19 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1. Landasan Teori
4.1.1. Teori Branding
Kata branding berasal dari kata brand. Brand dan branding menurut Alina Wheeler dalam bukunya yang berjudul "Designing Brand Identity : An essential guide for the whole branding team", adalah sebagai berikut:
- Brand
Sebuah janji, sebuah ide besar, dan sebuah ekspektasi yang ada di setiap pikiran konsumen tentang sebuah produk, jasa, atau perusahaan.
- Branding
Sebuah hubungan emosional yang bisa membuat konsumen jatuh cinta dengan suatu brand, sehingga para konsumen yakin, menimbulkan suatu loyalitas, membelinya, dan percaya akan kualitasnya.
Brand identity adalah sesuatu yang nyata (tangible) dan menarik bagi indera. Anda dapat melihatnya, menyentuhnya, menggenggamnya, mendengarnya, melihatnya bergerak Brand identity membuat pengakuan, menguatkan diferensiasi, dan membuat ide-ide besar dan makna dapat ditemukan. Brand identity mengambil elemen berbeda dan menyatukan mereka ke dalam sistem secara keseluruhan.
4.1.2. Teori Logo
Menurut Surianto Rustan pada bukunya ‘Mendesain LOGO’ (2009, p13), Logo (logotype) diartikan sebagai tulisan nama entitas yang didesain secara khusus dengan menggunakan teknik lettering atau memakai jenis huruf tertentu.
Pada perkembangannya orang membuatnya makin unik/berbeda satu sama lain. Mereka mengolah huruf itu, menambahkan elemen gambar, bahkan tulisan dan gambar berbaur menjadi satu, dan semua itu masih banyak yang menyebutnya logotype.
Sedangkan logo adalah penyingkatan dari logotype. Logo bisa menggunakan elemen apa saja: gambar, tulisan, logogram, ilustrasi, dan lain-lain. Banyak juga yang mengartikan logo adalah elemen
gambar/simbol identitas visual. Fungsi sebuah logo adalah:
• Identitas diri, untuk membedakannya dengan identitas milik orang lain. • Tanda kepemilikan, untuk membedakan miliknya dengan milik orang
lain.
• Tanda jaminan kualitas.
• Mencegah peniruan / pembajakan.
Kriteria logo yang baik menurut Siebert dan Ballard, antara lain adalah:
• Memiliki arti
• Mencerminkan image positif dari perusahaan tersebut • Memberikan diferensiasi dari kompetitornya
• Bersifat fleksibel sehingga dapat diterapkan dalam semua aplikasi yang dibutuhkan dengan berbagai ukuran yang berbeda
• Logotype harus mudah dibaca dalam berbagai ukuran • Logogram harus mudah diartikan oleh setiap orang
• Cocok diterapkan dalam dasar warna hitam putih maupun warna Pembagian logo secara sederhana terbagi menjadi dua bagian, yakni nama brand (logotype) dan lambang (logogram). Pada logotype, nama perusahaan digunakan sebagai logo utama dimana logo tersebut dibuat dari huruf khususnya bergaya tipografi yang digunakan secara konsisten. Sedangkan logogram merupakan symbol visual yang dapat
merepresentasikan suatu perusahaan secara konsisten. Selain sebagai logotype dan logogram, sebuah logo dapat pula terdiri dari gabungan keduanya.
John Murphy dan Michael Rowe dalam bukunya How to Design
Trademark and Logos, menggolongkan logo dalam beberapa jenis, antara lain:
1. Name Only Logo
Adalah logo yang diambil sebuah nama, dengan menggunakan gaya grafis khusus. Logo jenis ini member ketegasan dan pesan langsung kepada konsumen. Contohnya logo Yves Saint Laurent, Sony, Panasonic, Nikon, Xerox, dan lain – lain.
2. Name / Symbol Logo
Yaitu logo yang terdiri dari nama perusahaan atau produk dengan gaya tipografis yang berkarakter kuat, tersusun dari bentuk – bentuk grafis seperti oval, kotak atau lingkaran. Sebagai contoh adalah logo Ford, Du Pont, Hertz dan lain – lain. Kelebihan logo jenis ini adalah pada bentuknya yang ringkas dan fleksibel karena jenis logo ini sepertinya mampu berdiri sendiri.
3. Intial Letter Logo
Yaitu logo yang menggunakan huruf awal atau inisial dari nama produk atau perusahaan dan menjadikannya sebagai elemen utama logo tersebut. Logo jenis ini terkadang menunjukan gabungan nama pemilik perusahaan. Contohnya adalah logo BCA, Hewlett-Packard, IBM, RCTI dan lain – lain.
4. Pictorial Name Logo
Adalah logo yang menggunakan nama produk atau organisasi sebagai komponen penting dari gaya logo, dimana secara keseluruhan logo ini memiliki gaya yang sangat khusus. Perusahaan yang menggunakan logo ini biasanya perusahaan yang sudah cukup terkenal seperti Coca Cola, Kodak, McDonald, Rolls Royce dan lain – lain. Karena kuatnya image perusahaan/produk yang memakai logo ini, maka bila terjadi peniruan logo tersebut oleh perusahaan lain maka citra yang dihasilkan akan tetap
5. Associative Logo
Yaitu logo yang berdiri bebas yang biasanya tidak memuat nama produk atau perusahaan, tetapi memiliki asosiasi langsung dengan nama, produk atau wilayah aktifitasnya. Contohnya logo perusahaan minyak Shell yang menunjukkan gambar kerang sebagai asosiasi dari fosil
penghasil minyak, kemudian logo 20th Century Fox yang menggambarkan gemerlap dan megahnya dunia perfilman dan masih banyak lagi. Jenis logo ini mempunyai daya tarik kuat dan mudah untuk dipahami.
6. Allusive Logo
Yang dimaksud dengan allusive logo adalah logo yang bersifat kiasan. Logo jenis ini memiliki hubungan yang tidak langsung antara nama dengan logonya sehingga logo jenis ini sulit untuk dipahami, dan
memerlukan waktu lebih agar orang bisa memahami apa maksud dari logo yang bersangkutan. Contohnya logo Mercedez Benz yang terdiri dari bentuk bintang segitiga yang merepresentasikan dari system kemudi mobil, bentuk A pada perusahaan penerbangan Alitalia yang dihasilkan dari bentuk ekor pesawat yang berfungsi sebagai penyeimbang dan lain sebagainya.
7. Abstract Logo
Merupakan logo yang memiliki bentuk visual yang abstrak. Logo jenis ini dapat menimbulkan beragam persepsi pemahaman tergantung dari daya pemahaman konsumen. Contohnya logo Citroen, Bakrie Brothers dan sebagainya. Kelebihan jenis dari logo ini adalah kemamampuannya untuk tampil dalam bermacam – macam variasi dan sangat orisinil sehingga mampu meminimalisasikan terjadinya kemiripan sebuah logo dengan logo lainnya. Namun kekurangannya logo ini menjadi sukar dipahami oleh konsumen karena bentuknya yang abstrak, membuat konsumen tidak mengerti sepenuhnya makna yang terkandung dalam logo tersebut. 4.1.3. Teori Tipografi
Menurut Danton Sihombing , dalam bukunya "Tipografi dalam Desain Grafis" mengungkapkan bahwa proses perancangan dengan menggunakan huruf merupakan tahapan yang paling menentukan dalam solusi masalah tipografi, seorang desainer akan bertindak sebagai komunikator visual yang memiliki berbagai peluang mengontrol setiap keputusan kreatif yang dapat memperkuat efektivitas dan efisiensi dari sebuah pesan yang akan disampaikan kepada penerima
Menurut Rob Carter, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam tipografi diantaranya adalah:
1.Readibility (keterbacaan)
Merupakan tingkat atau level dimana sebuah tulisan dapat dipahami atau dibaca dengan mudah berdasarkan kompleksitas penggunaan kata-kata dan kalimat.
Clearity adalah hal yang paling penting dalam memilih jenis huruf, yaitu tipgrafi yang menolong orang untuk membaca atau justru menyusahkan.
3. Visibility (dapat dilihat)
Pemakaian tipe huruf harus disesuaikan dengan komposisi yang baik.
4. Legibility
Merupakan kejelasan visual dari penulisan teks, biasanya berdasarkan ukuran, jenis huruf, kontras, text block, dan spasi antar huruf yang
digunakan. 4.1.4. Teori Warna
Menurut William Lidwell, Krtina Holden dan Jill Buttler dalam buku Universal Principles of Design, warna digunakan dalam design untuk menarik perhatian, mengelompokkan elemen, mengindikasi maksud, dan menciptakan pesona estetika. Warna memiliki kemampuan untuk membuat design lebih menarik secara visual dan estetika, dan dapat mengubah tatanan dan arti dari elemen design. Apabila di aplikasikan dengan tidak benar, warna dapat mengganggu bentukan dan fungsi dari desain.
Warna mempunyai kekuatan untuk menciptakan emosi,
mengekspresikan kepribadian, serta memacu ingatan untuk memberikan sensasi Menggunakan wana yang tepat dalam bidang desain grafis merupakan sesuatu yang cukup rumit, hal ini disebabkan warna
mempunyai konotasi yang berbeda disetiap kebudayaan dan masyrakat yang berbeda. Seperti dikatakan oleh Henry
Dreyfuss, bahwa warna digunakan dalam simbol-simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut.
Warna juga dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu terang, sedang, gelap
dan sebagai pertimbangan dari daya lihat target audience, maka daya pantul
cahaya dapat dinilai sebagai berikut :
• Warna terang adalah warna yang disukai muda-mudi, yang dapatmembuat produk menjadi lebih besar dan lebih dekat ke mata • Warna keras/ hangat seperti merah, orange, kuning, warna-warna ini dapat menjadi daya tarik dan dampak sangat besar, dan sangat tepat diaplikasikan pada media
• Warna lembut/dingin seperti hijau dan biru, warna ini sangat dinamis dan cocok untuk produk-produk tertentu
• Warna tua, seperti coklat dan hitam, warna ini harus dikomposisikan dengan warna yang tingkat pantulnya tinggi serta latar belakang yang harus diletakkan dengan warna yang lebih kontras.
4.1.5. Teori Layout
Sebuah layout yang baik dalam desain komunikasi visual adalah menuangkan pengolahan bahan tulisan dan seni (foto, ilustrasi atau gambar lainnya) pada suatu bidang kerja. Layout yang baik dapat berfungsi dengan benar apabila ada perencanaan yang akan dilakukan, penentuan tujuan dari karya, penentuan target audiens, perencanaan kemana atau dimana akan
ditempatkan dan bagaimana cara pendistribusiannya. Layout yang baik dan benar dapat mengarahkan dan menggambarkan rentetan informasi untuk dipahami.
Menurut Frank. F. Jefkin ada beberapa dasar yang dapat ditemukan dalam merancang sebuah layout, yaitu:
a. The law of unity, harus dirancang sedemikian rupa dan headline, subheadline, ilustrasi, teks, slogan, logo dan sebagainya. Sehingga menghasilkan sebuah kesatuan komposisi yang baik dan sedap di mata. b. The law of variety, untuk menghindari kesan monoton, harus dibuat beberapa variasi perancangan sebuah iklan. Misalnya tipis tebalnya sebuah huruf, juga besar kecilnya huruf yang digunakan.
c. The law of harmony, juga untuk menghilangkan kesan monoton, harus dirancang agar terkesan harmonis. Hal ini dapat diasosiasikan dengan wajah manusia, wajah akan terlihat aneh bila terdapat 3 mata dan 2 hidung. d. The law of rhytm, sebaiknya mata pembaca dalam melihat sebuah iklan sebaiknya bergerak wajar. Disamping itu sebaiknya dimulai dengan Headline, subheadline, teks, ilustrasi hingga nama produk dan alamat. e. The law of proportion, buku, majalah , koran, katalog akan terlihat menarik apabila salah satu ukuran sisi satu lebih panjang. Jadi tidak terlihat kaku.
f. The law of scale, perpaduan gelap terang pada warna akan menghasilkan sesuatu yang kontras. Dapat digunakan untuk memberikan penekanan pada layout agar terlihat lebih menarik.
g. The law of balance, suatu keseimbangan dapat dicapai bila unsur-unsurnya diatur secara sepadan, serasi dan selaras. Terdapat 2 jenis keseimbangan, yaitu:
• Formal balance (simetris) apabila unsur-unsur bentuknya sama persis pada kedua sisi dari garis poros tengah ruang layout.
• Informal balance (asimetris) apabila unsur-unsur bentuknya sedikit tidak sama persis pada kedua sisi dari garis poros tengah ruang layout. 4.1.6. Visual Identity Manual
Menurut Mendiola B. Wiryawan, dalam buku kamus branding, Visual Identity Manual adalah panduan tata cara pemakaian elemen visual/design agar dicapai kesatuan dan kesamaan presepsi identitas visual sebuah brand.
Visual Identity manual dapat berupa buku, CD-ROM, e-book, dan website. Istilah lainnya adalah Graphic Standard Manual, Graphic Standard Guidelines, Brand Identity Manual, Visual Guidelines.
Dalam perancangan identitas visual brand destination “Pulau Bawean” membutuhkan sebuah panduan untuk menjaga konsistensi identitas visualnya supaya tidak melenceng dari karakter desain. Lebih jauh, panduan ini diperlukan untuk mencegah perubahan desain, sehingga tercipta Brand Harmonization.
Brand Harmonization adalah sinkronisasi seluruh elemen pada identitas brand di seluruh lini produk/layanan dan pasar. Hal ini untuk memastikan bahwa semua produk dalam jajaran brand tertentu memiliki nama, identitas visual yang konsisten, dalam positioning tertentu.
4.2. Strategi Kreatif
4.2.1. Strategi Komunikasi 4.2.1.1. Profil Target
Demografi
• Jenis Kelamin : Pria dan wanita • Usia : 24 – 50 tahun • Kelas Sosial : A – B
• Pekerjaan : Karyawan, pelajar, profesional, fotografer, jurnalis, manajer, traveler, dll
• Penghasilan : > Rp 5.000.000 Geografi
• Wisatawan lokal
• Wisatawan mancanegara yang memiliki hubungan kekerabatan dengan masyarakat Bawean, khususnya ras melayu yang saat ini tinggal di berbagai negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, dan lainnya
Psikografi
Jalan-jalan, diving, trekking, snorkeling, fotografi, suka wisata bahari, suka tempat eksotik.
4.2.1.2. Identity Platform
Vision : Menjadi destinasi wisata unggulan di Jawa Timur. Mision: mengembangkan berbagai jenis wisata yang dapat langsung berinteraksi dengan wisatawan di Bawean, seperti : • wisata bahari
• wisata eco‐tourism • wisata kebudayaan • wisata religi
Personality:
• Tradisional tetapi ramah • Terpencil tetapi dapat di akses • Warm
Tone of voice: friendly, welcoming, traditional 4.2.1.3. Big Idea
Keep Exploring 4.2.1.4. Keyword
Explore, welcoming, traditional, Bawean 4.2.1.5. Tujuan Komunikasi
Proses komunikasi yang ingin dituju adalah AIDA, ( Attention, Interest, Desire, and Action ). Adapun proses komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :
• Attention
Menarik perhatian dari target audience untuk mengetahui adanya tempat wisata menarik di Bawean.
• Interest
Timbulnya ketertarikan lebih jauh dari target audience untuk datang mengunjungi Bawean.
• Desire
Menjadikan pengalaman berwisata ke Bawean sebagai pengalaman yang menarik. Hal ini nantinya akan membantu eksistensi Pulau Bawean sebagai destinasi pilihan diantara tawaran pilihan destinasi
di Indonesia lainnya. • Action
Menginsipirasi target audience untuk datang ke Bawean dan menikmati kebudayaan dan alam Bawean.
4.2.1.6. Tagline
Tagline yang digunakan dalam perancangan identitas visual ini :
“discover more”
4.2.1.7. Pendekatan Emosional
Pendekatan yang dilakukan pada branding destination ini lebih bersifat emosional, yaitu dengan memperlihatkan visual yang sesuai dengan ciri khas Bawean yang diharapkan dapat
mengundang target audience untuk mengunjungi Bawean karena rasa keingintauan mereka yang besar. Dengan mengemas Bawean sebagai destinasi wisata melalui perancangan identitas visual yang menarik, dimana akan mewakili Bawean secara keseluruhan sebagai pulau yang menarik untuk dikunjungi, sehingga
mengundang dan menggerakkan target audience secara emosional tertarik untuk mengunjungi Bawean.
4.2.1.8. Pendekatan Rasional
Menunjukkan visual kekayaan alam dan kebudayaannya yang ada di Pulau Bawean, dan juga menampilkan potensi wisata serta teks-teks fakta yang ada di Bawean, sehingga membuat target audience mengunjungi tempat ini.
4.3. Strategi Desain
4.3.1.1. Looks, Mood, Tone, Manner • Friendly
• Welcoming • Traditional 4.3.1.2. Strategi Verbal
Sesuai dengan profil target audience dan konsep promosi event ini maka digunakanlah gaya bahasa yang sesuai dan menarik, namun deskriptif dan tidak kaku
4.3.1.3. Strategi Visual
Warna : kuning, biru, dan hijau. Warna – warna natural mendominasi dalam desain promosi ini sebagai pengungkapan kesan natural, tradisional, dan ramah. Dan juga merupakan 3 unsur utama pendukung Pulau Bawean, yaitu tanah yang subur, lautan, dan sinar matahari.
Tipografi : Penggunaan jenis type berjenis dekoratif pada logo untuk membawa kesan dinamis, menyenangkan, dan ramah.
Layout : Elemen dan motif desain disesuaikan dengan mood yang diinginkan, yaitu lebih mengarah pada nuansa keindahan alam dan keanekaragaman pengalaman yang dapat dirasakan di Bawean. Layout diharapkan dapat memberikan visualisasi dari konsep discover more di Bawean. Diharapkan dapat tercipta sintaktik antara logo dan layout untuk materi-materi promosi lainnya.
Fotografi : Jenis gambar atau foto yang digunakan dalam materi-materi promosi destination branding harus memiliki warna-warna kontras yang bertujuan untuk lebih dapat menyampaikan pesan dengan baik.
4.3. Pemilihan Item
Item – item yang digunakan adalah : • Logo • GSM • Stationary • Poster • Flyer • Iklan • Signage • Web
• Book Travel directory • Kartu pos