• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Trauma Inhalasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Trauma Inhalasi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TRAUMA INHALASI PADA LUKA BAKAR  TRAUMA INHALASI PADA LUKA BAKAR 

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi   panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek memanaskan atau   panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek memanaskan atau mendinginkan. Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, mendinginkan. Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,  bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.

 bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.11

Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. (Smeltzer, 2001 : 1911). Luka adalah rusaknya struktur dan untuk jangka waktu yang lama. (Smeltzer, 2001 : 1911). Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu. (Lazarus, 1994 dalam Potter & Perry, 2006;1853). Trauma dan mengenai organ tertentu. (Lazarus, 1994 dalam Potter & Perry, 2006;1853). Trauma inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan angka kematian. Pada inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan angka kematian. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka bakar mengenai daerah muka / wajah kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka bakar mengenai daerah muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas yang dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap. Cedera inhalasi disebabkan oleh jenis bahan kimia terbakar (tracheobronchitis) dari terhisap. Cedera inhalasi disebabkan oleh jenis bahan kimia terbakar (tracheobronchitis) dari saluran pernapasan. Bila cedera ini terjadi pada pasien dengan luka bakar kulit yang parah saluran pernapasan. Bila cedera ini terjadi pada pasien dengan luka bakar kulit yang parah kematian sangat tinggi antara 48% sampai 86%. Edema yang terjadi dapat menyebabkan kematian sangat tinggi antara 48% sampai 86%. Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas.

gangguan berupa hambatan jalan napas.1,21,2

Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material alamiah dan materi Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material alamiah dan materi yang diproduksi. Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hidrogen yang diproduksi. Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hidrogen sianida, nitrogen oksida, hidrogen klorida, akreolin dan partikel ± partikel tersuspensi. Efek  sianida, nitrogen oksida, hidrogen klorida, akreolin dan partikel ± partikel tersuspensi. Efek  akut dari bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi pada saluran napas. akut dari bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi pada saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya tracheal bronchitis dan Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya tracheal bronchitis dan edema.

edema.1,2,31,2,3

INSIDEN INSIDEN

Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar

100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 meninggal setiap tahunnya. Anak kecil12.000 meninggal setiap tahunnya. Anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar (Smeltzer, remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar (Smeltzer, 2001 : 1911). Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun terdapat sekitar 50.000 pasien 2001 : 1911). Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun terdapat sekitar 50.000 pasien luka bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka bakar 

(2)

1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah usia 5 tahun mendapat perawatan di gawat darurat 1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah usia 5 tahun mendapat perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit di Amerika. Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998 di 100 rumah sakit di Amerika. Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998 di laporkan 107 kasus luka bakar yang dirawat,

di laporkan 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka kematian 37,38% sedangkan didengan angka kematian 37,38% sedangkan di Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya pada tahun 2000 dirawat 106 kasus luka bakar, kematian Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya pada tahun 2000 dirawat 106 kasus luka bakar, kematian 26, 41 %. Studi North-West England menemukan angka rata-rata yang datang ke rumah sakit 26, 41 %. Studi North-West England menemukan angka rata-rata yang datang ke rumah sakit dengan trauma inhalasi akibat luka bakar adalah 0,29 per 1000 populasi tiap tahun. dengan trauma inhalasi akibat luka bakar adalah 0,29 per 1000 populasi tiap tahun. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan yaitu 2:1. Referensi lain menyebutkan bahwa Perbandingan antara laki-laki dan perempuan yaitu 2:1. Referensi lain menyebutkan bahwa kurang lebih sepertiga (20-35%) pasien luka bakar yang dating ke Pusat Luka Bakar 

kurang lebih sepertiga (20-35%) pasien luka bakar yang dating ke Pusat Luka Bakar  adalahadalah dengan trauma inhalasi

dengan trauma inhalasi4,64,6

ETIOLOGI ETIOLOGI

Kebanyakan trauma inhalasi terjadi akibat kerusakan langsung pada permukaan epitel Kebanyakan trauma inhalasi terjadi akibat kerusakan langsung pada permukaan epitel yang dapat menyebabkan konjungtivitis

yang dapat menyebabkan konjungtivitis, r, rhinitishinitis, faringitis, laryngitis, trakeitis, bronchitis da, faringitis, laryngitis, trakeitis, bronchitis da nn alveolitis. Absorbsi sistemik dari toksin juga terjadi. Susah untuk membedakan apakah alveolitis. Absorbsi sistemik dari toksin juga terjadi. Susah untuk membedakan apakah insufisiensi pernafasan disebabkan oleh trauma langsung pada paru atau akibat pengaruh insufisiensi pernafasan disebabkan oleh trauma langsung pada paru atau akibat pengaruh metabolik, hemodinamik dan komplikasi lanjut dari suatu infeksi permukaan luka bakar. metabolik, hemodinamik dan komplikasi lanjut dari suatu infeksi permukaan luka bakar.22

Trauma inhalasi disebabkan oleh berbagai inhalan. Inhalan dibedakan atas 4 macam Trauma inhalasi disebabkan oleh berbagai inhalan. Inhalan dibedakan atas 4 macam yaitu:

yaitu:2,72,7 1.

1. GGas iritan : bekerja dengan melapisi mukosa saluran nafas dan menyebabkan reaksias iritan : bekerja dengan melapisi mukosa saluran nafas dan menyebabkan reaksi inflamasi. Amonia, klorin, kloramin lebih larut air sehingga dapat menyebabkan luka inflamasi. Amonia, klorin, kloramin lebih larut air sehingga dapat menyebabkan luka  bakar pada saluran nafas atas dan menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan mulut.  bakar pada saluran nafas atas dan menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan mulut.

G

Gas iritan lain as iritan lain yaitu sulfur dioksida, nitrogen dioksida, yang kurang larut air syaitu sulfur dioksida, nitrogen dioksida, yang kurang larut air s ehinggaehingga menyebabkan trauma paru dan distress pernafasan.

menyebabkan trauma paru dan distress pernafasan. 2.

2. GGas asfiksian : karbon dioksida, gas dari bahan bakar (metana, etena, propane,as asfiksian : karbon dioksida, gas dari bahan bakar (metana, etena, propane, asetilana), gas-gas ini mengikat udara dan oksigen sehingga menyebabkan asfiksia. asetilana), gas-gas ini mengikat udara dan oksigen sehingga menyebabkan asfiksia. 3.

3. GGas yang bersifat toksik sistemik : CO yang merupakan komponen terbesar dari asap,as yang bersifat toksik sistemik : CO yang merupakan komponen terbesar dari asap, hidrogen sianida merupakan komponen asap yang berasal dari api, hidrogen sulfide. hidrogen sianida merupakan komponen asap yang berasal dari api, hidrogen sulfide. G

Gas-gas ini berhubungan dengan pengangkutan oksigen untuk produksi energi bagias-gas ini berhubungan dengan pengangkutan oksigen untuk produksi energi bagi sel. Sedangkan toksin sistemik seperti hidrokarbon halogen dan aromatik  sel. Sedangkan toksin sistemik seperti hidrokarbon halogen dan aromatik  menyebabkan kerusakan lanjut dari hepar, ginjal, otak, paru-paru, dan organ lain.

menyebabkan kerusakan lanjut dari hepar, ginjal, otak, paru-paru, dan organ lain. 4.

4. GGas yang menyebabkan alergi, dimana jika asap terhirup, partikel dan aerosolas yang menyebabkan alergi, dimana jika asap terhirup, partikel dan aerosol menyebabkan bronkospasme dan edema yang menyerupai asma.

(3)

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI

Menurut Price SA, Wilson LM, 1946, anatomi pernafasan agar udara bisa mencapai Menurut Price SA, Wilson LM, 1946, anatomi pernafasan agar udara bisa mencapai  paru-paru adalah hidung, laring, trakhea, bronkhus dan bronkhiolus. Fungsi masing-masing  paru-paru adalah hidung, laring, trakhea, bronkhus dan bronkhiolus. Fungsi masing-masing  bagian ini sebagai berikut:

 bagian ini sebagai berikut: 1.

1. Hidung : Hidung : Bulu-bulu hidung berguna untuk Bulu-bulu hidung berguna untuk menyaring udara ymenyaring udara yang ang masuk, debu masuk, debu dengandengan diameter > 5 mikron akan tertangkap, selaput lendir hidung berguna untuk menangkap diameter > 5 mikron akan tertangkap, selaput lendir hidung berguna untuk menangkap debu dengan diameter lebih besar, kemudian melekat pada dinding rongga hidung. debu dengan diameter lebih besar, kemudian melekat pada dinding rongga hidung. Anyaman vena (Plexus venosus) berguna untuk menyamakan kondisi udara yang akan Anyaman vena (Plexus venosus) berguna untuk menyamakan kondisi udara yang akan masuk paru dengan kondisi udara yang ada di dalam paru. Konka (tonjolan dari tulang masuk paru dengan kondisi udara yang ada di dalam paru. Konka (tonjolan dari tulang rawan hidung) untuk memperluas permukaan, agar proses penyaringan, pelembaban rawan hidung) untuk memperluas permukaan, agar proses penyaringan, pelembaban  berjalan dalam suatu bidang yang luas, sehingga proses diatas menjadi lebih efisien.  berjalan dalam suatu bidang yang luas, sehingga proses diatas menjadi lebih efisien. 2.

2. Pharing, terdapat persimpangan antara saluran napas dan saluran pencernaan. BilaPharing, terdapat persimpangan antara saluran napas dan saluran pencernaan. Bila menelan makanan, glotis dan epiglotis menutup saluran napas untuk mencegah menelan makanan, glotis dan epiglotis menutup saluran napas untuk mencegah terjadinya aspirasi. Pada pemasangan endotrakeal tube glotis tidak dapat menutup terjadinya aspirasi. Pada pemasangan endotrakeal tube glotis tidak dapat menutup sempurna

sempurna, sehingga , sehingga mudah terjadi aspirasi laring. Terdapat pita suara / pmudah terjadi aspirasi laring. Terdapat pita suara / p lika vokalis, bisalika vokalis, bisa menutup dan membuka saluran napas, serta melebar dan menyempit.

menutup dan membuka saluran napas, serta melebar dan menyempit. GGunanya adalahunanya adalah membantu dalam proses mengejan, membuka dan menutup saluran napas secara membantu dalam proses mengejan, membuka dan menutup saluran napas secara intermitten pada waktu batuk. Pada waktu mau batuk plika vokalis menutup, saat batuk  intermitten pada waktu batuk. Pada waktu mau batuk plika vokalis menutup, saat batuk  membuka, sehingga benda asing keluar. Secara reflektoris menutup saluran napas pada membuka, sehingga benda asing keluar. Secara reflektoris menutup saluran napas pada saat menghirup udara yang tidak dikehendaki dan untuk proses bicara.

saat menghirup udara yang tidak dikehendaki dan untuk proses bicara. 3.

3. Trakea. Dikelilingi tulang rawan berbentuk tapal kuda (Trakea. Dikelilingi tulang rawan berbentuk tapal kuda ( otot polos dan bergaris) sehinggaotot polos dan bergaris) sehingga  bisa mengembang dan menyempit. Trakea bercabang menjadi 2 bronkus utama.

 bisa mengembang dan menyempit. Trakea bercabang menjadi 2 bronkus utama. 4.

4. Bronkus. Merupakan percabangan trakea, terdiri dari bronkus kanan dan kiri. AntaraBronkus. Merupakan percabangan trakea, terdiri dari bronkus kanan dan kiri. Antara   percabangan ini terdapat karina yang memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan   percabangan ini terdapat karina yang memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan  bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus kiri dan kanan tak simetris.  bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus kiri dan kanan tak simetris. Yang kanan lebih pendek, lebih lebar dan arahnya hampir vertikal. Yang kiri lebih Yang kanan lebih pendek, lebih lebar dan arahnya hampir vertikal. Yang kiri lebih   panjang dan lebih sempit dengan sudut lebih tajam. Bronkus ini kemudian bercabang   panjang dan lebih sempit dengan sudut lebih tajam. Bronkus ini kemudian bercabang menjadi bronkus lobaris, bronkus segmentasi, bronkus terminalis, asinus yang terdiri dari menjadi bronkus lobaris, bronkus segmentasi, bronkus terminalis, asinus yang terdiri dari  bronkus respiratorius yang terkadang mengandung alveoli, duktus alveolaris dan sakus  bronkus respiratorius yang terkadang mengandung alveoli, duktus alveolaris dan sakus

alveolaris terminalis. alveolaris terminalis. 5.

5. Paru. Terdiri dari paru kanan dan kiri yang kanan terdiri dari 3 lobus, kiri 2 lobus.Paru. Terdiri dari paru kanan dan kiri yang kanan terdiri dari 3 lobus, kiri 2 lobus. Dibungkus oleh selaput yang disebut pleura visceralis sebelah dalam dan pleura Dibungkus oleh selaput yang disebut pleura visceralis sebelah dalam dan pleura  parietalis sebelah luar yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat  parietalis sebelah luar yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat

(4)

kavum interpleura yang berisi cairan. Di dalam saluran napas selain terdapat lendir, juga kavum interpleura yang berisi cairan. Di dalam saluran napas selain terdapat lendir, juga  bulu-bulu getar / silia yang berguna untuk menggerakkan lendir dan kotoran ke atas.  bulu-bulu getar / silia yang berguna untuk menggerakkan lendir dan kotoran ke atas.8,9,108,9,10

Fisiologi pernapasan menurut

Fisiologi pernapasan menurut GGuyton dkk, respirasi meliputi 2 bidang yakni respirasiuyton dkk, respirasi meliputi 2 bidang yakni respirasi eksterna dan respirasi interna. Respirasi eksterna adalah pengangkutan oksigen dari atmosfer  eksterna dan respirasi interna. Respirasi eksterna adalah pengangkutan oksigen dari atmosfer  sampai ke jaringan tubuh dan pengangkutan karbon dioksida dari jaringan sampai ke sampai ke jaringan tubuh dan pengangkutan karbon dioksida dari jaringan sampai ke atmosfer. Sementara bagaimana oksigen digunakan oleh jaringan dan bagaimana karbon atmosfer. Sementara bagaimana oksigen digunakan oleh jaringan dan bagaimana karbon dioksida dibebaskan oleh jaringan disebut respirasi internal. Proses respirasi merupakan dioksida dibebaskan oleh jaringan disebut respirasi internal. Proses respirasi merupakan  proses yang dapat dibagi menjadi 5 tahap yaitu :

 proses yang dapat dibagi menjadi 5 tahap yaitu : 1.

1. VVentilasi. Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yangentilasi. Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot. Selama terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu otot sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas kontraksi beberapa otot yaitu otot sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga. Toraks dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga. Toraks membesar ke tiga arah : anteroposterior, lateral dan vertikal. Peningkatan volume ini membesar ke tiga arah : anteroposterior, lateral dan vertikal. Peningkatan volume ini menyebabkan penurunan tekanan intrapleura, dari sekitar -4 mmHg (relatif terhadap menyebabkan penurunan tekanan intrapleura, dari sekitar -4 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfer) menjadi sekitar -8 mmHg bila paru-paru mengembang pada waktu tekanan atmosfer) menjadi sekitar -8 mmHg bila paru-paru mengembang pada waktu inspirasi. Tekanan saluran udara menurun sampai sekitar -2 mmHg (relatif terhadap inspirasi. Tekanan saluran udara menurun sampai sekitar -2 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfer) dari 0 mmHg pada waktu mulai inspirasi. Selisih tekanan antara tekanan atmosfer) dari 0 mmHg pada waktu mulai inspirasi. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfer menyebabkan udara mengalir ke dalam paru-paru sampai saluran udara dan atmosfer menyebabkan udara mengalir ke dalam paru-paru sampai tekanan saluran udara pada akhir inspirasi sama lagi dengan tekanan atmosfer. Selama tekanan saluran udara pada akhir inspirasi sama lagi dengan tekanan atmosfer. Selama  pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat

 pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada danelastisitas dinding dada dan   paru-paru atau saat ekspirasi dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas   paru-paru atau saat ekspirasi dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas

(5)

menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfer menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai dan atmosfer menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai tekanan saluran udara dan tekanan atmosfer menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi. tekanan saluran udara dan tekanan atmosfer menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi. 2.

2. Difusi Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasiDifusi Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 m). Kekuatan pendorong membran alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 m). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Pada untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar 103 mmHg.

mengalami penurunan sampai sekitar 103 mmHg.8,9,10,118,9,10,11 Penurunan tekanan parsial iniPenurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruang terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruang sepi anatomik saluran udara dan dengan uap air. Ruang sepi anatomik ini dalam keadaan sepi anatomik saluran udara dan dengan uap air. Ruang sepi anatomik ini dalam keadaan normal mempunyai volume sekitar 1 ml udara per pound berat badan. Hanya udara normal mempunyai volume sekitar 1 ml udara per pound berat badan. Hanya udara  bersih yang mencapai alveolus yang merupakan ventilasi efektif, tekanan parsial oksigen  bersih yang mencapai alveolus yang merupakan ventilasi efektif, tekanan parsial oksigen

dalam darah vena campuran (P

dalam darah vena campuran (PVVO2) di kapiler paru kira-kira sebesar 40 mmHg. KarenaO2) di kapiler paru kira-kira sebesar 40 mmHg. Karena tekanan parsial oksigen dalam kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus tekanan parsial oksigen dalam kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus (PAO2 = 103 mmHg), maka oksigen dapat dengan mudah berdifusi ke dalam aliran (PAO2 = 103 mmHg), maka oksigen dapat dengan mudah berdifusi ke dalam aliran darah. Perbedaan tekanan CO2 antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah (6 mm darah. Perbedaan tekanan CO2 antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah (6 mm Hg) menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke dalam alveolus. Karbon dioksida ini Hg) menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke dalam alveolus. Karbon dioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfer, dimana konsentrasinya pada hakekatnya nol kemudian dikeluarkan ke atmosfer, dimana konsentrasinya pada hakekatnya nol kendatipun selisih CO2 antara darah dan alveolus amat kecil.

kendatipun selisih CO2 antara darah dan alveolus amat kecil. 3.

3. Hubungan antara ventilasi-perfusi. Pemindahan gas secara efektif antara alveolus danHubungan antara ventilasi-perfusi. Pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler. Dengan perkataan lain, ventilasi dan perfusi dari unit (aliran darah) dalam kapiler. Dengan perkataan lain, ventilasi dan perfusi dari unit  pulmonar harus sesuai. Nilai rata-rata rasio a

 pulmonar harus sesuai. Nilai rata-rata rasio a ntara ventilasi terhadap perfusi (ntara ventilasi terhadap perfusi (VV/Q) adalah/Q) adalah 0,8. Angka ini didapatkan dari rasio rata-rata laju ventilasi alveolar normal (4 L/menit). 0,8. Angka ini didapatkan dari rasio rata-rata laju ventilasi alveolar normal (4 L/menit). Ketidak-seimbangan antara proses ventilasi-perfusi terjadi pada kebanyakan penyakit Ketidak-seimbangan antara proses ventilasi-perfusi terjadi pada kebanyakan penyakit  pernapasan.

 pernapasan.88 Tiga unit pernapasan abnormal secara teoritis menggambarkan unit ruangTiga unit pernapasan abnormal secara teoritis menggambarkan unit ruang sepi yang mempunyai ventilasi normal, tetapi tanpa perfusi, sehingga ventilasi terbuang sepi yang mempunyai ventilasi normal, tetapi tanpa perfusi, sehingga ventilasi terbuang  percuma (

 percuma (VV/Q = tidak terhingga). Unit pernapasan abnormal yang kedua merupakan unit/Q = tidak terhingga). Unit pernapasan abnormal yang kedua merupakan unit  pirau, dimana tidak ada ventilasi tetapi perfusi normal, sehingga perfusi terbuang sia-sia  pirau, dimana tidak ada ventilasi tetapi perfusi normal, sehingga perfusi terbuang sia-sia ((VV/Q = 0). Unit yang terakhir merupakan unit diam, dimana tidak ada ventilasi dan/Q = 0). Unit yang terakhir merupakan unit diam, dimana tidak ada ventilasi dan  perfusi.

 perfusi. 4.

4. Transpor oksigen dalam darah Oksigen dapat diangkut dari paru-paru ke jaringan-Transpor oksigen dalam darah Oksigen dapat diangkut dari paru-paru ke jaringan-  jaringan melalui dua jalan: secara fisik larut dalam plasma atau secara kimia berikatan   jaringan melalui dua jalan: secara fisik larut dalam plasma atau secara kimia berikatan

(6)

dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin (HbO2). Ikatan kimia oksigen dengan dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin (HbO2). Ikatan kimia oksigen dengan hemoglobin ini bersifat reversibel. Dalam keadaan normal jumlah O2 yang larut secara hemoglobin ini bersifat reversibel. Dalam keadaan normal jumlah O2 yang larut secara fisik sangat kecil karena daya larut oksigen dalam plasma yang rendah. Hanya sekitar 1% fisik sangat kecil karena daya larut oksigen dalam plasma yang rendah. Hanya sekitar 1% dari jumlah oksigen total yang diangkut. Cara transpor seperti ini tidak memadai untuk  dari jumlah oksigen total yang diangkut. Cara transpor seperti ini tidak memadai untuk  mempertahankan hidup.

mempertahankan hidup.88 Sebagian besar oksigen diangkut oleh hemoglobin yangSebagian besar oksigen diangkut oleh hemoglobin yang terdapat dalam sel-sel darah merah. Dalam keadaan tertentu (misalnya : keracunan terdapat dalam sel-sel darah merah. Dalam keadaan tertentu (misalnya : keracunan karbon monoksida atau hemolisis masif dimana terjadi insufisiensi hemoglobin) maka karbon monoksida atau hemolisis masif dimana terjadi insufisiensi hemoglobin) maka oksigen yang cukup untuk mempertahankan hidup dapat ditranspor dalam bentuk larutan oksigen yang cukup untuk mempertahankan hidup dapat ditranspor dalam bentuk larutan fisik dengan memberikan oksigen dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan fisik dengan memberikan oksigen dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer (ruang oksigen hiperbarik). Satu gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml atmosfer (ruang oksigen hiperbarik). Satu gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml oksigen.

oksigen. 88Pada tingkat jaringan, oksigen akaPada tingkat jaringan, oksigen akan berdisosiasi dari hemoglobin dan berdifusin berdisosiasi dari hemoglobin dan berdifusi ke dalam plasma. Dari plasma, oksigen berdifusi ke sel-sel jaringan tubuh untuk  ke dalam plasma. Dari plasma, oksigen berdifusi ke sel-sel jaringan tubuh untuk  memenuhi kebutuhan jaringan yang bersangkutan. Meskipun kebutuhan jaringan memenuhi kebutuhan jaringan yang bersangkutan. Meskipun kebutuhan jaringan   bervariasi, namun sekitar 75% dari hemoglobin masih berikatan dengan oksigen pada   bervariasi, namun sekitar 75% dari hemoglobin masih berikatan dengan oksigen pada waktu hemoglobin kembali ke paru-paru dalam bentuk darah vena campuran. Jadi waktu hemoglobin kembali ke paru-paru dalam bentuk darah vena campuran. Jadi sesungguhnya hanya sekitar 25% oksigen dalam darah arteria yang digunakan untuk  sesungguhnya hanya sekitar 25% oksigen dalam darah arteria yang digunakan untuk  keperluan jaringan.

keperluan jaringan. 5.

5. Pengendalian Pernapasan. Yang disebut pusat Pengendalian Pernapasan. Yang disebut pusat pernapasan adalah suatu kelompok neuronpernapasan adalah suatu kelompok neuron yang terletak bilateral di dala

yang terletak bilateral di dalam substansia retikularis medula oblongata dan pons. Dibagim substansia retikularis medula oblongata dan pons. Dibagi menjadi 3 daerah utama yaitu :

menjadi 3 daerah utama yaitu : 1.

1. Kelompok neuron medula oblongata dorsalis, yang merupakan area inspirasi. Letak Kelompok neuron medula oblongata dorsalis, yang merupakan area inspirasi. Letak  neuronnya sangat dekat dan berhubungan rapat dengan traktus solitarius yang neuronnya sangat dekat dan berhubungan rapat dengan traktus solitarius yang merupakan ujung sensorik nervus vagus dan glosofaringeus. Sebaliknya merupakan ujung sensorik nervus vagus dan glosofaringeus. Sebaliknya masing-masing saraf ini menghantarkan isyarat-isyarat sensorik dari kemoreseptor perifer, masing saraf ini menghantarkan isyarat-isyarat sensorik dari kemoreseptor perifer, dengan cara ini membantu ventilasi paru.

dengan cara ini membantu ventilasi paru. 2.

2. Kelompok neuron medula oblongata ventralis, yang merupakan area ekspirasi.Kelompok neuron medula oblongata ventralis, yang merupakan area ekspirasi. Merupakan kelompok neuron respirasi ventralis yang bila terangsang merangsang Merupakan kelompok neuron respirasi ventralis yang bila terangsang merangsang otot-otot ekspirasi. Area ekspirasi selama pernapasan tenang dan normal bersifat otot-otot ekspirasi. Area ekspirasi selama pernapasan tenang dan normal bersifat   pasif. Bila dorongan ekspirasi menjadi jauh lebih besar dari normal maka   pasif. Bila dorongan ekspirasi menjadi jauh lebih besar dari normal maka isyarat-isyarat tertumpah ke area ekspirasi dari mekanisme osilasi dasar area inspirasi, isyarat tertumpah ke area ekspirasi dari mekanisme osilasi dasar area inspirasi, meningkatkan tenaga kontraktil yang kuat ke proses ventilasi paru.

meningkatkan tenaga kontraktil yang kuat ke proses ventilasi paru. 3.

3. Area di dalam pons yang membantu kecepatan pernapasan yang disebut areaArea di dalam pons yang membantu kecepatan pernapasan yang disebut area   pneumotaksis. Pusat pneumotaksis menghantarkan isyarat penghambat ke area   pneumotaksis. Pusat pneumotaksis menghantarkan isyarat penghambat ke area inspirasi, yang mempunyai efek membatasi isyarat inspirasi. Efek sekundernya inspirasi, yang mempunyai efek membatasi isyarat inspirasi. Efek sekundernya

(7)

terjadi bila pembatasan inspirasi memperpendek masa pernapasan, maka siklus terjadi bila pembatasan inspirasi memperpendek masa pernapasan, maka siklus  pernapasan berikut akan terjadi lebih dini. Jadi isyarat pneumotaksis yang kuat dapat  pernapasan berikut akan terjadi lebih dini. Jadi isyarat pneumotaksis yang kuat dapat meningkatkan kecepatan pernapasan 30-40 x per menit. Sementara yang lemah hanya meningkatkan kecepatan pernapasan 30-40 x per menit. Sementara yang lemah hanya  beberapa kali per menit.

 beberapa kali per menit.8,118,11

PATOFISIOLOGI PATOFISIOLOGI

Trauma inhalasi terjadi melalui kombinasi dari kerusakan epitel jalan nafas oleh panas Trauma inhalasi terjadi melalui kombinasi dari kerusakan epitel jalan nafas oleh panas dan zat kimia, atau akibat intoksikasi sistemik dari hasil pembakaran itu sendiri. Hasil dari dan zat kimia, atau akibat intoksikasi sistemik dari hasil pembakaran itu sendiri. Hasil dari   pembakaran tidak hanya terdiri dari udara saja, tetapi merupakan campuran dari udara,   pembakaran tidak hanya terdiri dari udara saja, tetapi merupakan campuran dari udara,   partikel padat yang terurai di udara (melalui suatu efek iritasi dan sitotoksik). Aerosol dari   partikel padat yang terurai di udara (melalui suatu efek iritasi dan sitotoksik). Aerosol dari cairan yang bersifat iritasi dan sitotoksik serta gas toksik dimana gabungan tersebut bekerja cairan yang bersifat iritasi dan sitotoksik serta gas toksik dimana gabungan tersebut bekerja sistemik. Partikel padat yang ukurannya lebih dari 10 mikrometer tertahan di hidung dan sistemik. Partikel padat yang ukurannya lebih dari 10 mikrometer tertahan di hidung dan nasofaring. Partikel yang berukuran 3-10 mikrometer tertahan pada cabang trakeobronkial, nasofaring. Partikel yang berukuran 3-10 mikrometer tertahan pada cabang trakeobronkial, sedangkan partikel berukuran 1-2 mikrometer dapat mencapai alveoli.

sedangkan partikel berukuran 1-2 mikrometer dapat mencapai alveoli.1,21,2 G

Gas yang larut air bereaksi secara kimia pada saluran nafas atas, sedangkan gas yangas yang larut air bereaksi secara kimia pada saluran nafas atas, sedangkan gas yang kurang larut air pada saluran nafas bawah. Adapun gas yang sangat kurang larut air masuk  kurang larut air pada saluran nafas bawah. Adapun gas yang sangat kurang larut air masuk  melewati barier kapiler dari alveolus dan menghasilkan efek toksik yang bersifat sistemik. melewati barier kapiler dari alveolus dan menghasilkan efek toksik yang bersifat sistemik. Kerusakan langsung dari sel-sel epitel, menyebabkan kegagalan fungsi dari apparatus Kerusakan langsung dari sel-sel epitel, menyebabkan kegagalan fungsi dari apparatus mukosilier dimana akan merangsang terjadinya suatu reaksi inflamasi akut yang melepaskan mukosilier dimana akan merangsang terjadinya suatu reaksi inflamasi akut yang melepaskan makrofag serta aktivitas netrofil pada daerah tersebut. Selanjutnya akan dibebaskan oksigen makrofag serta aktivitas netrofil pada daerah tersebut. Selanjutnya akan dibebaskan oksigen radikal, protease jaringan, sitokin, dan konstriktor otot polos (tromboksan A2, C3A, C5A). radikal, protease jaringan, sitokin, dan konstriktor otot polos (tromboksan A2, C3A, C5A). Kejadian ini menyebabkan peningkatan iskemia pada saluran nafas yang rusak, selanjutnya Kejadian ini menyebabkan peningkatan iskemia pada saluran nafas yang rusak, selanjutnya terjadi edema dari dinding saluran nafas dan kegagalan mikrosirkulasi yang akan terjadi edema dari dinding saluran nafas dan kegagalan mikrosirkulasi yang akan meningkatkan resistensi dinding saluran nafas dan pembuluh darah paru. Komplians paru meningkatkan resistensi dinding saluran nafas dan pembuluh darah paru. Komplians paru akan turun akibat terjadinya edema paru interstitial sehingga terjadi edema pada saluran nafas akan turun akibat terjadinya edema paru interstitial sehingga terjadi edema pada saluran nafas  bagian bawah akibat sumbatan pada saluran nafas yang dibentuk oleh sel-sel epitel nekrotik,  bagian bawah akibat sumbatan pada saluran nafas yang dibentuk oleh sel-sel epitel nekrotik,

mukus dan sel-sel darah. mukus dan sel-sel darah.1,21,2

Trauma inhalasi diklasifikasikan menjadi 3, antara lain : Trauma inhalasi diklasifikasikan menjadi 3, antara lain : 1,2,3,41,2,3,4 1.

1. Trauma pada saluran nafas bagian atas ( trauma supraglotis)Trauma pada saluran nafas bagian atas ( trauma supraglotis) Trauma saluran nafas atas dapat menyebabkan ancaman hidup

Trauma saluran nafas atas dapat menyebabkan ancaman hidup melalui obstruksi jalanmelalui obstruksi jalan nafas sesaat setelah trauma. Jika proses ini ditangani secara benar, edema saluran nafas sesaat setelah trauma. Jika proses ini ditangani secara benar, edema saluran nafas dapat hilang tanpa sekuele beberapa hari.

nafas dapat hilang tanpa sekuele beberapa hari. 2.

(8)

Trauma ini dapat menyebabkan lebih banyak perubahan signifikan dalam fungsi paru Trauma ini dapat menyebabkan lebih banyak perubahan signifikan dalam fungsi paru dan mungkin akan susah ditangani. Trauma subglotis merupakan trauma kimia yang dan mungkin akan susah ditangani. Trauma subglotis merupakan trauma kimia yang disebabkan akibat inhalasi hasil-hasil pembakaran yang bersifat toksik pada luka disebabkan akibat inhalasi hasil-hasil pembakaran yang bersifat toksik pada luka   bakar. Asap memiliki kapasitas membawa panas yang rendah, sehingga jarang   bakar. Asap memiliki kapasitas membawa panas yang rendah, sehingga jarang didapatkan trauma termal langsung pada jalan nafas bagian bawah dan parenkim paru, didapatkan trauma termal langsung pada jalan nafas bagian bawah dan parenkim paru, trauma ini terjadi bila seseorang terpapar uap yang sangat panas.

trauma ini terjadi bila seseorang terpapar uap yang sangat panas. 3.

3. Toksisitas sistemik akibat inhalasi gas toksik seperti karbon monoksida (CO) danToksisitas sistemik akibat inhalasi gas toksik seperti karbon monoksida (CO) dan sianida.

sianida.

Inhalasi dari gas toksik merupakan penyebab utama kematian cepat akibat api, Inhalasi dari gas toksik merupakan penyebab utama kematian cepat akibat api, meskipun biasanya trauma supraglotis, subglotis dan toksisitas sistemik terjadi meskipun biasanya trauma supraglotis, subglotis dan toksisitas sistemik terjadi  bersamaan. Intoksikasi CO terjadi jika afinitas CO terhadap hemoglobin lebih besar   bersamaan. Intoksikasi CO terjadi jika afinitas CO terhadap hemoglobin lebih besar  dari afinitas oksigen terhadap hemoglobin, sehingga ikatan CO dan hemoglobin dari afinitas oksigen terhadap hemoglobin, sehingga ikatan CO dan hemoglobin membentuk suatu karboksihemoglobin dan menyebabkan hipoksia.

membentuk suatu karboksihemoglobin dan menyebabkan hipoksia.

GAMBARAN KLINIS

GAMBARAN KLINIS1,2,3,4,12,13,141,2,3,4,12,13,14

Oleh karena onset terjadinya tidak segera dan sering tidak ditangani sesegera Oleh karena onset terjadinya tidak segera dan sering tidak ditangani sesegera mungkin, maka perlu diketahui tanda-tanda yang dapat mengarahkan kita untuk bertindak  mungkin, maka perlu diketahui tanda-tanda yang dapat mengarahkan kita untuk bertindak  dan harus mencurigai bahwa seseorang telah mengalami trauma inhalasi antara lain

dan harus mencurigai bahwa seseorang telah mengalami trauma inhalasi antara lain :: -- Luka bakar pada wajahLuka bakar pada wajah

-- Alis mata dan bulu hidung hangusAlis mata dan bulu hidung hangus

-- Adanya timbunan karbon dan tanda-tanda inflamasi akut di dalam orofaringAdanya timbunan karbon dan tanda-tanda inflamasi akut di dalam orofaring -- Sputum yang mengandung arang atau karbonSputum yang mengandung arang atau karbon

-- Wheezing, sesak dan suara serak Wheezing, sesak dan suara serak 

-- Adanya riwayat terkurung dalam kepungan apiAdanya riwayat terkurung dalam kepungan api

-- Ledakan yang menyebabkan trauma bakar pada kepala dan badanLedakan yang menyebabkan trauma bakar pada kepala dan badan

-- Tanda-tanda keracunan CO (karboksihemoglobin lebih dari 10% setelah berada dalaTanda-tanda keracunan CO (karboksihemoglobin lebih dari 10% setelah berada dala mm lingkungan api) seperti kulit berwarna pink sampai merah, takikardi, takipnea, sakit lingkungan api) seperti kulit berwarna pink sampai merah, takikardi, takipnea, sakit kepala, mual, pusing, pandangan kabur, halusinasi, ataksia, kolaps sampai koma. kepala, mual, pusing, pandangan kabur, halusinasi, ataksia, kolaps sampai koma.

PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN PENUNJANG1,2,31,2,3

1.

1. LaboratoriumLaboratorium

y

(9)

Digunakan untuk mengukur saturasi hemoglobin yang meningkat palsu akibat Digunakan untuk mengukur saturasi hemoglobin yang meningkat palsu akibat ikatan CO terhadap hemoglobin sehingga kadar karboksihemoglobin ikatan CO terhadap hemoglobin sehingga kadar karboksihemoglobin seringkali diartikan sebagai oksihemaglon

seringkali diartikan sebagai oksihemaglon

y

y AnalisaAnalisaGGas Darahas Darah

Untuk mengukur kadar karboksihemoglobin, keseimbangan asam basa dan Untuk mengukur kadar karboksihemoglobin, keseimbangan asam basa dan kadar sianida. Sianida dihasilkan dari kebakaran rumah tangga dan biasanya kadar sianida. Sianida dihasilkan dari kebakaran rumah tangga dan biasanya terjadi peningkatan kadar laktat plasma

terjadi peningkatan kadar laktat plasma

y

y ElektrolitElektrolit

Untuk memonitor abnormalitas elektrolit sebagai hasil dari resusitasi cairan Untuk memonitor abnormalitas elektrolit sebagai hasil dari resusitasi cairan dalam jumlah besar 

dalam jumlah besar 

y

y Darah lengkapDarah lengkap

Hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan biasanya terjadi sesaat setelah Hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan biasanya terjadi sesaat setelah trauma. Hematokrit yang menurun secara progresif akibat pemulihan volume trauma. Hematokrit yang menurun secara progresif akibat pemulihan volume intravaskular. Anemia berat biasanya terjadi akibat hipoksia atau intravaskular. Anemia berat biasanya terjadi akibat hipoksia atau ketidakseimbangan hemodinamik. Peningkatan sel darah putih untuk melihat ketidakseimbangan hemodinamik. Peningkatan sel darah putih untuk melihat adanya infeksi.

adanya infeksi. 2.

2. Foto ThoraksFoto Thoraks

Biasanya normal dalam 3-5 hari, gambaran yang dapat muncul sesudahnya termasuk  Biasanya normal dalam 3-5 hari, gambaran yang dapat muncul sesudahnya termasuk  atelektasis, edema paru, dan ARDS

atelektasis, edema paru, dan ARDS 3.

3. Laringoskopi dan bronkoskopi fiberoptik Laringoskopi dan bronkoskopi fiberoptik 

Keduanya dapat digunakan sebagai alat diagnostik maupun terapeutik. Pada Keduanya dapat digunakan sebagai alat diagnostik maupun terapeutik. Pada   bronkoskopi biasanya didapatkan gambaran jelaga, eritema, sputum dengan arang,   bronkoskopi biasanya didapatkan gambaran jelaga, eritema, sputum dengan arang,  petekie, daerah pink sampai abu-abu karena nekrosis, ulserasi, sekresi, mukopurulen.  petekie, daerah pink sampai abu-abu karena nekrosis, ulserasi, sekresi, mukopurulen. Bronkoskopi serial berguna untuk menghilangkan debris dan sel-sel nekrotik pada Bronkoskopi serial berguna untuk menghilangkan debris dan sel-sel nekrotik pada kasus-kasus paru atau jika suction dan ventilasi tekanan positif tidak cukup memadai. kasus-kasus paru atau jika suction dan ventilasi tekanan positif tidak cukup memadai.

PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN

Diagnosis yang cepat terhadap trauma inhalasi adalah penting untuk penanganan Diagnosis yang cepat terhadap trauma inhalasi adalah penting untuk penanganan cepat agar terhindar dari gagal nafas yang berakibat kematian. Pengobatan untuk trauma cepat agar terhindar dari gagal nafas yang berakibat kematian. Pengobatan untuk trauma inhalasi adalah bersifat suportif.

inhalasi adalah bersifat suportif. 1.

1. AirwayAirway

Jika dicurigai seseorang dengan trauma inhalasi maka sebelum dikirim ke pusat luka Jika dicurigai seseorang dengan trauma inhalasi maka sebelum dikirim ke pusat luka   bakar sebaiknya dilakukan intubasi cepat untuk melindungi jalan nafas sebelum   bakar sebaiknya dilakukan intubasi cepat untuk melindungi jalan nafas sebelum

(10)

terjadi pembengkakan wajah dan faring yang biasanya terjadi 24-48 jam setelah terjadi pembengkakan wajah dan faring yang biasanya terjadi 24-48 jam setelah kejadian, dimana jika terjadi edema maka yang diperlukan adalah trakeostomi atau kejadian, dimana jika terjadi edema maka yang diperlukan adalah trakeostomi atau krikotiroidotom

krikotiroidotomi ji jika intubasi oral tidak ika intubasi oral tidak dapat dilakukan.dapat dilakukan.2,4,15,16,172,4,15,16,17 2.

2. BreathingBreathing

Jika didapatkan tanda-tanda insufisiensi pernapasan, susah bernapas, stridor, batuk, Jika didapatkan tanda-tanda insufisiensi pernapasan, susah bernapas, stridor, batuk, retraksi suara nafas bilateral atau tanda-tanda keracunan CO

retraksi suara nafas bilateral atau tanda-tanda keracunan CO maka dibutuhkan okmaka dibutuhkan oksigensigen 100% atau oksigen tekanan tinggi yang akan menurunkan waktu paruh dari CO dalam 100% atau oksigen tekanan tinggi yang akan menurunkan waktu paruh dari CO dalam darah.

darah.1,2,31,2,3 3.

3. CirculationCirculation

Pengukuran tekanan darah dan nadi untuk mengetahui stabilitas hemodinamik. Untuk  Pengukuran tekanan darah dan nadi untuk mengetahui stabilitas hemodinamik. Untuk  mencegah syok hipovolemik diperlukan resusitasi cairan intravena. Pada pasien mencegah syok hipovolemik diperlukan resusitasi cairan intravena. Pada pasien dengan trauma inhalasi biasanya dalam 24 jam pertama digunakan cairan kristaloid dengan trauma inhalasi biasanya dalam 24 jam pertama digunakan cairan kristaloid 40-75% lebih banyak dibandingkan pasien yang hanya luka bakar saja.

40-75% lebih banyak dibandingkan pasien yang hanya luka bakar saja.1,31,3 4.

4.  Neurologik  Neurologik 

Pasien yang berespon/sadar membantu untuk mengetahui kemampuan mereka untuk  Pasien yang berespon/sadar membantu untuk mengetahui kemampuan mereka untuk  melindungi jalan nafas dan merupakan indikator yang baik untuk mengukur  melindungi jalan nafas dan merupakan indikator yang baik untuk mengukur  kesuksesan resusitasi. Pasien dengan kelainan neurologik seringkali memerlukan kesuksesan resusitasi. Pasien dengan kelainan neurologik seringkali memerlukan analgetik poten.

analgetik poten.22 5.

5. Luka bakar Luka bakar 

Periksa seluruh tubuh untuk mengetahui adanya trauma lain dan luka bakar. Cuci Periksa seluruh tubuh untuk mengetahui adanya trauma lain dan luka bakar. Cuci  NaCl kulit yang tidak terbakar untuk menghindari sisa zat toksik yang bermakna.  NaCl kulit yang tidak terbakar untuk menghindari sisa zat toksik yang bermakna.22 6.

6. MedikasiMedikasi1,21,2

y

y Kortikosteroid : digunakan untuk menekan inflamasi dan menurunkan edemaKortikosteroid : digunakan untuk menekan inflamasi dan menurunkan edema y

y Antibiotik : Mengobati infeksi sekunder yang biasanya disebabkan olehAntibiotik : Mengobati infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh

Staphylococcus Aureus dan Pseudomonas Aeruginosa pada pasien-pasien Staphylococcus Aureus dan Pseudomonas Aeruginosa pada pasien-pasien dengan kerusakan paru

dengan kerusakan paru

y

y Amyl dan Sodium Nitrit untuk mengobati keracunan sianida tetapi harusAmyl dan Sodium Nitrit untuk mengobati keracunan sianida tetapi harus

  berhati-hati jika ditemukan pula tanda-tanda keracunan CO karena obat ini   berhati-hati jika ditemukan pula tanda-tanda keracunan CO karena obat ini dapat menyebabkan methahemoglobinemia. Oksigen dan Sodium tiosulfat dapat menyebabkan methahemoglobinemia. Oksigen dan Sodium tiosulfat   juga dapat sebagai antidotum sianida, antidotum yang lain adalah   juga dapat sebagai antidotum sianida, antidotum yang lain adalah

hidroksikobalam

hidroksikobalamin dain dan EDTA.n EDTA.

y

y BronkodilatoBronkodilator r untuk pasien-pasien duntuk pasien-pasien d engan bronkokonsengan bronkokonstriksi. Pada triksi. Pada kasus-kkasus-kasusasus

 berat bronkodilator digunakan secara

(11)

KOMPLIKASI KOMPLIKASI1,21,2

1.

1. Trauma paru berat, edema, dan ketidakmampuan untuk oksigenasi atau ventilasi yangTrauma paru berat, edema, dan ketidakmampuan untuk oksigenasi atau ventilasi yang adekuat dapat menyebabkan kematian

adekuat dapat menyebabkan kematian 2.

2. Keracunan CO dan inhalasi dari hasil pembakaran yang lain secara bersamaan dapatKeracunan CO dan inhalasi dari hasil pembakaran yang lain secara bersamaan dapat menyebabkan hipoksemia, trauma organ dan morbiditas.

menyebabkan hipoksemia, trauma organ dan morbiditas. PROGNOSIS

PROGNOSIS

Pada trauma inhalasi ringan biasanya self limited dalam 48-72 jam. Berat ringannya Pada trauma inhalasi ringan biasanya self limited dalam 48-72 jam. Berat ringannya trauma langsung pada parenkim paru tergantung pada luas dan lamanya paparan serta jenis trauma langsung pada parenkim paru tergantung pada luas dan lamanya paparan serta jenis inhalan yang diproduksi secara

(12)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

1.

1. Rajpura A., Inhalation Injury, available atRajpura A., Inhalation Injury, available at www.burncenter.comwww.burncenter.com, Januari 2011, Januari 2011 2.

2. Emily B Nazarian., Inhalation Injury, available atEmily B Nazarian., Inhalation Injury, available at www.emedicine.comwww.emedicine.com, Januari 2011, Januari 2011 3.

3. Herold, L Cerny, Inhalation Injury, aHerold, L Cerny, Inhalation Injury, a vailable atvailable at www.ynovaburnandreconstructivewww.ynovaburnandreconstructive

surgery.com

surgery.com, Januari 2011, Januari 2011 4.

4. Michael D Peck., SMichael D Peck., S moke Inhalation Injumoke Inhalation Injury, available atry, available at www.ameriburn.orgwww.ameriburn.org, 2005, 2005 5.

5. Robert A Benner, Inhalation Injury, available Robert A Benner, Inhalation Injury, available atat www.burnresource.comwww.burnresource.com, 2001-2002, 2001-2002 6.

6. Argenta, L.C., Inhalation Injury, Basic Science for Surgeon : A Review, Argenta, L.C., Inhalation Injury, Basic Science for Surgeon : A Review, Saunders,Saunders,  North Carolina, 2004

 North Carolina, 2004 7.

7. Craig Feied, Inhalation Injury, available atCraig Feied, Inhalation Injury, available at www.NCEMI.comwww.NCEMI.com, 2006, 2006 8.

8. GGuyton, AC., Pernafasan, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Euyton, AC., Pernafasan, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGGC, 2000C, 2000 9.

9. Luhulima, J. W., Thorax, Anatomi Program Pendidikan Dokter, Jilid 4, BagianLuhulima, J. W., Thorax, Anatomi Program Pendidikan Dokter, Jilid 4, Bagian Anatomi FKUH, Makassar, 2001

Anatomi FKUH, Makassar, 2001 10.

10. Snell, RS., Cavitas Thoracis, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, BagianSnell, RS., Cavitas Thoracis, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian 1, Edisi 3, E

1, Edisi 3, EGGC, 1997C, 1997 11.

11. Putz, R., Alat Pernafasan, Atlas Anatomi Manusia SPutz, R., Alat Pernafasan, Atlas Anatomi Manusia S oboobotta, Jilid 1, Etta, Jilid 1, Edisi 21, Edisi 21, EGGC,C, 2006

2006 12.

12. Holleran, RS., Burn Trauma, Air and Surface Patient Transport Principles andHolleran, RS., Burn Trauma, Air and Surface Patient Transport Principles and Practice, Third edition, Mosby, Ohio, 2003

Practice, Third edition, Mosby, Ohio, 2003 13.

13. LyngeLynge, , DC., Traumatic Injury, Surgical PrDC., Traumatic Injury, Surgical Problems and Procedurs in Primary Caroblems and Procedurs in Primary Care,e, Mc

McGGraw Hill, Washington, 2001raw Hill, Washington, 2001 14.

14. Way, LW., Burn and Other Thermal Injuries, Current Surgical Diagnosis andWay, LW., Burn and Other Thermal Injuries, Current Surgical Diagnosis and Treatment, 11

Treatment, 11ththEdition, McEdition, McGGraw Hill, Boston, 2003raw Hill, Boston, 2003 15.

15. Robert H. Demling., Pulmonary Problems in The Burn Patient, available atRobert H. Demling., Pulmonary Problems in The Burn Patient, available at www.burnsurgery.org

www.burnsurgery.org, 2000, 2000 16.

16. Awori N., Luka Bakar, Bedah Primer Trauma, EAwori N., Luka Bakar, Bedah Primer Trauma, EGGC, Jakarta, 2000C, Jakarta, 2000 17.

17. Beasly R.Thorne H.Beasly R.Thorne H. GGrabb & Srabb & Smith¶s Plastic Surgery Six Edition. Associatemith¶s Plastic Surgery Six Edition. Associate Professor of Plastic Surgery.NYU Medical Center. New York. 2007. 139-141 Professor of Plastic Surgery.NYU Medical Center. New York. 2007. 139-141

Referensi

Dokumen terkait

kerja perangkat daerah kabupaten yang melaksanakan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib melaporkan pelaksanaan sebagian urusan pemerintahan

Maka jelaslah dalam hal pelaksanaan pembentukan peraturan daerah harus berdasarkan program legislasi daerah sebagai instrumen awal dalam pembentukan peraturan daerah yang

Manusia Indonesia sebagai warga negara dan masyarakat mempunyai kedudukan dan hak yang sama. Dalam menggunakan hak-haknya, selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan

Oταν ο Pήγας Bελεστινλής ήρθε στη Bιέννη, με σκοπ να εκδώσει τα δύο βιβλία του που είχε προετοιμάσει κατά τη διαμονή του στην

Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitaian terdahulu yang relevan dengan penelitian sastra lisan dalam upacara adat Dal Sir Davai Dam Sir Aja Jelburom Matvui di

Sebagian besar alkaloida mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak terlalu

elebihan dribbling menggunakan bagian punggung kaki adalah dapat menggiring bola dengan arah lurus apabila tidak ada la!an yang menghalangi. "edangkan kelemahannya

Tidak berbeda jauh dengan program pembangunan yang lain, program pendidikan anak usia dini (PAUD) sebenarnya juga memerlukan perhatian dan kesiapan serta respon