tempo, uang tersebut tidak akan terpengaruh pada naik turunnya suku bunga di bank.
c) Saham
Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut. Dengan membeli saham, berarti membeli sebagian perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut mengalami keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan mendapatkan sebagian keuntungan yang disebut dividend. Saham juga bisa
dijual kepada pihak lain, baik dengan harga yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut capital gain maupun lebih rendah daripada kita membelinya yang selisih harganya disebut capital loss. Jadi, keuntungan yang bisa didapat dari saham ada dua yaitu dividend dan capital gain.
d) Properti
Investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk tanah atau rumah. Keuntungan yang bisa didapat dari properti ada dua yaitu :
1. Menyewakan properti tersebut ke pihak lain sehingga mendapatkan uang sewa.
2. Menjual properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi. e) Barang-barang koleksi
Contoh barang-barang koleksi adalah perangko, lukisan, barang antik, dan lain-lain. Keuntungan yang didapat dari berinvestasi pada barang-barang koleksi adalah dengan menjual koleksi tersebut kepada pihak lain / investor lain.
f) Emas
Emas adalah barang berharga yang paling diterima di seluruh dunia setelah mata uang asing dari negara-negara G-7 (sebutan bagi tujuh negara yang memiliki perekonomian yang kuat, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, dan Perancis). Harga emas akan mengikuti kenaikan nilai mata uang dari negara-negara tersebut. Semakin tinggi kenaikan nilai mata uang asing tersebut, semakin tinggi pula harga emas. Selain itu harga emas biasanya juga berbanding searah dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi,
biasanya akan semakin tinggi pula kenaikan harga emas. Seringkali kenaikan harga emas melampaui kenaikan inflasi itu sendiri.
g) Mata uang asing
Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat investasi. Investasi dalam mata uang asing lebih beresiko dibandingkan dengan investasi dalam saham, karena nilai mata uang asing di Indonesia menganut sistem mengambang bebas (free float) yaitu benar-benar tergantung pada permintaan dan penawaran di pasaran. Di Indonesia mengambang bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat fluktuatif.
h) Obligasi
Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan, baik untuk menambah modal perusahaan. Atau membiayai suatu proyek pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama dengan deposito, maka agar lebih menarik investor suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suku bunga deposito. Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi dapat juga dijual kepada pihak lain baik dengan harga yang lebih tinggi maupun lebih rendah daripada ketika membelinya.
5. Proses Investasi
Menurut Tandelilin (2010:8) proses keputusan Investasi merupakan suatu keputusan yang berkesinambungan (on going process) sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik. Tahapan-tahapan tersebut meliputi tahapan sebagai berikut:
a. Penentuan tujuan berinvestasi
Dalam penentuan tujuan berinvestasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu jangka waktu investasi (pendek/panjang), berapa target return yang mau dicapai.
b. Penentuan kebijakan investasi
Investor harus mengerti karakter risiko (risk profile) masing-masing apakah seorang yang mau mengambil risiko atau menghindari risiko, berapa banyak dana yang akan diinvestasikan, fleksibilitas investor dalam waktu untuk memantau investasi, pengetahuan akan pasar modal.
c. Pemilihan strategi portofolio dan asset
Setelah mengetahui hal-hal pada point-point di atas maka kita dapat membentuk suatu portofolio yang diharapkan efisien dan optimal.
d. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio
Mengukur kinerja portofolio yang telah dibentuk, apakah sudah sesuai dengan tujuan.
6. Pertimbangan Investasi
Menurut Tandelilin (2010:9) sebelum melaksanakan program investasi, banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Pertimbangan ini dilakukan melalui analisis yang mendalam tentang beberapa hal, terutama perpaduan antara aspek profitability (aspek keuntungan) dan aspek safety (aspek keamanan). Faktor-faktor pertimbangan tersebut antara lain:
a) Tingkat bunga
Pilihan penempatan dana dalam investasi akan sangat banyak dipengaruhi oleh tingkat bunga yang menarik, namun risiko harus minimum. Banyak contoh yang terjadi, di saat seperti ini banyak bank yang mencari saham atau obligasi yang mendekati jatuh tempo dan masih menawarkan bunga tinggi dengan harga yang relatif turun.
b) Safety and quality
Credit standing dari penerbit saham dan obligasi akan sangat berperan disini. Jika penerbit obligasi adalah pemerintah pusat atau Bank Indonesia maka obligasi itu “risk free”. Kualitas surat berharga akan lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan keuangan dan tentu saja kepercayaan masyarakat seperti halnya terhadap Bank Indonesia.
c) Marketability
Kemampuan efek-efek untuk dijual kembali. Artinya bila suatu saat bank sangat membutuhkan uang dan pimpinan bank memutuskan untuk menjual sebagian atau seluruh surat berharga yang dimiliki, maka baik saham maupun obligasi akan mudah ditawarkan atau dibeli.
d) Maturity date
Pertimbangan terhadap jangka waktu dikaitkan dengan risiko yang mungkin timbul sehubungan dengan credit rating dari penerbit. Bila jangka waktu melebihi 10 tahun dan lembaga penerbit kurang bonafite, tentu risiko akan tinggi.
e) Expectation
Harapan masa depan memegang peranan yang sangat penting dalam penilaian Bank, baik dikaitkan dengan keamanan maupun dengan capital gain atau dividend yang tinggi. Perkembangan nilai efek-efek dalam pasar modal akan memberikan harapan yang cerah bagi penanaman dana Bank.
f) Tax
Bank akan cenderung untuk membeli surat-surat berharga jangka menengah- panjang yang pajaknya minimum. Pajak atas dividend memang salah satu bagian dari sistem pajak progresif yang terus-menerus dikembangkan di Indonesia.
g) Diversifikasi
Pertimbangan terakhir adalah usaha dari manager Bank untuk diversifikasi dari investasinya pada berbagai bidang, misalnya pembelian saham perusahaan industri, usaha perdagangan, lembaga keuangan bukan bank atau pembelian saham atau obligasi bank-bank lain yang beredar di pasar modal. Usaha diversifikasi ini dihubungkan dengan sistem konversi atas kemungkinan timbulnya kerugian pada sektor usaha yang akan ditutup oleh keuntungan pada sektor usaha lainnya.
2.1.2 Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Menurut Fahmi (2012:52) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk
hutangmaupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta.
Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Pasar modal adalah tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi dan juga merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi (Jogiyanto, 2010:29).
2. Fungsi Pasar Modal
Menurut Fakhrudin (2011:2) pasar modal memiliki dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan:
a) Fungsi ekonomi pasar modal adalah menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (emiten). Pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return). Sedangkan pihak emiten atau perusahaan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan perusahaan tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasional perusahaan.
b) Fungsi keuangan pasar modal adalah menyediakan dana yang diperlukan oleh borrower dan para lender tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil, pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena dapat
memberikan kemungkinan dan kesempatan bagi investor untuk memperoleh imbalan (return).
3. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Modal
Menurut Husnan (2009:8) pasar modal merupakan tempat pertemuan supply and demand akan jangka panjang yang transferable. Karena itu pembentukan pasar modal dipengaruhi oleh supply dan demand. Secara rinci faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain:
a) Supply sekuritas
Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang tersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. Tetapi juga berarti bahwa penggunaan dana yang diperoleh dari penerbitan sekuritas tersebut memang menguntungkan. Pada negara-negara yang sedang berkembang, faktor tersebut perlu diperhatikan karena mungkin tidak banyak perusahaan yang memenuhi persyaratan dan bersedia untuk menerbitkan sekuritas.
b) Demand akan sekuritas
Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan. Calon-calon pembeli sekuritas-sekuritas tersebut mungkin berasal dari individu, perusahaan non-keuangan, maupun lembaga keuangan. Sehubungan dengan faktor ini, maka income per capita suatu negara dan distribusi pendapatan mempengaruhi besar kecilnya demand sekuritas.
Faktor ini akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan membantu pertumbuhan ekonomi yang ada pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas.
d) Masalah hukum dan peraturan
Pembelian sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Kebenaran informasi, karena itu menjadi sangat penting disamping kecepatan dan kelengkapan informasi.
e) Peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal
Lembaga-lembaga seperti BAPEPAM, bursa efek, akuntan publik, underwriter, wali amanat, notaris, konsultan hukum, lembaga clearing, dan lain-lain perlu untuk bekerja dengan profesional dan bisa diandalkan sehingga kegiatan emisi dan transaksi di bursa efek bisa berlangsung dengan cepat, efisien, dan bisa dipercaya.
4. Bentuk Pasar Modal
Menurut Sunariyah (2006:12) pasar modal dibedakan menjadi empat antara lain:
a) Pasar perdana (primary market)
Pasar dimana penawaran saham pertama kali yaitu dari emiten kepada para pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu 6 hari kerja.
b) Pasar sekunder (secondary market)
Pasar terjadinya transaksi jual beli saham antar investor setelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana. Dalam waktu selambat-lambatnya 90 hari setelah izin emisi diberikan, maka efek tersebut harus dicatatkan di bursa.
c) Pasar ketiga (third market)
Pasar tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa OTC (Over The Counter). Pasar ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yangdinamakan flop trading (lantai bursa), melainkan berupa pemusatan informasiyang disebut bursa paralel yang diawasi dan dibina oleh BAPEPAM.
d) Pasar keempat (fourth market)
Pasar yang merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lain tanpa melalui perantara perdagangan efek, biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale).
5. Lembaga Pendukung Pasar Modal
Menurut Fakhrudin (2008:9) dalam mengatur dan mengarahkan mekanisme pasar modal dibentuk lembaga-lembaga pendukung sebagai berikut:
a) BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal)
Lembaga yang dibentuk pemerintah untuk mengawasi pasar modal di Indonesia.
b) Bursa efek
Lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas. c) Underwriter (penjamin emisi)
Lembaga penjamin penerbitan sekuritas (emisi) yang ditunjuk oleh emiten (perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal).
d) Akuntan publik
Tugas utama dari akuntan publik adalah memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan.
e) Notaris
Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara Rapat Umum Pemegang Saham dan menyusun pernyataan keputusan RUPS.
f) Wali amanat
Pihak yang dipercaya untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sekuritas kredit.
g) Konsultan hukum
Konsultan hukum diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan pihak lain dan juga keabsahan dokumen-dokumen perusahaan.
h) Lembaga clearing
Perdagangan sekuritas tidak mengkin dilakukan dengan melakukan perpindahan fisik sekuritas-sekuritas yang diperdagangkan. Sekuritas akan disimpan oleh suatu lembaga clearing yang bertugas mengatur arus sekuritas tersebut.
2.1.3 Saham
1. Pengertian Saham
Saham merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Indeks harga saham merupakan suatu catatan terhadap perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham sejak pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu (Sunariyah, 2006:138).
Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut (Fakhruddin, 2011:5). Menurut Tandelilin (2010:301) saham adalah surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.
2. Jenis Saham
Menurut Jogiyanto (2008:107) saham yang biasa dikeluarkan oleh perusahaan dibedakan atas 3 jenis, antara lain sebagi berikut:
a) Saham biasa
Saham umum yang menunjukkan bahwa pemegang saham tersebut mempunyai hak kepemilikan atas aset-aset perusahaan.
b) Saham preferen
Saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa, saham ini memiliki hak prioritas atas pembagian dividend serta kekayaan perusahaan.
c) Saham treasuri
Saham milik perusahaan yang pernah dijual dan beredar di pasar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai harta yang nantinya dapat dijual kembali saat dibutuhkan.
Menurut Halim (2005:16) di dalam perdagangan efek atau surat berharga terdapat beberapa jenis saham antara lain:
a) Saham biasa (common stock)
Saham ini merupakan saham yang tidak memberikan suatu keistimewaan bagi pemiliknya, saham tersebut dibedakan menjadi:
1. Saham blue chip (Blue Chip Stock)
Saham yang emitennya memiliki reputasi baik yaitu emiten yang mampu menghasilkan pendapatan tinggi dan konsisten membayar dividend tunai. 2. Saham pendapatan (Income Stock)
Saham yang mampu membayar dividend lebih tinggi dari rata-rata dividend yang dibayarkan tahun-tahun sebelumnya.
3. Saham spekulatif (Speculative Stock)
Saham yang emitennya tidak mampu mendapatkan penghasilan dari tahun ke tahun, tetapi emiten ini mempunyai potensi untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik dari masa-masa mendatang meskipun penghasilan ini belum tentu dapat direalisasi.
4. Saham siklikan (Cyclical Stock)
Saham yang mengikuti pergerakan situasi ekonomi makro atau kondisi bisnis secara umum.
5. Saham pertumbuhan (Growth Stock)
Saham yang emitennya merupakan pimpinan didalam industrinya dan beberapa tahun terakhir berturut-turut mampu mendapatkan hasil diatas rata-rata.
6. Saham defensive (Defensive Stock)
Saham ini tidak berpengaruh oleh adanya situasi ekonomi makro ataupun kondisi secara umum.
b) Saham istimewa
Saham ini memberikan keistimewaan kepada pemiliknya yaitu dijaminnya memperoleh laba dalam prosentase tertentu dari nilai nominalnya.
c) Saham bonus
Merupakan perbandingan antara cadangan dan modal saham yang tidak berimbang pada suatu perseroan dan dapat dihilangkan dengan memberikan bonus bagi pemegang saham dengan cuma-cuma.
3. Keuntungan Investasi Dalam Bentuk Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:8) manfaat yang diperoleh investor dalam insvestasi saham di pasar modal, yaitu:
a) Dividend
Pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, dividend diberikan setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS.
b) Capital gain
Merupakan selisih antara harga beli yang rendah dan harga jual yang tinggi, capital gain berbentuk dengan adanya aktifitas perdagangan saham dipasar sekunder. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain.
4. Kerugian Investasi Dalam Bentuk Saham
Menurut Sunariyah (2006:49) kerugian yang dihadapi pemodal dengan melakukan investasi dalam bentuk saham sebagai berikut:
a) Tidak mendapat dividend
Perusahaan akan membagikan dividend jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan dividend jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Sehingga potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividend ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
b) Capital loss
Dalam aktifitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain atas saham yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss.
c) Saham di delist dari bursa (delisting)
Jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist) biasanya karena kinerja yang buruk misalnya kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak
membagikan dividend secara berturut-turut selama beberapa tahun, atau berbagai kondisi lainnya sesuai peraturan pencatatan efek di bursa efek. d) Perusahaan bangkrut (likuidasi)
Apabila perusahaan bangkrut maka pasti berdampak langsung pada saham tersebut. Sesuai dengan peraturan apabila perusahaan bangkrut atau likuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut dikeluarkan dari bursa (delist). Dalam kondisi perusahaan likuidasi posisi pemegang saham lebih rendah dibandingkan kreditur (pemegang obligasi), artinya setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditur atau pemegang obligasi, dan jika masih ada sisa baru dibagikan kepada pemegang saham.
2.1.4 Portofolio
1. Pengertian Portofolio
Menurut Husnan (2005:49) portofolio merupakan sekumpulan investasi yang menyangkut idenifikasi saham-saham yang mana akan dipilih dan menentukan proporsi dana yang ditanamkan pada masing-masing saham tersebut.
Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasi dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga (Sunariyah, 2006:194).
2. Return Portofolio
Menurut Jogiyanto (2010:253) Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, return dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Return realisasi
Merupakan keuntungan yang telah terjadi. Keuntungan ini dihitung berdasarkan dari historis dan digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan. Selain itu juga berguna sebagai dasar penentuan keuntungan ekspektasi dan risiko masa mendatang.
2. Return ekspektasi
Merupakan keuntungan yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang, jadi keuntungan ini belum terjadi.
Menurut Jogiyanto (2010:253)keuntungan dibedakan menjadi dua, yaitu : a) Return realisasi portofolio (portofolio realized return)
Merupakan rata-rata tertimbang dari keuntungan-keuntungan realisasi tiap-tiap sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut. Secara matematis, return realisasi portofolio dapat ditulis sebagai berikut :
𝐑𝐩= (
𝐧
𝐢=𝟏
𝐖𝐢. 𝐑𝐢)
Keterangan :
Rp = return realisasi dari portofolio
Wi = porsi dari sekuritas i tehadap seluruh sekuritas di
portofolio
Ri = return realisasi dari sekuritas ke-i
b) Return ekspektasi portofolio (portofolio expected return)
Merupakan rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi tiap-tiap sekuritas tunggal di dalam portofolio. Return ekspektasi portofolio dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut :
𝐄(𝐑𝐩) = (
𝐧
𝐢=𝟏
𝐖𝐢. 𝐄(𝐑𝐢))
Keterangan :
E(Rp) = return ekspektasi dari portofolio
Wi = porsi dari sekurias i terhadap seluruh sekuritas di portofolio
E(Ri) = return ekspektasi dari sekuritas ke-i
n = jumlah dari sekuritas tunggal
3. Risiko Portofolio
Menurut Jogiyanto (2010:255) risiko portofolio tidak merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh risiko sekuritas tunggal dan risiko portofolio mungkin dapat lebih kecil dari rata-rata tertimbang masing-masing sekuritas tunggal.
Menurut Sawidji (2009:144) ada tiga pengertian risiko di dalam surat berharga, yaitu :
1. Risiko sistematis adalah risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dalam diversifikasi. Bisa juga disebut risiko pasar (market risk).
2. Risiko tidak sistematis adalah risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi surat berharga (unique risk).
3. Total risiko adalah penjumlahan kedua jenis risiko yaitu risiko sistematis ditambah dengan risiko yang tidak sistematis.
Menurut Halim (2005:38) risiko merupakan besarnya pemyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return), semakin besar tingkat perbedaan berarti semakin besar pula tingkat risikonya.
4. Portofolio Efisien
Portofolio efisien adalah yang menyediakan return maksimal bagi investor dengan tingkat risiko tertentu, atau portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu (Tandelilin, 2010: 160).
Untuk membentuk portofolio yang efisien, kita harus berpegang pada asumsi tentang bagaimana perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi yang paling penting adalah bahwa semua investor tidak menyukai risiko (Tandelilin, 2010:177).
Menurut Jogiyanto (2008:295) suatu portofolio dikatakan efisien apabila dibandingkan dengan portofolio lain memenuhi kondisi sebagai berikut:
a) Memberikan expected return terbesar dengan risk yang sama. b) Memberikan risk terkecil dangan expected return yang sama.
Portofolio yang efisien didefinisikan sebagai portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan risiko yang sudah tertentu atau memberikan risiko yang terkecil dengan return ekspektasi yang tertentu. Portofolio yang efisien dapat ditentukan dengan memilih return ekspektasi tertentu dan kemudian meminimumkan risikonya atau menentukan tingkat risiko yang tertentu dan kemudian memaksimumkan return ekspektasinya (Jogiyanto, 2000:186).
5. Portofolio Optimal
Portofolio optimal dapat ditentukan dengan menggunakan model Markowitz atau dengan model Indeks Tunggal. Untuk menentukan portofolio yang optimal dengan model-model ini, yang pertama kali dibutuhkan adalah menentukan portofolio yang efisien, semua portofolio yang optimal adalah portofolio yang efisien. Investor yang lebih menyukai risiko akan memilih dengan return yang tinggi dengan membayar risiko yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan investor yang kurang menyukai risiko (Jogiyanto:2010).
Portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada portofolio efisien (Tandelilin, 2010:160).
Menurut Jogiyanto (2010:361) perhitungan untuk menentukan portofolio optimal akan sangat dimudahkan jika hanya didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal. Angka tersebut adalah rasio antara excess return dengan beta (excess return to beta ratio). Rasio ini adalah:
Keterangan:
ERB = excess return to beta sekuritas ke-i
E(Ri) = return ekspektasi berdasarkan model indeks tunggal untuk sekuritas ke-i
RBR = return aktiva bebas risiko
βi = beta sekuritas ke-i
Excess return didefisinikan sebagai selisih return ekspekasi dengan return aktiva bebas risiko. Excess return to beta berarti mengukur kelebihan return
relatif terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan Beta. Rasio ERB ini juga menunjukkan hubungan antara dua faktor penentu investasi, yaitu return dan risiko.
Portofolio yang optimal akan berisi dengan aktiva-aktiva yang mempunyai nilai rasio ERB yang tinggi. Aktiva-aktiva dengan rasio ERB yang rendah tidak akan dimasukkan ke dalam portofolio optimal. Dengan demikian diperlukan sebuah titik pembatas (cut-off point) yang menentukan batas nilai ERB berapa yang dikatakan tinggi.
Langkah berikutnya adalah menghitung Ai dan Bi untuk masing-masing sekuritas ke-i sebagai berikut:
Dan
Keterangan:
= varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i yang juga merupaka risiko unik atau risiko tidak sistematik.
Kemudian menetapkan satu titik pembatas (cut-off point = C*). Untuk C* berasal dari Ci yang terbesar. Besarnya titik pembatas ini dapat ditentukan dengan
Keterangan:
= varian dari return indeks pasar
6. Diversifikasi
Menurut Jogiyanto (2003:172) teori portofolio muncul didasarkan atas adanya fenomena bahwa pada umumnya para investor dalam aset keuangan menanamkan modalnya bukan hanya pada satu usulan investasi. Penyebabnya adalah untuk mengurangi fluktuasi tingkat keuntungannya yang diharapkan atau dengan kata lain dapat mengurangi risiko dengan cara diversifikasi atau risiko unik. Diversifikasi ini sangat penting bagi investor, diversifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a) Diversifikasi dengan banyak aktiva
Risiko dari portofolio akan menurun dengan cepat karena semakin besarnya jumlah saham (n), semakin banyak sekuritas yang dimasukkan ke portofolio, semakin kecil risiko portofolionya.
b) Diversifikasi secara random
Pembentukan portofolio dengan memilih sekuritas-sekuritas secara acak tanpa memperhatikan karakteristik dari investasi yang relevan seperti tingkat keuntungan dari saham itu sendiri. Dengan diversifikasi ini menunjukan bahwa dengan saham yang tidak terlalu banyak yaitu hanya kurang dari 10 saham.
c) Diversifikasi secara Markowitz
Dengan mengkombinasikan saham-saham yang mempunyai korelasi nilai lebih rendah dari +1 dapat menurunkan risiko portofolio.
7. Model Indeks Tunggal
Menurut Husnan (2008:103) konsep model indeks tunggal adalah menyatakan pada saat “pasar” membaik (yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia) harga saham-saham individual juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada saat pasar memburuk maka harga saham-saham akan turun harganya.
Jogiyanto (2010:339) menunjukkan bahwa model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik. Kebalikannya, jika indeks harga saham turun, kebanyakan saham mengalami penurunan harga. Hal ini menyarankan bahwa return-return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahan-perubahan nilai pasar. Dengan dasar ini, return dari suatu sekuritas dan return dari indeks pasar yang umum dapat dituliskan sebagai hubungan:
E(Ri) = αi + βi . E(Rm)
Notasi:
Ri = return sekuritas ke-i
ai = suatu variable acak yang menunjukan komponen dari return sekuritas ke-i
yang independen terhadap kinerja pasar
ßi = beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri akibat dari
perubahan Rm
Jogiyanto (2010:340) Pemilihan dari indeks pasar tidak tergantung dari suatu teori tetapi lebih tergantung dari hasil empirisnya. Indeks pasar yang dapat dipilih untuk pasar misalnya IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) atau indeks untuk saham-saham yang aktif saja (misal LQ-45). Jika digunakan IHSG, maka return pasar untuk waktu ke-t dapat dihitung sebesar:
Rmt =
IHSGt – IHSGt-1
IHSGt-1
Model indeks tunggal dapat juga dinyatakan dalam bentuk return ekspektasian (expected return). Return ekspektasian dapat dinyatakan sebagai berikut (Jogiyanto, 2010:342):
E(Ri) = αi + βi . E(Rm)
Model indeks tunggal menggunakan asumsi-asumsi yang merupakan karakteristik model ini sehingga menjadi berbeda dengan model-model yang lainnya. Asumsi utama dari model indeks tunggal adalah kesalahan residu dari ke-i tidak berkorelasi dengan kesalahan residu sekuritas ke-j atau ei tidak
berkorelasi dengan ej untuk semua nilai dari i dan j (Jogiyanto, 2010:343).
Asumsi ini secara sistematis dapat dituliskan sebagai:
Cov (ei,ej) = 0
Jogiyanto (2010:344) menjelaskan return indeks pasar (Rm) dan kesalahan
residu untuk tiap-tiap sekuritas (ei) merupakan variabel-variabel acak. Oleh
karena itu, diasumsikan bahwa ei tidak berkorelasi dengan return indeks pasar
Cov (ei,Rm) = 0
Jogiyanto (2010:356) menuliskan beberapa karakteristik model indeks tunggal sebagai berikut:
a) Beta portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang dari Beta masing-masing
sekuritas (βi):
ßp = ∑ni=1 Wi . βi
b) Alpha portofolio (αp) juga merupakan rata-rata tertimbang dari Alpha
tiap-tiap sekuritas (αi): αp = ∑ni=1 Wi . αi
2.2 Peneltian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dipilih ada tiga yang akan dijadikan sebagai bahan rujukan atau sumber referensi yang berkaitan dengan analisis portofolio optimal dengan model indeks tunggal. Agar mengetahui lebih jelasnya persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, dapat dilihat pada tabelpersamaan dan perbedaan berikut ini:
Tabel 1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian
Nama Peneliti Judul Teknik Ananlisis
Data Hasil Penelitian
I Putu Putra Adi Darmawan & Ni Ketut Purnawati (2015)
Pembentukan Portofolio Optimal Pada Saham-Saham Di Indeks LQ 45 Dengan Menggunakan Model Indesk Tunggal
Model Indeks Tunggal
Dari 22perusahaan LQ 45 yang menjadi sampel penelitiannya, hanya 3 perusahaan yang dapat membentuk portofolio optimal yaitu PT Unilever Indonesia Tbk, PT Jasa Marga Persero, PT Bank Central Asia
Windy Martya Wibowo, Sri Mangesti Rahayu, Maria Goretti Wi Endang N. P (2014)
Penerapan Model Indeks Tunggal Untuk
Menetapkan Komposisi Portofolio Optimal (Studi Pada Saham-Saham LQ 45 yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012)
Model Indeks Tunggal
Dari 22 saham perusahaan LQ 45 yang menjadi sampel penelitiannya, terdapat 14 saham perusahaan yang dapat membentuk portofolio optimal yaitu KLBF, JSMR, ASII, SMGR, INTP, LPKR, BBCA, BBNI, INDF, PGAS, BMRI, BBRI, dan BDMN
Rutin (2014)
Analisis Pembentukan Portofolio Dengan Model Indeks Tunggal Sebagai Dasar
Pertimbangan Investasi Saham
Model Indeks Tunggal
Dari 5 perusahaan manufaktur
yang menjadi sampel
penelitiannya, hanya 2
perusahaan yang dapat
membentuk portofolio optimal yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk dan PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk
Dari tabel di atas terdapat persamaan dan perbedaan dari setiap penelitian-penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut:
a) Persamaan
Dalam penelitian-penelitian tersebut, alat atau teknik analisis data yang digunakan untuk membentuk portofolio yang optimal adalah model indeks tunggal.
b) Perbedaan
Perbedaan penelitian ini terletak pada obyek yang diteliti. Pada penelitian kali ini obyek yang diteliti adalah perusahaan retailyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan pada penelitian terdahulu obyek peneliti oleh I Putu PutraAdi Darmawan & Ni Ketut Purnawati(2015) adalah saham perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Windy Martya Wibowo, Sri Mangesti Rahayu, dan Maria Goretti Wi Endang N. P (2014)yang menjadi obyek penelitiannya adalah saham perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Rutin (2014) menggunakan perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai obyek penelitiannya. Data yang digunakan oleh peneliti terdahulu adalah data tahunan dariharga saham, pembagian dividend, IHSG, dan sertifikat bank Indonesia, sedangkan peneliti sekarang menggunakan data bulanan yaitu mulai Januari 2012- Desember 2014.
Investasi: Tandelilin (2010) Sunariyah (2006) Ahmad (2008) Jogiyanto (2003) Pasar modal: Fahmi (2012) Tandelilin (2010) Jogiyanto (2010) Fakhruddin (2011) Husnan (2009) Sunariyah (2006) Saham: Sunariyah (2006) Fakhruddin (2011) Tandelilin (2010) Jogiyanto (2008) Portofolio: Husnan (2005) Sunariyah (2006) Jogiyanto (2010) Sawidji (2009) Halim (2005) Tandelilin (2010)
I Putu Putra Adi Darmawan & Ni Ketut Purnawati (2015) Pembentukan Portofolio Optimal Pada Saham-Saham Di Indeks LQ 45 Dengan Menggunakan Model Indesk Tunggal
Windy Martya Wibowo, Sri Mangesti Rahayu, Maria Goretti Wi Endang N. P (2014)
Penerapan Model Indeks Tunggal Untuk Menetapkan Komposisi Portofolio Optimal (Studi Pada Saham-Saham LQ 45 yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012)
Rutin (2014)
Analisis Pembentukan Portofolio dengan Model Indeks Tunggal Sebagai dasar Pertimbangan Investasi Saham
Landasan Teori Landasan Empiris
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian membentuk portofolio saham optimal dengan model indeks tunggal
Hasil Penelitian
2.3 Rerangka Pemikiran
Melihat dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaatpenelitian, dan landasan teori yang digunakan maka peneliti menyusun rerangka pemikiran sebagai berikut:
Model Indeks Tunggal: 1. Perhitungan tingkat pasar 2. Perhitungan tingkat
keunutngan masing-masing saham
3. Perhitungan beta dan alpha saham
4. Perhitungan ERi
5. Perhitungan Risiko pasar, kesalahan residu, varian residu
6. Perhitungan RBR & ERB 7. Perhitungan C*
8. Kombinasi saha, dan proporsi
9. Perhitungan beta dan alpha portofolio
10. Perhitungan return ekspektasi portofolio 11. Perhitungan tingkat risiko
portofolio 12. Menentukan
portofoliooptimal