• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN CRITICAL CLEARING TIME UNTUK ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN SISTEM KELISTRIKAN KALIMANTAN 275kV HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR TE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN CRITICAL CLEARING TIME UNTUK ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN SISTEM KELISTRIKAN KALIMANTAN 275kV HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR TE"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

HALAMAN JUDUL

TUGAS AKHIR – TE 141599

Atiqah Hilmy Raditya NRP 07111645000066

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. Prof. Dr. Ir. Imam Robandi, MT. DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Elektro

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

PENENTUAN CRITICAL CLEARING TIME UNTUK ANALISIS

KESTABILAN TRANSIEN SISTEM KELISTRIKAN KALIMANTAN

275kV

(2)
(3)

HAL JUDUL

FINAL PROJECT – TE 141599

Atiqah Hilmy Raditya NRP 07111645000066

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. Prof. Dr. Ir. Imam Robandi, MT.

ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT Faculty of Electrical Technology

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

CRITICAL CLEARING TIME FOR TRANSIENT STABILITY

ANALYSIS ON 275kV ELECTRICAL SYSTEMS KALIMANTAN

(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN

PERNYATAAN KEASLIAN

TUGAS AKHIR

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan Tugas Akhir saya dengan judul “Penentuan Critical Clearing Time untuk Analisis Kestabilan Transien Sistem Kelistrikan Kalimantan 275kV” adalah benar-benar hasil karya intelektual mandiri, diselesaikan tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak diijinkan dan bukan merupakan karya pihak lain yang saya akui sebagai karya sendiri.

Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah ditulis secara lengkap pada daftar pustaka.

Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, Juni 2018

Atiqah Hilmy Raditya NRP 07111645000066

(6)
(7)

HALAMAN PENSAHAN

PENENTUAN CRITICAL CLEARING TIME UNTUK ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN SISTEM KELISTRIKAN

KALIMANTAN 275KV.

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Pada

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Menyetujui:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. NIP. 19660318199010100

Prof. Dr. Ir. Imam Robandi,MT. NIP. 19630817 1990031001

SURABAYA JUNI, 2018

(8)
(9)

PENENTUAN CRITICAL CLEARING TIME UNTUK ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN SISTEM KELISTRIKAN

KALIMANTAN 275KV. Nama : Atiqah Hilmy Raditya

Pembimbing : Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. Prof Dr. Ir. Imam Robandi, MT.

ABSTRAK

Energi listrik masih dibutuhkan Indonesia sampai masa yang akan datang. Pulau Kalimantan adalah salah satu pulau di Indonesia yang memiliki peranan penting dalam perekonomian dan industri, sehingga dibutuhkan pengembangan sistem kelistrikan sesuai dengan kebutuhan beban yang bertambah. Untuk memenuhi daya pada suatu wilayah yang memiliki kekurangan maka dilakukan pengembangan interkoneksi sistem kelistrikan Kalimantan 275 kV dengan jalur transmisi Sei Raya, Ketapang, Sampit, Palangkaraya, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, Bontang, dan Tanjung Redeb. Dalam proses pengembengan interkoneksi terdapat kendala seperti gangguan sirkuit pendek (short circuit) dan generator lepas yang mempengaruhi kestabilan sistem kelistrikan.

Pada penelitian ini dilakukan analisis pada sistem kelistrikan 275kV Kalimantan untuk menentukan kestabilan sistem. Analisis kestabilan sistem dilakukan dengan menentukan pemadaman waktu kritis (Critical Clearing Time) akibat generator lepas dan sirkuit pendek 3 fasa pada saluran Samarinda-Balikpapan. Hasil analisis kestabilan transien akibat sirkuit pendek 3 fasa pada saluran Samarinda-Balikpapan tahun 2022 didapatkan waktu yang bisa dipertahankan kestabilannya yaitu 0,990 detik dan waktu tidak stabil yaitu 0,991 detik. Tahun 2024 didapatkan waktu yang bisa dipertahankan kestabilannya yaitu 0,220 detik dan waktu tidak stabil yaitu 0,221 detik. Sedangkan Tahun 2026 didapatkan waktu yang bisa dipertahankan kestabilannya yaitu 1,720 detik dan waktu tidak stabil yaitu 1,721 detik. Hasil gangguan akibat generator lepas yaitu seluruh sistem dalam keadaan stabil, karena respon sudut rotor, respon frekuensi, dan respon tegangan masih dalam batas standard.

(10)
(11)

CRITICAL CLEARING TIME FOR TRANSIENT STABILITY ANALYSIS ON 275KV ELECTRICAL SYSTEMS KALIMANTAN

Name : Atiqah Hilmy Raditya

Advisor : Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. Prof Dr. Ir. Imam Robandi, MT.

ABSTRACT

Electrical energy is still needed Indonesia until the future. Kalimantan island is one of the islands in Indonesia that has an important role in the economy and industry, so it needs the development of electrical systems in accordance with the needs of increased load. To fulfill the power in an area with deficiency, the development of 275 kV interconnection system of 275 kV electricity system with transmission line of Sei Raya, Ketapang, Sampit, Palangkaraya, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, Bontang and Tanjung Redeb. In the process of conveying interconnection there are constraints such as short circuit breakdown (short circuit) and freelance generator that affect the stability of electrical system.

In this research, an analysis of 275kV Kalimantan's electrical system is used to determine the stability of the system. System stability analysis is performed by determining Critical Clearing Time due to freelance generator and 3 phase short circuit on Samarinda-Balikpapan channel. The result of transient stability analysis due to short circuit of 3 phase on Samarinda-Balikpapan channel in 2022 found time that can be maintained its stability is 0,990 seconds and time unstable is 0,991 second. Year 2024 obtained a time that can be maintained stability is 0,220 seconds and unstable time is 0,221 seconds. While Year 2026 obtained time that can be maintained stability is 1.720 seconds and time is not stable that is 1.721 seconds. The result of the disruption caused by the loose generator is that the whole system is stable, because the rotor angle response, the frequency response, and the voltage response are still within the standard range.

(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga saya selaku penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul :

Penentuan Critical Clearing Time untuk Analisis

Kestabilan Transien Sistem Kelistrikan Kalimantan 275kV.

Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S1 pada Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Besar harapan penulis agar Tugas Akhir ini dapat menambah ilmu dan wawasan bagi para pembaca dalam melakukan studi kasus mengenai analisa stabilitas transien di industri. Di samping itu perlu juga adanya studi lebih lanjut mengenai implementasi di kemudian hari.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Surabaya, Juni 2018

(14)
(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HAL JUDUL ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ...v

HALAMAN PENSAHAN ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... xi

KATA PENGANTAR ... xiii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Permasalahan ...3 1.3 Batasan Masalaha ...3 1.4 Tujuan ...4 1.5 Metodologi Penelitian ...4 1.6 Sistematika Laporan ...5 1.7 Relevansi ...6

BAB II TEORI DASAR ... 7

2.1 Konsep Dasar Kestabilan Sistem Tenaga Listrik ...7

2.1.1 Kestabilan Sudut Rotor [1] ...8

2.1.1.1 Kestabilan Akibat Gangguan Kecil ...8

2.1.1.2 Kestabilan Akibat Gangguan Besar...8

2.1.2 Kestabilan Tegangan [1] ...8

2.1.3 Kestabilan Frekuensi [1] ...9

2.2 Kestabilan Transien ... 10

2.2.1 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Transien ... 11

2.3 The Swing Equation [6] ... 12

2.4 Ganguan yang Mempengaruhi Kestabilan ... 13

2.4.1 Penambahan Beban Secara Tiba-Tiba ... 13

2.4.2 Terjadinya Hubung Singkat ... 13

2.4.3 Starting Motor ... 13

(16)

2.6 Standar yang berkaitan dengan Kestabilan Transien ... 14

2.6.1 Standar Frekuensi Kerja untuk Generator [8] ... 14

2.6.2 Standar Kedip Tegangan ... 15

2.6.3 Standar Tegangan ... 17

BAB III DATA DAN METODOLOGI ... 19

3.1 Sistem Transmisi Kalimantan 275 kV Tahun 2018-2026 ... 19

3.2 Data Saluran Kalimantan 275 kV Tahun 2018-2026. ... 20

3.3 Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan 275 kV Tahun 2018-2026. ... 23

3.3.1 Pembangkit Kalimantan 275kV Tahun 2022 ... 23

3.3.2 Pembangkit Kalimantan 275 kV Tahun 2024 ... 25

3.3.3 Pembangkit Kalimantan 275 kV Tahun 2026 ... 27

3.4 Data Kapasitas Beban Kalimantan 275 kV Tahun 2018-2026.... 29

3.5 Metodologi Simulasi ... 32

BAB IV HASIL SIMULASI DAN IMPLEMENTASI ... 35

4.1 Studi Kasus Kestabilan Transien Sistem Kelistrikan Kalimantan 275Kv ... 35

4.2 Metode Time Domain Simulation ... 35

4.3 Simulasi Critical Clearing Time ... 36

4.3.1 Simulasi CCT Saluran Backbone Samarinda-Backbone Balikpapan Tahun 2022 ... 37

4.3.2 Simulasi CCT Saluran Backbone Samarinda-Backbone Balikpapan Tahun 2024 ... 40

4.3.3 Simulasi CCT Saluran Backbone Samarinda-Backbone Balikpapan Tahun 2026 ... 43

4.4 Simulasi Generator Outage ... 46

4.4.1 Simulasi Generator Outage Tahun 2022 Kasus 1 ... 46

4.4.2 Simulasi Generator Outage Tahun 2024 Kasus 2 ... 48

4.4.3 Simulasi Generator Outage Tahun 2026 Kasus 3 ... 50

BAB V ... 53 5.1 Kesimpulan ... 53 5.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA ... 55 RIWAYAT HIDUP ... 57 INDEKS ... 59

(17)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 2.1 Klasifikasi Kestabilan Berdasarkan IEEE ... 7

Gambar 2.2 Hubungan Antara Sudut Rotor dan Waktu pada Kestabilan Transien ... 11

Gambar 2.3 Standar Frekuensi Berdasarkan IEEE Std C37.106-2003 ... 15

Gambar 2.4 Standar Kedip Tegangan Berdasarkan SEMI F47 ... 16

Gambar 3.1 Single Line Diagram Kalimantan 275kV ... 19

Gambar 3.2 Diagram Alir Metode ... 32

Gambar 3.3 Lanjutan Diagram Alir Metode ... 33

Gambar 4.1 Respon Sudut Rotor Stabil Tahun 2022 ... 37

Gambar 4.2 Respon Sudut Rotor Tidak Stabil Kritis Tahun 2022 38 Gambar 4.3 Respon Frekuensi 0,990 s di Bus Backbone Tahun 2022 ... 38

Gambar 4.4 Respon Frekuensi 0,991s di Bus Backbone Samarinda Tahun 2022 ... 39

Gambar 4.5 Respon Tegangan 0,990 s di Bus Backbone Tahun 2022 ... 39

Gambar 4.6 Respon Tegangan 0,991 s di Bus Backbone Tahun 2022 ... 39

Gambar 4.7 Respon Sudut Rotor Stabil Tahun 2024 ... 40

Gambar 4.8 Respon Sudut Rotor Tidak Stabil Kritis Tahun 2024 41 Gambar 4.9 Respon frekuensi 0,220 s di bus Backbone Tahun 2024 ... 41

Gambar 4.10 Respon Frekuensi 0,221 s di Bus Backbone Tahun 2024 ... 42

Gambar 4.11 Respon Tegangan 0,220 s di Bus Backbone Tahun 2024 ... 42

Gambar 4.12 Respon Tegangan 0,221 di Bus Backbone Tahun 2024 ... 42

Gambar 4.13 Respon Sudut Rotor Stabil Tahun 2026 ... 44

Gambar 4.14 Respon Sudut Rotor Tidak Stabil Kritis Tahun 2026 44 Gambar 4.15 Respon Frekuensi di Bus Backone Tahun 2026 ... 44

Gambar 4.16 Respon Frekuensi 1,721 s di Bus Backbone Tahun 2026 ... 45

(18)

Gambar 4.17 Respon Tegangan 1,720 di Bus Backone Tahun 2026 ... 45 Gambar 4.18 Respon Tegangan 1,721 s di Bus Backbone Tahun 2026 ... 45 Gambar 4.19 Respon Sudut Rotor Akibat Generator Outage Kasus

1 ... 47 Gambar 4.20 Respon Frekuensi Akibat Generator Outage Kasus 1 47 Gambar 4.21 Respon Tegangan Akibat Generator Outage Kasus 1 48 Gambar 4.22 Respon Sudut Rotor Akibat Generator Outage Kasus

2 ... 49 Gambar 4.23 Respon Frekuensi Akibat Generator Outage Kasus 2 49 Gambar 4.24 Respon Tegangan Akibat Generator Outage Kasus 2 50 Gambar 4.25 Respon Sudut Rotor Akibat Generator Outage Kasus

3 ... 51 Gambar 4.26 Respon Frekuensi Akibat Generator Outage Kasus 3 51 Gambar 4.27 Respon Tegangan Akibat Generator Outage Kasus

(19)

DAFTAR TABEL

HALAMAN Tabel 2.1 Konversi Frekuensi 60Hz ke 50 Hz ... 15 Tabel 2.2 Standar Kedip Tegangan Berdasarkan SEMI F47 ... 16 Tabel 2.3 Standar Tegangan Berdasarkan PLN ... 17 Tabel 3.1 Data Saluran Interkoneksi Kalimantan 275 kV Tahun

2018-2026 ... 20 Tabel 3.2 Data Saluran Kalimantan Barat Tahun 2018-2026 .... 20 Tabel 3.3 Lanjutan Data Saluran Kalimantan Barat Tahun 2018-2026 ... 21 Tabel 3.4 Data Saluran Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun

2018-2026 ... 21 Tabel 3.5 Lanjutan Data Saluran Kalimantan Selatan dan Tengah

Tahun 2018-2026 ... 22 Tabel 3.6 Data Saluran Kalimantan Timur dan Utara Tahun 2018-2026 ... 22 Tabel 3.7 Lanjutan Data Saluran Kalimantan Timur dan Utara

Tahun 2018-2026 ... 23 Tabel 3.8 Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan Tahun 2022 23 Tabel 3.9 Lanjutan Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan Tahun

2022 ... 24 Tabel 3.10 Tabel Lanjutan Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan

Tahun 2022 ... 25 Tabel 3.11 Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan Tahun 2024 25 Tabel 3.12 Lanjutan Data Kapasitas Pembangkit Tahun 2024 .... 26 Tabel 3.13 Lanjutan Data Kapasitas Pembangkit Tahun 2024 .... 27 Tabel 3.14 Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan Tahun 2026 27 Tabel 3.15 Lanjutan Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan Tahun

2024 ... 28 Tabel 3.16 Lanjutan Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan Tahun

2024 ... 29 Tabel 3.17 Data Kapasitas Beban Kalimantan Tahun 2018-2026 .... 29 Tabel 3.18 Lanjutan Data Kapasitas Beban Kalimantan Tahun 2018-2026 ... 30 Tabel 3.19 Lanjutan Data Kapasitas Beban Kalimantan Tahun 2018-2026 ... 31 Tabel 3.20 Lanjutan Data Kapasitas Beban Kalimantan Tahun 2018-2026 ... 32

(20)

Tabel 4.1 Hubung Singkat 3 Fasa Pada Bus ... 36 Tabel 4.2 Studi Kasus Generator Outage ... 46

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PLN sebagai perusahaan listrik terbesar di Indonesia melakukan pengembangan sistem kelistrikan untuk memenuhi kebutuhan beban yang terus bertambah khususnya di Pulau Kalimantan. Dengan demikian PLN menyediakan listrik dari pembangkit-pembangkit yang letaknya berjauhan satu sama lain. Untuk memenuhi daya pada suatu wilayah yang mengalami kekurangan maka dilakukan interkoneksi antara beberapa wilayah yang memiliki kelebihan daya, namun dalam prosesnya masih terdapat beberapa kendala yang dapat mengganggu penyaluran tenaga listrik ke konsumen [1]. Sistem dapat terkena gangguan secara tiba-tiba ketika dalam keadaan steady. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan besar atau gangguan kecil. Gangguan besar dapat disebabkan karena perubahan beban yang besar secara tiba-tiba, dan hilangnya unit pembangkit [2]. Sehingga sistem tenaga listrik tersebut harus dijaga kestabilannya dengan mempertimbangkan beberapa parameter kestabilan sistem tenaga, diantaranya kestabilan tegangan, kestabilan frekuensi, dan kestabilan sudut rotor.

Kestabilan sistem tenaga adalah kemampuan generator pada sistem tenaga listrik untuk dapat kembali ke kondisi awal setelah diberikan gangguan fisik. Definisi ini dapat diaplikasikan untuk sistem interkoneksi secara keseluruhan [3]. Pada sistem kestabilan terdapat beberapa generator sinkron yang saling berhubungan untuk menjaga sinkronisme satu sama lain. Ketika terdapat penambahan beban atau pengurangan beban secara mendadak, maka generator menjadi tidak stabil. Hal tersebut dikarenakan rotor berputar menjadi sangat cepat atau sangat lambat untuk menghasilkan tegangan dan frekuensi yang sesuai dengan sistem. Sehingga terdapat slip antara medan stator dan medan rotor yang menghasilkan fluktuasi yang besar pada output sistem [4]. Jika tidak segera ditindak, generator akan mengalami lepas sinkron. Setelah generator dilepas, beban akan dilimpahkan pada generator lain. Jika generator lain tidak sanggup menanggung beban, maka sistem akan mengalami pemadaman. Dengan demikian sistem akan berubah dari kondisi lama ke kondisi baru akibat adanya perubahan kerja pada sistem atau disebut dengan kondisi transien [5].

Menurut Definition and Classification of Power System Stability

(22)

kestabilan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, kestabilan tegangan, dan kestabilan frekuensi, kestabilan sudut rotor. Kestabilan frekuensi merupakan kemampuan sistem tenaga dalam mempertahankan frekuensi yang tetap setelah mengalami gangguan yang besar akibat ketidakseimbangan antara generator dan beban. Kestabilan sudut rotor adalah kemampuan mesin sinkron agar tetap sinkron setelah mengalami gangguan yang tergantung pada kemampuan untuk menjaga atau mengembalikan keseimbangan antara torsi elektromagnetik dan torsi mekanik dalam sistem. Kestabilan sudut rotor dapat dibagi menjadi dua yaitu kestabilan akibat gangguan kecil dan kestabilan akibat gangguan besar atau kestabilan transient [6]. Kestabilan tegangan dapat diartikan bahwa tegangan pada sistem dapat mempertahankan kestabilannya setelah terkena gangguan kecil atau besar. Berdasarkan ukuran gangguan, kestabilan tegangan dapat dibedakan menjadi kestabilan tegangan statis dan kestabilan tegangan besar. Kestabilan tegangan statis yaitu tegangan sistem dapat kembali ke keadaan stabil setelah terjadi gangguan kecil yang tidak menyebabkan voltage collpase [7-8].

Kestabilan transien yaitu kemampuan suatu sistem tenaga untuk menjaga mesin dalam keadaan sinkron akibat gangguan-gangguan yang besar [9-10]. Penelitian mengenai kestabilan transien sangat penting dalam perencanaan sistem. Kestabilan transien disebabkan oleh gangguan besar misalnya hubung singkat yang harus diperhatikan dalam suatu sistem tenaga. Waktu pemadaman kritis (Critical Clearing Time CCT) digunakan untuk memberikan batas kestabilan transien ketika terjadi gangguan. Ketika sistem terjadi gangguan, maka CCT akan membedakan kondisi sistem saat stabil dan tidak stabil. CCT sangat penting untuk diperhatikan untuk menghindari pemadaman sistem karena gangguan dapat mengakibatan berubahnya sudut rotor pada generator hingga hilangnya sinkronisme pada mesin [11]. Terdapat kriteria yang harus dipenuhi sistem pada kestabilan transien, yaitu [12]: relative power angle dari dua generator tidak lebih dari 180 derajat dan apabila terjadi osilasi harus diredam, tegangan pada bus harus di atas 0.8 p.u setelah gangguan dihilangkan dan tidak di bawah 0.75 p.u selama lebih dari 1 detik, dan frekuensi sistem tidak boleh di bawah 47 Hz selama lebih dari 0.5 detik.

Kondisi awal sistem dan tingkat keparahan gangguan akan mempengaruhi kestabilan, namun sistem dirancang dan dioperasikan agar stabil untuk beberapa macam gangguan yang dipilih. Oleh karena itu, untuk menentukan kestabilan sistem tersebut pada penelitian ini akan dilakukan analisis kestabilan transient pada sistem kelistrikan 275kV

(23)

Kalimantan dengan menentukan waktu pemadaman kritis (Critical

Clearing Time, CCT) akibat hubung singkat 3 fasa dan generator lepas.

Setelah itu dianalisis pengaruhnya terhadap kestabilan rotor, tegangan, dan frekuensi. Setelah ditentukan CCT maka dapat ditentukan waktu untuk CB (Circuit Breaker) terbuka setelah mendeteksi gangguan. Penelitian dimulai dari pengumpulan data-data dari RUPTL PT. PLN Persero tahun 2017-2026 yang diperlukan untuk analisis. Kemudian membuat single line diagram menggunakan software ETAP dan melakukan simulasi hubung singkat pada saluran backbone 275 kV dan simulasi generator outage untuk kestabilan transien.

1.2 Permasalahan

Permasalahn yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah: 1. Merancang sistem kelistrikan 275 kV Kalimantan tahun

2017-2026.

2. Menganalisis kestabilan transien sistem kelistrikan 275 kV Kalimantan tahun 2017-026.

3. Mengetahui respon sudut rotor, frekuensi, dan tegangan pada sistem kelistrikan 275 kV Kallimantan tahun 2017-2026. 4. Menentukan waktu pemadaman kritis (Critical Clearing

Time).

5. Menentukan waktu CB terbuka setelah mendeteksi gangguan hubung singkat.

6. Mengetahui respon sistem setelah gangguan generator outage. 1.3 Batasan Masalaha

Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah:

1. Sistem kelistrikan yang dibahas adalah 275 kV pada sistem kelistrikan Kalimantan tahun 2017-2026.

2. Gangguan yang diberikan akibat hubung singkat 3 fasa pada saluran bus Kalimantan 275 kV.

3. Gangguan generator outage hanya pada 1 generator.

4. Data yang digunakan adalah data dari RUPTL tahun 2017-2026.

5. Software yang digunakan yaitu ETAP 12.6 menggunakan met 6. ode Time Domain Simulation.

7. Single line diagram yang disimulasikan adalah sistem kelistrikan Kalimantan 275 kV tahun 2022, 2024, 2026.

(24)

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir ini adalah:

1. Mendapatkan rancangan sistem kelistrikan Kalimantan 275 kV.

2. Mengetahui kestabilan sistem kelistrikan 275 kV Kalimantan tahun 2017-2026.

3. Mengetahui besarnya waktu pemadaman kritis (Critical

Clearing Time).

4. Menentukan waktu yang tepat untuk Circuit Breaker terbuka setelah mendeteksi gangguan.

5. Mencegah out of synchron generator pada sistem kelistrikan Kalimantan.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Persiapan dan Studi Literatur

Tahap awal dalam penelitian ini adalah mencari literatur terbaru mengenai penelitian yang akan dilakukan seperti, kestabilan pada sistem tenaga listrik, metode pelepasan beban, gangguan hubung singkat dan generator outage. Selain itu dilakukan pengkajian terhadap penelitian yang serupa dengan penelitian yang akan dikerjakan ini dan dapat mengadopsi atau mengkembangkannya. 2. Pengumpulan Data

Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan mulai dari single line

diagram, data pembangkit, data line transmission, data beban, dan

sebagainya yang menunjang sistem kelistrikan Kalimantan tahun 2017-2026.

3. Simulasi dan Analisis Kestabilan Transien

Melakukan simulasi terhadap single line diagram sistem kelistrikan 275kV Kalimantan dan melakukan analisis kestabilan transien menggunakan software ETAP 12.6 untuk mengetahui respon dari sudut rotor, frekuensi, dan tegangan. Kemudian respon tersebut digunakan untuk menentukan Critical Clearing Time dan waktu untuk Circuit Breaker terbuka.

(25)

4. Studi Kasus

Studi kasus pada tugas akhir ini adalah mencari nilai CCT pada bus 275 kV yang dicari berdasarkan respon sudut rotor dan melihat respon frekuensi, serta tegangan pada sistem kelistrikan Kalimantan. Studi kasus yang kedua adalah melihat respon susdut rotor, frekuensi, dan tegangan akibat generator outage.

5. Penentuan Critical Clearing Time

Menentukan Critical Clearing Time adalah dengan menentukan waktu CB terbuka dari hasil pengamatan respon sudut rotor pada saat stabil dan tidak stabil sehingga dapat ditentukan nilai Critical

Clearing Time kemudian melihat respon frekuensi dan tegangan.

6. Kesimpulan

Memberikan kesimpulan mengenai penentuan CCT pada sistem kelistrikan 275 kV Kalimantan serta memberikan rekomendasi setting waktu maksimum untuk CB terbuka. Selain itu memberikan kesimpulan respon sistem stabil atau tidak akibat gangguan

generator outage.

1.6 Sistematika Laporan

Pembahasan tugas akhir ini dibagi menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab pendahuluan, menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan topik, perumusan masalah dan batasannya. Bab ini juga membahas mengenai tujuan penelitian, metodologi, sistematika laporan, dan relevansi dari penelitian yang dilakukan.

Bab II Dasar Teori

Pada bab ini secara garis besar berisi penjelasan mengenai kestabilan transien, crirical clearing time, dan standar yang digunakan.

Bab III Sistem Kelistrikan Kalimantan 275 kV

Pembahasan yang dilakukan pada bab ini, mengenai sistem kelistrikan transmisi Kalimantan 275 kV,

(26)

spesifikasi beban, data saluran transmisi, pembangkitan generator.

Bab IV Simulasi dan Analisa

Pada bab ini akan dilakukan simulasi transien akibat hubung singkat 3 fasa dan generator outage kemudian dilihat respon sudut rotor, frekuensi, dan tegangan saat kondisi stabil dan tidak stabil sebelum dan setelah gangguan untuk menentukan setting yang tepat waktu maksimum CB terbuka.

Bab V Penutup

Pada bagian bab penutup, dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan.

1.7 Relevansi

Hasil yang diperoleh dari tugas akhir ini diharapkan menjadi referensi lanjutan untuk penentuan Critical Clearing Time Sistem Kelistrikan klimantan 275 kV. Selain itu, dapat digunakan untuk setting proteksi yang tepat pada circuit breaker.

(27)

2

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Konsep Dasar Kestabilan Sistem Tenaga Listrik

Kestabilan dapat diartikan sebagai suatu sistem yang beroperasi dalam kondisi normal dan dapat mempertahankan kondisi normal setelah mengalami gangguan. Sistem tenaga listrik mengandalkan mesin sinkron untuk pembangkit tenaga listrik yang harus dijaga dalam keadaan sinkron selama operasi sistem berlangsung. Sistem tenaga listrik yang stabil adalah sistem yang memiliki daya masukan dan daya keluaran yang seimbang. Daya tersebut merupakan daya elektrik yang terdapat pada sistem dan daya mekanik pada prime mover. Generator berputar dalam keadaan sinkron pada keadaan ini, jika salah satu dari daya tersebut memiliki nilai yang lebih besar maka sistem dikatakan dalam keadaan yang tidak seimbang. Rotor generator akan mengalami percepatan generator jika daya mekanik lebih besar dan akan mengalami perlambatan apabila daya elektrik lebih besar. Sistem akan mengalami loss of synchron jika hal tersebut dibiarkan terus menerus terjadi. Berdasarkan IEEE dalam judul Definition and Classification of Power System Stability, kestabilan sistem tenaga dibagi menjadi 3 jenis antara lain: kestabilan generator, kestabilan frekuensi, dan kestabilan tegangan. Berikut merupakan diagram klasifikasi kestabilan sistem tenaga [1]:

Gambar 2.1Klasifikasi Kestabilan Berdasarkan IEEE Kestabilan Sistem

Tenaga

Kestabilan Sudut Rotor Kestabilan Frekuensi Kestabilan Tegangan

Kestabilan Sudut Akibat Gangguan Kecil Kestabilan Transient Waktu Singkat

Waktu Singkat Waktu Lama Kestabilan Tegangan Akibat Gangguan Kecil Kestabilan Tegangan Akibat Gangguan Besar

(28)

2.1.1 Kestabilan Sudut Rotor [1]

Kestabilan sudut rotor adalah kemampuan mesin sinkron agar tetap sinkron setelah mengalami gangguan yang tergantung pada kemampuan untuk menjaga atau mengembalikan keseimbangan antara torsi elektromagnetik dan torsi mekanik dalam sistem. Sedangkan ketidakstabilan sudut rotor merupakan meningkatnya kecepatan sudut ayunan generator yang menyebabkan generator tersebut menjadi lepas sinkron akibat berubahnya daya output dari generator yang sebanding dengan berubahnya sudut rotor. Kestabilan sudut rotor dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

2.1.1.1 Kestabilan Akibat Gangguan Kecil

Kestabilan akibat gangguan kecil berkaitan dengan kemampuan suatu sistem tenaga untuk menjaga mesin dalam keadaan sinkron akibat gangguan-gangguan kecil. Dalam sistem yang normal sering dijumpai terjadinya gangguan kecil seperti contohnya perubahan beban yang sangat kecil. Akibat gangguan kecil tersebut sistem akan merespon tergantung pada beberapa faktor diantaranya, operasi awal, kekuatan sistem transmisi, dan jenis kontrol eksitasi pada generator yang digunakan.

2.1.1.2 Kestabilan Akibat Gangguan Besar

Kestabilan akibat gangguan besar disebut juga sebagai kestabilan transien yang berkaitan dengan kemampuan suatu sistem tenaga untuk menjaga mesin dalam keadaan sinkron akibat gangguan-gangguan yang besar. Pada respon sistem akan dihasilkan perubahan yang besar pada sudur rotor generator. Gangguan yang menyebabkan kestabilan transien antara lain [2]: besar beban yang diberikan pada generator tersebut, output generator selama terjadi gangguan yang dilihat berdasarkan lokasi gangguan dan tipe gangguannya, waktu untuk pemutusan gangguan, reaktansi sistem transmisi setelah terjadi gangguan, reaktansi generator, inersia generator, tegangan internal generator yang dipengaruhi oleh eksitasi medan, dan tegangan infinite bus.

2.1.2 Kestabilan Tegangan [1]

Kestabilan tegangan merupakan kemampuan suatu sistem tenaga dalam mempertahankan tegangan yang tetap pada semua bus setelah mengalami gangguan saat diberikan pada kondisi awal. Kestabilan ini

(29)

tergantung pada kemampuannya menjaga keseimbangan antara permintaan beban dan suplai beban. Akibat dari ketidakstabilan tegangan adalah hilangnya beban atau terjadi pemadaman di suatu daerah. Kestabilan tegangan dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:

a. Kestabilan Tegangan Gangguan Kecil

Kestabilan tegangan gangguan kecil merupakan kemampuan suatu tegangan dalam mempertahankan tegangan pada sistem akibat terjadinya gangguan kecil. Gangguan kecil pada ketabilan tegangan disebabkan karena perubahan beban yang kecil.

b. Kestabilan Tegangan Gangguan Besar

Gangguan besar yang mempengaruhi kestabilan tegangan antara lain adalah generator outage dan short circuit. Sistem tenaga yang stabil mampu mempertahankan tegangannya dalam keadaan steady setelah mengalami gangguan besar. Cara untuk menentukan kestabilan tegangan adalah dengan melakukan pengujian pada sistem tenaga selama periode waktu tertentu untuk mengamati kinerja peralatan dan peralatan pengaman pada sistem tenaga listrik tersebut ketika terjadi gangguan.

Gangguan kestabilan tegangan dapat dibagi menjadi 2 jangka waktu yaitu jangka panjang dan pendek. Pada gangguan jangka pendek dapat menyebabkan kedip tegangan (Voltage sag) dan kenaikan tegangan (sweels). Magnitude tegangan efektif berubah terhadap harga nominalnya selama 0,5 cycle sampai 1 menit merupakan fenomena yang terjadi saat kedip tegangan. Sedangkan tegangan efektif yang naik terhadap harga nominalnya selama 0,5 cycle sampai 1 menit merupakan fenomena yang terjadi saat kenaikan tegangan. Pada gangguan jangka panjang sistem akan mengalami tegangan lebih (overvoltage) atau tegangan kurangan (undervoltage). Nilai efektif tegangan akan melebihi 110% dari tegangan lebih dari 1 menit ketika sistem mengalami tegangan lebih dan nilai efektif akan menurun lebih dari 90% dari tegangan nominal lebih dari 1 menit ketika siste mengalami tegangan kurang.

2.1.3 Kestabilan Frekuensi [1]

Kestabilan frekuensi merupakan kemampuan sistem tenaga dalam mempertahankan frekuensi yang tetap setelah mengalami gangguan yang besar akibat ketidakseimbangan antara generator dan beban. Kestabilan ini tergantung antara sistem pembangkit dan beban. Ketidakstabilan

(30)

frekuensi dapat terjadi akibat perubahan frekuensi yang terus menerus sehingga mengakibatkan generator outage atau pemadaman beban. Umumnya faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan frekuensi adalah kurangnya respon peralatan dalam menanggapi adanya gangguan, peralatan proteksi yang buruk, atau cadangan berputar generator yang tidak mencukupi.

2.2 Kestabilan Transien

Kestabilan transien merupakan kemampuan suatu sistem tenaga dalam mempertahankan kondisinya dalam keadaan sinkron setelah terjadi gangguan besar yang mendadak selama satu “swing” yang pertama dengan pengatur tegangan otomatis (AVR) dan governor belum bekerja. Kestabilan transien terjadi akibat gangguan besar misalnya hilangnya pembangkitan atau beban yang besar hilang secara tiba-tiba, jika hal tersebut terjadi maka sistem harus mampu menyeimbangkan antara energi masukan dan keluaran elektris pada sistem. Jika energi input lebih kecil, akan terjadi perlambatan pada inersia rotor mesin yang sedang bekerja. Sedangkan jika energi input lebih besar dari beban elektris, mesin akan bergerak sangat cepat. Jadi dengan adanya ketidakseimbangan antara daya pembangkit dan beban akan menimbulkan keadaan transien sehingga dapat menimbulkan berayunnya rotor dari mesin sinkron karena adanya torsi yang mengakibatkan percepatan atau perlambatan pada rotor tersebut.

Misalkan jika terdapat pembangkitan yang berlebihan, maka sebagian besar energi tersebut akan diubah menjadi energi kinetik yang akan mengakibatkan bertambah besarnya sudut rotor. Jika sudut rotor bertambah besar, belum tentu sinkronisasi akan hilang karena yang menentukan hilangnya sinkronisasi adalah adanya perbedaan sudut rotor atau daya antara mesin-mesin dalam sistem tersebut yang diukur terhadap referensi putaran motor.

Terdapat hubungan yang erat antara sudut rotor generator dengan waktu yang ditunjukkan pada gambar 2.2 di bawah ini. Dapat dijelaskan bahwa meskipun semua sudut rotor meningkat tetapi perbedaan sudut rotor antara mesin-mesin adalah kecil, dan sudut rotor tersebut kembali menuju ke posisi yang baru maka sistem tersebut dikatakan stabil. Jika sudut rotor antara mesin-mesin tersebut mengalami kenaikan dan tidak kembali pada satu titik maka sistem tersebut dikatakan tidak stabil.

(31)

Gambar 2.2Hubungan Antara Sudut Rotor dan Waktu pada Kestabilan Transien

Analisa kestabilan transien ini sangat dibutuhkan untuk menentukan peralatan pengaman yang diperlukan, waktu pemutusan kritis circuit

breaker, level tegangan dan kemampuan transfer antara satu sistem

dengan sistem yang lain.

2.2.1 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Transien

Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi kestabilan transien generator pada suatu sistem tenaga diantaranya:

a. Reaktansi sistem setelah gangguan. Jika nilainya semakin rendah, maka Pmax juga semakin rendah.

b. Durasi fault clearing time. Semakin lama kegagalan maka semakin lama rotor akan dipercepat dan semakin banyak energi kinetik yang diperoleh.

c. Semakin tinggi momen inersia, maka semakin lambat laju perubahan sudut dan semakin rendah energi kinetik yang diperoleh.

d. Tegangan internal generator yang ditentukan oleh sistem eksitasi generator dan tegangan bus yang meningkat tajam. e. Beban generator sebelum gangguan.

f. Rektansi internal generator. Semakin rendah reaktansi maka semakin tinggi daya puncak dan semakin rendah sudut rotor awal.

g. Output generator selama kegagalan tergantung dari letak dan jenis kegagalan. δ δ Time Time Transien Tidak Stabil Transien Stabil

(32)

2.3 The Swing Equation [6]

Dalam mesin sinkron, prime mover menyalurkan torsi mekanik 𝑇𝑚

pada poros mesin sehingga dihasilkan torsi elektromagnetik 𝑇𝑒. Jika

terdapat ganguan pada sistem, maka torsi mekanik akan menjadi lebih besr daripada torsi elektromagnetik, berikut adalah rumus percepatan torsi 𝑇𝑎 :

𝑇𝑎= 𝑇𝑚− 𝑇𝑒 (2.1)

Persamaan tersebut mengabaikan torsi yang ditimbulkan oleh rugi-rugi gesekan, rugi-rugi inti pada mesin. 𝑇𝑎 merupakan efek dari percepatan

mesin yang memiliki momen inersia 𝐽(𝑘𝑔. 𝑚2) yang terdiri dari momen

inersia generator dan prime mover, maka: 𝐽𝑑𝜔𝑚

𝑑𝑡 = 𝑇𝑎= 𝑇𝑚− 𝑇𝑒 (2.2)

Dimana t merupakan waktu dalam satuan detik dan 𝜔𝑚 merupakan

kecepatan sudut rotor mesin dalam satuan rad/s. Jika 𝜔0𝑚 merupakan

kecepatan sudut rotor mesin dalam satuan rad/s, maka J dapat ditulis dalam rumus: 𝐽 = 2𝐻 𝜔0𝑚2 𝑉𝐴𝑏𝑎𝑠𝑒 (2.3) Sehingga, 2𝐻 𝜔0𝑚2 𝑉𝐴𝑏𝑎𝑠𝑒 𝑑𝜔𝑚 𝑑𝑡 = 𝑇𝑚− 𝑇𝑒 (2.4)

Jika 𝜔𝑟 ditetapkan sebagai kecepatan sudut rotor dalan satuan rad/s

dan dalam rating nilai 𝜔0 maka persamaan rumusnya dapat ditulis sebagai

berikut:

2𝐻𝑑𝜔𝑟

𝑑𝑡 = 𝑇𝑚− 𝑇𝑒 (2.5)

Sehingga dapat diketahui sebagai berikut:

𝑑𝜔𝑟

𝑑𝑡 =

𝑑2𝛿

𝜔0𝑑𝑡2 (2.6)

Dimana 𝛿 adalah posisi dari sudut rotor dalam satuan (rad/s) yang berputar secara sinkron, maka dengan menggabungkan persamaan (2.5) dan persamaan (2.6) maka akan menghasilkan persamaan ayunan (swing) seperti pada persamaan (2.7) di bawah ini. Dinamakan persamaan ayunan karena menggambarkan ayunan sudut rotor 𝛿 selama terdapat gangguan.

2𝐻

𝜔0

𝑑2𝛿

𝑑𝑡 = 𝑇𝑚− 𝑇𝑒 (2.7)

Suatu sistem memerlukan sudut rotor agar berada dalam keadaan stabil selama terjadinya gangguan. Jika sudut rotor meningkat secara tajam dan tidak pasti, maka mesin dikatakan tidak stabil karena tidak

(33)

kembali ke keadaan seimbang. Dalam sistem multi mesin, akibatnya mesin akan mengalami lepas sinkron.

2.4 Ganguan yang Mempengaruhi Kestabilan

Kestabilan dalam sistem tenaga listrik dipengaruhi oleh beberapa gangguan, diantaranya akibat penambahan beban secara tiba-tiba, terjadinya hubung singkat, starting motor, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.4.1 Penambahan Beban Secara Tiba-Tiba

Pada suatu sistem tenaga, jika dilakukan penambahan beban secara tiba-tiba akan mengakibatkan penurunan frekuensi yang sangat signifikan karena sistem membutuhkan arus yang sangat besar. Sistem akan menjadi tidak sinkron meskipun beban belum menjangkau daya maksimum atau batas kestabilannya. Sehingga keluaran generator atau daya elektriknya jauh melebihi input generator atau daya mekanik prime mover yang menghasilkan daya dan menggunakan energi kinetik dari generator untuk menyuplai kekurangannya. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan frekuensi dan putaran generator. Ketika terjadi penambahan beban. Generator akan mendapatkan goncangan yang besar dan ayunan yang besar, sehingga generator menjadi tidak stabil atau lepas sinkron akibat sudut daya melewati titik kritis kestabilan.

2.4.2 Terjadinya Hubung Singkat

Pada suatu sistem tenaga tidak lepas dari gangguan hubung singkat yang sering kali terjadi akibat kegagalan isolasi pada peralatan, jatuhnya pohon akibat angin atau tumbang, jatuhnya ranting pohon, dan akibat sambaran petir. Pada gangguan hubung singkat, arus yang sangat besar akan mengalir menuju ke titik gangguan yang mengakibatkan tegangan akan menurun secara drastis. Arus yang sangat besar merupakan kontribusi dari motor induksi dan generator pada suatu sistem tersebut. 2.4.3 Starting Motor

Besarnya arus ketika motor melakukan starting adalah 4 sampai 7 kali arus nominal karena ketika starting motor membuthkan torsi awal yang besar untuk melawan inersianya dari keadaan diam. Akibat dari starting motor tersebut adalah terjadinya penurunan tegangan atau drop tegangan sehingga sistem menjadi tidak stabil. Terjadinya drop tegangan

(34)

sangat membahayakan peralatan-peralatan yang digunakan pada sistem. Jika drop tegangan masih berada pada batas yang telah ditetapkan maka kestabilan pada sistem tidak akan terganggu secara signifikan.

2.5 Critical Clearig Time

Salah satu tujuan menganalisa kestabilan transien pada suatu sistem adalah untuk mendesain proteksi dan Circuit Breaker (CB) yang digunakan. CB memiliki kemampuan untuk mendeteksi gangguan. Waktu CB untuk terbuka harus lebih cepat dari CCT (Critical Clearing

Time) atau waktu pemadaman kritis agar generator tidak mengalami lepas

sinkron. Waktu pemutusan kritis ini untuk menentukan waktu pada suatu sistem dapat kembali ke keadaan stabil atau tidak setelah mengalami gangguan, atau dengan kata lain generator akan sinkron jika tidak melebihi CCT dan jika melebihi CCT generator akan lepas sinkron [5]. 2.6 Standar yang berkaitan dengan Kestabilan Transien

Terdapat beberapa standar yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis kestabilan transien, diantaranya adalah standar frekuensi kerja untuk generator, standar kedip tegangan, standar tegangan PLN, dan standar CCT yang dijelaskan sebagai berikut:

2.6.1 Standar Frekuensi Kerja untuk Generator [8]

Berdasarkan IEEE C37.106-2003 dalam judulnya Guide for

Abnormal Frequency Protection for Power Generatimg Plants, standar

frekuensi kerja untuk generator dapat diilustrasikan pada gambar 1.2 di bawah ini. Diketahui bahwa daerah yang tidak diarsir antara 59.5 Hz dan 60.5 Hz merupakan daerah dengan frekuensi operasi yang tidak terbatas. Artinya suatu pembangkit diizinkan untuk beroperasi pada daerah frekuensi tersebut. Daerah diatas 60.5 Hz dan di bawah 59.5 Hz merupakan daerah dengan frekuensi yang terbatas. Gambar 2.3 dibawah ini merupakan gambar standar frekuensi berdasarkan IEEE C37.106-2003:

(35)

Gambar 2.3Standar Frekuensi Berdasarkan IEEE Std C37.106-2003

Pada tugas akhir ini digunakan standar 50 Hz sehingga di konversi kedalam frekuensi 50 Hz dari standar frekuensi 60 Hz IEEE Std C37.106-2003 dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1Konversi Frekuensi 60Hz ke 50 Hz

Underfrequency limit Overfrequency limit Minimum time 50 – 49.583 Hz 50 – 50.417 Hz N/A (continuous operating range) 49.5 – 48.75 Hz 50.5 – 51.25 Hz 3 minutes 48.667 – 48.25 Hz 51.333 – 51.417 Hz 30 seconds 48.167 – 47.833 Hz 7.5 seconds 47.75 – 47.417 Hz 45 cycles 47.333 – 47.083 Hz 7.2 cycles

Less than 47 Hz Greater than 51.417 Hz Instantaneous trip

2.6.2 Standar Kedip Tegangan

Akibat dari terjadinya gangguan seperti penambahan beban secara mendadak, gangguan hubung singkat, dan akibat arus starting motor 5 hingga 6 kali arus nominal, maka akan terjadi efek kedip tegangan. Kedip tegangan tersebut besarnya harus dibatasi agar tidak membahayakan

(36)

peralatan. Standar kendip tegangan adalah berdasarkan standar SEMI F47 yang gambarnya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4Standar Kedip Tegangan Berdasarkan SEMI F47

Berdasarkan gambar standar kedip tegangan diatas dapat diketahui bahwa untuk lama kedip tegangan 50% dari nominal diperbolehkan selama 0,2 detik, sedangkan untuk kedip tegangan 70% dari nominal diperbolehkan selama 0,5 detik, dan untuk kedip tegangan 80% dari nominal diperbolehkan selama 1 detik. Untuk mempermudah memahaminya dapat disimpulkan seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.2Standar Kedip Tegangan Berdasarkan SEMI F47

VOLTAGE SAG DURATION VOLTAGE SAG

Second (s) Milliseconds (ms) Cycles at 60 hz Cycles at 50 hz Percent (%) of Equipment Nominal Voltage <0.05 s <50 <3 <2.5 Not specified 0.05 to 0.2 s 50 to 200 3 to 12 2.5 to 10 50% 0.2 to 0.5 s 200 to 500 12 to 30 10 to 25 70% 0.5 to 1.0 s 500 to 1000 30 to 60 25 to 50 80% >1.0 s >1000 >60 >50 Not specified

(37)

2.6.3 Standar Tegangan

Pada tugas akhir ini, sistem kestabilan yang dianalisa adalah sistem kestabilan yang diterapkan pada sistem kelistrikan Kalimantan, sehingga standar tegangan yang digunakan mengacu pada standar tegangan dari PLN. Di bawah ini merupakan standar tegangan berdasarkan standar dari PLN:

Tabel 2.3 Standar Tegangan Berdasarkan PLN

No Tegangan (kV) Overvoltage Undervoltage

1 20 +5% -10%

2 70 +5% -10%

3 150 +5% -10%

(38)
(39)

3

BAB III

DATA DAN METODOLOGI

3.1 Sistem Transmisi Kalimantan 275 kV Tahun 2018-2026 Sistem kelistrikan yang dibahas pada tugas akhir ini adalah sistem transmisi Kalimantan 275 kV yang terdiri dari pembangkit, gardu induk, dan saluran transmisi tahun 2022, 2024, dan 2026 setelah pembangunan yang dimulai pada tahun 2017. Sistem transmisi tersebut melewati jalur Sei Raya, Ketapang, Sampit, Palangkaraya, Banjarmasin, Balikpapan, backbone Samarinda, Bontang, dan Tanjung Redeb. Pada gambar 3.1 adalah single line diagram sistem kelistrikan di Sumatera Utara. Di bawah ini merupakan single line diagram Kalimantan tahun 2017-2026:

Backbone Sei Raya Backbone Ketapang

Backbone Sampit B ac kb on e P ala ng ka ra ya Backbone Banjarmasin B ac kb on e B ali kp ap an Backbone Samarinda B ac kb on e B on tan g B ac kb on e T an ju ng R ed eb Network 4 N etw ork 3 Network 2

(40)

3.2 Data Saluran Kalimantan 275 kV Tahun 2018-2026.

Di bawah ini merupakan tabel saluran interkoneksi Kalimantan 275 kV tahun 2018-2026:

Tabel 3.1Data Saluran Interkoneksi Kalimantan 275 kV Tahun 2018-2026

Dari Bus Ke Bus R

(Ohm) X (Ohm) Y (Ohm) Jarak (Km) Backbone Sei Raya Backbone Ketapang 0,031013 0,281756 0,0000040 230 Backbone Ketapang Backbone Sampit 0,031013 0,281756 0,0000040 143,5 Backbone Sampit Backbone Palangkaraya 0,031013 0,281756 0,0000040 110 Backbone Palangkaraya Backbone Banjarmasin 0,031013 0,281756 0,0000040 180 Backbone Banjarmasin Backbone Balikpapan 0,031013 0,281756 0,0000040 370 Backbone Balikpapan Backbone Samarinda 0,031013 0,281756 0,0000040 95 Backbone Samarinda Backbone Bontang 0,031013 0,281756 0,0000040 85 Backbone Bontang Backbone Tanjung Redeb 0,031013 0,281756 0,0000040 40

Tabel 3.2Data Saluran Kalimantan Barat Tahun 2018-2026

Dari Bus Ke Bus R

(Ohm) X (Ohm) Y (Ohm) Jarak (Km) Sambas Singkawang 0,118300 0,406940 0,0000028 137,6 Singkawang Bengkayang 0,118300 0,406940 0,0000028 147,13 Bengkayang Ngabang 0,060000 0,296140 0,0000039 90 Ngabang Tayan 0,060000 0,296140 0,0000039 55 Tayan Siantan 0,118300 0,406940 0,0000028 92

Siantan Sei Raya 0,118300 0,406940 0,0000028 36,06

Siantan Kota Baru 1 0,118300 0,406940 0,0000028 39,69

Siantan Parit Baru 0,118300 0,406940 0,0000028 10,2

Kota Baru Parit Baru 0,118300 0,406940 0,0000028 10,2

Parit Baru Senggiring 0,118300 0,406940 0,0000028 84,35 Senggiring Singkawang 0,118300 0,406940 0,0000028 176,6

Kota Baru Cemara 0,064700 0,280000 0,0000041 10

Cemara Sei Raya 0,064700 0,280000 0,0000041 10

Ketapang Sukadana 0,064700 0,280000 0,0000041 100 Kendawangan Ketapang 0,064700 0,280000 0,0000041 95 Tayan Sanggau 0,064700 0,280000 0,0000041 90 Sanggau Sekadau 0,064700 0,280000 0,0000041 50 Singkawang PLTU SIngkawang 0,095000 0,388000 0,0000029 30 Sintang Sekadau 0,064700 0,280000 0,0000041 90 Sukadana Sandai 0,064700 0,280000 0,0000041 90 Sandai Tayan 0,064700 0,280000 0,0000041 150

Kota Baru 1 Rasau 0,064700 0,280000 0,0000041 30

Entikong Sanggau 0,064700 0,280000 0,0000041 130

Nanga Pinoh Kota Baru 2 0,064700 0,280000 0,0000041 90

(41)

Tabel 3.3 Lanjutan Data Saluran Kalimantan Barat Tahun 2018-2026

Dari Bus Ke Bus R

(Ohm) X (Ohm) Y (Ohm) Jarak (Km)

Sintang Nanga Pinoh 0,0647 0,28 0,0000041 45

Kendawangan Air Upas 0,0647 0,28 0,0000041 90

Tayan PLTU Kalbar 3 0,0199 0,2874 0,0000042 30

Tabel 3.4Data Saluran Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun 2018-2026

Dari Bus Ke Bus R

(Ohm) X (Ohm) Y (Ohm) Jarak (Km) Sampit Kasongan 0,06 0,296140 0,0000039 100 Kasongan Palangkaraya 0,06 0,296140 0,0000039 75 Palangkaraya Pembangkit Pulpis 0,1183 0,406940 0,0000028 47 Palangkaraya Pulpis 0,1183 0,406940 0,0000028 42,5 Pulpis Selat 0,1183 0,406940 0,0000028 19,25 Pembangkit Pulpis Selat 0,1183 0,406940 0,0000028 15,75 Sebar Trisakti 150 0,1183 0,406940 0,0000028 15 Trisakti 150 Mantuil 0,06 0,296140 0,0000039 15,154 Mantuil Bandara 0,06 0,296140 0,0000039 16 Bandara Cempaka 0,06 0,296140 0,0000039 12 Mantuil Asam 0,06 0,296140 0,0000039 110 Asam Satui 0,1183 0,406940 0,0000028 77,35

Satui Batu Licin 0,1183 0,406940 0,0000028 50

Asam Pelai Hari 0,095 0,388000 0,0000029 59,1

Pelai Hari Cempaka 0,095 0,388000 0,0000029 16,35

Cempaka Barikin 0,1183 0,406940 0,0000028 53,125 Sebar Kayutangi 0,1183 0,406940 0,0000028 17 Kayutanngi Barikin 0,06 0,296140 0,0000039 120 Barikin Amuntai 0,1183 0,406940 0,0000028 40 Barikin Tanjung 0,06 0,296140 0,0000039 60 Tanjung Buntok 0,06 0,296140 0,0000039 130

Buntok Muara Teweh 0,06 0,296140 0,0000039 110

PLTU Sampit Sampit 0,129 0,404900 0,0000028 24

Kayutangi Sei Tabuk 0,0647 0,280000 0,0000041 15

Sei Tabuk Mantuil 0,0647 0,280000 0,0000041 15

Trisakti 150 Gis Ulin 0,129 0,404900 0,0000028 12

Cempaka Gis Ulin 0,0647 0,280000 0,0000041 32

Muara Teweh Puruk Cahu 0,0647 0,280000 0,0000041 47 Paringin Incomer 1 phi

(Barikin-Tanjung) 0,0647 0,280000 0,0000041 2 Paranggean Incomer 1 phi

(Kasongan-Sampit)

0,129 0,404900 0,0000028 15 Puruk Cahu Kuala Kurun 0,0647 0,280000 0,0000041 98

(42)

Tabel 3.5 Lanjutan Data Saluran Kalimantan Selatan dan Tengah Tahun

2018-2026

Dari Bus Ke Bus R

(Ohm) X (Ohm) Y (Ohm) Jarak (Km)

Kasongan Kuala Kurun 0,0647 0,28 0,0000041 120

Selat Sebar 42

PLTU Sampit Kuala Pambuang 0,0647 0,28 0,0000041 80

Sebar Trisakti 0,0647 0,28 6

Bati Incomer 1 phi

(Asam-Cempaka) 0,0647 0,28 0,0000041 6 Pangkalan Bun Sukamara 0,0647 0,28 0,0000041 70 Pangkalan Banteng Incomer 1 phi (Pangkalan Bun-Sampit) 0,129 0,28 0,0000028 24

Nanga Bulik Incomer 1 phi (Pangkalan Bun-Sukamara)

0,0647 0,28 0,0000041 35

Amuntai Tamiang 0,0647 0,28 0,0000041 15

Tabel 3.6Data Saluran Kalimantan Timur dan Utara Tahun 2018-2026

Dari Bus Ke Bus R

(Ohm) X (Ohm) Y (Ohm) Jarak (Km) Bontang Sanggata 0,0647 0,28 0,0000041 47,68 Bontang Samberah 0,0647 0,28 0,0000041 55

Samberah New Samarinda 0,0199 0,2874 0,0000042 20

Samberah Sambutan 0,0647 0,28 0,0000041 50

Sambutan Bukuan 0,0647 0,28 0,0000041 7,2

Bukuan Haru 0,1290 0,4049 0,0000028 12

Haru Tengkawang 0,0647 0,28 0,0000041 8,3

Tengkawang Embalut 0,0647 0,28 0,0000041 15,8

Embalut Bukit Biru 0,129 0,4049 0,0000028 20,5

Embalut Cogindo 0,129 0,4049 0,0000028 1,5

Karjo Manggan 0,0647 0,28 0,0000041 21,2

Manggan Senipah 0,0647 0,28 0,0000041 93

Manggan New Balikpapan 0,129 0,4049 0,0000028 13,4

New Balikpapan Industri 0,129 0,4049 0,0000028 5

Karjo Teluk Balikpapan 0,0199 0,2874 0,0000042 11

Teluk Balikpapan Petung 0,0647 0,28 0,0000041 45,2

Petung Kuaro 0,129 0,4049 0,0000028 82

New Samarinda Embalut 0,0199 0,2874 0,0000042 16

Kuaro Tanah Grogot 0,0647 0,28 0,0000041 16

Lati Tanjung Redep 0,0647 0,28 0,0000041 30

Tanjung Selor Tidang Pale 0,0647 0,28 0,0000041 102

Tidang Pale Malinau 0,0647 0,28 0,0000041 26

(43)

Tabel 3.7 Lanjutan Data Saluran Kalimantan Timur dan Utara Tahun 2018-2026

Dari Bus Ke Bus R

(Ohm) X (Ohm) Y (Ohm) Jarak (Km)

Muara Wahau Tanjung Redep 0,0647 0,28 0,0000041 120

PLTU Kaltim 2 Bontang 0,0647 0,28 0,0000041 15

Tanjung Redep Talisayan 0,0647 0,28 0,0000041 35

Lati Tanjung Batu 0,0647 0,28 0,0000041 20

Sekatak Juata 0,0647 0,28 0,0000041 60

Juata Tarakan 0,0647 0,28 0,0000041 14

Malinau Sebuku 0,0647 0,28 0,0000041 75

Sebuku Nunukan 0,0647 0,28 0,0000041 78

Kembang Janggut Kota Bangun 0,0647 0,28 0,0000041 20 New Balikpapan GIS Balikpapan 0,033 0,086 0,0000000 10 GIS Samarinda New Samarinda 0,033 0,086 0,0000000 15

Tanah Grogot Sei Durian 0,0647 0,28 0,0000041 70

PLTA Tabang Kembang Janggut 0,0199 0,2874 0,0000042 70

Melak Ujoh Bilang 0,0647 0,28 0,0000041 75

Muara Bengkal Muara Wahau 0,0647 0,28 0,0000041 120

3.3 Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan 275 kV Tahun 2018-2026.

Berikut merupakan Data Pembangkit Kalimantan 275kV Tahun 2018-2026:

3.3.1 Pembangkit Kalimantan 275kV Tahun 2022

Tabel 3.8Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan Tahun 2022

No. Pembangkit Rating (MW)

1 BANGKANAI 1 #1 20 2 BANGKANAI 1 #2 20 3 BANGKANAI 1 #3 20 4 BANGKANAI 1 #4 20 5 BANGKANAI 1 #5 20 6 BANGKANAI 1 #6 20 7 BANGKANAI 1 #7 20 8 BANGKANAI 1 #8 20 9 MPP KALBAR 1 25 10 MPP KALBAR 2 25 11 MPP KALBAR 3 25 12 MPP KALBAR 4 25

13 PLTA RIAM KANAN1 90

14 PLTD COGINDO 1 10

15 PLTD COGINDO 2 10

16 PLTD COGINDO 3 10

(44)

Tabel 3.9Lanjutan Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan Tahun 2022

No. Pembangkit Rating (MW)

18 PLTG KALBAR PEAKER 1 25 19 PLTG KALBAR PEAKER 2 25 20 PLTG KALBAR PEAKER 3 25 21 PLTG KALBAR PEAKER 4 25 22 PLTG KALTIM PEAKER 2 #1 50 23 PLTG KALTIM PEAKER 2 #2 50 24 PLTG KALTIM PEAKER 2 #3 50 25 PLTG KALTIM PEAKER 2 #4 50 26 PLTG KALTIM PEAKER 2 #5 50 27 PLTG KALTIM PEAKING 1 80 28 PLTG KALTIM PEAKING 2 80 29 PLTG PEAKER KALTIM 4 100 30 PLTG SAMBERAH 1 20 31 PLTG SAMBERAH 2 20 32 PLTG SENIPAH 1 40 33 PLTG SENIPAH 2 40 34 PLTGU SENIPAH 36

35 PLTGU TANJUNG BATU 60

36 PLTMG BANGKANAI 2 135 37 PLTMG MPP KALTIM 1 10 38 PLTMG MPP KALTIM 2 10 39 PLTMG MPP KALTIM 3 10 40 PLTMG MPP KALTIM 4 10 41 PLTU ASAM-ASAM #1 65 42 PLTU ASAM-ASAM #2 65 43 PLTU ASAM-ASAM #3 65 44 PLTU ASAM-ASAM #4 65 45 PLTU EMBALUT 1 25 46 PLTU EMBALUT 2 25

47 PLTU EMBALUT EKSPANSI 3 50

48 PLTU KALBAR 1 #1 100 49 PLTU KALBAR 1 #2 100 50 PLTU KALBAR 2 #1 100 51 PLTU KALBAR 2 #2 100 52 PLTU KALSEL (FTP2) #1 100 53 PLTU KALSEL (FTP2) #2 100 54 PLTU KALSELTENG 1 #1 100 55 PLTU KALSELTENG 1 #2 100 56 PLTU KALSELTENG 2 #1 100 57 PLTU KALSELTENG 2 #2 100 58 PLTU KALTIM 4 #1 100 59 PLTU KALTIM 4 #2 100 60 PLTU KALTIM FTP 2 #1 100 61 PLTU KALTIM FTP 2 #2 100

(45)

Tabel 3.10 Tabel Lanjutan Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan Tahun 2022

No. Pembangkit Rating (MW)

62 PLTU KALTIM MT 1 27,5

63 PLTU KALTIM MT 2 28

64 PLTU KALTIM MT 5 #1 100

65 PLTU KALTIM MT 5 #2 100

66 PLTU PANTAI KURA2-1 27,5

67 PLTU PANTAI KURA2-2 27,5

68 PLTU PARIT BARU (FTP1) #1 50

69 PLTU PARIT BARU (FTP1) #2 50

70 PLTU PARIT BARU (FTP2) #1 55

71 PLTU PARIT BARU (FTP2) #2 55

72 PLTU PULPIS #1 65

73 PLTU PULPIS #2 65

74 PLTU SAMPIT 1 25

75 PLTU SAMPIT 2 25

76 PLTU SINAR MAS 1 200

77 PLTU SINAR MAS 2 200

78 PLTU TELUK BALIKPAPAN #1 110

79 PLTU TELUK BALIKPAPAN #2 110

80 SERAWAK 230

3.3.2 Pembangkit Kalimantan 275 kV Tahun 2024

Tabel 3.11 Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan Tahun 2024

No. PEMBANGKIT Rating (MW)

1 BANGKANAI 1 #1 20 2 BANGKANAI 1 #2 20 3 BANGKANAI 1 #3 20 4 BANGKANAI 1 #4 20 5 BANGKANAI 1 #5 20 6 BANGKANAI 1 #6 20 7 BANGKANAI 1 #7 20 8 BANGKANAI 1 #8 20 9 MPP KALBAR 1 25 10 MPP KALBAR 2 25 11 MPP KALBAR 3 25 12 MPP KALBAR 4 25 13 PLTA KUSAN 1 65

14 PLTA RIAM KANAN 1 90

15 PLTD COGINDO 1 10 16 PLTD COGINDO 2 10 17 PLTD COGINDO 3 10 18 PLTD COGINDO 4 10 19 PLTG KALBAR PEAKER 1 25 20 PLTG KALBAR PEAKER 2 25

(46)

Tabel 3.12 Lanjutan Data Kapasitas Pembangkit Tahun 2024

No. PEMBANGKIT Rating (MW)

21 PLTG KALBAR PEAKER 3 25 22 PLTG KALBAR PEAKER 4 25 23 PLTG KALTENG 1 100 24 PLTG KALTENG 3 100 25 PLTG KALTIM PEAKER 2 #1 50 26 PLTG KALTIM PEAKER 2 #2 50 27 PLTG KALTIM PEAKER 2 #3 50 28 PLTG KALTIM PEAKER 2 #4 50 29 PLTG KALTIM PEAKER 2 #5 50 30 PLTG KALTIM PEAKING 1 80 31 PLTG KALTIM PEAKING 2 80 32 PLTG PEAKER KALTIM 4 100 33 PLTG SAMBERAH 1 20 34 PLTG SAMBERAH 2 20 35 PLTG SENIPAH 1 40 36 PLTG SENIPAH 2 40 37 PLTGU SENIPAH 36

38 PLTGU TANJUNG BATU 60

39 PLTG BANGKANAI 2 135 40 PLTMG MPP KALTIM 1 10 41 PLTMG MPP KALTIM 2 10 42 PLTMG MPP KALTIM 3 10 43 PLTMG MPP KALTIM 4 10 44 PLTU ASAM-ASAM #1 65 45 PLTU ASAM-ASAM #2 65 46 PLTU ASAM-ASAM #3 65 47 PLTU ASAM-ASAM #4 65 48 PLTU EMBALUT 1 25 49 PLTU EMBALUT 2 25

50 PLTU EMBALUT EKSPANSI 3 50

51 PLTU KALBAR 1 #1 100 52 PLTU KALBAR 1 #2 100 53 PLTU KALBAR 2 #1 100 54 PLTU KALBAR 2 #2 100 55 PLTU KALBAR 3 #1 100 56 PLTU KALSEL (FTP2) #1 100 57 PLTU KALSEL (FTP2) #2 100 58 PLTU KALSELTENG 1 #1 100 59 PLTU KALSELTENG 1 #2 100 60 PLTU KALSELTENG 2 #1 100 61 PLTU KALSELTENG 2 #2 100 62 PLTU KALTIM 4 #1 100 63 PLTU KALTIM 4 #2 100 64 PLTU KALTIM FTP 2 #1 100

(47)

Tabel 3.13 Lanjutan Data Kapasitas Pembangkit Tahun 2024

No. PEMBANGKIT Rating (MW)

65 PLTU KALTIM FTP 2 #2 100

66 PLTU KALTIM MT 1 27,5

67 PLTU KALTIM MT 2 28

68 PLTU KALTIM MT 5 #1 100

69 PLTU KALTIM MT 5 #2 100

70 PLTU PANTAI KURA2-1 27,5

71 PLTU PANTAI KURA2-2 27,5

72 PLTU PARIT BARU (FTP1) #1 50

73 PLTU PARIT BARU (FTP1) #2 50

74 PLTU PARIT BARU (FTP2) #1 55

75 PLTU PARIT BARU (FTP2) #2 55

76 PLTU PULPIS #1 65

77 PLTU PULPIS #2 65

78 PLTU SAMPIT 1 25

79 PLTU SAMPIT 2 25

80 PTU SINAR MAS 1 200

81 PLTU SINAR MAS 2 200

82 PLTU TELUK BALIKPAPAN #1 110

83 PLTU TELUK BALIKPAPAN #2 110

84 SERAWAK 230

3.3.3 Pembangkit Kalimantan 275 kV Tahun 2026

Tabel 3.14 Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan Tahun 2026

No. PEMBANGKIT Rating (MW)

1 BANGKANAI 1 #1 20 2 BANGKANAI 1 #2 20 3 BANGKANAI 1 #3 20 4 BANGKANAI 1 #4 20 5 BANGKANAI 1 #5 20 6 BANGKANAI 1 #6 20 7 BANGKANAI 1 #7 20 8 BANGKANAI 1 #8 20 9 MPP KALBAR 1 25 10 MPP KALBAR 2 25 11 MPP KALBAR 3 25 12 MPP KALBAR 4 25 13 PLTA KUSAN 1 65

14 PLTA RIAM KANAN 1 90

15 PLTD COGINDO 1 10

16 PLTD COGINDO 2 10

17 PLTD COGINDO 3 10

18 PLTD COGINDO 4 10

(48)

Tabel 3.15 Lanjutan Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan Tahun 2024

No. PEMBANGKIT Rating (MW)

20 PLTG KALBAR PEAKER 2 25 21 PLTG KALBAR PEAKER 3 25 22 PLTG KALBAR PEAKER 4 25 23 PLTG KALTENG 1 100 24 PLTG KALTENG 3 100 25 PLTG KALTIM PEAKER 2 #1 50 26 PLTG KALTIM PEAKER 2 #2 50 27 PLTG KALTIM PEAKER 2 #3 50 28 PLTG KALTIM PEAKER 2 #4 50 29 PLTG KALTIM PEAKER 2 #5 50 30 PLTG KALTIM PEAKING 1 80 31 PLTG KALTIM PEAKING 2 80 32 PLTG PEAKER KALTIM 4 100 33 PLTG SAMBERAH 1 20 34 PLTG SAMBERAH 2 20 35 PLTG SENIPAH 1 40 36 PLTG SENIPAH 2 40 37 PLTGU SENIPAH 36

38 PLTGU TANJUNG BATU 60

39 PLTG BANGKANAI 2 135 40 PLTMG MPP KALTIM 1 10 41 PLTMG MPP KALTIM 2 10 42 PLTMG MPP KALTIM 3 10 43 PLTMG MPP KALTIM 4 10 44 PLTU ASAM-ASAM #1 65 45 PLTU ASAM-ASAM #2 65 46 PLTU ASAM-ASAM #3 65 47 PLTU ASAM-ASAM #4 65 48 PLTU EMBALUT 1 25 49 PLTU EMBALUT 2 25

50 PLTU EMBALUT EKSPANSI 3 50

51 PLTU KALBAR 1 #1 100 52 PLTU KALBAR 1 #2 100 53 PLTU KALBAR 2 #1 100 54 PLTU KALBAR 2 #2 100 55 PLTU KALBAR 3 #1 100 56 PLTU KALBAR 3 #2 100 57 PLTU KALSEL (FTP2) #1 100 58 PLTU KALSEL (FTP2) #2 100 59 PLTU KALSELTENG 1 #1 100 60 PLTU KALSELTENG 1 #2 100 61 PLTU KALSELTENG 2 #1 100 62 PLTU KALSELTENG 2 #2 100 63 PLTU KALTIM 4 #1 100

(49)

Tabel 3.16 Lanjutan Data Kapasitas Pembangkit Kalimantan Tahun 2024

No. PEMBANGKIT Rating (MW)

64 PLTU KALTIM 4 #2 100 65 PLTU KALTIM FTP 2 #1 100 66 PLTU KALTIM FTP 2 #2 100 67 PLTU KALTIM MT 1 27,5 68 PLTU KALTIM MT 2 28 69 PLTU KALTIM MT 5 #1 100 70 PLTU KALTIM MT 5 #2 100

71 PLTU PANTAI KURA2-1 27,5

72 PLTU PANTAI KURA2-2 27,5

73 PLTU PARIT BARU (FTP1) #1 50

74 PLTU PARIT BARU (FTP1) #2 50

75 PLTU PARIT BARU (FTP2) #1 55

76 PLTU PARIT BARU (FTP2) #2 55

77 PLTU PULPIS #1 65

78 PLTU PULPIS #2 65

79 PLTU SAMPIT 1 25

80 PLTU SAMPIT 2 25

81 PTU SINAR MAS 1 200

82 PLTU SINAR MAS 2 200

83 PLTU TELUK BALIKPAPAN #1 110

84 PLTU TELUK BALIKPAPAN #2 110

85 SERAWAK 230

3.4 Data Kapasitas Beban Kalimantan 275 kV Tahun 2018-2026 Berikut merupakan Data Kapasitas Beban Kalimantan 275 kV Tahun 2018-2026:

Tabel 3.17 Data Kapasitas Beban Kalimantan Tahun 2018-2026

No. Nama Rated kV MW

2022 2024 2026

1 Beban Air Upas 150 24,918 24,844 25,038

2 Beban Amuntai 150 33,081 32,60 37,64 3 Beban Aranio 150 3,718 3,960 4,219 4 Beban Asam 150 16,439 18,750 21,377 5 Beban Bandara 150 28,975 34,202 40,388 6 Beban Barikin 150 35,188 39,632 44,759 7 Beban Bati 150 22,977 26,768 31,137 8 Beban Batulicin 150 39,143 46,100 54,277 9 Beban Bengkayang 150 10,667 13,038 15,604 10 Beban Bontang 150 28,804 34,253 40,327

11 Beban Bontang Koala 150 12,266 34,253 16,937

12 Beban Bukit Biru 150 38,629 45,607 53,663

(50)

Tabel 3.18 Lanjutan Data Kapasitas Beban Kalimantan Tahun 2018-2026

No. Nama Rated kV MW

2022 2024 2026 14 Beban Buntok 150 15,059 17,255 19,319 15 Beban Cemara 150 49,225 53,627 57,307 16 Beban Cempaka 70kV 70 5,799 5,298 4,430 17 Beban Cempaka 150kV 150 83,922 10,0467 120,281 18 Beban Embalut 150 29,914 33,828 37,933 19 Beban Entikong 150 6,720 8,194 9,856

20 Beban Gis Balikpapan 150 25,456 29,736 34,616

21 Beban Gis Ulin 150 71,613 83,726 97,922

22 Beban Grogot 150 28,154 34,094 41,093 23 Beban Haru 150 36,327 41,763 47,337 24 Beban Industri 150 65,007 68,962 63,184 25 Beban Kandangan 150 14,699 16,695 19,036 26 Beban Karingau 150 14,00 16,30 18,80 27 Beban Karjo 150 44,881 50,613 56,970 28 Beban Kasongan 150 22,120 25,782 30,173

29 Beban Kayan Hulu 150 - - 0,921

30 Beban Kayutangi 150 17,333 20,085 23,287 31 Beban Kembang Janggut 150 1,879 2,181 2,372 32 Beban Kendawangan 150 4,810 5,731 7,056 33 Beban Ketapang 150 12,201 19,898 27,584 34 Beban Komam 150 4,081 4,789 5,595

35 Beban Kota Bangun 150 6,032 7,144 8,408

36 Beban Kota Baru 150 18,705 21,266 23,827

37 Beban Kota Baru 1 150 42,962 52,308 62,588

38 Beban Kota Baru 2 150 6,045 7,423 8,840

39 Beban Krayan 150 - - 0,926

40 Beban Kuala Kurun 150 4,942 5,599 6,257

41 Beban Kuaro 150 6,723 7,952 9,477 42 Beban Malinau 150 17,218 16,639 16,861 43 Beban Maloi 150 2,974 3,949 5,060 44 Beban Manggar 150 62,734 71,675 81,747 45 Beban Mantul 150 42,371 50,023 59,076 46 Beban Marabahan 150 9,330 10,412 11,640 47 Beban Melak 150 16,603 19,490 22,651

48 Beban Muara Bengkal 150 2,422 2,386 2,397

49 Beban Muara Teweh 150 13,552 15,397 17,176

50 Beban Muara Wahau 150 4,247 4,974 5,701

51 Beban Nangabulik 150 5,998 6,829 6,499

52 Beban Nanga Pinoh 150 12,563 14,697 16,566

53 Beban New

(51)

Tabel 3.19 Lanjutan Data Kapasitas Beban Kalimantan Tahun 2018-2026

No. Nama Rated kV MW

2022 2024 2026

54 Beban New Palangka 150 35,011 41,131 48,481

55 Beban New Samarinda 150 34,320 40,506 47,518 56 Beban Ngabang 150 10,605 12,364 14,061 57 Beban Nunukan 150 - - 24,080 58 Beban Palangka 150 39,620 46,533 54,854 59 Beban Pangkalbun 150 22,176 25,991 30,321 60 Beban Paranggean 150 7,532 8,372 9,351 61 Beban Paringin 150 17,644 20,067 22,872

62 Beban Parit Baru 150 29,715 38,499 47,085

63 Beban Pangkalan

Banteng 150 7,678 8,639 9,728

64 Beban Pelaihari 150 29,170 34,147 39,952

65 Beban Petung 150 24,258 28,476 33,774

66 Beban PLTU Sampit1 150 12,787 12,779 12,829

67 Beban Pulpis 150 11,860 13,674 15,802

68 Beban Puruk Cahu 150 6,597 7,580 8,548

69 Beban Putussibau 150 11,817 13,815 15,574

70 Beban PLTU Lati 6,074 6,297 2,926

71 Beban Rantau 150 36,818 42,973 50,360 72 Beban Rasau 150 24,951 24,969 24,885 73 Beban Samarinda 150 25,674 29684 34,142 74 Beban Sambas 150 31,518 36,340 40,709 75 Beban Samberah 150 17,746 20,107 22,526 76 Beban Samboja 150 7,605 8,975 10,446 77 Beban Sambutan 150 33,200 39,660 46,235 78 Beban Sampit 150 41,082 48,735 58,087 79 Beban Sandai 150 4,907 5,994 6,969 80 Beban Sanga 150 3,577 4,249 5,046 81 Beban Sanggata 150 25,925 29,968 34,400 82 Beban Sanggau 150 25,631 34294 43,995 83 Beban Satui 150 19,301 22,054 25,170 84 Beban Sebar 150 13,965 15,736 17,744 85 Beban Sebuku 150 1,043 1,087 1,021

86 Beban Sei Raya 150 127,374 144,203 160,523

87 Beban Sei Tabuk 150 18,530 24,671 24,464

88 Beban Sekadau 150 11,802 14,429 17,258 89 Beban Sekatak 150 3,678 3,812 3,604 90 Beban Selat 150 31,126 35,584 40,731 91 Beban Semparuk 150 11,106 13,448 14,356 92 Beban Senggiring 150 29,944 31,525 33,53 93 Beban Senipah 150 12,687 14,763 17,166 94 Beban Sepaku 150 2,496 2,774 3,050

(52)

Tabel 3.20 Lanjutan Data Kapasitas Beban Kalimantan Tahun 2018-2026

No. Nama Rated kV MW

2022 2024 2026 95 Beban Sepaso 150 2,851 3,353 3,898 96 Beban Siantan 150 62,665 73,284 83,675 97 Beban Singkawang 150 52,897 63,744 73,695 98 Beban Sintang 150 18,012 26,649 36,113 99 Beban Sukadana 150 12,101 14,948 17,125 100 Beban Sukamara 150 4,275 4,875 5,457 101 Beban Talisayan 150 2984 2726 2,926 102 Beban Tanjung 150 35,001 41,083 48,236

103 Beban Tanjung Batu 150 1,026 1,026 1,018

104 Beban Tanjung Redep 150 52,567 52,480 51,549 105 Beban Tanjung Selor 150 22,993 21,878 22,533

106 Beban Tarakan 150 25 25 25

107 Beban Tayan 150 16,946 20,664 24,879

108 Beban Teluk

Balikpapan 150 13,976 16,149 18,498

109 Beban Tengkawang 150 95,207 103,099 110,407

110 Beban Tidang Pale 150 3,323 3,264 3,255

111 Beban Trisakti 70kV 70 13,405 11,011 12,871

112 Beban Trisakti 150kV 150 81,978 100,428 117,469

113 Beban Ujoh Bilang 150 - 4,005 4,300

3.5 Metodologi Simulasi

Gambar 3.2 Diagram Alir Metode

Mulai Pengumpulan Data: 1. Data Pembangkit 2. Data Saluran 3. Data Beban Pemodelan Sistem:

Sistem Interkonesi 275kV dari Sei Raya, Ketapang, Sampit, Palangkaraya, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, Bontang, dan Tanjung Redeb.

Gambar

Gambar 2.1 Klasifikasi Kestabilan Berdasarkan IEEEKestabilan Sistem
Gambar 2.3 Standar Frekuensi Berdasarkan IEEE Std C37.106-2003
Gambar 2.4 Standar Kedip Tegangan Berdasarkan SEMI F47
Gambar 3.1 Single Line Diagram  Kalimantan 275kV
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa sehubungan dengan maksud huruf a dan b tersebut diatas, Izin Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Jalur Kereta Api Rejosari-Tarahan Kabupaten Lampung

Dari tabel 1 diketahui kurang dari setengah siswa di dalam kelas X Matematika Ilmu Alam (MIA) 1 SMAN 2 Pontianak tampak tidak pernah mengikuti kegiatan seni

Berdasarkan dari hasil analisis data disebutkan bahwa penerapan prinsip umum CSR berdasarkan prinsip Akuntabilitas suda dijalankan oleh perusahaan dengan baik hal

Pengaruh parameter terhadap kekuatan tarik memberikan pengaruh yang besar, panjang serat dan persentase serat akan meningkatkan nilai uji Tarik, sedangkan pemanasan

Perpustakaan melayani permintaan artikel jurnal atau bagian dari buku yang tidak tersedia di perpustakaan ke unit-unit informasi atau perpustakaan lain baik di dalam ataupun di

Karena dengan alasan siswa tersbut elbih baik di ruangan BK dari di kelas, kemudian kalau di ruangan BK siswa Autisme X ini akan tenang dan akan berkurang

Selebihnya ada di dalam keterangan tertulis kami, perlu juga kami sampaikan satu hal, Yang Mulia, di luar yang tertulis, tanggapan terhadap argumentasi Pemohon yang meminta

– misalkan lensa tidak dapat fokus pada semua warna pada satu titik yang sama...