• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ergonomi

Konsep ergonomi telah muncul lama berselang bahkan bentuk-bentuknya sudah ada sejak jaman Mesir kuno, tetapi bagi sebagian besar orang, istilah ergonomi masih terdengar asing.

2.1.1 Definisi Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa yunani, yaitu ergon yang berarti “kerja” (work), pengertian kerja secara sempit ialah kegiatan untuk mendapatka upah, dan pengertian secara luas ialah semua gerakan manusia meski tidak mendapatkan upah. Nomos yang artinya “hukum” (natural laws). Ergo (= gerak/ kerja) yang nomos (=alamiah) adalah gerakan yang efektif, efisien, aman, tidak menimbulkan kelelahan dan kecelakaan sesuai kemampuan tubuh tetapi mendapatkan hasil kerja yang lebih optimal. Oleh karena itu ergonomi memerlukan keseimbangan antara kemampuan tubuh dan tugas kerja. (Santoso, 2004).

Ergonomi atau dalam bahasa inggrisnya disebut „ergonomic‟ adalah bidang keilmuan dalam merancang pekerjaan, peralatan, mencakup pula lingkungan tempat bekerja yang nyaman bagi para pekerja (Sulianta, 2010).

(2)

10 Sebuah organisasi bernama The International Ergonomics Association (IEA), federasi dari empat puluh dua organisasi individu bidang ergonomi di seputar dunia menjadi akselerasi bagi kemajuan bidang ilmu ergonomi. Tujuan utamanya untuk meningkatkan kualitas hidup dan memberikan kontribusi bagi masyarakat dengan berbagai kemajuan di bidang ergonomika.

The International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan kata ergonomics sebagai berikut :

1. Bidang keilmuan yang mempelajari interaksi manusia dengan elemen-elemen sistem. Berbagai teori dan metode diterapkan dalam mengoptimalkan kinerja dan perfomansi sistem secara keseluruhan. 2. Ergonomi diterapkan untuk memenuhi dua tujuan utama, yaitu :

kesehatan dan produktivitas.

Jadi ergonomi tidak terlepas dengan pekerja, aktifitas pekerja, dan juga pekerjaannya, ketiga komponen ini menjadi unsur penting dalam rancangan ergonomi.

Menurut Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.

(3)

11 Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai definisi ergonomi, dapat ditarik definisi inti dari ergonomi yaitu ilmu menyesuaikan kemampuan tubuh manusia atau pekerja terhadap pekerjaanya.

2.1.2 Tujuan Ergonomi

Menurut Santoso (2004), tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini tercapai apabila terjadi kesesuaian antara pekerja dan pekerjaannya. Pendekatan ergonomi mencoba untuk mencapai kebaikan bagi pekerja dan pimpinan institusi. Hal ini dapat tercapai dengan cara memperthatikan 4 tujuan utama ergonomi, yaitu :

1. Memaksimalkan efisiensi karyawan

2. Memperbaiki keselamatan dan kesejahteraan kerja

3. Menganjurkan agar bekerja aman, nyaman, dan bersemangat 4. Memaksimalkan performa kerja yang meyakinkan.

Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan sesuatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan teknologi dan produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem manusia dengan mesin yang optimal. Kegunaan dari penerapan ergonomi adalah untuk:

1. Memperbaiki performasi kerja (menambah kecepatan kerja, keakuratan, keselamatan kerja dan mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi kelelahan)

(4)

12 2. Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia melalui

peningkatan keterampilan yang diperlukan.

3. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan paralatan yang disebabkan “human error”.

4. Memperbaiki kenyamanan manusia dalam kerja.

Ergonomi menjadi penting karena disiplin ergonomi adalah membuat keserasian yang baik (standar) antara manusia dengan mesin dan lingkungan.

2.1.3 Aplikasi atau Penerapan Ergonomi

Berdasarkan Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI dijelaskan aplikasi dan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :

1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

2. Proses Kerja, Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

3. Tata letak tempat kerja, Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban, Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu

(5)

13 berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

a. Menjinjing beban

Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO (international labour Organization) sbb:

- Laki-laki dewasa 40 kg - Wanita dewasa 15-20 kg - Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg - Wanita (16-18 th) 12-15 kg

b. Organisasi kerja

Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara : - Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun - Frekuensi pergerakan diminimalisasi - Jarak mengangkat beban dikurangi

- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.

- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

c. Metode mengangkat beban

Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetic dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :

(6)

14 - Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum

berat badan.

Metoda ini termasuk 5 faktor dasar : - Posisi kaki yang benar

- Punggung kuat dan kekar

- Posisi lengan dekat dengan tubuh - Mengangkat dengan benar - Menggunakan berat badan d. Supervisi medis

Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. - Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban

kerjanya

- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.

- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.

2.1.4 Ruang Lingkup Ergonomi

Ruang lingkup ergonomi sangat luas dan tidak terbatas pada industry atau aplikasi lainnya. Konteks untuk praktek ergonomi cukup beragam (IEA).

Berdasarkan Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :

- Tehnik - Fisik

(7)

15 - Pengalaman psikis

- Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian

- Anthropometri - Sosiologi

- Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot.

- Desain, dll

2.2 Myalgia (Nyero Otot)

Kata “myalgia” mungkin sangat asing dan jarang kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Namun, secara tidak sadar mungkin kita pernah atau bahkan sering mengalami myalgia. Kata myalgia erat hubungannya dengan kata nyeri. Nyeri yang timbul terus-menerus dapat membuat frustrasi bagi penderita karena menghambat aktivitas sehari-hari sehingga menurunkan kualitas hidup penderita yang akhirnya menyebabkan penderita akhirnya mengonsumsi obat penghilang rasa sakit dalam jangka panjang.

Menurut Tommy (2013), Myalgia ialah nyeri pada otot atau dalam jaringan otot yang dapat dialami sesaat (misalnya keram otot), beberapa hari, beberapa bulan, bahkan menahun terus-menerus dengan intensitas yang berfluktuasi. Sedangkan nyeri sendiri yaitu sensasi yang dipicu oleh sistem saraf dalam menanggapi kerusakan jaringan atau kerusakan lainnya pada tubuh.

Penyebab umum myalgia yaitu:

(8)

16  ketegangan, penggunaan otot yang salah

 kelelahan

 pekerjaan yang berlangsung dalam waktu lama

Namun, myalgia juga bisa disebabkan oleh penyakit, gangguan, obat-obatan, atau sebagai respons terhadap vaksinasi. Rasa tak nyaman ini biasanya dipicu jika seseorang duduk dalam jangka waktu lama terutama pada pekerja yang diharuskan duduk / berdiri berjam-jam, mengangkat beban terlalu berat, kurang olahraga, salah posisi tubuh dalam melakukan aktivitas fisik, atau akibat ketegangan emosi. Nyeri di otot yang dipicu oleh kelelahan dipercaya akibat kerusakan mikroskopis di dalam otot (microscopic tears) yang biasanya bisa sembuh dengan sendirinya.

Ada beberapa jenis nyeri otot (myalgia) yang kerap terjadi, yaitu :

1. Fibromyalgia, atau yang sering disebut dengan rematik otot ialah suatu penyakit yang ditandai dengan gejala nyeri otot yang luas, yang biasa terjadi pada daerah tengkuk, punggung, dan pinggang.

2. Myofascial Pain, yaitu suatu penyakit yang mirip fibromyalgia, tetapi perbedaannya terletak pada myofascial pain ditemukan titik nyeri yang lebih sedikit. Penyebab penyakit ini terutama disebabkan karena kesalahan postur atau posisi tubuh dalam waktu lama dan ketegangan emosi.

3. Post Exercise Muscle Soreness (nyeri otot pasca latihan), yaitu suatu keluhan yang terjadi sesudah melakukan olah raga.

4. Overuse Injury (nyeri otot akibat penggunaan yang berlebihan), Nyeri otot terjadi akibat beberapa hal, yaitu: penggunaan berulang (repetitif) dalam waktu lama, digunakan dalam posisi yang salah dalam waktu lama, akibat

(9)

17 getaran atau akibat penggunaan dengan kekuatan yang besar, seperti mengangkat benda yang berat.

2.3 Faktor-faktor Risiko Ergonomi Terhadap Mialgya

Myalgia (nyeri otot) dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko ergonomi yaitu faktor lingkungan, faktor individu, faktor kerja.

1.Faktor Lingkungan, terlepas dari penggunaan alat produksi ataupun tidak, lingkungan nyaman adalah keharusan. banyak faktor ketidaknyamanan yang bisa saja muncul jika tidak ditangani dengan tepat. Masalah paling umum ketidaknyamana ditempat kerja, antara lain : pencahayaan, temperature, kebisingan, getaran, desain tempat kerja (Sulianta, 2010)

2.Faktor individu, mencakup usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, cacat tubuh/ riwayat risiko, kebiasaan merokok (Nurmianto, 2008).

Faktor individu menurut Cole and Rivilis (2006) adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Faktor individu terjadinya myalgia

No Faktor Individu Potensi Dampak

1 Jenis kelamin Pembedaan peluang kerja dan pembagian luas kapasitas kerja dan reaksi terhadap tekanan

2 Usia Terakumuasinya pajanan

3 Work style Perbedaan pajanan biomekanis

4 tinggi dan berat badan Ketidak sesuaian antara ukuran tubuh dan peralatan kerja 5 Aktifitas fisik, hobi dan olahraga Bertambahnya pajanan eksternal

6 Riwayat gangguan

musculosceletal Lebih rendahnya toleransi tubuh

7 stress dan depresi Berubahnya biokimia dalam tubuh dan perbedaan presepsi tentang rasa nyeri

(Sumber: Cole and Rivilis, 2006)

Pada usia 20-29 tahun kekuatan otot berada dalam kondisi terbaik. Kekuatan otot akan menurun sebanyak 22% pada 10 tahun berikutnya, 26% pada 20 tahun

(10)

18 berikutnya, 42% pada 30 tahun berikutnya. Pada usia 60 tahun atau lebih kekuatan otot akan menurun hingga 53% (Bridger, 2003)

3. Faktor kerja, Menurut Nurmianto (2008) beberapa faktor yang berpengaruh dalam pekerjaan yang dapat mengakibatkan risiko ergonomi, yaitu :

- postur tubuh yang janggal, sikap atau posisi bagian tubuh yang menyimpangan dari posisi netral atau normal. Adanya deviasi yang signifikan ini akan meningkatkan beban kerja otot sehingga dibutuhkan tenaga yang lebih besar.

- Postur statis, postur kerja fisik dalam posisi sama (peregangan otot) secara terus menerus dan pergerakannya sangat minimal. Kondisi ini dapat meningkatkan beban otot dan tendon, terhalangnya aliran darah pada otot, menyebabkan kelelahan dan menyebabkan nyeri.

- aktifitas berulang (frekuensi), suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dalam satu hari/ suatu aktifitas dimana frekuensi yang tinggi atau gerakan yang berulang dengan sedikit variasi dapat menimbulkan dan ketegangan pada otot.

- durasi, yaitu lama waktu bekerja yang dihabis kan oleh pekerja (masa kerja).

- beban kerja, beban yang harus diangkat pekerja, dan beban kerja yang berat saat melakukan pekerjaan dapat menimbulkan kelelahan otot atau bahkan kerusakan otot.

(11)

19 2.4 Tools Penilaian Ergonomi

2.4.1 OWAS (Ovako Working Posture Analysis System)

Merupakan sebuah prosedur untuk mengkaji kualitas postur, terutama saat menggunakan kekuatan. Metode ini dikembangkan pada tahun 1992, dan metode ini mengidentifikasi postur, tenaga, siklus kerja, dan postur dimana pengguna kekuatan meningkatkan risiko cedera.

Bagian tubuh yang dinilai dalam OWAS, yaitu punggung, lengan, dan kaki. Selain itu OWAS juga menilai beban kerja atau penggunaan tenaga.

Metode OWAS memiliki beberapa keterbatasan, antara lain : - Kategori postur tubuh dan bahu tergolong terlalu luas - Tidak ada informasi tentang durasi postur

- Metode ini memisahkan antara tangan kiri dan tangan kanan

- Metode ini tidak memberikan informasi untuk siku dan pergelangan tangan.

2.4.2 BRIEF Survey

Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF) Survey, merupakan initial screening untuk mengidentifikasi risiko ergonomi pada suatu pekerjaan. Survei ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi 6 bagian tubuh untuk faktor risiko, yaitu : leher, bahu (kanan dan kiri), tangan dan pergelangan tangan (kanan dan kiri), siku (kanan dan kiri), punggung dan kaki. Faktor risiko ergonomi yang dinilai, yaitu postur janggal, beban, durasi, dan frekuensi.

(12)

20 Metode BRIEF survey memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Kriteria risiko ergonomi kurang mendetail, seperti postur janggal twisting, backward, sideway tidak ada ukuran besaran sudut penyimpangan. Semua bernilai sama yaitu 1.

2. Pemberian skor pada BRIEF survey kurang rinci, range untuk kriteria penyimpangan terlalu kecil, misalnya postur janggal membungkuk sebesar 21 atau 90, tetapi diberi nilai sama yaitu 1. Penambahan tenaga, durasi, frekuensi tetap penambahan skor 1. Sehingga dengan nilai BRIEF yang sama, hasil analisis tidak dapat membedakan tinggi rendahnya tingkat risiko ergonomi suatu pekerjaan.

2.4.3 RULA (Rapid Upper Limb Assesment)

Rapid Upper Limb Assesment (RULA) merupakan metode penilaian faktor risiko ergonomi di tempat kerja, yang memungkinkan terhadap terjadinya myalgia. RULA mengkaji risiko postur pada leher dan anggota tubuh atas. Metode RULA dikembangkan oleh Dr. E. Nigel Corlett dan Dr. Lynn McAtamney. Metode ini memberikan penilaian pada postur, tenaga, dan gerakan yang dibutuhkan.

Keterbatasan RULA:

1. Tidak dapat mengkaji kegiatan manual material handling, atau pekerjaan dengan pergerakan yang signifikan.

(13)

21 2. Tidak sesuai untuk mengkaji pekerjaan dengan postur yang tidak

beraturan, atau dengan variasi task yang berbeda jauh.

3. Digunakan untuk mengkaji postur bagian kiri atau kanan tubuh secara terpisah, dan tidak ada metode untuk menggabungkan hasil skor keduanya.

4. Digunakan untuk mengamati postur kerja pada suatu waktu, atau pada kondisi teburuk saja.

5. Tidak memperhitungkan efek kumulatif dari rangkaian task secara keseluruhan.

6. Tidak memperhitungkan durasi waktu task yang diamati.

7. Hasil berupa tingkatan risiko secara umum, tidak dapat memastikan injury pada pekerja.

8. Tidak memperhitungkan faktor risiko individu, seperti umur, jenis kelamin dan riwayat kesehatan pekerja.

2.4.4 REBA (Rapid Entire Body Assesment)

Rapid Entire Body Assessment (REBA), (Hignett and Mc. Atamney, 2000), dikembangkan untuk mengkaji postur kerja di industri pelayanan kesehatan. REBA mengkaji faktor risiko ergonomi :

 Seluruh tubuh yang sedang digunakan

 Postur statis, dinamis, kecepatan perubahan, atau postur yang tidak stabil  Pengangkatan yang sedang dilakukan, dan seberapa sering frekuensinya

(14)

22  Modifikasi tempat kerja, peralatan, pelatihan atau perilaku pekerja

REBA hanya alat analisis untuk menilai animasi load handling.

Gambar 2.1 REBA Worksheet (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000)

Prosedur atau tahapan melakukan pengkajian risiko ergonomi menggunakan metode REBA yaitu:

1. Observasi pekerjaan, meliputi:  Identifikasi faktor risiko ergonomi  Desai tempat kerja

 Lingkungan kerja

 Penggunaan peralatan kerja  Perilaku atau sikap bekerja

2. Pemilihan postur yang dikaji, meliputi:  Postur yang sering dilakukan

 Postur dimana pekerja lama dengan posisi tersebut

 Postur yang membutuhkan banyak tenaga atau aktivitas otot  Postur yang menyebabkan tidak nyaman

(15)

23  Postur ekstrim janggal, tidak stabil (khususnya yang menggunakan

kekuatan)

 Postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh intervensi, control, atau perubahan lainnya.

3. Penilaian dan pemberian skor pada postur, postur yang dinilai dalam REBA adalah:

 Postur leher

Gambar 2.2 Kriteria Skor Postur Leher REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000)

 Postur Batang Tubuh

Gambar 2.3 Kriteria Skor Postur Batang Tubuh REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000)

 Postur Kaki

(16)

24  Postur Lengan Atas

Gambar 2.5 Kriteria Skor Postur Lengan Atas REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000)

 Postur Lengan Bawah

Gambar 2.6 Kriteria Skor Postur Lengan Bawah REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000)

 Postur Pergelangan Tangan

Gambar 2.7 Kriteria Skor Postur Pergelangan Tangan REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000)

4. Proses Penilaian dan Penghitungan Skor

a. Memasukkan skor postur leher, batang tubuh, dan kaki kedalam tabel A untuk memperoleh posture score A.

(17)

25 (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000)

b. Menjumlahkan posture score A dengan beban kerja untuk memperoleh skor A

Gambar 2.8 Kriteria Skor Badan REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000)

c. Memasukkan skor postur lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan kedalam tabel B untuk memperoleh posture score B.

Tabel 2.3 Tabel B REBA

(Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) Tabel 2.2 Tabel A

(18)

26 d. Menjumlahkan posture score B dengan skor coupling untuk memperoleh

skor B

Gambar 2.9 Kriteria Skor Coupling REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000)

e. Memasukkan Skor A dan Skor B kedalam Skor C Tabel 2.4 Tabel C REBA

(Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000)

f. Menunjukkan skor C dengan skor aktifitas untuk memperoleh skor akhir REBA

(19)

27 Adapun klasifikasi skor REBA sebagai berikut :

 KELAS I (skor 1) = Tidak ada risiko  KELAS II (skor 2- 3) = Risiko rendah  KELAS III (skor 4-7) = Risiko sedang  KELAS IV (skor 8-10) = Risiko tinggi

 KELAS V (skor 11-15) = Risiko sangat tinggi

2.5 Nordic Body Map Questioner

Nordic Body Map Questioner adalah sistem pengukuran keluhan sakit pada tubuh atau merupakan data yang digunakan untuk menunjukkan bagian spesifik yang tidak nyaman dari tubuh dengan penggunaan body map yang telah dibagi menjadi beberapa segmen (low back, neck, shoulder, dan keluhan umum), akan tetapi tools ini tidak dapat digunakan menjadi diagnosis klinis.

Gambar 2.11 Nordic Body Map (sumber : Savitri, et al, 2012)

(20)

28 Gambar 2.12 Nordic Body Map Questioner

(Sumber: Neuman, 2006)

2.6 Pengukuran dan Data Antropometri Orang Indonesia 2.6.1 Pengukuran Antropometri

Menurut Antropometri Indonesia (2013), berikut ini merupakan pengukuran antropometri yang diberikan berupa gambar – gambar berikut :

(21)
(22)
(23)

31 2.6.2 Data Antropometri Orang Indonesia

Dibawah ini merupakan tabel data antropometri dari orang Indonesia.

Tabel 2.5 Data Antropometri Orang Indonesia Gambar 2.13 Pengukuran Antropometri

(24)

32 (Antropometri Indonesia, 2013)

Gambar

Tabel 2.1 Faktor individu terjadinya myalgia
Gambar 2.1 REBA Worksheet (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000)
Gambar 2.4  Kriteria Skor Postur Kaki REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000)
Gambar 2.7 Kriteria Skor Postur Pergelangan Tangan REBA  (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pembahasan yang dipilih peneliti lebih fokus pengenalan hewan peliharaan dengan media buku interaktif yang berjudul “Perancangan Buku Interaktif Pengenalan

Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan penerapan Iptek ini adalah: (1) Masyarakat sebagai sasaran mitra memperoleh transfer teknologi dan pengetahuan khususnya

Hasil yang didapatkan diantaranya adalah pemilihan parameter u* pada timbunan perlu lebih diperhatikan, faktor creeping sangat berpengaruh terhadap perbedaan

Pikiran manusialah yang menggabungkan kedua gambar dengan mencocokkan bagian yang sama dan menambahkan sedikit perbedaan (www.vision3d.com/stereo.html), sehingga dapat

Saat AC sedang dalam keadaan mati, bukalah jendela agar udara segar dan cahaya matahari dapat menembus ruangan; (2) kurangi menyemprot pewangi ruangan yang mengandung

Yang bukan termasuk perilaku demokrasi yang perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut .... Memaksakan pendapat dalam

Pada grafik percobaan menggunakan selang dengan diameter 3/4 tekanan tertinggi mencapai 0.28 pada variasi 7 dimana katup 1 ditutup penuh dan katup 2 ditutup 45 derajat, hal ini

Uji beda rata-rata digunakan untuk membandingkan antara hasil produksi dan pendapatan usahatani cabai merah yang diperoleh petani sebelum perubahan iklim dengan