• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BAB I BOBY FIRMA OKTAVIA PGSD'14

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BAB I BOBY FIRMA OKTAVIA PGSD'14"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika mempunyai peranan penting bagi perkembangan kognitif siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. Matematika digunakan sebagai ilmu dasar bagi semua ilmu pengetahuan dalam berbagai cabang seperti ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan alam (IPA) tidak terlepas dari peran matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari, karena matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan nyata seperti pada kegiatan menabung dan proses jual-beli, sehingga matematika diajarkan disemua jenjang pendidikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Pengetahuan dan keterampilan yang ada di mata pelajaran matematika perlu dipelajari untuk dapat memecahkan persoalan yang terjadi, baik sekarang maupun yang akan datang.

(2)

dan malas mengikuti pelajaran matematika dengan baik bahkan sampai tidak masuk sekolah karena ada PR matematika yang belum dikerjakan dan takut dihukum oleh gurunya. Kemalasan tersebut dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa yang bisa membuat prestasi belajarnya menurun atau mengecewakan orang tuanya, gurunya dan bahkan dirinya sendiri.

Rendahnya prestasi belajar tersebut terbukti dengan adanya keikutsertaan Indonesia dalam kancah Internasional dilihat dari hasil penilaian Internasional pada survey TIMSS (Trends International Matematics and Science Study) tahun 2011dan PISA (Programme for Internationale

Students Assessment) tahun 2012. Indonesia mendapat ranking 5 besar

terbawah dari berbagai negara yang mengikuti TIMSS 2011 dan PISA 2012. Terbukti dari tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1. Ranking Indonesia dalam TIMSS 2011 dan PISA 2012

TIMSS PISA

Negara Ranking Skor Negara Ranking Skor Korea 1 dari 42 613 Shanghai 1 dari 65 613 Indonesia 38 dari 42 386 Indonesia 64 dari 65 375 Ghana 42 dari 42 331 Peru 65 dari 65 368 Sumber data: IEA 2011 dan OECD 2013

Dari tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan pada pembelajaran matematika di Indonesia sampai saat ini cenderung masih rendah. Perolehan skor Indonesia pada TIMSS tahun 2011 masih dibawah rata-rata wilayah ASEAN, bahkan perolehan skor Indonesia pada PISA tahun 2012 lebih buruk dibandingkan dengan perolehan skor TIMSS tahun 2011.

(3)

Matematics and Science Study (TIMSS) yang dilakukan oleh Frederick K.S.

Leung pada 2003 dalam Okezone (2013) memaparkan ada tiga penyabab utama rendahnya prestasi belajar matematika siswa yaitu lemahnya kurikulum di Indonesia, kurang terlatihnya guru-guru Indonesia serta kurangnya dukungan dari lingkungan dan sekolah. Kurikulum pendidikan matematika di Indonesia belum menekankan pada pemecahan masalah, melainkan pada hal-hal prosedural. Siswa dilatih menghafal rumus, tetapi kurang menguasai penerapannya dalam memecahkan suatu masalah. Objek materi pelajaran yang diberikan guru juga tidak lengkap jika dibandingkan dengan kurikulum internasional. Siswa di Indonesia justru ditekankan untuk dapat menghafal rumus dan seringkali dilarang menggunakan kalkulator dalam mengerjakan soal, baik soal yang mudah maupun soal yag sulit. Padahal dengan penggunaan kalkulator dapat mendorong kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Kurangnya kualifikasi pendidikan dianggap menyumbang jatuhnya peringkat literasi Matematika Indonesia. Faktor lainnya adalah masih minimnya pelatihan dan bimbingan menulis karya ilmiah bagi para guru, kalaupun ada pelatihan, adanya kontrol tentang diseminasi atau aplikasi hasil pelatihan tersebut di kelas pun masih kurang.

(4)

meskipun guru bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan. Kualitas guru yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan yang dirasakan oleh guru tersebut.

Dukungan dari lingkungan dan sekolah juga sangat diperlukan untuk menunjang prestasi belajar siswa. Penggunaan media belajar yang rendah serta kurangnya sarana dan prasarana dapat menghambat proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang sesungguhnya yaitu mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan yang akan dicapainya dan bukan penguasaan pada materi pelajaran. Penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan untuk membentuk tingkah laku siswa.

Kesadaran akan adanya pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah mulai bermunculan. Adanya pendidikan karakter itu mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku siswa pada nilai-nilai atau aturan-aturan tertentu yang terdapat di sekolah, hingga akhirnya tercipta pribadi baik yang tertanam pada diri siswa. Pendidikan karakter diintegrasikan pada semua mata pelajaran di sekolah, salah satunya yaitu mata pelajaran matematika sehingga nantinya karakter yang diharapkan pada setiap mata pelajaran itu bisa tercapai dan siswa dapat mengambangkan potensinya menjadi manusia yang berkarakter.

(5)

dalam menata hidupnya menjadi lebih baik. Sikap kejujuran harus dimiliki oleh siswa sejak dini, sebab dengan memiliki sikap jujur maka siswa tersebut dapat mencegah dari tindakan kebohongan atau menipu orang lain. Peran orang tua sangat penting untuk perkembangan moral anak (siswa), salah satunya yaitu dapat mencontohkan kejujuran pada anaknya dan selalu siap memberi pujian jika anak berbuat jujur, sekecil apapun kejujuran itu. Seorang siswa yang memiliki perilaku jujur selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Disiplin merupakan suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dengan disertai keyakinan dalam melakukan sesuatu hal yang benar bagi dirinya maupun lingkungannya. Sikap disiplin pun perlu ditanamkan dalam diri siswa karena disiplin merupakan suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dengan disertai keyakinan dalam melakukan sesuatu hal yang benar bagi dirinya maupun lingkungannya. Adanya sikap disiplin yang ditanamkan secara terus menerus akan menumbuhkan kesadaran pada diri siswa dalam melakukan serta menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.

(6)

pengaruh sikap kejujuran dan disiplin siswa terhadap prestasi belajar matematika di SD Negeri 1 Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah sikap kejujuran dalam pembelajaran matematika akan mempengaruhi prestasi belajar matematika?

2. Apakah sikap disiplin dalam pembelajaran matematika akan mempengaruhi prestasi belajar matematika?

3. Apakah sikap kejujuran dan disiplin dalam pembelajaran matematika akan mempengaruhi prestasi belajar matematika?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk :

1. Mengetahui pengaruh sikap kejujuran dalam pembelajaran matematika terhadap prestasi belajar matematika.

2. Mengetahui pengaruh sikap disiplin dalam pembelajaran matematika

terhadap prestasi belajar matematika.

(7)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan sebagai :

1. Bahan masukan bagi guru dalam pembinaan sikap kejujuran dan disiplin dalam pembelajaran matematika dengan memperhatikan karakter siswa pada pembelajaran di sekolah khususnya mata pelajaran matematika. 2. Bahan masukan bagi siswa agar menyadari arti pentingnya sikap kejujuran

dan disiplin dalam pembelajaran matematika untuk mencapai prestasi belajar matematika yang maksimal.

3. Bahan pertimbangan bagi sekolah dalam pengelolaan pendidikan untuk

Gambar

Tabel 1.1. Ranking Indonesia dalam TIMSS 2011 dan PISA 2012

Referensi

Dokumen terkait

Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu penulis dalam

Bentuk perlindungan yang diberikan para investor ialah preventif dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan dan pengarahan dalam setiap kegiatan penanaman modal, sedangkan

[r]

Korelasi yang negatif antara abnormal return pada hari t=0 dengan CAR pada hari t+2 pada saham losser menunjukkan bahwa peristiwa yang terjadi pada t=0 merupakan sikap investor

 Langkah pertama dalam metode VAM adalah menghitung opportunity cost (penalty cost) untuk iterasi ke-1 yang dilakukan pada setiap baris dan kolom. Setelah itu dipilih

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI