• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI INTEGRASI PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI INTEGRASI PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA

Muhiddin Palennari

Jurusan biologi, FMIPA, Universitas Negeri Makassar Gunung Sari Baru, Jl. A.P.Pettarani Makassar 90222

e-mail: din.biologi@gmail.com

Abstract: The Integration Potential of Problem Based learning (PBL) with cooperative learning of jigsaw in improving the critical thinking skills of the students. This research aims at finding out the potency of the integration strategy of PBL with cooperative learning of Jigsaw in improving the critical thinking skills of the students. This research belongs to quasi-experimental with pretest-posttest nonequivalent control group design factorial 2x2. The research population is the new student of four study programs: Biology, Biology Education, Chemistry, and Chemistry Education in the faculty of Math and Science UNM in academic years 2011/2012. The research samples selected in two classes, Chemistry Education (N=36) as the experimental class, and Biology class (N=30) as a control class (using conventional strategy). Critical thinking skills consist of interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, and self-regulation. The research data were collected by giving test before and after treatment then analyzed using descriptive and inferential statistics. The research result shows that the strategy of learning has an influence on the critical thinking skills of the students so that the integration strategy of PBL+Jigsaw has more potency to improve critical thinking skills of the students rather than conventional one.

Abstrak: Potensi Integrasi Problem Based Learning dengan Pembelajaran Kooperatif

Jigsaw Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui potensi integrasi PBL dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiwa. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu dengan pretest-postest nonequivalent control group design pola faktorial 2 x 2. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa baru yang tersebar pada 4 program studi yaitu program studi Biologi, pendidikan Biologi, Kimia, dan pendidikan Kimia FMIPA UNM semester ganjil tahun akademik 2011/2012. Sampel penelitian dipilih 2 kelas yaitu program studi Pendidikan Kimia (N=36) sebagai kelas eksperimen sedang program studi Biologi (N=30) sebagai kelas pembanding (konvensional). Keterampilan berpikir kritis yang diukur meliputi interpretasi (interpretation), analisis (analysis), evaluasi (evaluation), inferensi (inference), penjelasan (explanation), dan self-regulation. Data penelitian dikumpulkan dengan pemberian tes sebelum dan setelah perkuliahan dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis mahasiswa, sehingga strategi integrasi PBL+Jigsaw lebih berpotensi meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dibanding strategi pembelajaran konvensional.

Kata kunci: integrasi PBL dengan Pembelajaran kooperatif Jigsaw, kemampuan akademik, keterampilan berpikir kritis

A. PENDAHULUAN

Pendidikan pada saat ini diperhadapkan oleh era pengetahuan yang membutuhkan berbagai modal dan keterampilan intelektual misalnya keterampilan berpikir kritis dan kooperatif yang

harus dimiliki oleh peserta didik. Dimana era tersebut menuntut adanya perbaikan sektor pendidikan pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Perbaikan tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar bisa

(2)

bersaing dalam dunia kerja pada abad XXI. Abad ini lebih dikenal sebagai era ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economic) yang memerlukan adanya paradigma baru pedagogik (Tan, 2003) dan membutuhkan kualitas manusia yang berpendidikan (Tilaar, 2009). Sidi (2001) menyebutnya bahwa paradigma pendidikan berubah dari teaching (mengajar) ke learning (belajar) atau dari pembelajaran teacher

centered ke pembelajaran student centered. Oleh

karena itu pembelajaran perlu dirancang dalam bentuk lingkungan pembelajaran aktif, kolaborasi, self regulated, dan self directed

learning (Tan, 2003).

Tan (2004) menyebutkan bahwa di abad XXI peserta didik perlu memiliki kompetensi metakognisi dan regulasi diri sebagai kunci untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya. Menurut Duch dkk. (1999), beberapa kompetensi yang diperlukan untuk sukses adalah kemampuan untuk (1) berpikir secara kritis, menganalisis dan memecahkan masalah dunia nyata yang komplek, (2) menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan sumber belajar yang sesuai, (3) bekerja sama dalam tim dan kelompok kecil, (4) keterampilan komunikasi lisan dan tertulis secara efektif dan (5) menggunakan pengetahuan konten dan keterampilan intelektual untuk menjadi pebelajar yang terus-menerus. Selanjutnya, Trilling dan Hood (1999) menyebutkan bahwa beberapa keterampilan yang harus dimiliki di era pengetahuan yaitu (1) keterampilan berpikir kritis dan kerja keras, (2) kreativitas, (3) kolaborasi, (4) pemahaman lintas budaya, (5) komunikasi, (6) komputasi, dan (7) karir dan kemandirian.

Kompetensi-kompetensi tersebut di atas misalnya keterampilan berpikir kritis, kerja keras, pemecahan masalah, kolaborasi dan kooperatif belum diberdayakan secara maksimal pada semua jenjang pendidikan termasuk pendidikan tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya (2008) bahwa pembelajaran saat ini kelihatannya peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir, peserta didik diarahkan untuk menghafal informasi dan dipaksa mengingat, serta menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingatnya untuk dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Berbagai pengertian tentang berpikir kritis telah dikemukakan oleh beberap ahli. Berpikir kritis adalah salah satu komponen dalam proses berpikir tingkat tinggi, menggunakan dasar

analisis argumen dan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi untuk mengembangkan penalaran yang kohesif dan logis (Liliasari, 2003).

Menurut Moore dan Parker (1986), Meyer dan Goodchild (1990), Feldman dan Schwartzber, (1990) dalam Takwin, 1997) bahwa berpikir kritis adalah suatu usaha yang aktif dan sistemastis dan masuk akal, mempertimbangkan berbagai sudut pandang untuk memahami dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima, ditolak atau ditangguhkan penilaiannya. Weissinger (2004) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah kesadaran berpikir sendiri

(self-reflection), dan kemampuan (keterampilan dasar)

serta kemauan (kemauan untuk bertanya) untuk mengklarifikasi dan meningkatkan pemahaman yang membantu dalam menarik kesimpulan yang tepat dan membuat keputusan terbaik dalam konteks (basis pengetahuan). Keterampilan kognitif yang merupakan inti dari keterampilan berpikir kritis meliputi; interpretasi (interpretation), analisis (analysis), evaluasi (evaluation), inferensi (inference), penjelasan (explanation), dan self-regulation (Facione, 2010).

Peserta didik dipandang sebagai individu yang unik dan berbeda antara satu dengan yang lainnya memiliki kemampuan berbeda seperti kemampuan akademik dan kemampuan berpikir. Arikunto (2003) menyebutkan bahwa ada peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Selain itu peserta didik dapat digolongkan kedalam kategori pandai, sedang, dan bodoh Nasution (2006). Menurut Sidi (2001), perbedaan kemampuan akademik sangat penting diperhatikan dalam pembelajaran. Kesenjangan antara peserta didik berkemampuan atas dan bawah harus diperhatikan dan diharapkan kesenjangan tersebut semakin diperkecil baik dalam proses maupun hasil akhir pembelajaran (Corebima, 2009). Pembelajaran kooperatif berpengaruh pada keberhasilan belajar peserta didik berkemampuan akademik rendah, akademik sedang, dan akademik tinggi (Amnah, 2009). Andayani (2008) dan Suyanik (2010) menemukan bahwa kemampuan akademik berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan yang diperlukan di era pengetahuan adalah problem based

(3)

disebutkan oleh Duch dkk., (2001) bahwa PBL membantu peserta didik membangun penalaran dan komunikasi agar peserta didik bisa sukses pada abad XXI. PBL memberikan banyak manfaat bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, menemukan dan menggunakan sumber-sumber belajar, mengembangkan kemampuan bekerja kooperatif, dan belajar sepanjang hayat.

Menurut Barell (2010), PBL dapat mempersiapkan peserta didik menjadi inquirers, pemecah masalah, pemikir kritis dan pemikir kreatif dalam menghadapi tantangan yang kompleks. PBL membantu peserta didik mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk sukses di perguruan tinggi dan dunia kerja. PBL adalah sebuah pedagogik dimana masalah menjadi penyebab terjadinya proses berpikir dan belajar (Goh, & Rachel Ong. Tanpa Tahun). PBL menyediakan lingkungan yang sangat baik bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis (Weissinger, 2004). PBL dapat membantu mengatasi defisit dalam berpikir kritis (Tiwari, dkk., 1999). PBL meningkatkan keterampilan berpikir kritis secara signifikan bila dibandingkan dengan pembelajaran tradisional (Dehkordi, 2008) dan PBL mempromosikan keterampilan berpikir kritis (Gurses dkk, 2007). PBL merupakan salah satu strategi yang dapat memberdayakan kemampuan berpikir (Corebima, 2010) dan PBL berpengaruh signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis (Yuan, dkk. 2008).

Tan (2003) menyatakan bahwa pendidikan di abad XXI berkaitan dengan masalah dunia nyata sehingga PBL relevan untuk diterapkan. PBL dapat diaplikasikan di perguruan tinggi karena PBL berbasiskan pada masalah, melibatkan aktivitas berpikir untuk memecahkan masalah, berkorelasi dengan fungsi kognitif yang berisi berbagai macam aktivitas berpikir (Izzaty, 2006). Pada PBL, peserta didik menjadi komunitas pebelajar yang terus-menerus (Duch, dkk., 1999; 2001). Selain itu PBL memanfaatkan intelegensi dari individu, kelompok, dan lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual.

Hasil-hasil penelitian menunjuk-kan bahwa berpikir kritis dipengaruhi oleh strategi pembelajaran (Arnyana, 2004; Andayani, 2008; Warouw, 2008; Muhfaroyin, 2009; Maasawet, 2009, dan Florentina, 2010). Demikian pula hasil-hasil penelitian tentang strategi

pembelajaran kooperatif dan Jigsaw memberikan pengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis. Strategi pembelajaran Jigsaw mendukung pengembangan keterampilan berpikir kritis (Charania dkk., 2001). Pembelajaran biologi dengan strategi PBL dan integrasi PBL dengan STAD berpengaruh terhadap skor kemampuan berpikir kritis (Karmana, 2010).

Dalam PBL peserta didik bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan suatu masalah. Agar kerja kooperatif bisa menjadikan peserta didik bertanggung jawab terhadap masalah yang ditanganinya maka dapat dilakukan pembentukan kelompok kooperatif mengikuti model kelompok pada kooperatif Jigsaw. Strategi pembelajaran

Jigsaw memiliki karakter yang menonjol yaitu

intensitas kerjasama peserta didik dalam kelompok adalah tinggi. Jika sintaks Jigsaw diintegrasikan ke dalam PBL, maka masalah akan dipertanggungjawabkan oleh setiap anggota kelompok asal. Dengan demikian peserta didik memiliki tanggung jawab untuk memberikan tutor sebaya kepada sesama anggota kelompoknya. Menurut Allen dkk. (2001), jika ada beberapa masalah yang akan diselesaikan maka skema kelompok Jigsaw dapat menjadi cara yang efektif agar pembelajaran lebih mendalam sebelum sharing informasi dengan kelompok permanennya (kelompok asal). Pada pembelajaran skema kelompok Jigsaw dengan konteks PBL, peserta didik memulai suatu masalah dalam kelompok permanen kemudian membentuk kelompok baru (kelompok ahli). Integrasi kedua strategi pembelajaran tersebut diharapkan dapat menjadi lebih efektif dalam mengembangkan metakognisi, keterampilan berpikir kritis, penguasaan materi dan retensi mahasiswa.

Berdasarkan rasionalitas, kelebihan dan kelemahan PBL maka dilakukan penelitian strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui potensi integrasi PBL dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa.

B. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan pretest-postest nonequivalent control group design pola

faktorial 2 x 2 (Ary dkk., 1982; Sukardi, 2008; Sugiyono, 2009). Variabel bebas sebagai faktor A adalah integrasi PBL dengan pembelajaran

(4)

kooperatif Jigsaw dan pembelajaran konvensional, sedangkan faktor B yaitu kemampuan akademik atas dan bawah. Variabel terikatnya adalah keterampilan berpikir kritis. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa baru program studi Pendidikan Biologi, program studi Biologi, program studi Pendidikan Kimia, dan program studi Kimia FMIPA UNM semester satu tahun akademik 2011/2012. Sampel penelitian yang terpilih adalah program studi Pendidikan Kimia (N = 36) sebagai kelas eksperimen dan program studi Biologi (N = 30) sebagai kelas pembanding (konvensional). Setiap kelas perlakuan ditentukan mahasiswa berkemampuan akademik atas (N = 32) dan bawah ( N = 34) berdasarkan tes pengelompokan yang dilakukan oleh peneliti. Pembelajaran pada kelas eksperiman menggunakan perangkat pembelajaran integrasi PBL dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw yang telah dikembangkan oleh peneliti Perangkat tersebut terdiri atas silabus, rencana pelaksanaan perkuliahan (RPP), dan lembar kegiatan mahasiswa (LKM). Pembelajaran dilakukan selama 13 kali pertemuan dengan 9 standar kompetensi dalam mata kuliah Biologi Dasar.

Instrumen yang digunakan adalah tes pemahaman konsep Biologi Dasar yang teringerasi dengan keterampilan berpikir kritis dan berbentuk essay terdiri atas 24 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,7553. Keterampialn berpikir kritis yang diukur adalah keterampilan mahasiswa dalam hal:interpretation, analysis,

evaluation, inference, explanation, dan Self-regulation (Facione, 2010).Pengumpulan data

dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial anakova

.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang memiliki rerata nilai keterampilan berpikir kritis tertinggi baik pada

pretest maupun posttest adalah strategi integrasi

PBL+Jigsaw yaitu masing-masing sebesar 21,11 dan 62.01. Kombinasi strategi integrasi PBL+Jigsaw dengan kemampuan akademik atas memiliki rerata nilai keterampilan berpikir kritis tertinggi dibanding kombinasi lainnya baik pada

pretest maupun posttest yaitu masing-masing

23,57 dan 67,36. Demikian pula rerata keterampilan berpikir kritis mahasiswa berkemampuan akademik atas lebih tinggi dibanding dengan rerata nilai keterampilan berpikir mahasiswa berkemampuan akademik bawah baik pretest maupun posttes yaitu masing-masing 22,63 dan 59,17.

Berdasarkan pada Tabel 1, terlihat bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis tertinggi adalah mahasiswa berkemampuan akademik bawah yang dibelajarkan melalui integrasi PBL+Jigsaw yaitu 203,697% dan terendah adalah mahasiswa berkemampuan akademik atas yang dibelajarkan melalui strategi pembelajaran konvensional yaitu 126,925%.

Berdasarkan

kemampuan

akademik,

peningkatan

keterampilan

berpikir

kritis

pada

mahasiswa

Tabel 1. Rerata Pretest, Posttest, dan Selisih Nilai Keterampilan Berpikir Kritis

Strategi Pembelajaran Kemampuan Akademik Rerata Peningkatan (%) Pretest Posttest Integrasi KA 23,57 67,36 185,787 KB 18,66 56,67 203,698 Total 21,11 62,01 193,747 Konvensional KA 21,43 48,63 126,925 KB 16,61 43,96 164,660 Total 18,86 46,14 144,645 Total KA 22,63 59,17 161,467 KB 17,70 50,69 186,384 Total 20,09 54,80 172,773

Keterangan: KA : Kemampuan Akademik Atas KB : kemampuan Akademik Bawah Integrasi : Integrasi PBL+Jigsaw

(5)

Tabel 2. Hasil Uji Anakova Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Akademik terhadap Keterampilan Berpikir Kritis

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 10824.039 a 4 2706,010 28,451 0,000 Intercept 8551,263 1 8551,263 89,907 0,000 Pretest4 5507,742 1 5507,742 57,908 0,000 Strategi 2842,762 1 2842,762 29,888 0,000 K.A 64,574 1 64,574 ,679 0,413 Strategi * K.A 142,731 1 142,731 1,501 0,225 Error 5801,853 61 95,112 Total 214807,901 66 Corrected Total 16625,892 65

berkemampuan akademik atas yaitu 161,467% sedangkan pada mahasiswa berkemampuan akademik bawah yaitu 172,773%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil uji anakova pada strategi pembelajaran diperoleh nilai signifikansi p = 0,000, dimana p < 0.01. Hasil ini berarti bahwa strategi pembelajaran berpengaruh sangat nyata. Ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa“ada perbedaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa antara yang diberi integrasi PBL+Jigsaw dengan yang diberi pembelajaran konvensional”, diterima. Dengan demikian disimpulkan ada pengaruh integrasi PBL+Jigsaw terhadap keterampilan berpikir kritis mahasiswa.

Hasil anakova pada kemampuan akademik dan interaksi strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik diperoleh nilai signifikansi masing-masing p = 0,413 dan p = 0,225, dimana keduanya memiliki p > 0,05. Ini berarti kemampuan akademik tidak berpengaruh nyata. Begipula interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kritis antara mahasiswa berkemampuan akademik atas dengan berkemampuan akademik bawah” dan “tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kritis akibat interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik”, keduanya diterima sehingga disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kritis

antara mahasiswa berkemampuan akademik atas dengan berkemampuan akademik bawah dan Tabel 3. Rerata Terkoreksi Nilai

Keterampilan Berpikir Kritis pada Setiap Variabel Pembelajaran

Strategi

Pembelajaran Mean Std. Error

Integrasi 60,834 1,633 Konvensional 47,524 1,792 KA 55,219 1,776 KB 53,139 1,716 Integrasi-KA 63,352 2,358 Integrasi-KB 58,316 2,309 Konvensional-KA 47,086 2,614 Konvensional-KB 47,963 2,494

tidak ada pengaruh interaksi strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik terhadap keterampilan berpikir kritis mahasiswa.

Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa rerata nilai terkoreksi keterampilan berpikir kritis pada integrasi PBL+Jigsaw sebesar 60,834 dan strategi pembelajaran konvensional sebesar 47,524. Ini berarti rerata terkoreksi nilai keterampilan berpikir kritis pada strategi integrasi PBL+Jigsaw 21,88% lebih tinggi dibanding strategi pembelajaran konvensional. Rerata terkoreksi nilai keterampilan berpikir

(6)

kritis mahasiswa berkemampuan akademik atas sebesar 55,219 dan kemampuan akademik bawah sebesar 53,139. Ini berarti rerata terkoreksi nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa berkemampuan akademik atas 3,77% lebih tinggi dibanding mahasiswa berkemampuan akademik bawah. Rerata terkoreksi nilai keterampilan berpikir kritis pada masing-masing interaksi strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik secara berurutan mulai dari terendah ke tertinggi adalah adalah: (1) interaksi pembelajaran konvensional-KA 47,086; (2) interaksi pembelajaran konvensional-KB 47,963; (3) interaksi integrasi PBL+Jigsaw-KB 58,316; dan (4) interaksi integrasi PBL+Jigsaw-KA 63,352. Berdasarkan rerata nilai tersebut terlihat bahwa interaksi integrasi PBL+Jigsaw-KA memiliki rerata terkoreksi nilai keterampilan berpikir kritis tertinggi dan interaksi strategi pembelajaran konvensional-KB memiliki rerata nilai terendah.

Berdasarkan hasil anakova pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan sangat nyata keterampilan berpikir kritis mahasiswa antara yang dibelajarkan strategi integrasi PBL+Jigsaw dengan yang dibelajarkan strategi pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis mahasiswa.

Selanjutnya rerata nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang dibelajarkan dengan strategi integrasi PBL+Jigsaw lebih tinggi dari rerata nilai keterampilan berpikir mahasiswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran konvesional. Dengan demikian disimpulkan bahwa strategi integrasi PBL+Jigsaw lebih berpotensi meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dibanding strategi pembelajaran konvensional. Hasil-hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilaporkan bawah strategi pembelajaran berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis (Arnyana, 2004; Andayani, 2008; Warouw, 2008; Muhfaroyin, 2009; Maasawet, 2009, dan Florentina, 2010). Amnah (2009) melaporkan bahwa pembelajaran kooperatif berpengaruh pada keberhasilan belajar peserta

didik berkemampuan akademik rendah, akademik sedang, dan akademik tinggi.

Adanya pengaruh strategi integrasi PBL+Jigsaw disebabkan karena adanya sintaks pembelajaran yang telah dikembangkan oleh peneliti. Sintaks tersebut memadukan sintaks PBL dengan sintaks Jigsaw. Kedua strategi pembelajaran tersebut sudah terbukti berpenagruh keterampilan berpikir kritis sehingga jika sintaks keduanya dipadu akan menjadikan strategi tersebut lebih berpotensi meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Pola kerja kelompok dalam strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw yang disisipkan ke dalam sintaks PBL menyebabkan intensitas kerjasama menjadi tinggi dan tanggung jawab individu terbentuk pada integrasi keduanya. Perpaduan tersebut menjadikan integrasi PBL+Jigsaw lebih unggul dibanding pembelajaran konvensional.

Pada strategi integrasi PBL+Jigsaw, mahasiswa mendapatkan permasalahan yang sama pada saat berada dalam kelompok asal, kemudian masing-masing anggota kelompok bergabung dengan anggota kelompok lainnya membentuk kelompok ahli untuk membahas permasalahan tersebut. Selanjutnya diakhiri dengan adalah tahap penghargaan kepada kelompok. Menurut Hulten dan DeVries (1975) dalam (Slavin, 2010) bahwa pemberian penghargaan kelompok membuat peserta didik menyadari diri atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya sehingga setiap anggota kelompok sadar bahwa teman sekelompoknya menginginkan mereka belajar dan saling membelajarkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab individu untuk menguasai permasalahan dan mengajarkan kepada sesama anggota kelompoknya. Kegiatan seperti ini membuat mahasiswa dapat berpikir lebih banyak untuk mengembangkan kemampuan menganalisis, mengeksplanasi, menginterpretasi, dan menginferensi permasalahan yang sedang mereka bahas karena jika mahasiswa tidak melakukan aktivitas tersebut dengan serius maka mahasiswa tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai tutor ketika kembali ke kelompok asalnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Susilo (2005) bahwa strategi pembelajaran Jigsaw memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi “ahli” sehingga dalam diri peserta didik terdapat ciri dan proses berpikir. Adanya keinginan mahasiswa menjadi “ahli” menyebabkan

(7)

mahasiswa berusaha untuk menguasai permasalahan.

Tingginya nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang dibelajarkan dengan integrasi PBL+Jigsaw tentu tidak lepas dari keunggulan kedua strategi tersebut. Sebagaimana disebutkan lebih lanjut tentang peranan PBL dan Jigsaw pada pengembangan keterampilan berpikir kritis. PBL dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis (Weissinger, 2004 Sungur dan Ceren, 2006; Yuan dkk.,2008). PBL dapat membantu mengatasi defisit dalam berpikir kritis (Tiwari, dkk. 1999). Pembelajaran biologi dengan strategi PBL dan integrasi PBL dengan STAD berpengaruh terhadap skor kemampuan berpikir kritis (Karmana, 2010). Selain itu, PBL dapat mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan (Akcay, 2009). PBL memungkinkan peserta didik berpartisipasi untuk belajar dan menghadapi situasi pemecahan dalam kerja kelompok kecil selama proses pembelajaran (Yuan dkk, 2008). Menurut Hmelo-Silverm (2004) adalah PBL menjadi kolaborator efektif; dan menjadi motivasi intrinsik untuk belajar. Demikian pula Tan (2004) menyebutkan tujuan PBL adalah untuk membuat peserta didik belajar sepanjang hayat.

PBL mengutamakan self-directed

learning, sehingga memiliki tanggung jawab

penuh untuk mencari informasi dan pengetahuan (Tan, 2003). PBL membantu peserta didik menjadi pebelajar seumur hidup, sehingga untuk mencapai tujuan ini, keterampilan self-directed

learning adalah suatu keharusan (Gassner, 2009).

Demikian pula, strategi pembelajaran Jigsaw mendukung pengembangan keterampilan berpikir kritis (Charania dkk., 2001) dan berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir kreatif (Miranda, 2008). Sanjaya (2008) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif dapat menambah kemampuan berpikir peserta didik. Adanya kegiatan diskusi dan saling berargumentasi pada Jigsaw akan memunculkan perluasan dan konflik kognitif pada peserta didik, akibatnya peserta didik terbiasa berpikir (Lie, 2008; Slavin, 2010)

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kritis antara mahasiswa berkemampuan akademik atas dengan kemampuan akademik bawah. Begitupula dengan interaksi antara

strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik. Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Muhfahroyin (2009) bahwa tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kritis antara siswa berkemampuan akademik atas dengan siswa berkemampuan akademik bawah dan juga tidak ada pengaruh interaksi strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik terhadap keterampilan berpikir kritis. Artinya mahasiswa yang berkemampuan akademik atas dan mahasiswa berkemampuan akademik bawah memiliki nilai keterampilan berpikir kritis yang sama setelah dilakukan pembelajaran. Hal ini bisa terjadi karena mahasiswa berkemampuan akademik bawah berusaha untuk menguasai permasalahan secara lebih dalam agar mereka bisa menjadi tutor dalam kelompoknya. Sebagaimana disebutkan bahwa aktivitas mahasiswa yang paling penting pada pembelajaran integrasi PBL+Jigsaw adalah semua anggota kelompok memiliki tanggung jawab individu untuk menjadi ahli agar mereka dapat menjadi tutor pada saat kembali kelompok asalnya.

Strategi pembelajaran integrasi PBL+Jigsaw menjadikan mahasiswa berkemampuan akademik bawah menyamai keterampilan berpikir kritis mahasiswa berkemampuan akademik atas. Sebagaimana yang disebutkan oleh Sanjaya (2008) bahwa strategi pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam pembelajaran menghendaki seluruh peserta didik memperoleh keberhasilan dalam belajar. Artinya pada strategi integrai PBL+Jigsaw, bukan hanya mahasiswa berkemampuan akademik atas yang memperoleh keberhasilan belajar tetapi juga mahasiswa berkemampuan akademik bawah. Hal ini diperkuat oleh temuan penelitian dimana persentase peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa berkemampuan akademik bawah lebih besar dibandingkan mahasiswa berkemampuan akademik atas. Tidak adanya perbedaan tersebut disebabkan karena pembentukan kelompok yang heterogen antara mahasiswa berkemampuan akademik atas dan bawah. Menurut Slavin (2010), kelompok yang heterogen dapat saling menguntungkan antara peserta didik berkemampuan akademik tinggi dan rendah.

(8)

D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penilitan dan pembahasan, disimpulkan bahwa (1) strategi pembelajaran berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis mahasiswa berkemampuan akademik berbeda, sehingga strategi integrasi PBL+Jigsaw lebih berpotensi meningkatkan keterampilan berpikir mahasiswa, (2) Tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa berkemampuan akademik atas dengan mahasiswa berkemampuan akademik bawan, dan (3) tidak ada pengaruh interaksi

strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik terhadap keterampilan berpikir kritis. Dari hasil penelitian ini disarankan agar pengajar dapat menerapkan pembelajaran integrasi PBL+Jigsaw supaya (1) keterampilan berpikir kritis mahasiswa dapat tumbuh dan berkembang dan (2) keterampilan berpikir kritis mahasiswa berkemampuan akademik bawah dapat menyamai mahasiswa berkemampuan akademik atas.

E. DAFTAR PUSTAKA

Akcay, B. 2009. Problem-Based Learning in Science Education. Journal of Turkish Science Education. Vol 6 (1): 26 -36.

Allen, D.E., Duch, B.J., and Groh S.E. 2001. Strategies for Using Groups. In Duch. B.J et. (ed). The Power of

Problem Based Learning: A Practical “How To” for Teaching Undergraduate Courses in Any Discipline. Sterling: Stylus Publishing.

Amnah, S. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif TPS,

Jigsaw, Kombinasi dengan Strategi Metakognitif dan Kemampuan Akademik terhadap Kesadaran Metakognitif, Keterampilan Metakognitif, dan Hasil Belajar Kognitif Siswa di SMA Negeri Kota Pekan Baru Riau. Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang:

PPS Universitas Negeri Malang.

Andayani. 2008. Pengaruh penerapan strategi pembelajaran think pair share terhadap hasil belajar kognitif, ketrerampilan metakognitif, kemampuan berpikir kritis, dan respon siswa kelas XII di MAN 3 Malang. Tesis Tidak Diterbitkan.

Malang: PPS Universitas Negeri Malang.

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arnyana, I.B.P. 2004. Pengembangan Perangkat Model

Belajar Berdasarkan Masalah Dipadu Strategi Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA pada Pelajaran Ekosistem.

Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang.

Barel, J. 2010. Excerpts from “Problem-Based Learning:

The Foundation for 21st Century Skills”, (Online),

(http:// www.morecuriousminds.com /docs/ 21stCSummary2.pdf), diakses pada tanggal 13 Desember 2010.

Charania, N.A.M.A., Farida K. and Shanaz C. 2001. Playing Jigsaw: a Cooperative Learning Experience. Journal

of Nursing Education. Vol. 40 (9): 420 - 421.

Corebima, A.D. 2009. Jadikan Peserta Didik Pebelajar Mandiri. Makalah. Disampaikan pada Seminar di UNM pada tanggal 19 Desember 2009.

Corebima, A.D. 2009. Pengalaman Berupaya Menjadi

Guru Profesional. Pidato Pengukuhan Guru Besar

dalam Bidang Genetika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang, 30 Juli 2009.

Corebima, A.D. 2010. Berdayakan Keterampilan Berpikir

Selama Pembelajaran Sains Demi Masa Depan Kita. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional

Sains di Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 16 Januari 2010.

Dehkordi, A.H. and Saeed, M. H. 2008. The Effects of Problem-Based Learning and Lecturing on The Development of Iranian Nursing Students’ Critical Thinking. Pak J Med Sci. Volume 24 (5):740-43. Duch, B.J., Allen, D.E. & White, III H. B. 1999.

Problem-Based Learning: Preparing Students to Succeed in the 21st Century. (Online), (http://teaching.polyu.edu.hk/ datafiles/ L62.pdf), diakses tanggal 13 Desember 2010.

Duch, B.J, Susan E.Groh, and Debora.E.Allen. 2001a. The

Power of Problem Based Learning: A Practical “How To” for Teaching Undergraduate Courses in Any Discipline. Sterling: Stylus Publishing.

Duch, B.J, Susan E.Groh, and Debora.E.Allen. 2001b. Why Problem-Based Learnin. In Duch. B.J et. (ed). The

Power of Problem Based Learning: A Practical “How To” for Teaching Undergraduate Courses in Any Discipline. Sterling: Stylus Publishing.

Facione. 2010. Critical Thinking: What It Is and Why It

Counts, (Online),

(http://www.insightassessment.com/pdf_files/what %26why2006.pdf), diakses tanggal 28 September 2010.

Florentina. 2010. Pembelajaran metakognitif pada strategi

pembelajaran kooperatif TAI (Team Assisted Individualization) dan pengaruhnya terhadap keterampilan metakognitif, kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif sains biologi pada siswa SMP swasta di kota Kupang. Tesis Tidak

Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang.

Gassner, L. 2009. Developing Metacognitive Awareness: Modified Model of a PBL-Tutorial. Thesis. Malmo University.

Goh, K & Rachel Ong. Tanpa Tahun. A Problem-Based

Thinking Programme. (Online), (http://www.myrp.sg/ced/research/papers/

pbl_thinking_ programme.pdf), diakses tanggal 5 Pebruari 2011.

Gurses, A. et.al 2007. An Investigation Into the Effectiveness of Problem-Based Learning in a Physical Chemistry Laboratory Course. Research

(9)

in Science & Technological Education, 25(1),

99-113.

Hmelo-Silverm, Cindy E. 2004. Problem-Based Learning: What and How Do Students Learn? Educational

Psychology Review, Vol. 16 (3): 235-266

Izzaty, R.E. 2006. Problem Based Learning dalam Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Paradigma. Vol. 1 (01): 77 – 83

Karmana, I. W. 2010. Pengaruh Strategi PBL dan

Integrasinya dengan STAD terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah, Kemampuan Berpikir Kritis, Kesadaran Metakognitif dan Hasil Belajar Kognitif Biologi pada Siswa SMA Negeri 4 Mataram. Tesis

Tidak Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang.

Lie, A. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan

Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.

Jakarta: Grasindo.

Liliasari. 2003. Peningkatan Mutu Guru dalam Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Melalui Model Pembelajaran Kapita Selekta Kimia Sekolah Lanjutan.Jurna Pendidikan Matematika dan Sains. Edisi III Tahun VIII, hal: 174 -181.

Maasawet, E. T. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran

Kooperatif Snowballing dan Numbered Heads Together (NHT) pada Sekolah Multietnis terhadap Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil Belajar Kognitif Sains Biologi dan Sikap Sosial Siswa SMP Samarinda. Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang:

PPS Universitas Negeri Malang.

Miranda, Y. 2008. Pembelajaran metakognitif dalam

strategi kooperatif think-pair-share dan Jigsaw serta pengaruhnya terhadap hasil belajar biologi siswa di SMA Negeri Kalimantan Tengah. Disertasi

Tidak Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang.

Muhfahroyin. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran

Integrasi STAD dengan TPS dan Kemampuan Akademik terhadap Hasil Belajar Kognitif Biologi, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Keterampilan Proses Siswa SMA Di Kota Metro. Disertasi Tidak

Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang.

Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses

Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Sanjaya, W. 2008. Startegi Pembelajaran Standar

Berorientasi Standar Proses. Jakarta: Kencana

Predana Media Group.

Slavin, R.E. 2010. Cooperative Learning: Teori, Riset dan

Praktik. Terjemahan Oleh Narulta Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Sidi, I.D. 2001. Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi

dan Praktiknya. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Sungur, S. and Ceren, T. 2006. Effect of Problem Based Learning and Traditional Instruction on Self-Regulated Learning. The Journal of Educational

Research. Vol. 99 No. 5: 307-317.

Susilo, H. 2005. Pembelajaran Kooperatif Jigsrnv II sebagai Strategi Pemberdayaan berpikir dalam Pembelajaran IP A Biologi.

Makalah disajikan dalam rangka Pelatihan Pemberdayaan Berpikir pada Pembelajaran IPA Biologi dalam rangka

RUKK VA di Malang, 25 Juli 2005.

Suyanik. 2010. Pengaruh Penerapan Pola Pemberdayaan

Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) dengan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Strategi ARIAS terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kognitif pada Siswa Kelas X SMA Laboratorium UM Malang. Tesis Tidak

Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang.

Takwin, B. 1997. Sekilas tentang Berpikir Kritis,(Online).(http://www.

staff.ui.ac.id/internal/.../material/metodedanindikans berpikirkritis.doc),diakses tanggal 2 oktober 2010. Tilaar, A.R. 2009. Membenahi Pendidikan Nasional.

Jakarta: Rineka Cipta.

Tan, O.S. 2004. Cognition, Metacognition, and Problem

Based Learning. In Tan, OOn Seng (Ed). Enhancing

Thinking through Problem Based Learning Approaches. Singapure: Thomson.

Tan, O.S. 2003. Problem Based Learning Innovation. Using

Problem to Power Learning in the 21st Century.

Singapure: Cengage Learning Asia Pte. Ltd. Tiwari, A., et.al. 1999. Enhancing Students’ Critical

Thinking Through Problem-Based Learning. In J. Marsh (Ed.) Implementing Problem Based Learning

Project: Proceedings of the First Asia Pacific Conference on Problem Based Learning (pp.75-86).

Hong Kong: The University Grants Committee of Hong Kong, Teaching Development Project. (Online),(http://teaching.polyu.edu.hk/datafiles/ R93.pdf), diakses tanggal 5 Pebruari 2011. Trilling, B and P. Hood, 1999. Learning, Technology, and

Education Reform in the Knowledge Age or " We 're Wired, Webbed, and Windowed, Now What?

Educational Technology. May-June. 5 – 18.

Warouw, Z. W. M. 2009. Pengaruh pembelajaran

metakognitif dengan strategi cooperative script, dan reciprocal teaching pada kemampuan akademik berbeda terhadap kemampuan dan keterampilan metakognitif, berpikir kritis, hasil belajar biologi siswa, serta retensinya di SMP Negeri Manado.

Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang.

Weissinger, P.A. 2004. Critical Thinking, Metacognition, and Problem Based Learning. In Tan Oon Seng (ed).

Enhancing Thinking through Problem Based Learning Approaches. Singapure: Thomson.

Yuan, H., et.al. 2008. Promoting Critical Thinking Skills Through Problem-Based Learning. Journal of social

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini variabel kelengkapan produk, mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. Dalam hal ini yang dapat dilakukan oleh

Layanan informasi ini sangat penting, mengingat bahwa siswa kurang memahami materi tentang tata tertib dan materi yang disampaikan tidak keseluruhan, sehingga

Perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut pentingnya suatu sistem informasi manajemen yang efektif dan efisien sehingga mempermudah pengambilan

Oleh karena itu, tidak setiap ijtima’(konjungsi) akan terjadi gerhana Matahari begitu pula tidak setiap istiqbal(oposisi) akan terjadi gerhana Bulan. Gerhana

Dari pengukuran morfometrik yang telah dilakukan didapat panjang kepala 4,24 mm bagian dari panjang total, panjang kepala 3,27 mm dari panjang standar, diameter mata 3,33 mm

Penelitian ini dilakukan karena rendahnya tingkat keterampilan berbicara materi do you have a pet saat wawancara dengan guru bahasa Inggris dan

Penyuluhan perilaku merokok di dalam rumah dan kejadian penyakit TB paru dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat diutamakan pasien penderita penyakit TB paru di

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Suhu dan Lama