• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. Daftar isi... i Daftar Gambar... ii Daftar Tabel... iii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. Daftar isi... i Daftar Gambar... ii Daftar Tabel... iii"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

i

DAFTAR ISI

HAL

Daftar isi ... i

Daftar Gambar ... ii

Daftar Tabel ... iii

I. STRATEGI INTERVENSI PEMASARAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Sasaran ... 4

1.3 Pendekatan strategi intervensipemasaran Dan pembangunan infrastruktur... 4

1.4 Pemilihan komoditas dan Produk Unggulan ... 6

2. KONDISI DAN ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DAN PRODUK UNGGULAN 2.1 Kondisi dan pengembangan komoditas unggulan... 7

2.2 Produk turunan sebagai komoditas unggulan... 7

2.3 Segmentasi komoditas atau produk yang dihasilkan ... 8

2.4 Kondisi produksi dan kualitas produk ... 11

2.5 Analisis ketersediaan bahan baku produk ... 15

2.6 Kondisi persaingan dengan produk sejenis ... 16

2.7 Kondisi distribusi dan jaringan pemasaran ... 17

3. STRATEGI INTERVENSI PEMASARAN 3.1 Target pasar yang akan dituju ... 19

3.2 Penetapan pilihan positioning produk ... 20

3.3 Strategi bauran pemasaran ... 22

3.4 Rencana pelatihan ... 29

3.5 Rencana pembangunan infrastruktur ... 30

3.6 Rencana Aksi ... 32

(2)

ii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Komoditas/produk unggulan ... 6 Gambar 2. Target pasar yang dituju ... 20 Gambar 3. Penetapan pilihan positioning produk ... 21

(3)

iii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Strategi peningkatan kualitas produksi ... 24

Tabel 2. Strategi perbaikan saluran distribusi produk. ... 26

Tabel 3. Strategi perbaikan pengangkutan dan penyimpanan... 27

Tabel 4. Strategi promosi produksi ... 29

Tabel 5. Rencana pelatihan ... 30

Tabel 6. Rencana pembangunan infrastruktur ... 31

Tabel 7. Aktion plan strategi intervensi pemasaran ... 32

(4)

STRATEGI INTERVENSI PEMASARAN DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

CCDP IFAD KOTA BITUNG I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Coastal Community Development Project - International Fund for Agricultural Development (CCDP-IFAD) atau disebut Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP)

merupakan kerjasama Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan IFAD berdasarkan

Financing Agreement antara Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini diwakili oleh

Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan dengan President IFAD yang ditandatangani pada tanggal 23 Oktober 2012. Proyek PMP tersebut merupakan respon langsung terhadap kebijakan dan prakarsa Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk upaya pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan (poor, job,

pro-growth and pro-sustainability) yang sejalan dengan Country Strategy Objective Programme

(COSOP) IFAD. Proyek PMP ini melibatkan kerjasama pemerintah, baik pada tingkat nasional maupun Kabupaten/Kota dalam hal pendanaan proyek. Pendanaan proyek ini bersumber dari pinjaman dan hibah dari IFAD, dana bantuan Pemerintah Spanyol yang dikelola oleh IFAD, APBN, APBD, serta kontribusi penyerta (inkind) masyarakat pesisir terkait, yang secara total berjumlah US$ 43,219 juta.

Ada empat kriteria yang menjadi pertimbangan pendanaan PMP ini, yaitu : (i) masyarakat yang tinggal di pesisir dan pulau kecil pada umumnya termasuk kelompok masyarakat miskin sampai sangat miskin; (ii) banyak masyarakat yang memiliki motivasi yang baik dan memiliki komitmen untuk memperbaiki tingkat ekonomi mereka serta berpartisipasi aktif dalam pembangunan; (iii) adanya peluang-peluang ekonomi yang baik dengan potensi pasar yang kuat terutama untuk pengembangan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tinggi; dan (iv) secara konsisten mendukung kebijakan dan prioritas pemerintah. Proyek PMP ini juga akan merespon pentingnya mengatasi masalah degradasi sumberdaya alam dan perubahan iklim serta mendorong pengalaman kepada pemerintah dalam mereplikasi dan merencanakan kegiatan yang lebih baik lagi (scaling up).

(5)

Lokasi Proyek PMP diarahkan untuk kawasan timur Indonesia. Hal ini sesuai dengan

Country Strategic Opportunities Programme (COSOP) dari IFAD untuk memfokuskan pada

daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. Untuk itu,proyek ini terkonsentrasi pada sejumlah Kabupaten/Kota tertentu yang memiliki wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan kondisi sosial/budaya beragam, merupakan masyarakat miskin namun memiliki potensi sumber daya dan akses pasar yang baik. Pemilihan lokasi juga didasarkan pada keberhasilan daerah dalam partisipasi aktif melakukan kegiatan-kegiatan Kelautan dan Perikanan sebelumnya. Hal ini termasuk komitmen dan dukungan keuangan pemerintah Kabupaten/Kota tersebut untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan potensinya dalam meningkatkan nilai tambah dari hasil produk Kelautan dan Perikanan lainnya, dan meningkatkan kegiatan dari proyek tersebut untuk didiseminasi ke Kabupaten/Kota lainnya.

Sebanyak 12 (dua belas) Kabupaten/Kota dan satu kabupaten/kota sebagai Learning

Centre, dalam 10 (sepuluh) Propinsi, telah dipilih sebagai target lokasi proyek ini.

Kabupaten/Kota yang terpilih menjadi lokasi CCDP-IFAD mewakili berbagai karakteristik Kabupaten/Kota dari Indonesia bagian timur, di masa yang akan datang Kabupaten/Kota tersebut diharapkan menjadi contoh atau tempat pembelajaran dalam memprakarsai sejenis proyek pembangunan masyarakat pesisir lainnya. Pemanfaatan beragam sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil memungkinkan proyek ini untuk memperkenalkan proses yang berbeda-beda terhadap pengelolaan sumber daya, yang dikombinasikan dengan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan untuk budidaya ikan, penangkapan ikan, pengolahan, pemasaran dan kegiatan Kelautan dan Perikanan lainnya.

Dari setiap Kabupaten/Kota akan dikembangkan 15 Desa/Kelurahan pesisir. Dari 15 Desa/Kelurahan tersebut telah dipilih 9 Desa/Kelurahan berdasarkan kriteria, antara lain : (i) tingkat kemiskinan tiap lokasi minimal 20%; (ii) motivasi dan kesuksesan berpartisipasi dalam program-program sebelumnya; (iii) potensi untuk produksi dan pertambahan nilai (value added) Kelautan dan Perikanan; dan (iv) dimasukkannya pulau-pulau kecil di setiap lokasi Kabupaten/Kota yang memiliki pulau. Sisanya 6 Desa/Kelurahan akan dipilih pada tahun ketiga jika 9 Desa/Kelurahan sebelumnya telah berhasil. Dengan demikian sasaran CCDP-IFAD ini mencakup 180 Desa/Kelurahan, yang akan dibina selama 5 tahun kegiatan. Diperkirakan sebanyak 660 rumah tangga akan ikut terlibat dalam proyek di setiap Desa/Kelurahan, dan sekitar 60% akan terlibat langsung ataupun tidak langsung seperti kegiatan penangkapan, pembudidayaan ikan dan kegiatan berbasis Kelautan dan Perikanan

(6)

lainnya. Dengan demikian, ada total sebanyak 70.000 rumah tangga atau 320.000 orang sebagai sasaran dari proyek ini.

Untuk itu, program CCDP-IFAD dikembangkan dalam 3 komponen utama dengan manfaat yang terukur, yaitu:

1). Pengembangan masyarakat, pembangunan dan pengelolaan sumberdaya; 2). Bantuan distrik untuk Pembangunan ekonomi berbasis kelautan;

3). Pengelolaan proyek.

Dalam pelaksanaannya, CCDP-IFAD berupaya untuk mengembangkan peluang-peluang ekonomi dalam proyek distrik untuk kegiatan perikanan skala kecil yang berbasis pasar dan berkelanjutan. Rumah tangga target melalui kelompok-kelompok yang dibentuk diharapkan dapat mengimplementasikan aktifitas ekonomi berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan yang menguntungkan, berkelanjutan dan tanpa dampak kerusakan terhadap sumberdaya. Untuk itu diperlukan pemahaman pasar yang komprehensif untuk melihat peluang pasar dan rantai nilai dari suatu produk atau jasa ekonomi yang dapat dikembangkan.

Produksi perikanan Laut Sulawesi Utara mengalami peningkatan sejak tahun 2006 - 2012. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2011-2012 yaitu 21,04 %. Salah satu sentra produksi perikanan tangkap di Propinsi Sulut adalah Kota Bitung yang terletak pada posisi geografis 1°23'23" - 1°35'39" LU dan 125°1'43" - 125°18'13" BT. Di bagian Selatan terdapat sebuah pulau yakni Pulau Lembeh yang memiliki luas 50,90 km2meliputi 17 kelurahan yang dibagi ke dalam 2

kecamatan yaitu Lembeh Utara dan Lembeh Selatan. Penduduk di Pulau Lembeh kebanyakan adalah nelayan perikanan tangkap skala kecil yang menjual hasil tangkapannya kepada tibo-tibo di kelurahan masing-masing. Belum adanya kegiatan pengolahan komoditas perikanan di kelurahan masing-masing merupakan target program sehingga dibentuklah kelompok pengelolah di setiap kelurahan yang menjadi target dampingan dimana tahun 2013 telah dibentuk 3 kelompok pengelola di kelurahan Motto, Pasirpanjang dan Dorbolaang. Dan ditahun 2014 ini telah ditetapkan kelompok pengelola dan pemasaran dari kelurahan Posokan, Kareko, Pintukota, Mawali, Paudean dan Posokan. Kelompok-kelompok ini akan mendapatkan bantuan berupa pelatihan pengolahan hasil perikanan berdasarkan komoditas yang ada di kelurahan masing-masing. Diharapkan dengan adanya pengolahan di tingkat keluraga akan memberikan nilai tambah terhadap komoditas yang dihasilkan masyarakat, memperbaiki kualitas olahan berbahan baku ikan dan cumi serta dapat meningkatkan kualitas gizi keluarga. Proposal ini akan memberikan gambaran tentang permintaan dan penawaran dari produk-produk potensial untuk dikembangankan dalam CCDP-IFAD, uraian tentang rantai nilai (produk dan teknologi), aliran produk, harga dan margin (input, produksi, perdagangan, olahan, dan pemasaran), sistim-sistim pendukung (infrastruktur, keuangan, pengelola, penelitian dan pengembangan, penyuluhan dan lain-lain), kendala-kendala utama dan solusi yang ditawarkan. Juga, proposal ini memberikan

(7)

rekomendasi spesifik dalam upaya peningkatan rantai nilai dan pendapatan pelaku usaha pada tingkat Kota, Desa, Kelompok dan tingkat individu pelaku usaha.

1.2 Tujuan dan sasaran

Tujuan Investasi Pembangunan Infrastruktur dan Pengembangan kapasitas kabupaten/kota ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kapasitas dan kelembagaan kabupaten/ kota secara berkelanjutan sehingga dapat mendorong peningkatkan pendapatan rumah tangga dalam masyarakat masyarakat sasaran proyek khususnya dan masyarakat pesisir dan pulau kecil pada umumnya.

2. Menyediakan infrastruktur yang dapat memberikan dukungan kepada pemasaran produk di desa proyek maupun di bagian lain di kota Bitung.

Proses pembangunan infrastruktur ini dilakukan melalui suatu proses perencanaan yang bottom up, dari usulan kelompok masyarakat di desa-desa, survei identfikasi peluang pasar dan hasil studi pemasaran. Kemudian ditindaklanjuti proses penilaian kebutuhan untuk prasarana dan jasa penting di tingkat kota Bitung.

Sedangkan sasaran kegiatan strategi intervensi adalah sebagai berikut:  Mendukung produksi masyarakat/kelompok ditingkat kelurahan  Menyediakan peralatan pengolahan produk perikanan

 Melakukan kegiatan pengolahan

 Menghasilkan produk olahan komoditas perikanan yang segar, sehat dan bergisi

 Menampung komoditas perikanan hasil tangkapan kelompok CCDP-IFAD

 Mengolah komoditas perikanan menjadi produk jadi atau setengah jadi  Menyediakan produk olahan hasil perikanan

 Menjamin ketersediaan produk olahan di pasaran

 Menjadi salah satu produk perikanan andalan kota Bitung

1.3. Pendekatan Strategi Intervensi Pemasaran dan Pembangunan Infra struktur

(8)

1. Investasi pembangunan infrastruktur yang dapat menggerakkan kegiatan ekonomi di desa sasaran proyek khususnya dan kabupaten/kota pada umumnya. Didalam proses pembangunan dan operasionalnya dapat juga dilakukan melalui kemitraan publik-swasta, untuk mendukung kegiatan ekonomi kelautan dan perikanan berskala kecil.

2. Mendorong Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota untuk

mengembangkan pendekatan inovatif dan inisiatif dalam meningkatkan

pendapatan masyarakat pesisir di Desa/Kelurahan proyek.

3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan kegiatan ekonomi serta kemampuan kapasitas bisnis pada desa sasaran proyek.

4. Memfasilitasi pendekatan kegiatan proyek agar lebih baik lagi untuk Desa/Kelurahan tetaangga di Kabupaten/Kota terkait.

Dengan berdasarkan pada tujuan dan strategi diatas maka kota Bitung sebagai salah satu kota pelaksana proyek CCDP-IFAD di tahun 2014 ini menggunakan anggaran komponen dua sebesar Rp 1.428.700.000,- untuk menyiapkan peralatan dan kendaraan operasional dalam menunjang kegiatan pemasaran kelompok masyarakat melalui pengadaan:

1. Peralatan Rumah Produksi milik Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bitung dimana kegiatan pengadaan sudah sampai pada penetapan pemenang (CV. Ambalat Jaya). 2. Peralatan Rumah Kemasan milik Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bitung, juga

sudah sampai pada penetapan pemenang (CV. Defray Mandiri).

3. Peralatan Kios Pemasaran milik Dinas Kelautan dan Perikanan,juga sudah sampai pada penetapan pemenang (CV. Berkat Sentosa).

4. Peralatan Rumah Usaha dan Niaga di tempat calon pengelola RUN, juga sudah sampai pada penetapan pemenang (CV. Minahasa Baja Perkasa).

5. Kendaraan Operasional Pemasaran yang akan digunakan untuk memasarkan hasil olahan dan tangkapan kelompok CCDP-IFAD kota Bitung juga sudah sampai pada penetapan pemenang (PT. Isuzu International).

Dengan mulai diadakannya peralatan dan kendaraan tersebut maka olahan hasil periknan dari poklasar dan KUB penangkapan akan memiliki pasar yang semakin luas.

(9)

1.4. Pemilihan komoditas dan Produk Unggulan

a. Tiga Komoditas unggulan Perikanan

Kota Bitung sebagai kota Pelabuhan dan sekaligus sebagai kota industri yang mengedepankan industri pengolahan ikan terkenal dengan komoditas Tuna, Tongkol dan Cakalang (TTC), tetapi karena kegiatan CCDP-IFAD dilaksanakan di kelurahan Lembeh Utara dan Lembeh Selatan dimana nelayan yang ada di 17 kelurahan mayoritas melakukan penangkapan terhadap komoditas Tongkol, Cakalang dan Cumi-Cumi, maka ketiga komoditas tersebut yang dijadikan komoditas unggulan untuk kegiatan kelompok CCDP-IFAD di pulau Lembeh dan diikuti dengan olahan yang didasarkan pada bahan baku tersebut.

b. Produk unggulan hasil turunan dari komoditas unggulan

Skema antara komoditas unggulan sampai produk pengolahan yang dipilih yaitu komoditas atau produk pengolahan sebagai unggulan di kota Bitung sebagai berikut:

Pemilihan komoditas unggulan didasarkan pada potensi sumberdaya yang ada dan kelompok yang mengusahakannya dimana di Kelurahan Motto terdapat 9 kelompok yang menangkap cumi-cumi antara lain: samantha, elang laut, berdikari, kuda laut, suka maju, bintang utara, simpati, bintang timur, bintang samudra dan 1 kelompok pengolahandan pemasaran cumu-cumi yaitu kelompok ora et labora. Dan di kelurahan Kelurahan Posokan terdapat 5 kelompok yang melakukan usaha penangkapan cumi yaitu kelompok gorara, maju bersama, setia budi, bintang laut, goropa serta 1 kelompok pengolahan dan pemasaran yaitu kelompok cumi. Gambar 1. Komoditas/produk unggulan

CUMI-CUMI TONGKOL ICAKALANG

IKAN SERUT BAKSO BONLESS AND HEADLESS KOMODITAS /PRODUK UNGGULAN

IKAN SERUT IKAN FUFU

ABON BAKSO Komoditas unggulan Produk unggulan Turunan komoditas BEKU ABON

(10)

II. KONDISI DAN ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN DAN PRODUK PENGOLAHAN UNGGULAN

2.1. Kondisi dan Pengembangan komoditas perikanan sebagai Komoditas unggulan

Kondisi kegiatan komoditas Unggulan dan Pengolahan dalam lingkup Kabupaten Isinya, Jika ungulan adalah komoditas perikanan seperti Cumi-cumi, Tongkol dan Cakalang, maka isi dari gambaran ini mencakup

a. Komoditas cumi-cumi b. Komoditas tongkol c. Komoditas cakalang

Isi untuk komoditas perikanan agar dapat mengambarkan kondisi saat ini berupa produksi, pemasaran, peralatan, sarana dan prasarana, Jumlah nelayan dan lainnya, dan wilayah penangkapannya

Komoditas Cumi-Cumi di pualau Lembeh ditangkap oleh 14 kelompok CCDP-IFAD dari dua kelurahan (Posokan dan Motto) dan diolah menjadi produk olahan berupa bakso cumi, cumi tanpa kepala dan tulang serta sebagai cumi curah beku oleh dua kelompok pengolah (ora et labora dan cumi). Untuk produk bakso cumi penjualannya masih difokuskan pada mencukupi kebutuhan kelurahan Motto dan Posokan sedangkan produk cumi tanpa kepala dan tulang serta cumi curah beku ditujukan pada pasar kota sekitar Bitung antara lain kota Manado, Tomohon, Tondano dan kota-kota Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan komoditas Tongkol dan Cakalang hampir ditangkap oleh 52 kelompok yang tersebar di 7 kelurahan (Kareko, Pintu Kota, Mawali, Paudean, Pasir Panjang, Dorbolaang dan Pancuran). Pemasaran dari komoditas ini masih dilakukan secara sederhana dimana nelayan menjual kepada tibo-tibo yang ada di kelurahan dan tibo-tibo dari kelurahan yang memasarkan ke pelelangan atau pasar tradisional yang ada di kota Bitung dan Girian.

2.2. Produk turunan komoditas perikanan sebagai komoditas unggulan

Jika yang diungulkan berupa produk unggulan yang merupakan turunan dari komoditas unggulan tersebut maka alur pembahasannya mengikuti saja table-tabel dalam Strategi Intervensi yang kemudian dinarasikan

Agar dibuat untuk setiap produk, sehingga kita dapat menemu kenali kenggulan dan kekurangan dari masing-masing produk

(11)

 Produk Bakso Cumi

 Produk Cumi Tanpa Kepala dan Tulang

 Produk Bakso Tongkol

 Produk Abon Tongkol

 Produk Cakalang Fufu

 Produk Ikan Serut Tongkol dan Cakalang Fufu

2.3. Segmentasi komoditas atau produk yang dihasilkan

Produk yang sudah dihasilkan saat ini apakah produk baru atau produk lama, dipasarkan kemana (segment nya kemana/lihat table analisis dan kemudian segment yang diinginkan akan dipasarkan kepada siapa dan kemana, berapa besar daya serap produk saat ini dan target dalam tahun ini akan di produksi berapa (bisnis plan)

2.3.1 Produk Bakso Cumi

Pembuatan bakso cumi-cumi dilakukan oleh poklasar Ora el labora di kelurahan Motto dan poklasar Cumi di kelurahan Posokan sebagai kegiatan baru. Sebelumnya masyarakan di kedua kelurahan tersebut belum melakukan pengolahan terhadap komoditas tersebut. Target pasar sementara untuk produk bakso cumi di tahun ini terbatas pada memenuhi kebutuhan olahan bakso di kedua kelurahan ini, dan akan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan di pulau Lembeh. Rencana untuk tahun depan, dengan meningkatnya keterampilan dan keahlian dalam memproduksi bakso cumi dan diperolehnya standarisasi pengolahan pangan industri rumah tanggga (PIRT) dari Dinas Kesehatan kota Bitung, dibuatnya kemasan yang baik sebagai dukungan komponen dua kota Bitung maka pasar akan dikembangkan keluar wilayah pulau Lembeh sampai kota Manado dan sekitarnya. Produksi bakso cumi di kelurahan Moto dan Posokan masih sangat kecil yaitu 4 kg setiap kali produksi untuk tiap kelurahan dan frekuensi produksi dua hari sekali. Daya serap pasar sangat tinggi karena dalam dua hari bakso cumi ini sudah habis terjual.

2.3.2 Produk Cumi Tanpa Kepala dan Tulang

Produk Cumi Tanpa Kepala dan Tulang merupakan kegiatan yang baru diintroduksi kepada kelompok pengolah dan pemasaran Ora et labora di kelurahan Motto dan kelompok pengolahan dan pemasaran Cumi di kelurahan Posokan. Pelatihan dalam pengelolaan cumi tanpa kepala dan tulang sudah dilakukan tanggal 4 November 2014 dan diharapkan

(12)

kelompok-kelompok ini akan mulai memproduksinya. Setelah kelompok memproduksi, maka produk ini akan dijual kepada pengumpul tingkat kota untuk ditingkatkan kualitasnya melalui pemberian gas nitrogen dan pengemasan. Maksut pemberian gas nitrogen adalah untuk memperbaiki kualitas dan warna dari produk sehingga lebih menarik ketika dipasarkan. Rencana produk ini akan dijual di pasar kota Manado pada restoran-restoran seafood dan restoran cina. Juga akan dipasarkan di beberapa super market antara lain fresh mart dan multi mart.

2.3.3 Produk Bakso Tongkol

Produk Bakso dari ikan Tongkol diproduksi oleh kelompok pengolahan dan pemasaran dari kelurahan Pintu Kota kecamatan lembeh Utara. Merupakan kegiatan baru yang diinisiasi oleh program CCDP-IFAD dan sudah berjalan sejak tanggal 22 Oktober 2014. Target penjualan masih pada masyarakat kelurahan P{intu Kota dengan jumlah produksi per harinya sebesar 3 kg. Daya serap produk di kelurahan cukup baik karena setiap hari produk terjual habis dalam bentuk bokso tusuk bagi anak-anak dan mie bakso bagi orang-orang dewasa. Sudah mendapatkan PIRT dari Dinas Kesehatan kopta Bitung dan tinggal menunggu pengembangan melalui komponen dua kota Bitung dalam pemberian label dan kemasan sehingga direncanakan tahun depan akan mulai dipasarkan kelur dari pulau Lembeh ke pasar yang lebih luas yaitu kota Bitung dan kota Manado serta kota-kota sekitarnya.

2.3.4 Produk Abon Tongkol

Produk abon iakan Tongkol baru mulai dikembangkan di kelurahan Paudean dan kelurahan Pasir Panjang kecamatan Lembeh Selatan dimana kegiatan pelatihan untuk membuat abon dengan kualitas baik baru dilakukan tanggal 8 November 2014 di kelurahan Paudenan dengan melibatkan poklasar 9 kelurahan. Maksut dari pelibatan 9 kelompok pemasaran dan pengolahan tersebut adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mereka untuk membuat abon yang baik, walaupun nantinya kelompokm pengelolah dan pemasaran dari kelurahan lain akan membuat abon dengan bahan baku yang berbeda. Kegiatan pembuatan abon secara tradisional sudah dilakukan poklasar yang ada dengan target penjualan di kelurahan setempat. Tetapi dengan dilakukannya pelatihan pembuatan abon dengan menggunakan teknologi yang tepat, dengan narasumber yang baik (pembuat Raja Abon bapak Jonathan Lengkong dari UD. Utama Food Processing). Rencana pengembangan

(13)

penjualan yaitu pasar kota Manado sebagai souvenir bagi wisatawan yang berkunjung setelah mendapat PIRT dari Dinas Kesehatan Kota Bitung dan mendapat dukungan kemasan dari kegiatan Komponen Dua.

2.3.5 Produk Bakso Cakalang

Produksi bakso Cakalang sudah mulai dilakukan di kelurahan Paudean, Pasir Panjang dan Dorbolaang dengan volume pembuatan setiap bulan 60 kg/bulan. Target pasar tahun 2014 ini masih pada kelurahan masing-masing karena masih perlu lagi untuk meningkatkan kualitas produksi sekaligus meningkatkan volume produksi. Jika valume produksi sudah cukup banyak dan kualitasnya sudah meningkat makan produksi bakso ikan cakalang ini akan dikemas dengan menggunakan fasilitas komponen dua dari Dinas Perikanan dan Kelautan kota Bitung. Kelompokm pengolah bakso cakalang di kelurahan Paudean dan Pasir Panjang telah memiliki standarisasi pengolahan pangan industri rumah tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan kota Bitung.

2.3.6 Produk Ikan Serut Tongkol dan Cakalang

Produksi ikan serut ini merupakan proses lanjutan dari ikan kayu yang diproduksi oleh beberapa pabrik pengolahan ikan kayu di kota Bitung. Diharapkan dengan adanya pembelian terhadap ikan asap ini maka permintaan terhadap ikan tongkol dan cakalang segar di pasaran meningkat dan dengan meningkatnya permintaan di pasaran maka secara otomatis akan mendongkrat harga jual ikan tongkol dan cakalang di tingkat nelayan.

A. Segmentasi kondisi saat ini potensi pasar saat ini

-1. Segmentasi pasar membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogeny artinya komoditas ini dipasarkan kemana jika ditinjau

- SECARA GEOGRAFIS ( pasar lokal/desa dan kecamatan, kabupaten, propinsi atau keluar propinsi,

Produk olahan seperti bakso cumi dan bakso ikan, abon iakan saat ini masih ditargetkan pada penjualan di lokal kelurahan masing-masing. Seiring dengan meningkatnya produksi dan keahlian dalam prosen pembuatan bakso ikan dan cumi-cumi serta abon ikan maka di tahun depan akan diarahkan pada pengembangan pasar ke tingkat kota Bitung, Manado dan Sekitarnya

(14)

Produk olahan seperti cumi-cumi tanpa kepala dan tulang sebagai olahan yang baru akan dibuat, akan dipasarkan ditingkat kota Manado dan sekitarnya terutama di restauran-restauran china dan seafood serta supermarket seperti freshmart dan multimart juga di kota Manado dan sekitarnya.

Produk olahan hanakatsuo dari ikan kayu cakalang dan tongkol merupakan olahan baru yang akan dibuat jika peralatan untuk pengolahan di RUN sementara telah ada akan dipasarkan di pasar kota Jakarta dan sekitarnya terutama pada restauran-restaurant Korea, China dan Jepang. Karena produk Hana katsuo ini sangat diminati oleh mereka.

- SECARA DEMOGRAFIS (Usia, Jenis Kelamin, Siklus Hidup Keluarga, Penghasilan, Pekerjaan, Pendidikan, Agama, Ras)

Produk olahan bakso ikan dan abon ikan sangat diminati aleh anak-anak sekolah terutama sebagai cemilan. Contohnya bakso ikan dapat dibuat bakso ikan tusuk. Produk olahan cakalang fufu diminati oleh hampir semua orang dan terutama sebagai souvenir yang cukup digemari oleh wisatawan yang berkunjung ke kota Manado. Sedangkan Hana Katsuo adalah produk dengan koosumen terbatas dan hanya dapat dikonsumsi oleh orang-orang Korea, Chiona dan Jepang sebagai tambahan bumbu dalam masakan yang biasa mereka makan.

- SECARA PSIKOGRAFIS (Kelas Sosial, Gaya Hidup, Kepribadian )

Produk bakso ikan, abon ikan dan cakalang fufu merupakan produk olahan yang digandrungi hampir semua strata sosial terutama kelas menengah kebawah. Produk olahan bakso digandrungi oleh anak-anak sekolah dan hampir dapat dijumpai disetiap tempat mulai dari penjualan di penjual kaki lima, sekolah dan restaurant sedangkan olahan cakalang fufu sangat mudah ditemukan dan hampir menjadi makanan favorit di restauran yang menjual bubur manado seperti kawasan jalan Wakeke di kota Manado. Para pencinta makanan sehat dan bergisi ini menjadikan cakalang fufu sebagai bagian pelengkap makanan bubur manado. Sedangkan olahan produk Hana Katsuo merupakan produk yang hanya diminati oleh komonitar tertentu seperti masyarakat Korea, China dan Jepang.

(15)

-2. Mengidentifikasi Pasar Potensial Yang Menguntungkan Untuk Dilayani Pasar Ke Segmen-Segmen Atau Kelopok-Kelompok Yang Bermakna, Relative Sama Dan Dapat Diidentifikasikan.

3. Segmentasi memungkinkan perusahaan mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai peta kompetisi serta menentukan posisi pasar kelompok atau memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian maupun gaya hidup

2.4. Kondisi Produksi dan kualitas dari Produk Bakso Ikan, Abon Ikan dan Cakalang Fufu 2.4.1. Kualitas produk

Pembahasan mencakup kondisi saat sekarang dan sesuatu yang ingin dicapai dari kualitas, jika ada standar kuaitas produk baik secara scientific mapun aturan aku yang akan kita capai aka lebih baik, hal-hal yang akan dibahas paling tidak seperti hal dibawah ini

a. Keamanan pangan (produk tahan lama dan bebas dari bahan terlarang)

Produk olahan bakso ikan, bakso cumi, abon ikan dan cakalang fufu merupakan produk olahan segar tanpa bahan pengawet dan bahan pewarna sehingga segar dan sehat. Tertapi konsekuensi dari pembuatan tanpa menggunakan pengawet membuat produk olahan ini tidak tahan lama sehingga diperlukan proses pemasaran yang cepat atau strategi pemasaran yang tepat. Sebagai contoh untu olahan bakso ikan dan bakso cumi-cumi diajurkan untuk diproduksi sesuai denga kebutuhan pasar yang dituju yaitu kelurahan masing-masing, dengan demikian produksi yang dihasilkan tidak perlu disimpan lama karena produk yang dihasilkan akan terserappasar pada hari yang sama ketika produk itu dibuat. Jadi strategi ini memperpendek rantai penjualan dan penjualan langsung pada konsumen, dimana olahan bakso ikan dan cumi-cumi ini diprosuksi pagi hari dan dijualjuga di pagi hari kepada anak-anak sekolah dan sorenya dijual sebagai olahan mie baksi ikan dan cumi-cumi.

b. Rasa (diterima pelanggan) penyesuaian rasa dan bahan, perbaikan kualitas bahan baku)

Olahan bakso ikan dan bakso cumi cita rasanya disesuaikan dengan keingina konsumen yaitu masyarakat sekitar dimana olahan ini tidak terlalu banyak

(16)

menggunakan penyedap rasa dan menggunakan bahan baku yang baik dan segar karena diperoleh dari kelompok penangkapan yang ada di kelurahan masing-masing. Sedangkan olahan Cakalang Fufu juga menggunakan bahan baku yang segar dan bukan berasal dari ikan pabrik atau iakan dari kapal penampung besar. Jadi kualitas bahan baku dari semua olahan menggunakan bahan baku segar dan baik.

c. Kebersihan/ Lingkungan ( kebersihan tempat produksi dan lingkungan

Pembuatan olahan bakso ikan dan bakso cumi dilakukan di tempat olahan milik kelompok pengolahan dan pemasaran yang dibuat khusus dengan dana bantuan dari CCDP-IFAD. Sedangkan pembuatan Cakalang Fufu dilakukan di Demplot Pengolahan Cakalang Fufu. Seangkan olahan Hana Katsuo akan dilakukan di RUN sementara di tempat swasta dan akan dipindahkan di RUN yang akan dibangun awal tahun 2015 di lokasi pasar Sagerat kota Bitung.

d. Teknologi pengolahan (perbaikan teknologi pengolahan).

Pengolahan bakso ikan dan bakso cumi selama ini masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu pembentukan baksonya secara manual walaupun penggilingannya sudah menggunakan mesin grinder bantuan CCDP-IFAD. Pembuatan cakalang fufu akan dilakukan di kelurahan Dorbolaang kecamatan Lembeh Selatan melalui pembuatan demplot olahan Cakalang Fufu. Proses pembuatan dan pengasapannya sudah akan dilakukan di tempat pengolahan yang cukup baik.

e. Pengakuan/Sertifikasi

Pengolahan bakso ikan dan bakso cumi di kelurahan Paudean, Pasir Panjang, Mawali, Pintu Kota dan Motto telah difasilitasi dan telah memperoleh sertifikasi Pangan Industri rumah tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan Kota Bitung. Sedangkan produk olahan Cakalang Fufu, Abon Ikan dan Hana Katsuo baru dan akan diproduksi akhir tahun ini sehingga pengurusan PIRTnya menyusul setelah proses produksinya dimulai.

(17)

2.4.2. KUALITAS KEMASAN

Pembahasan menyangkut bagaimana kondisi kemasan sekarang, apakah produk nanti perlu diperbaiki, akan sangat tergantung dengan segmentasi, karena itu pembahasan ini menyangkut juga siapa yang akan dituju pasarnya, dan kualitas seperti apa yang akan dibuat.

a. Merk

Rencananya akan menggunakan merk yang dapat menarik minat konsumen seperti menggunakan kata-kata segar sebagai contoh Bakso Ikan Fresh (Tongkol, Cakalang dan Bakso Cumi-Cumi), begitu juga dengan cumi tanpa kepala dan tulang menggunakan ikon Fresh contoh Cumi Fresh.

b. Disain kemasan

Design kemasan akan menggunakan plastik dengan print gambar baksoikan, bakso cumi, bakso tongkol dan untuk olahan cumi tanpa kepala dan tulang akan menggunakan gambar cumi-cumi tanpa kepala. Menggunakan bahan plastik full color.

c. Bentuk kemasan

Kemasan akan menggunakan ukuran berat produk atau jumlah buah contoh untuk bakso iakan dan bakso cumi menggunakan jumlah bakso dalam satu kemas (20 bakso) atau 250 gr atau 500 gr dst. Sedangkan untuk cumi-cumi tanpa kepala dan tulang akan menggunakan satuan ekor jadi dalam kemasan bisa 1-3 ekor tergantung besarnya cumi-cumi yang diproses menjadi tanpa kepala dan tulang.

d. Label dan informasi

Produk bakso akan menggunakan label tanpa pengawet dan pewarna sehingga produk bakso akan mengikuti warna bahan baku. Bakso cumi-cumi akan lebih putih dari bakso ikan cakalang atau ikan tongkol. Juga akan mencantumkan bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatan bakso seperti cumi-cumi/ikan tongkol/cakalang, tepung tapioka, merica, garam dan bumbu lainnya.

(18)

Kemasan untuk produk bakso cumi-cumi, bakso ikan dan cumi tanpa kepala dan tulang menggunakan bahan plastik yang biasa dipakai untuk mengemas olahan makanan dengan proses pengemasan menggunakan vacum sealer sehingga produk yang dikemas menjadi lebih tahan lama.

2.5. Analisis Ketersediaan Bahan Baku Produk unggulan Bakso Ikan dan cumi, Cumi tanpa kepala dan tulang, Cakalang Fufu dan Hana Katsuo

a. Ketersediaan bahan baku dalam periode sepanjang tahun

Ketersediaan bahan baku untuk produk bakso ikan dan cumi serta cumi tanpa kepala dan tulang dalam satu tahun tersedia selama 8 bulan per tahunnya. Bahan baku berasal dari nelayandalam kelompok di kelurahan dalam proyek dan belum berasal dari luar wilayah proyek. Selama ini karena belum adanya tempat penyimpanan di kelompok, jika bahan baku tidak tersedia maka kelompok tidak akan memproduksi olahan tersebut. Ketrsediaan bahan baku untuk olahan Cakalang Fufu juga hanya tersedia selama 8 bulan setiap tahunnya yaitu mulai bulan November sampai dengan bulan Juni sehingga pengolahan cakalang fufu hanya dapat dilaksanakan di bulan-bulan tersebut. Karena itu dibutuhkan tempat penyimpanan bahan baku atau sumber bahan baku dari tempat lain. Pengambilan bahan baku dari tempat lain atau dari kota Bitung akan meningkatkan cost operasional sehingga dapat menurunkan kemampuan bersaing dengan sentra produksi cakalang fufu yang ada di kota Bitung. Sedangkan proses pembuatan Hana Katsuo memiliki prospek yang lebih baik karena produksi ikan kayu tersedia sepanjang tahun. Jadi produksi olahan Hana Katsuo ini tidak tergantung pada bahan baku tetapi lebih pada besarnya daya serap konsumen di pasar Jakarta dan sekitarnya.

b. Penanganan suplai bahan baku

Bahan baku Cumi-Cumi, Tongkol dan Cakalang dari nelayan penangkap sudah ditangani dngan baik dimana pada saat melaut, nelayan telah menyiapkan coolbox sterioform dengan membawa es juga sehingga ketika mereka mendapatkan cumi-cumi dan ikan tongkol serta cakalang maka proses rantai dinginnya sudah dilakukan. Tetapi seringkali jika tangkapang melimpah maka jumlah es yang dibawa tidak akan mampu untuk melakukan pendinginan secara sempurna.

(19)

c. Harga bahan baku

Harga bahan baku untuk olahan bakso cumi dan cumi tanpa kepala dan tulang bervariasi tergantung pada hasil tangkapan nelayan. Jika hasil tangkapan nelayan berada pada puncaknya makan harga bahan baku akan turun menjadi Rp15.000,-/kg sedangkan jika produksi hasil tangkapan berkurang maka harganya menjadi Rp 30.000,-/kg.

2.6. Kondisi persaingan dengan produk sejenis bakso ikan, bakso cumi dan cumi tanpa kepala dan tulang

a. Dominasi pesaing

Produk bakso ikan sudah memiliki beberapa pesaing antara lain bakso ikan mutiara, bakso ikan muda mudi, baksi ikan samsu yang tersedia setiap saat di supermarket. Tetapi produksi pesaing bulum masuk di pasar lokal. Mereka bulum masuk ke pulau lembeh sehingga ketika baru mulai memproduksi bakso ikan dan memasarkannya di lokal kelurahan masing-masing maka produksi bakso ikan kelompok belum memiliki pesaing. Sedangkan untuk olahan bakso cumi di pasar lokal dan kota belum ada pesainya. Walupun demikian produksi bakso cumi kelompok m,asih tetap dipasrkan di kelurahan masing-masing sambil menunggu peningkatan kualitas olahan dan kemasan baru akan dijual di pasar kota Manado dan sekitarnya. Sedangkan untuk olahan cumi tanpa kepala dan tulang juga belum ditemukan adanya produksi sejenis di kota Manado sehingga tinggal menunggu kemasan dari rumah kemasan milik Dinas Kelautan dan Perikanan kota Bitung maka produk ini akan dipasarkan ke kota Manado.

b. Mutu Produk

Mutu bakso Cumi-cumi dan bakso ikan cukup baik terutama dari rasa karena bahan baku yang digunakan merupakan bahan segar yang baru diperoleh dari laut. Bentuk dan ukuran masih belum standart karena belum menggunakan alat pencetak bakso dan masih tergantung pada siap yang membuatanya. Rasa produk sudah baik karena sudah menggunakan resep yang diberikan oleh beberapa pelatih sehingga kelompok sudah mencoba beberapa resep yang diterimanya sampai mendapatkan rasa yang dianggap cocok untuk masyarakat setempat.

(20)

Produksi bakso ikan dan bakso cumi-cumi sudah diproduksi oleh kelompok pengolahan dan pemasaran di kelurahan Motto, Pintu Kota, Mawali, Paudean, Pasir Panjang dan Dorbolaang dua hari sekali dan jika ada pemesanan diproduksi setiap hari. Sedangkan produksi cumi-cumi tanpa kepala dan tulang, cakalang fufu dan hana katsuo masih menunggu proses pembangunan tempat olahan untuk cakalang fufu, peralatan untuk produksi hana katsuo dan kemasan plastik untuk produksi cumi –cumi tampa kepala dan tulang.

d. Cara penjualan

Penjualan bakso cumi-cumi dan bakso ikan baru dilakukan di kelurahan masing-masing yang memproduksi olahan tersebut secara langsung kepada konsumen. Bakso cumi-cumi dan ikan dijual dengan mengolahnya menjadi bakso tusuk kepada anak-anak sekolah dan disore hari dijual sebagai mie bakso cumi-cumi dan mie bakso ikan di rumah olahan yang milik kelompok pengolahan dan pemasaran yang ada di kelurahan masing-masing.

e. Market share,

Berapa persentase kontibusi produk kita dala mengii pasar dala skala kabupaten atau propinsi.

Market share untuk olahan bakso cumi-cumi di kelurahan masing-masing sekitar 80 % terhadap penjualan bakso yang ada. Kompetitor utama bakso ikan dan cumi-cumi adalah pedagang keliling yang menggunakan motor untuk memasarkan bakso sapi. Sedangkan ditingkat kota belum dimulai dan akan dimulai sekitap pertengahan tahun depan.

2.7. Kondisi Distribusi dan jarigan pemasaran produk bakso cumi-cumi dan ikan, cakalang fufu dan cumi tanpa kepala dan tulang

a. Skema jaringan distribusi produk dan Pemain kunci

Produksi bakso cumi-cumi dan ikan akan dipasarkan secara langsung kepada konsumen akhir melalui penjualan di kios-kios olahan yang ada di setiap kelurahan dampingan CCDP-IFAD. Tahun depan jika produksi dan pengolahan telah meningkat makan penjualan akan dilakukan di tingkat kota melalui pengecer yang memproduksi

(21)

olahan yang dijual kepada konsumen langsung. Jika produksi sudah sangat besar barulah dilakukan penjualan ke pedagang besar atau pedagang antar pulau yang merupakan mitra di tingkat kota. Sedangkan olahan cakalang fufu akan dipasarkan di kelurahan sekitar pulau Lembeh ditahun pertama. Jika produksi meningkat maka akan dipasarkan ke pengolah makanan seperti di restaurant yang menjual makanan bubur manado di jl. Wakeke Manado sebagai pusat penjualan Bubur Manado serta ke Supermarket-supermarket yang ada di kota Manado dan sekitarnya.

b. Kebutuhan Alat Angkut Produk / Sistim Transportasi - Pengangkutan ke Pembeli

Kebutuhan alat angkut untuk penjualan di kelurahan masing-masing belum dibutuhkan dan baru akan dibutuhkan jika penjualan telah dilakukan keluar pulau Lembeh atau ke Manado. Tetapi untuk olahan cumi-cumi tanpa kepala dan tulang sudah sangat

membutuhkan alat angkut ketika proses produksi sudah dimulai karena pasr dari cumi-cumi tanpa kepala dan tulang ini adalah pasar di kota Manado baik restaurant maupun supermarket.

- Sistem Penyimpanan

Penyimpanan sementara masih menggunakan freezer yang ada di kelompok pengolahan dan pemasaran di kelurahan masing-masing. Jika RUN telah selesai maka akan dilakukan penyimpanan bahan baku jika produksi melimpah di RUN dan kan dipakai untuk mencukupi produksi kelompok pengelola jika terjadi kekurangan bahan baku untuk olahan diwaktu bahan baku tidak tersedia.

(22)

III. STRATEGI INTERVENSI PEMASARAN 3.1 TARGET PASAR YANG AKAN DITUJU

-1. Pengertian dari targeting itu sendiri merupakan sebuah sasaran, siapa segmen yang dituju dalam hal ini untuk olahan bakso ikan dan bakso cumi-cumi adalah konsumen yang biasanya mengkonsumsi bakso sapi dan bakso ayam. Dengan memberikan alternatif makanan yang lebih sehat kepada calon konsumen diharapkan olahan dari ikan dapat membuat pasar atau konsumen beralih dari kebiasaan mengkonsumsi baksodaging sapi dan ayam pada olahan dari ikan dan cumi-cumi.

-2 Kriteria memilih Target

- Segmen pasar yang dibidik itu cukup besar dan akan cukup menguntungkan bagi kelompok. Dapat saja memilih segmen yang kecil pada saat sekarang namun segmen itu mempunyai prospek menguntungkan dimasa datang

- Kedua adalah bahwa strategi targeting itu harus didasarkan pada keunggulan kompetitif perusahaan yang bersangkutan. Keunggulan kompetitif merupakan cara untuk mengukur apakah perusahaan memiliki kekuatan dan keahlian yang memadai untuk menguasai segmen pasar yang dipilih sehingga memberikan value bagi konsumen

- Ketiga adalah bahwa segmen pasar yang dibidik harus didasarkan pada situasi persaingannya. KELOMPOK harus mempertimbangkan situasi persaingan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi daya tarik targeting perusahaan.

(23)

Gambar 2. Target pasar yang dituju KUALITAS PRODUK DAN KEMASAN SEGMEN YANG DITUJU TARGET YANG DITUJU SEGMEN YANG DITUJU POSITIONING YANG DIPILIH

3.2. Penetapan pilihan positioning produk bakso dan olahan lain belum diperlukan

Positioning adalah tindakan untuk merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu diingatan konsumen. Sehingga dengan demikian konsumen segmen memahami dan menghargai apa yang dilakukan dalam kaitannya dengan para pesaingnya. Positioning adalah tindakan untuk meneliti atau mengindentifikasi posisi pesaing dan memutuskan untuk mengambil posisi setaraf dengan posisi pesaing atau mencari kesempatan dalam pasar.

Penetepan Positioning ini bisa perlu bisa juga tidak, untuk kegiatan pemula dengan segmen yang terbatas, maka tidak diperlkan positioning, tetapi jika dirasakan persaingan sudah cukup ketat, maka diperlukan positioning untuk membedakan kita dengan produk lain. Positioning ini mencakup :

1. Penentuan posisi menurut atribut

memposisikan dengan menonjolkan atribut produk yang lebih unggul dibanding pesaingnya, seperti ukuran, . Misalnya Disneyland sebagai taman hiburan terbesar di dunia.

2. Penentuan posisi menurut manfaat

Produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu manfaat tertentu. Misalnya Knotts Berry Farm memposisikan diri sebagai taman hiburan untuk orang-orang yang mencari pengalaman fantasi, seperti hidup di jamank koboi Old West.

(24)

3. Penentuan posisi menurut penggunaan atau penerapan sebagai unsur yang ditonjolkan dibandingkan pesaingnya, misal: Japanese Deer Park memposisikan diri untuk wisatawan yang hanya ingin memperoleh hiburan singkat.

4. Penentuan posisi menurut pemakai

Ini berarti memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah kelompok pemakai. / KOMUNITAS . Misalnya Magic Mountain dapat mengiklankan diri sebagai taman hiburan untuk ‘pencari tantangan’.

5. Penentuan posisi menurut pesaing

Disini produk secara keseluruhan menonjolkan nama mereknya secara utuh dan diposisiskan lebih baik daripada pesaing. Misalnya: Lion Country Safari dapat beriklan memilk lebih banyak macam binatang jika dibandingkan dengan Japanese Deer Park. 6. Penentuan posisi menurut kategori produk

Disini produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu kategori produk. Misalnya: Marineland of the Pacific dapat memposisikan diri bukan sebagai ‘taman rekreasi’ tapi sebagai ‘lembaga pendidikan’.

7. Penentuan posisi harga atau kualitas

Disini produk diposisikan sebagai menawarkan nilai terbaik. Misalnya Busch Gardens dapat memposisikan din sebagai nilai terbaik untuk harga (dibandingkan penentuan posisi seperti kualitas tinggi/harga tinggi atau harga termurah.

Gambar 3. Penetapan pilihan positioning produk

POSITIONING

menciptakankesesuaian brand image yang

ditangkap oleh konsumen dengan brand identity dari produk yang dibangun atau diciptakan oleh

produsen.

.PILIHAN SEGMEN

.TARGET YANG AKAN DITUJU

. PPPOSISI DALAM

PERSAINGAN .PELUANG PASAR

PENENTUAN POSISITIONIG, Menurut : 1. ATRIBUT 2. MANFAAT 3. PENGGUNAAN/ PENERAPAN 4. SIAPA KEL PEMAKAI 5. PESAING 6. KATEGORI PRODUK 7. HARGA

(25)

3.3. STRATEGI BAURAN PEMASARAN

Dalam bisnis, pemasaran menjadi ujung tombak. Tanpa pemasaran yang bagus, bisnis sulit untuk berkembang baik. Sebagus apapun produknya, namun bila tidak dibarengi dengan kemampuan memasarkan secara efektif, bisnis hanya akan jalan di tempat. Tujuan dari pemasaran tersebut adalah kita dapat menjual produk kita dengan harga yang menguntungkan, sehingga produk yang kita buat dapat sustain bahkan bisa berkembang lebih besar. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan cara yang biasa kita sebut sebagai suatu strategi, dalam pemasaran kita sebut sebagai Strategi Pemasaran

1. Tujuan dari Straegi Pemasaran Produk CCDP – IFAD ini adalah adalah “ Mengenalkan dan meraih posisi pasar”

2. Strategi produk “ Membangun produk sekaligus secara bertahap memperbaiki dan meningkatkan kualitas produk

3. Strategi Promosi “ mengenalkan merk yang kita produk, dapat juga dilakukan melalui penyebaran informasi

4. Strategi Distribusi “ membangun jaringan distribusi, memperbaiki jaringan distribusi 5. Strategi harga “ memberikan harga yang bersaing

Kosep Bauran pemasaran yang akan dikembangkan secara sederhana untuk kelompok CCDP IFAD mencakup

1. Produk

Standarisasi produk mengacu kepada Standar Keamanan Pangan; Sistem standarisasi keamanan pangan dalam proses produksi (infrastuktur dan proses) dan Sertifikasi Produk (Minimal: Depkes dan Halal), Memperhatikan estetika produk: Bentuk dan Kemasan (packaging).

Produk yang baru dibangun atau produk yang dikembangkan adalah produk yang dibutuhkan oleh konsumen atau pasar, komoditas atau produk yang dihasikan oeh kelompok CCDP-IFAD ini pada umumnya adalah produk makanan. Tentunya produk yang dihasilkan harus mempunyai kualitas dan rasa yang terbaik, dengan demikian pengenalan produk ini pertama harus dilihat lebi dahulu targetnya kearah segmen yang

(26)

mana, kemudian dibangun dengan cita rasa rasa dan kualitas, keamanan produk . Kemudian atas dasar segmen yang dituju dapat dikembangkan kemasan yang diinginkan

Untuk meningkatkan kualitas produk maka dalam analisis rantai nilai dapat dilihat beberapa kegiatan dan intervensi yang dilakukan antara lain

- Melengkapi peralatan di rumah produksi milik DKP kota Bitung - Melengkapi peralatan di rumah kemasan milik DKP kota Bitung - Melengkapi peralatan di kios mini milik DKP kota Bitung

- Melakukan pembenahan pada simpul-simpul produksi

- Melakukan pelatihan-pelatihan terhadap produk olahan yang diminati pasar dan memiliki potensi bahan baku di kelurahan-kelurahan dampingan program

- Membuat demplot pengolahan produk unggulan kota Bitung seperti demplot pengolahan ikan cakalang fufu, demplot olahan bakso ikan dll.

- Membuat kerjasama melalui penandatanganan MoU antara Dinas Keshatan dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bitung dalam pembinaan dan pengurusan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).

- Mencarikan narasumber olahan produksi kelompok yang bersedia menjadi trainers dan sekaligus mentor kelompok dalam pengolahan hasil perikanan.

- Mencarikan supermarket yang dapat menjadi tempat memasarkan hasil olahan dan tangkapan anggota kelompok dampingan proyek.

- Mempromosikan hasil olahan kelompok dalam kegiatan pasar lelang komoditas yang disponsori Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sulawesi Utara

(27)

MATERI

TAHAPAN PELATIHAN INTERVENSI DALAM INFRASTRUKTUR TAHAP I TAHAP II TAHAP III JENIS

PELATIHAN TAHUN2015 TAHUN2016 TAHUN2017 RASA Survey desain

produk serupa Merancangdan menetapka n desain kemasan Penyempurn aan berdasarkan masukan konsumen Pelatihan pembuatan kemasan Pengadaan ahli tatboga paroh waktu Pengadaan mesi cetak kemasan MUTU Merek lokal

yang menasional Menetapkan merek Pendaftarandan regristrasi merek Pelatihan pemasaran dan branding produk Pengadaan komputer untuk design kemasan LIHAT ANALISIS Komposisi dan

kandungan bahan

Positioning Penetrasi

pasar Pengadaantenaga paru waktu untuk desain

JENIS OLAHAN Melakukan survei jenis yang dibutuhkan

Memprodu

ksi olahan Melakukanpenetrasi pasar

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PRODUKSI

2. Distribusi dan saluran Bahan baku dan pemasaran produk unggulan

Distribusi ini akan menyangkut 2 (dua) hal yaitu sistem pengangkutan dan sistem penyimpanan barang-barang bahan baku dan produk yang akan dipasarkan

a. Saluran Pemasaran

Beberapa alternatif untuk memasarkan produk, antara lain : - Menggunakan penyalur yang ada

- menggunakan penyalur baru

- Penjualan produk dalam jumlah besar ke perusahaan lain - Memasarkan sendiri menetapkan hubungan antar segmen

Untuk memasarkan produk maka diperluan strategi perbaika distribusi produk agar sampai ke konsumen dengan cost yang rendah dan tetap terjamin kualitas. Saluran distribusi ke end user atau juga distrusi melaui berbagi tahap. Ada beberapa cara untuk mendistribusikan produk dalam usaha kecil, yaitu:

• Menitipkan ke pihak lain ( penjual)

Untuk memasarkan suatu produk belum memiliki tempat pemasaran dan tidak ada cukup modal atau bagian dari suatu strategi untuk lebih banyak mendistribusikan produk ke cakupan lebih luas.

(28)

• Sewa Tempat atau mendirikan Rumah Niaga atau Kedai Pesisir

Membangun rumah niaga atau kedai pesisir juga merupakan alternative untuk memasarkan langsung produk kelompok, juga merupakan display dari seluruh produk usaha kecil di Kabupaten, jadi tidak terbatas untuk usaha kelompok. Selain itu juga ada alternative Sewa tempat juga merupakan bagian dari stategi, sewa ini bisa dilakukan pada tempat-tempat yang strategis seperti bandara atau pasar.

• Membuka Stand di Pameran atau event yang ada di Pemerintah daerah Sekarang ini penyelenggaraan pameran semakin banyak di lakukan. Maka tempat ini merupakan salah satu tempat yang strategis untuk menjual produk kita. Namun untuk masuk ke dalam pameran produsen harus memiliki usaha yang jelas, memiliki karti nama karena konsumen dalam pameran biasanya banyak bertanya tentang produk yang di jual. Pasanglah spanduk ataupun banner.

• Menjual di supermarket ( pasar swalayan)

Supermarket merupakan tempat yang ramai dan cocok untuk memasarkan produk. Tapi dengan menjual di supermarket, maka produsen harus memenuhi standar yang di tetapkan oleh pihak pengelola supermarket. Dan anda harus banyak berinovasi sehingga produk anda bisa di lirik oleh penjual. Tetapi untuk usaha kecil akan mendapat masalah dengan sistem konsinyasi yang begitu lama, sedangkan kemampuan modal terbatas

 Menjual langsung

Strategi lain yang dapat diterapkan adalah menjual langsung atau direct selling, penjualan ini bisa langsung door to door terutama untuk komoditas perikanan b. Saluran Bahan baku

Saluran bahan baku di beberapa tempat menjadi masalah antaral lain

• Produk perikanan sangat tergantung musim, maka untuk produk turunan diperlukan juga penyimpanan sebagai stock pada saat ikan susah didapat

(29)

• Bahan baku juga kadang kala tidak dipakai langsung, karena proses produksi tidak sampai habis mengunakan bahan baku, maka diperlukan juga semacam freezer untuk menyimpan banan baku sementara

• Untuk pengangkutan dari Nelayan / TPI diperlukan alat pendingin seperti cool box untuk menjamin bahan baku tetap segar sampai tujuan.

STRATEGI PERBAIKAN SALURAN DISTRIBUSI PRODUK

PRODUK PERUBAHAN SEGMEN RENCANA PERBAIKAN

DISTRIBUSI RENCANA KEMITRAAN Olahan cumi-cumi menjadi bakso, siomay dll

Dari sekmentasi lokal ke level kota

Dari distribusi tradisional nelayan ke semi profisional

Sudah ada dengan LKM Tumou Tou

Cumi bonless and headless

Dari level kota dan provinsi ke level nasional/international

Menggunakan mobil dengan pendingin

Sudah ada dengan pengelola RUN

Cumi curah beku

Dari level kota dan provinsi ke level nasional

Menggunakan mobil dengan pendingin

Sudah ada dgn freshmart dan pengelolahRUN

Pembuatan cakalang fufu

Dari sekmen lokal ke level kota manado dan sekitarnya

Dari penjualan door to door di kelurahan ke supermarket dan restaurant

Diawali dengan proses pembuatan dan mentoring dengan Promina an. Yanto Mandulangi

Pembuatan bakso ikan

Dari sekmen lokal ke level kota Bitung, Manado dan sekitarnya

Dari penjualan lokal dengan cool box ditingkatkan menjadi penjualan ke kota dengan mobil pemasaran

Diawali dengan pelatihan pembuatan bakso ikan dan mentoring dari poklasar Lamadang an. Asni Ranga

Pembuatan abon ikan

Dari sekmen lokal ke level kota Bitung, Manado dan sekitarnya

Dari penjualan lokal dengan cool box ditingkatkan menjadi penjualan ke kota dengan mobil pemasaran

Diawali dengan pelatihan pembuatan abon ikan dan mentoring dari UD. Utama Food Processing an. Jonathan Lengkong

(30)

PRODUK

STRATEGI DAN TAHAPAN PELATIHAN INTERVENSI DALAM

INFRASTRUKTUR TAHAP I TAHAP II TAHAP III JENIS

PELATIHAN TAHUN2015 TAHUN2016 TAHUN2017 PERBAIKAN RANGKAIN TRANSPORTASI DI HULU Pemberian mesin katinting Pemberian cool box Pemberian cool box Pelatihan penanganan ikan dilaut Pembuatan RUN PERBAIKAN ALAT ANGKUT Dari perahu diganti dengan mobil Mengguna kan mobil dengan cool box Menggunak an mobil berpendingi n Pelatihan penanganan ikan di darat PERBAIKAN CARA / MODEL PENGANGKUTAN Pengadaan mobil pemasaran Pengadaan mobil pemasaran berpendin gin Pengadaan mobil pemasaran berpendingi n roda 6 Pelatihan pengolahan ikan menjadi produk olahan PERBAIKAN PENYIMPANAN PRODUK Menggunakan

refregerator Menggunakan refregerato r Menggunak an refregerator Pelatihan pengolahan cumi menjadi olahan PERBAIKAN PENYIMPANAN BAHAN BAKU Pemberian Refrigerator di kelompok pengolahan Pemberian Refregerat or di kelompok penangkap an Pemberian Refregerato r di kelompok penangkapa n Pelatihan pembuatan cumi bonless and headless Penyiapan ABF di tingkat kota Penyiapan ABF yang lebih besar di tingkat kota

STRATEGI PERBAIKAN PENGANGKUTAN DAN PENYIMPANAN

Pembangunan / Perbaikan jaringan distribusi

• Perbaikan rangkaian transportasi di hulu (dermaga, jet)

• Perbaikan / Pengadaan alat angkut

• Perbaikan sistem penyimpanan bahan baku (kapasitas besar, menengah atau sejumlah kecil)

• Perbaikan sistem penyimpanan produk (kapasitas besar, menengah atau sejumlah kecil)

3. Penentuan harga

Dalam menentukan harga aka sangat menentukan keberlangsungan usaha kecil, maka diperlukan strategi, dengan memperhatikan orientasi penentuan harga yaitu : a. Penetapan harga berorientasi pada laba

Penetapan harga yang untuk menghasilkan laba paling tertinggi, karena besarnya persaingan, sehingga suatu usaha sering kesulitan dalam memastikan harga yang dapat menghasilkan laba paling besar. Sebagai solusinya para pelaku usaha

(31)

menggunakan pendekatan target laba, yaitu besar laba yang sesuai dengan sasaran laba.

b. Penetapan harga berorientasi pada volume

Penetapan yang berorientasi pada volume, bertujuan menetapkan harga untuk mencapai target volume penjualan atau pangsa pasar tertentu. Biasanya harganya lebih murah, dibandingkan harga yang berorientasi pada laba.

c. Penetapan harga berorientasi pada citra / image

Yaitu penetapan harga yang bertujuan membentuk citra atau image produk dari suatu usaha. Misalnya dengan memberikan harga paling rendah untuk menanamkan image murah pada produk yang Anda tawarkan.

d. Penetapan harga berorientasi pada stabilitas harga

Orientasi pada stabilitas harga bertujuan untuk menjaga kestabilan antara harga

produk suatu usaha dengan harga yang dimiliki para pesaingnya.

Memiliki harga terendah bukan merupakan posisi yang kuat untuk usaha kecil. Pesaing yang lebih besar dengan modal dan kemampuan untuk memiliki biaya operasi yang lebih rendah akan menghancurkan semua usaha kecil yang mencoba untuk bersaing di harga saja.

4. Promosi hasil produk

Dalam mempromosikan hasil produk unggulan CCDP-IFAD, jika produk yang dihasilkan masih pemula, maka harus sadar betul bahwa promosi yang akan dilakukan adalah lebih ditujukan kepada

a. Mengenalkan produk kelompok CCDP-IFAD b. Segmen yang dituju harus dikenali benar

(32)

c. Promosi dilakukan dengan efisien artinya tidak banyak mengeluarkan dan tetapi lebih efektif, kegiatan promosi yang dikembangkan antara lain berupu door to door , mengikuti kegiatan paa tingkat kabupaten, pameran-pameran.

STRATEGI SASARAN

PROMOSI

LOKASI PENYIAPAN

PERALATAN PROMOSI PENJUALAN Restoran, hotel dan

catherinh Kota Bitung, manado dansekitarnya Showcase, frezer

PAMERAN Pengusaha, HORECA,

masyarakat umum Tempat pameran kaiwatumanado, lokasi pameran kota Bitung

Stand display, showcase, frezer

IKLAN Masyarakat umum Tempat strategis di tempat

keramaian atau yang banyak dikunjungi

Baliho, spanduk , bener dll

PEMASARAN LANGSUNG Ibu rumah tangga yang tunggui anaknya (TK, SD)

Sekolah-sekolah Mobil, coolbox,

PEMBUATAN BOOT Masyarakat umum Tempat-tempat strategis seperti depan supermarket, sekolah

Boot tempat pengolahan dan penjualan

KERJASAMA DENGAN BOOT LAIN YANG TELAH ADA

Masyarakat umum Tempat-tempat strategis seperti depan supermarket, sekolah

Boot tempat pengolahan dan penjualan

KERJASAMA DENGAN KANTIN SEKOLAH

Anak-anak sekolah Sekolah-sekolah yang

memiliki kantin sekolah Boot tempat penjualan danpengolahan produk STRATEGI PROMOSI PRODUK

3.4. Rencana Pelatihan

Rencana pelatihan ini mencakup beberapa hal baik terkait dengan produk, pemasaran maupun motivasi antara lain meliputi :

1. Pelatihan peningkatan produksi komoditas 2. Pelatihan produk-produk pengolahan 3. Pelatihan pemasaran

4. Pelatihan pengemasan 5. Pelatihan motivasi

6. Pelatihan lain yang dianggap penting dan perlu

(33)

JENIS PELATIHAN TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017

Peningkatan kapasitas akelompok Bekerjasama dengan bidang kelembagaan DKP

Pelatihan kewirausahaan Awal tahun

Pelatihan peningkatan keterampilan

Awal tahun Awal tahun Awal tahun

Pelatihan pengelolaan keuangan Pertengahan tahun Pertengahan tahun Pertengahan tahun

Pelatihan marketing Akhir tahun Akhir tahun Akhir tahun

Pelatihan peningkatan kualitas produksi

Pertengahan tahun Pertengahan Tahun Pertengahan tahun

Pelatihan jenis-jenis olahan

hasilperikanan Akhir tahun Pertengahan tahun Pertengahan tahun Pertengahan tahun

RENCANA PELATIHAN

3.5. Rencana Pembangunan Infrastruktur

Berdasarkan Rangkaian rantai nilai produk dan strategi pemasaran, maka dapat kita rencanakan kebutuhan pembangunan infrastruktur dan ancar2 perkiraan kebutuhan dana untuk setiap pembangunan infrastruktur, ini penting karena kita dapat

merencanakan sesuai dengan kemampuan dana yang ada, yaitu meliputi : 1. Infrastruktur persiapan produksi antara lain

- Pembangunan RUN - Pembenihan

- Perahu motor katingting - Alat tangkap

- Alat atraktor cumi-cumi

2. Infrastruktur untuk mendukung proses produksi antara lain - Infrastruktur awal

- Peningkatan kualitas, cita rasa, keamanan dan lainya - Peningkatan kualitas kemasan

(34)

3. Infrastruktur untuk mendukung pasca produksi berupa distribusi dan penyimpanan produk

- Jetti, tambat labuh - Alat angkut

- Tempat penyimpanan 4. Infrastruktur pemasaran

- Infrastruktur untuk penjualan rumah niaga / kedai pesisir, tempat penjualan - Alat angkut untuk pemasaran (kendaraan pemasaran)

- Boot tempat penjualan olahan kelompok 5. Infrastruktur untuk promosi

- Peralatan untuk promosi seperti banner - Alat promosi yang bergerak

6. Rencana pembangunan inrastruktur lain yang relevan dan sesuai dengan petunjuk teknis pembangunan infrastruktur dan rantai nilai pemasaran

TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017

INFRA

STRUKTUR PERKIRAANDANA INFRASTRUKTUR PERKIRAANDANA INFRASTRUKTUR PERKIRAANDANA INFRASTRUKTUR PERKIRAANDANA RUN Pembangunan dengan anggaran tahun berjalan Mobil double ban dengan frezer, motor 3 roda untuk distribusi tingkat kota Bitung Untuk mengumpulkan hasil tangkapan kelompok (mobil) Untuk mendistribusik an hasil olahan (motor 3 roda) Showcase di tempat strategis (kantor walikota bitung) Untuk memasarkan hasil olahan Penambahan peralatan rumah produksi Meningkatkan peralatan produksi milik DKP

(35)

3.6 RENCANA AKSI SECARA MENYELURUH

Merupakan perencanaan yang seluruhnya meliputi a. Rencana pemasaran

b. Rencana pembangunan infrastruktur c. Rencana pelatihan

ACTION PLAN TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017

Pembelian peralatan RUN, rumah olahan di DKP, Rumah kemasan di

DKP, peralatan kios mini *

Pembuatan RUN *

Perbaikan kualitas produk olahan * Peningkatan kualitas produksi dan

penjualan produk olahan * *

Perbaikan infrastruktur penunjang

dalam pengolahan * *

Melengkapi sarana penunjang

pemasaran * *

Memperluas pangsa pasar * *

(36)

RENCANA KERJASAMA KEMITRAAN

KEGIATAN YANG PERLU

DIKERJASAMAKAN BERMITRAKEGIATAN YANG SUDAH RENCANA KEMITRAAN

Penjualan produk olahan kelompok

untuk cumi bonless dan headless Sudah tandatangan MoU dengan pakJoseph Palinggi Pengelola RUN Penjualan olahan kelompok Sudah tandatangan Mou dengan LKM

tumou tou Pengelola kios mini

Pembuatan design kemasan hasil

olahan Akan cari designer untuk design dancetak kemasan (tahun 2014 akhir) Rumah kemasan DKP Pembuatan design kemasan cumi

bonless dan headless Akan cari designer untuk design dancetak kemasan (tahun 2014 akhir) Rumah kemasan DKP Pelatihan pembuatan Abon ikana Sudah dilakukan pelatihan pembuatan

abon ikan oleh UD. Utama Food Processing an. Bapak Jonathan Lengkong

Menjadi mentor dan trainer dalam pengolahan abon ikan

Pelatihan pembuatan bakso ikan Sudah dilakukan pelatihan pembuatan bakso ikan tuna, cakalang dan tongkol oleh Poklasar Lamadang an. Ibu Asri Ranga

Menjadi mentor dan trainer dalam pengolahan bakso ikan

Pelatihan pembuatan cakalang fufu Sudah dilakukan pelatihan pembuatan cakalang fufu oleh kelompok Promina an. Bapak Yanto Mandulangi

Menjadi mentor dan training daam pengolahan cakanlang fufu Penjualan produk olahan kelompok

pemasaran dan KUB Sudah melakukan pembicaraan denganFreshmart superstore Sebagai tempat penjualan hasil olahankelompok dan KUB

Pembuatan PIRT Sudah dilakukan penandatanganan MoU

antara Dinas Kesehatan dan Dinas Kelautan dan Perikanan kota Bitung

Pelatihan dan pemberian Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) bagi setiap hasil olahan Poklasar Pemasaran produk kelompok melalui

Pasar Lelang Sudah diikuti oleh konsultan pemasarndan value chain kota Bitung Kelompok akan dihadirkan untukmenawarkan produk langsung bagi konsumen akhir atau penampung besar

Gambar

Gambar 2.  Target pasar yang dituju KUALITAS PRODUK DAN KEMASANSEGMENYANG DITUJU TARGET YANG DITUJU SEGMEN YANG DITUJU POSITIONINGYANG DIPILIH
Gambar 3. Penetapan pilihan positioning produk

Referensi

Dokumen terkait

Sikap disiplin pun perlu ditanamkan dalam diri siswa karena disiplin merupakan suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan

a) Penyelenggara stor hendaklah mencatat barang yang dikeluarkan di dalam Baucar Pengeluaran Barang yang mana mesti ditandatangani oleh penerima barang,

Abstrak — Latar belakang penelitian ini adalah rendahNya hasil belajar mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri 60/II Muara Bungo. Faktor penyebabnya adalah pembelajaran masih

Metode wavelet stasioner, model deret waktu autoregressive dan ANFIS digunakan untuk prediksi strain energi release gempabumi pada penelitian ini.. Dengan metode prediksi

Tujuan dari Penyusunan Perubahan Rencana Strategis Badan Keuangan Dan Aset Daerah Tahun 2016–2021 adalah sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan

Tambahan gaji dibayarkan dengan syarat menjalankan tugas pokok standar dengan baik (1200 poin secara prima) yang dinyatakan dalam Laporan Kinerja Dosen (LKD)

pelanggan terdiri dari dua ukuran yaitu penjual mampu menciptakan hubungan jangka panjang dan penjual melakukan layanan purnajual semisal pemakaian produk layanan yang

peningkatan produktivitas karet kering lima kali lebih tinggi dengan menggunakan klon - klon unggul dibandingkan bahan tanaman.. semaian terpilih dan mas a