3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Pembangunan daerah merupakan langkah yang ditempuh dalam mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai oleh Kota Depok, pembangunan daerah memiliki maksud membangun sektor masyarakat agar dapat meningkatkan pendapatan ekonomi mereka dan keluar dari garis kemiskinan sehingga ketika masyarakat tersebut dapat keluar dari kemiskinan Kota Depok akan dengan sendirinya menjadi Kota yang sejahtera karena didalamnya hanya sedikit masyarakat yang memiliki perekonomian yang lemah.
Langkah yang dapat dilakukan untuk pembangunan daerah ialah melaksanakan program pola kemitraan bagi masyarakat miskin yang ingin melakukan usaha, pengidentifikasian faktor yang berpengaruh dalam pola kemitraan diperoleh dari hasil FGD yang dilakukan dengan diskusi dengan para pemangku kepentingan yang pendapatnya dapat dijadikan indikator dalam pola kemitraan ini yang diperoleh dari penelitian Munandar, JM., et.al, (2009). Indikator tersebut digunakan untuk membuat kuesioner (Lampiran 1).
Penentuan faktor-faktor yang digunakan dalam penentuan program pola kemitraan dan penentuan alternatif kebutuhan program dilakukan dengan menggunakan metode ISM. Setelah didapat hasil mengenai alternatif kebutuhan program maka dapat dijadikan rekomendasi kebutuhan program yang sesuai dengan Kota Depok dan dapat membantu dalam mewujudkan visi dan misi Kota Depok.
Pada penelitian ini, peran pemerintah sangat dibutuhkan selain itu kajian harus mampu mendudukkan peran-peran semua stakeholder yang terlibat dalam menanggulangi kemiskinan kota. Tidak mungkin berhasil suatu program, jika unsur-unsur yang tekait tidak terlibat secara langsung untuk turut menanggulangi masalah kemiskinan. Terkait dengan permasalahan di atas, maka perlu disusun kerangka pemikiran (Gambar 1) penelitian mengenai kebutuhan program pola kemitraan dalam penanggulangan kemiskinana di Kota Depok.
3.2. Lokasi dan waktu
Penelitian ini merupakan hasil dari pengamatan selama tiga bulan di Kota Depok pada bulan November 2009-Januari 2010. Lokasi penelitian di Desa Bedahan, Desa Leuwinanggung dan Desa Pondok Jaya serta Dewan Koperasi Indonesia daerah (Dekopinda), Lembaga Kajian Pengembangan Daerah (LKPD), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Departermen Peindustrian dan Perdagangan (Desperindag), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pertanian dan Perikanan (Distan), PT Bahana Putra dan Dinas Tenaga Kerja Sosial (Disnaker).
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang digunakan
untuk analisis Visi dan Misi Daerah
Pembangunan Daerah
Identifikasi Faktor yang berpengaruh dalam Pola
Kemitraan FGD
Pemilihan alternatif Kebutuhan Program
Rekomendasi Kebutuhan Program
3.3. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua data yaitu; data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan hasil pengamatan langsung, selain itu juga melalui hasil diskusi dan wawancara dengan pihak terkait. Data sekunder dikumpulkan dari kuesioner, dokumentasi, buku-buku dan skripsi pada perpustakaan IPB serta literatur yang dikeluarkan oleh berbagai instansi terkait antara lain Departermen Manajemen.
3.4. Metode Pengumpulan Data
1. FGD (Focus group discussion), dilakukan untuk mendapatkan informasi srategis tentang indikator standar kesejahteraan. Kegiatan FGD meliputi rapat konsultasi dan loka karya dengan mengundang nara sumber dan pakar serta institusi yang terkait mengenai faktor-faktor utama kesejahteraan. Data yang diperoleh berupa data sekunder dari hasil penelitian Munandar, JM., et.al, (2009) yang berjudul Studi Pola Kemitraan Untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kota (Studi Kasus Penanggulangan Kemiskinan di Kodya Depok). 2. ISM (Interpretative Structural Modelling), digunakan untuk menentukan
faktor-faktor kelembagaan yang secara kritis sangat berpengaruh atas terjadinya kemiskinan. Analisis ini akan membahas secara mendalam keterkaitan faktor penyebab kemiskinan dan akan memisahkan menjadi faktor utama, faktor penguat dan faktor pendukung. Data yang diperoleh berupa data primer dari survey pakar. Pakar terdiri dari Dewan Koperasi Indonesia daerah (Dekopinda), Lembaga Kajian Pengembangan Daerah (LKPD), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Departermen Peindustrian dan Perdagangan (Desperindag), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pertanian dan Perikanan (Distan), PT Bahana Putra dan Dinas Tenaga Kerja Sosial (Disnaker).
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Menurut Broome dalam Marimin (2004), ISM adalah salah satu metodologi berbasis komputer yang membantu kelompok mengidentifikasi hubungan antar ide dan struktur tetap pada isu kompleks. ISM dapat digunakan untuk mengembangkan beberapa tipe struktur termasuk struktur pengaruh
(misalnya: dukungan atau pengabaian), struktur prioritas (misalnya; lebih penting dari atau sebaiknya dipelajari sebelumnya) dan kategori ide (misalnya; termasuk dalam kategori yang sama dengan). Marimin (2004) menambahkan bahwa ISM menganalisis elemen-elemen sistem dan memecahkannya dalam bentuk grafik dari hubungan langsung antar elemen dan tingkat hierarki. Elemen dapat merupakan tujuan, kebijakan, target organisasi, faktor-faktor penilaian dan lain-lain. Hubungan langsung dapat dalam konteks-konteks yang beragam (berkaitan dengan hubungan kontekstual).
Eriyanto dalam Marimin (2004) menyatakan bahwa metodologi dan teknik ISM dibagi menjadi dua bagian yaitu penyusunan hierarki dan klasifikasi subelemen. Prinsip dasarnya adalah identifikasi dari struktur di dalam suatu sistem yang memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara
sfektif dan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Berikut deskripsi singkat langakah-langkah ISM :
1. Identifikasi elemen: Elemen sistem diidentifikasi dan didaftar.mhal ini dapat diperoleh melalui penelitian, brainstorming dan lain-lain
2. Hubungan kontekstual: Sebuah hubungan kontekstualantar elemen dibangun, tergantung dari tujaun pemodelan
3. Matriks Interaksi Tunggal (Structural Self Interaction Matrix/SSIM). Matriks ini mewakili elemen persepsi responden terhadap elemen hubungan yang dituju. empat simbol yang digunakan untuk mewakili tipe hubungan yang ada antara dua elemen dari sistem yang dipertimbangkan adalah :
V... hubungan dari elemen Ei terhadap Ej, tidak sebaliknya A... hubungan dari elemem Ej terhadap Ei, tidak sebaliknya X... hubungan interrelasi antara Ei dan Ej (dapat sebaliknya) O... menunjukkan bahwa Ei dan Ej tidak berkaitan
4. Matriks Reachability (Reachability Matrix/RM): Sebuah RM yang dipersiapkan kemudian mengubah simbol-simbol SSIM ke dalam sebuah matriks biner aturan-aturan konversi berikut menerapkan :
a. Jika hubungan Ei terhadap Ej = V dalam SSIM, maka elemen Eij = 1 dan Eji = 0 dalam RM
b. Jika hubungan Ei terhadap Ej = A dalam SSIM, maka elemen Eij = 0 dan Eji = 1 dalam RM
c. Jika hubungan Ei terhadap Ej = X dalam SSIM, maka elemen Eij = 1 dan Eji = 1 dalam RM
d. Jika hubungan Ei terhadap Ej = O dalam SSIM, maka elemen Eij = 0 dan Eji = 0 dalam RM
e. RM awal dimodifikasi untuk menunjukkan seluruh direct dan indirect reachability, yaitu Eij = 1 dan Ejk =1, maka Eik =1
5. Tingkat partisipasi dilakukan untuk mengklasifikasi elemen-elemen dalam level-level ayng berbeda dari struktur ISM
6. Matriks Canonnical : pengelompokan elemen-elemen dalam level yang sama mengembangkan matriks ini. matriks resultan memiliki sebagian besar dari elemen-elemen triangular yang lebih tinggi adalah 0 dan terendah adalah 1. matriks ini selanjutnya diguankan untuk mempersiapkan digraph
7. Digraph adalah konsep yang berasal dari directional graph, sebuah grafik dari elemen-elemen yang saling berhubungan secara langsung dan level hirarki. 8. ISM dibangkitkan dengan memindahkan seluruh jumlah elemen dengan
deskripsi elemen aktual. Oleh sebab itu, ISM memberikan gambaran yang sangat jelas dari elemen-elemen sistem dan alur hubungannya
Keterkaitan antar subelemen pada teknik ISM dapat dilihat pada Tabel 2 dan Secara keseluruhan proses teknik ISM dapat dilihat pada Gambar 2.
Tabel 2. Keterkaitan antara subelemen pada teknik ISM
No Jenis Interpretasi
1 Perbandingan (Comparative) - A lebih penting /besar/ indah daripada B
2 Pernyataan (definitive) - A adalah atribut B - A termasuk didalam B - A mengartikan B 3 Pengaruh (influence) - A menyebabkan B
- A adalah sebagian peneybab B) - A mengembangkan B
- A menggerakan B - A meningkatkan B 4 Keruangan (spatial) - A adalah selatan /utara B
- A diatas B - A disebelah kiri B 5 Kewaktuan (temporal/time scale) - A mendahului B
- A mengikuti B
- A mempunyai prioritas lebih dari B
Gambar 2. Diagram teknik ISM (Saxena dalam Marimin (2004)) Program
Uraikan program menjadi perencanaan program Bentuk Reachability Matrix setiap elemen
Uraikan setiap elemen menjadi sub elemen
Tentukan hubungan kontekstual antara sub elemen pada setiap elemen
Susunlah SSIM untuk setiap elemen
Uji matriks dengan aturan transitivity
OK? Modifikasi ISM
Tetapkan Drive dan Drive Power setiap sub elemen Tentukan level
melalui pemilihan
Ubah RM menjadi format lower Triangular RM
Tentukan rank dari sub elemen
Tetapkan Drive Dependence Matriks setiap elemen Susun digraph dari lower
triangular
Plot sub elemen dari empat sektor Susun ISM dari setiap
elemen
Klasifikasi seb elemen dari empat peubah kategori
Output ISM dibagi menjadi dua menurut Marimin (2004) yaitu matriks Driver Dependence dan diagram model struktural. Matrik Driver Power-Dependence adalah berupa rangking masing subelemen dan plot masing-masing subelemen ke dalam empat sektor beserta koordinatnya, maka dapat dibuat hierarki setiap subelemen secara manual. Menentukan garis besar klasifikasi subelemen Driver Power-Dependence digolongkan dalam empat sektor yaitu:
Sektor 1: Weak driver–weak dependent variabel (autonomous) yang berisi peubah yang umumnya tidak berkaitan dengan sistem dan mungkin mempunyai hubungan yang kecil walaupun dapat saja hubungan tersebut kuat. Subelemen elemen yang masuk sektor 1 jika, nilai DP < 0.5 X dan nilai D < 0.5 X, X jumlah subelemen.
Sektor 2: Weak driver–strongly dependent variabel (dependent) yang berisi peubah tidak bebas. Subelemen elemen yang masuk sektor 2 jika, nilai DP < 0.5 X dan nilai D > 0.5 X, X jumlah subelemen.
Sektor 3: Strong driver–strongly dependent variabel (linkage) yang berisi peubah yang harus dikaji secara hati-hati karena hubungan antar peubah yang tidak stabil dan setiap tindakan pada peubah ini dapat memberikan dampak terhadap peubah lainnya dan umpan balik pengaruhnya dapat memperbesar dampak. Subelemen elemen yang masuk sektor 3 jika, nilai DP > 0.5 X dan nilai D > 0.5 X, X jumlah subelemen.
Sektor 4: Strong driver–weak dependent variabel (independent) yang berisi bagian sisa dari sistem dan disebut peubah bebas. Subelemen elemen yang masuk sektor 4 jika, nilai DP > 0.5 X dan nilai D < 0.5 X, X jumlah subelemen.
Diagram model struktural adalah tingkatan level dari setiap subelemen ditentukan melalui pemisahan tingkat pada Reachability Matrix (RM). Penentapan tingkatan dari setiap subelemen dapat ditentukan dari rangking masing-masing subelemen. Subelemen tersebut saling berhubungan secara langsung dan saling mendorong disetiap tingkatan level.