• Tidak ada hasil yang ditemukan

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

tutorial 4

Prodi Teknik Industri

Fakultas Teknologi Industri

Universitas Islam Indonesia

Tahun Ajaran

2016/2017

BEBAN KERJA MENTAL

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

(2)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 1

Beban Kerja Mental

A. PENDAHULUAN

Beban kerja merupakan konsekuensi dari kegiatan yang diberikan kepada pekerja.Aktivitas pekerja pada dasarnya dapat dibedakan antara aktivitas fisik dan aktivitasmental. Dalamprakteknya beban kerja yang dijumpai merupakan kombinasi antara beban kerja fisik dan beban keja mental. Menurut Henry R.Jex (1988), beban kerja mental merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi.

Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran secara objektif dapat dilakukan dengan beberapa anggota tubuh antara lainkedipan mata,

flicker test dan pengukuran asam saliva. Sedangkan untuk pengukuran subjektif dapat

dilakukan dengan menggunakan metode NASA-TLX, Subjective Workload Assessment

Technique (SWAT), Harper Qoorper Rating (HQR), dan Task Difficulty Scale.

Pengukuran beban kerja mental secara subjektif merupakan teknik pengukuran yang paling banyak digunakan karena mempunyai tingkat validitas yang tinggi dan bersifat langsung dibandingkan dengan pengukuran lain.

Tujuan Praktikum

a. Mampu menghitung beban kerja mental operator secara subjektif dengan menggunakan metode NASA-TLX.

b. Mampu mengintrepetasikan dan menganalisa skor perhitungan beban kerja mental pada pekerjaan tertentu.

(3)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 2

B. INPUT DAN OUTPUT

Input :

1. Kuisioner NASA-TLX

2. Jumlah Tally Bobot Indikator NASA-TLX 3. Jumlah Rating Indikator NASA-TLX 4. Jenis Pekerjaan

Output :

1. Hasil kuisioner NASA-TLX 2. Skor NASA-TLX

3. Kategori beban kerja mental pada suatu pekerjaan 4. Rekomendasi beban kerja

(4)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 3

LANDASAN TEORI

Beban Kerja Mental

1. Pengertian Beban Kerja

Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang

untuk memenuhi “permintaan” dari pekerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas adalah kemampuan/kapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik maupun mental seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari kapasitas operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu. Menurut Herrianto (2010) beban kerja adalah jumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal.

Untuk mencapai beban kerja normal dalam arti volume pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan kerja cukup sulit, sehingga selalu terjadi ketidakseimbangan meskipun penyimpangannnya kecil. Beban kerja terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu :

1) Beban kerja diatas normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan lebih besar dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan melebihi kemampuan pekerjaan;

2) Beban kerja normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan sama dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan sama dengan kemampuan pekerja;

3) Beban kerja dibawah normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan lebih kecil dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan lebih rendah dari kemampuan pekerjaan.

1.1 Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Menurut Tarwaka (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja antara lain : a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti;

1. Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab pekerjaan.

(5)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 4 2. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis

b. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

(6)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 5

1. Beban Kerja Mental (Mental Workload) A. Definisi Beban Kerja Mental

Menurut Henry R. Jex, 1998, dalam bukunya “Human Mental Workload”, beban kerja mental adalah:

"Beban kerja yang merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi”.

Beban kerja mental yang berlebihan akan mengakibatkan adanya stres kerja. Menurut Lazarus (dalam Fraser, 1992) mengatakan bahwa stres kerja adalah kejadian–kejadian disekitar kerja yang merupakan bahaya atau ancaman seperti rasa takut, cemas, rasa bersalah, marah sedih, putus asa, bosan, dan timbulnya stres kerja disebabkan beban kerja yang diterima melampaui batas–batas kemampuan pekerja yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama pada situasi dan kondisi tertentu.

B. Dampak Beban Kerja Mental Berlebihan

Ada beberapa gejala yang merupakan dampak dari kelebihan beban mental berlebih, seperti yang diterangkan oleh Hancock dan Meshkati (1988), yaitu:

a. Gejala fisik

Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur lesu, kaku leher belakang sampai punggung, napsu makan menurun dan lain-lain.

b. Gejala mental

Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah tersinggung, gelisah, dan putus asa.

c. Gejala sosial atau perilaku

Banyak merokok, minum alkohol, menarik diri, dan menghindar.

Stoner (1986) mengatakan bahwa pekerjaan yang berbeda bagi setiap pekerja akan menimbulkan tingkat stres kerja yang berbeda pula. Stres kerja berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap aspek–aspek pekerjaan terutama terhadap motif berprestasi yang kelak akan berhubungan dengan proses kerja.

(7)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 6

C. Pengendalian Beban Kerja Mental Berlebihan

Cara mencegah dan mengendalikan stres kerja menurut Sauter (1990) dalam Prihatini (2007) adalah sebagai berikut

1. Beban kerja mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban berlebih maupun beban kerja yang terlalu ringan.

2. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerjaan.

3. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier, mendapatkan promosi dan pengembangan keahlian.

4. Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu dengan yang lain.

5. Tugas-tugas harus harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya.

D. Pengukuran Beban Kerja Mental 1) Metode Pengukuran Obyektif

Berdasarkan Widyanti dkk. (2010), Beban kerja mental dapat diukur dengan pendekatan fisologis (karena terkuantifikasi dengan dengan kriteria obyektif, maka disebut metode obyektif). Kelelahan mental pada seorang pekerja terjadi akibat adanya reaksi fungsionil dari tubuh dan pusat kesadaran. Pendekatan yang bisa dilakukan antara lain :

1. Pengukuran selang waktu kedipan mata (eye blink rate)

Durasi kedipan mata dapat menunjukkan tingkat beban kerja yang dialami oleh seseorang. Orang yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi kedipan matanya akan lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan (tidak terbebani mental maupun psikisnya), durasi kedipan matanya relatif cepat.

2. Flicker test

Alat ini dapat menunjukkan perbedaan performansi mata manusia, melalui perbedaan nilai flicker dari tiap individu. Perbedaan nilai flicker ini umumnya sangat dipengaruhi oleh berat/ringannya pekerjaan, khususnya yang berhubungan dengan kerja mata.

(8)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 7 3. Pengukuran kadar asam saliva

Memasang alat khusus untuk mengetahui beban kerja yang diterima pekerjayang melibatkan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar liur utama yang terletak diluar rongga mulut.

2) Metode Pengukuran Subjektif

Sedangkan metode pengukuran beban kerja secara suyektif menurut Widyanti dkk. (2010) merupakan pengukuran beban kerja mental berdasarkan persepsi subjektif responden/pekerja. Berikut ini merupakan beberapa jenis metode pengukuran subjektif : 1. National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX) 2. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)

3. Modified Cooper Harper Scaling 4. Multidescriptor Scale

5. Rating Scale Mental Effort (RSME)

Tahapan Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subjektif:

1. Menentukan faktor-faktor beban kerja mental pekerjaan yang diamati. 2. Menentukan range dan nilai interval.

3. Memilih bagian faktor beban kerja yang signifikan untuk tugas-tugas yang spesifik. 4. Menentukan kesalahan subjektif yang diperhitungkan berpengaruh dalam

memperkirakan dan mempelajari beban kerja.

Tujuan Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subjektif:

1. Menentukan skala terbaik berdasarkan perhitungan eksperimental dalam percobaan. 2. Menentukan perbedaan skala untuk jenis pekerjaan yang berbeda.

3. Mengidentifikasi faktor beban kerja mental yang secara signifikan berhubungan berdasarkan penelitian empiris dan subjektif dengan menggunakan rating beban kerja sampel populasi tertentu.

Dari beberapa metode tersebut metode yang paling banyak digunakan dan terbukti memberikan hasil yang cukup baik adalah NASA-TLX dan SWAT (Hancock dan Meshkati, 1988).

(9)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 8

3. Metode NASA-TLX A. Definisi NASA-TLX

Metode NASA-TLX merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis beban kerja mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus melakukan berbagai aktivitas dalam pekerjaannya. Metode ini di kembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames

Research Center dan Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun

1981 berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang terdiri dari skala

sembilan faktor (kesulitan tugas, tekanan waktu, jenis aktivitas, usaha fisik, usaha mental, performansi, frustasi, stress dan kelelahan). Dari sembilan faktor ini disederhanakan lagi menjadi 6 yaitu Mental demand (MD), Physical demand (PD),

Temporal demand (TD), Performance (P), Effort

(E), Frustation level (FR).

NASA-TLX (Nasa Task Load Index) adalah suatu metode pengukuran beban kerja mental secara subjektif. Pengukuran metode NASA-TLX dibagi menjadi dua tahap, yaitu perbandingan tiap skala (Paired Comparison) dan pemberian nilai terhadap pekerjaan (Event

Scoring).

B. Indikator NASA-TLX

Dalam melakukan pengukuran NASA-TLX terdapat 6 indikator yang harus diperhatikan (Hancock dan Meshkati, 1988), yaitu:

Tabel 4.1 Indikator NASA-TLX

SKALA RATING KETERANGAN

MENTAL DEMAND (MD)

Rendah, Tinggi Seberapa besar aktivitas mental dan perseptual yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari.Apakah pekerjaan tersebut

sulit,sederhana atau kompleks. Longgar atau ketat

PHYSICAL Rendah, Tinggi Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan

Perlu digarisbawahi bahwa yang diukur disini merupakan beban

kerja dari jenis pekerjaannya,

bukan beban kerja yang dimiliki

(10)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 9

SKALA RATING KETERANGAN

DEMAND (PD) (misalnya mendorong, menarik dan mengontrol putaran).

TEMPORAL DEMAND (TD)

Rendah, Tinggi Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang dirasakan selama elemen pekerjaan berlangsung. Apakah pekerjaan perlahan atau santai atau cepat dan melelahkan

PERFORMANCE

(P)

Tidak Tepat, Sempurna

Seberapa besar keberhasilan seseorang di dalam pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerjanya

FRUSTATION LEVEL (FR)

Rendah, Tinggi Seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu yang dirasakan

EFFORT (EF) Rendah, Tinggi Seberapa keras kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat performansi.

C. Pengukuran metode NASA-TLX

Langkah-langkah pengukuran dengan menggunakan NASA TLX adalah sebagai berikut (Hancock dan Meshkati, 1988):

1. Pembobotan

Pada bagian ini responden diminta untuk memilih salah satu dari dua indikator yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan tersebut. Kuesioner NASA-TLX yang diberikan berupa perbandingan berpasangan. Dari kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan paling berpengaruh. Jumlah tally menjadi bobot untuk tiap indikator beban mental. Berikut tabel perbandingan indikator NASA TLX:

(11)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 10 Tabel 4.2 Perbandingan Indikator

MD PD TD OP EF FR MD PD TD OP EF FR 2. Pemberian Rating

Pada bagian ini responden diminta memberi rating terhadap keenam indikator beban mental. Rating yang diberikan adalah subjektif tergantung pada beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut. Untuk mendapatkan skor beban mental NASA-TLX, bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan 15 (jumlah perbandingan berpasangan). Berikut skala rating dari NASA TLX:

(12)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 11 3. Menghitung nilai produk

Diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor untuk masing-masing deskriptor. Dengan demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (MD, PD, TD, CE, FR, EF):

Produk = rating x bobot faktor

4. Menghitung Weighted Workload (WWL)

Diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai produk

5. Menghitung rata-rata WWL

Diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot total

6. Interpretasi Skor

Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1981) dalam teori NASA-TLX, skor beban kerja yang diperoleh terbagi dalam tiga bagian yaitu:

Tabel 4.3 Skor NASA-TLX

Golongan Beban Kerja Nilai Rendah 0 - 9 Sedang 10 - 29 Agak Tinggi 30 - 49 Tinggi 50 - 79 Sangat Tinggi 80 - 100

Output yang dihasilkan dari pengukuran dengan NASA-TLX ini berupa tingkat beban kerja mental yang dialami oleh pekerja.

Hasil pengukuran dapat menjadi pertimbangan manajemen untuk melakukan rekomendasi, misalnya dengan mengurangi beban kerja untuk pekerjaan yang memiliki skor di atas 80, kemudian mengalokasikannya pada pekerjaan yang memiliki beban kerja di bawah 50 atau langkah-langkah yang lainnya.

(13)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 12

Contoh kasus pengukuran metode NASA-TLX

Pada kasus ini pengukuran beban kerja mental dilakukan pada pekerjaan pada bidang transportasi, khususnya pada pekerjaan sebagai supir angkutan umum, supir taksi dan supir travel pada salah satu terminal yang ada di Yogyakarta. Berikut langkah-langkah pengerjaannya:

1. Pembobotan

Kuisioner perbandingan indikator pada Tabel 4.4 disebar kepada 3 reponden yang bekerja pada satu tempat yang sama. Kemudian dilakukan rekapitulasi pada jumlah tally kuisioner yang disebarkan sehingga mendapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.4 Indikator

Tabel 4.5 Data Pembobotan Kuisioner

Objek Penelitian Indikator Total MD PD TD OP EF FR Supir Angkutan Umum 1 4 4 3 3 0 15 Supir Taksi 2 2 4 1 3 3 15 Supir Travel 2 3 2 4 0 4 15

EF

MD

PD

PD

TD

OP

EF

PD

TD

D

PD

TD TD

OP

OP

EF

(14)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 13 2. Pemberian Rating

Pemberian rating didapatkan dari lembar pengamatan yang telah diisi oleh ketiga operator setelah menyelesaikan BKM Test, operator diminta untuk memberikan rating terhadap indikator beban mental dan rating yang diberikan bersifat subjektif sesuai dengan beban mental yang dirasakan oleh operator terhadap masing-masing pekerjaannya. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.6. sebagai berikut:

Tabel 4.6. Data Hasil Rating

Objek Indikator MD PD TD OP EF FR Supir Angkutan Umum 70 90 40 40 80 0 Supir Taksi 60 70 80 50 70 70 Supir Travel 70 90 60 40 80 60 3. Nilai Produk

Nilai Produk diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor. Dengan demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (MD, PD, TD, P, EF, FR) pada masing-masing tipe soal, hasilnya pada Tabel 4.7. sebagai berikut:

Tabel 4.7. Total Nilai Produk

Objek Indikator MD PD TD OP EF FR Supir Angkutan Umum 70 360 160 120 240 0 Supir Taksi 120 140 320 50 210 210 Supir Travel 140 270 120 160 0 240

(15)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 14 3. Weighted Workload (WWL)

Weighted Workload diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai produk, hasilnya

dapat dilihat pada Tabel 4.8. sebagai berikut:

Tabel 4.8. Total Nilai Weighted Workload

Objek Indikator Total MD PD TD OP EF FR Supir Angkutan Umum 70 360 160 120 240 0 950 Supir Taksi 120 140 320 50 210 210 1050 Supir Travel 140 270 120 160 0 240 930 4. Rata-rata WWL

Rata-rata Weighted Workload diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot total yaitu 15, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.9. sebagai berikut:

Tabel 4.9. Perhitungan Rata-rata Weighted Workload

Objek Indikator Total MD PD TD OP EF FR Supir Angkutan Umum 4,67 24 10,67 8 16 0 63,3 Supir Taksi 8 9,33 21,33 3,33 14 14 70 Supir Travel 9,33 18 8 10,67 0 16 62

5. Interpretasi Skor NASA-TLX

Dari total rata-rata WWL yang didapatkan kemudian dihubungkan dengan skor NASA-TLX untuk menentukan golongan beban kerja. Didapatkan kategori untuk setiap tipe soal pada Tabel 4.6. sebagai berikut:

(16)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 15 Tabel 4.10. Kategori Penilaian Beban Kerja

Objek Nilai Beban

Kerja Kategori Supir Angkutan

Umum

63,33 Tinggi

Supir Taksi 70 Tinggi

Supir Travel 62 Tinggi

7. Analisi Hasil

7.1 Beban Kerja mental supir angkutan umum

Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan dengan menggunakan metode NASA-TLX, beban kerja mental pada operator 1 yang bekerja sebagai supir angkutan umum sebesar 63,33. Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja yang dialami oleh operator 1 berada pada 50-79 yang artinya beban kerja tinggi. Faktor dominan yang diakibatkan dari beban kerja yang tinggi pada operator 1 adalah faktor kekuatan fisik, dimana dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa salah satu aktivitas yang membuat operator 1 terbebani adalah dalam hal kebutuhan fisik (PD) dimana operator 1 yang berusia > 40 tahun dituntut untuk bekerja sebagai supir angkutan umum yang berkeliling kota mencari penumpang dari pagi hingga sore hari sehingga membutuhkan energi yang banyak dalam melakukan pekerjaannya.

(17)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 16

Latihan Soal

Pada kasus ini pengukuran beban kerja mental dilakukan pada perawat poliklinik bedah, mata, fisioterapi, internist dan neurologi sebanyak 8 responden (Hidayat dkk, 2013). Telah diketahui pembobotan dari rekapitulasi pada jumlah tally kuisioner yang disebarkan mendapatkan hasil pada Tabel 4.11 dan pemberian rating juga diketahui pada Tabel 4.12 Maka berapakah interprestasi skor dari tiap pekerjaan ?

Tabel 4.11 Data Pembobotan Kuisioner

(18)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 17

D. PRAKTIKUM

Alur pengerjaan praktikum Beban Kerja Mental seperti dijelaskan pada flowchart berikut:

Mulai Sesi Praktikum Teori dalam kelas : 1. Penyampaian materi 2. Post Test

Pengambilan data 1. Responden kerja

2. Pengisian Kuesioner NASA-TLX 3. Pemberian rating Data yang dibutuhkan terkumpul Pengolahan Data Analisis Data Pengambilan Keputusan Konsultasi kepada asisten pembimbing ACC Asisten No Pengumpulan Laporan Yes

(19)

BEBAN KERJA MENTAL

2016

Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi Page 18

E. REFERENSI

Fraser. 1992. Stres dan Kepuasan Kerja. Jakarta: Pustaka Binawan Pressindo. Hancock, P. A. & Meshkati, N. 1988. Human Mental Workload. Elsevier.

Hart, S. G. 2006. NASA-Task Load Index (NASA-TLX), 20 years later. In Human

Factors and Ergonomics Society 50th Annual Meeting (pp. 904-908). Santa Monica,

CA: Human Factors and Ergonomics Society.

Henry, R. J. 1988. Human Mental Workload. New York, USA: Elsevier Science Publisher B.V.

Herrianto, R. 2010. Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku kedokteran EGC.

Hidayat, T.F., Pujangkoro,S. & Anizar. 2013. Pengukuran Beban Kerja Perawat Menggunakan Metode NASA-TLX di Rumah Sakit XYZ. FT USU: e-Jurnal Teknik Industri. 1(2), pp.42-47.

James, A.F.Stoner. 1986. Manajemen II. Jakarta: Erlangga.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia. 2004. Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil (Kep. Men. PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004). Jakarta.

Manuaba. 2000. Ergonomi, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja. Surabaya: Guna Widya Purnomo, H. 2014. Metode Pengukuran Kerja. Yogyakarta: Sigma

Prihatini. 2007. Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang, Medan.

Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Universitas Islam Surakarta: Penerbit UNIBA Press.

Widyanti, A., Johnson, A. & Waard, D.d. 2010. Pengukuran Beban Kerja Mental Dalam

Searching Task Dengan Metode Rating Scale Mental Effort (RSME). JTI Universitas

(20)

www.labdske-uii.com

Allah will exalt in degree

those of you who believe,

and those who have been

granted knowledge

QS 58:11

Gambar

Tabel 4.1 Indikator NASA-TLX
Gambar 4.2 Rating NASA TLX
Tabel 4.4 Indikator
Tabel 4.6.  Data Hasil Rating
+4

Referensi

Dokumen terkait

Satu hal yang harus diingat adalah bahwa komplikasi yang paling sering terjadi pada fraktur terbuka adalah infeksi. Insidensi terjadinya infeksi luka pada fraktur

Setelah perlakuan air panas pada tiga tingkat suhu dan tiga tingkat waktu perendaman disimpulkan bahwa setek batang nilam varietas Sidikalang, Lhokseumawe dan

)umbuh mbuh berk berkemb embangn angnya ya seko sekolah- lah-sek sekolah olah asin asing g di di Indo Indones nesia, ia, yan yang g dal dalam am berbagai hal lebih

Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi peneliti..

Setelah sasaran ditetapkan dan ditunjuk manajer yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran tersebut, serta dialokasikan sumber daya kepada manajer yang diberi peran untuk

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu rasio likuiditas, leverage dan profitabilitas yang datanya diambil dari laporan keuangan, sedangkan

Proses selanjutnya adalah dengan mengambil data kata dokumen uji yang biasa disebut vektor untuk kemudian dimasukkan ke dalam model SVM yang telah dibuat

a) Mengidentifikasi semua biaya yang mungkin timbul akibat adanya kegiatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru di Salatiga, berupa biaya langsung dan tidak langsung. b)