MAKALAH KEPERAWATAN REPRODUKSI 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI WANITA : GANGGUAN HAID DAN ENDOMETRIOSIS
Dosen Pembimbing :
Retnayu Prandanie, S.Kep., Ns., M.Kep
Kelompok 3 (A-1)
Vony Nurul Khasanah 131411131061 Retty Merdianti 131411131064 Putri Mei Sundari 131411131067 Kiki Ayu Kusuma 131411131070 Widya Fathul Jannah 131411131073 Zahrotul Fitria Suryawan 131411131076 Evi Nur Laili Rahma Kusuma 131411131079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
ii KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Gangguan System Reproduksi Wanita : Gangguan Haid dan Endometriosis”. Tanpa ridho-Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun agar para pembaca dapat mengetahui gangguan gaya hidup dan menambah ilmu pengetahuan. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan sebenar-benarnya. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Reproduksi 1 dan teman-teman yang telah membantu penyusun sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, kritik yang dapat membangun dari para pembaca sangat diharapkan penyusun. Terima kasih.
Surabaya, 18 Oktober 2016
iii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 2
1.4 Manfaat ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Review Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi ... 4
2.2 Menstruasi ... 5
2.3 Disminore ... 12
2.4 Endometriosis ... 19
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN UMUM... 29
3.1 Asuhan Keperawatan Disminore ... 29
3.2 Asuhan Keperawatan Endometriosis ... 35
BAB 4 SIMPULAN ... 45
4.1 Kesimpulan ... 45
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kesehatan merupakan sesuatu yang vital. Kesehatan reproduksi salah satunya. Sistem reproduksi tidak dapat luput dari perhatian kita. Banyak penyakit reproduksi yang saat ini sedang menjadi tren di masyarakat terutama pada kaum wanita. Fungsi sistem reproduksi wanita adalah untuk pertumbuhan seks sekunder salah satunya yaitu menstruasi. Menstruasi atau haid adalah proses luruhnya lapisan dinding rahim yang banyak mengandung pembuluh darah, dimana terjadi setiap bulan dan berlangsung kurang lebih 3-7 hari (Menteri Negara/BKKBN, 1998). Menstruasi terkadang terjadi disertai dengan rasa sakit di bagian bawah abdomen yang disebut dismenorea. Menstruasi juga tidak lepas dari salah satu lapisan rahim yaitu endometrium. Endometrium merupakan susunan dari lapisan epitelium dan dihubungkan dengan kelanjar dengan jaringan penghubung stroma yang dikelilingi oleh arteri berbentuk spiral. Endometriosis merupakan penyakit yang dikarakteristikkan dengan pertumbuhan endometrium di luar rongga uterin atau miometrium (Giudice dkk, 2012).
2 1.2Rumusan Masalah
1) Bagaimana anatomi fisiologi sistem reproduksi? 2) Apa definisi dari menstruasi?
3) Bagaimana siklus dari menstruasi?
4) Apa saja kelainan pada menstruasi (haid)? 5) Apa definisi gangguan haid dan endometriosis?
6) Bagaimana etiologi gangguan haid dan endometriosis? 7) Bagaimana patofisiologi gangguan haid dan endometriosis? 8) Bagaimana klasifikasi pada gangguan haid dan endometriosis? 9) Bagaimana manifestasi klinis gangguan haid dan endometriosis?
10)Bagaimana komplikasi dan prognosis klien dengan gangguan haid dan endometriosis?
11)Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan gangguan haid dan endometriosis?
1.3Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem reproduksi: Gangguan haid dan endometriosis. 1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem reproduksi. 2) Mengetahui dan memahami definisi, siklus, dan kelainan pada
menstruasi
3) Mengetahui dan memahami definisi gangguan haid dan endometriosis.
4) Mengetahui dan memahami etiologi gangguan haid dan endometriosis.
5) Mengetahui dan memahami patofisiologi gangguan haid dan endometriosis.
3 7) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis gangguan haid dan
endometriosis.
8) Mengetahui dan memahami komplikasi dan prognosis klien dengan ganguan gangguan haid dan endometriosis.
9) Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan gangguan haid dan endometriosis.
1.4Manfaat
1) Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan haid dan endometriosis.
2) Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada klien dengan gangguan haid dan endometriosis.
3) Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan haid dan endometriosis. 4) Sebagai referensi tambahan dalam proses pembelajaran mata kuliah sistem
reproduksi.
4 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Review Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Ovarium memiliki panjang 3 sampai 5 cm, lebar 2 sampai 3 cm, dan tebal 1 cm. berbentuk seperti kacang kenari. Masing-masing ovarium terletak pada dinding samping rongga pelvis posterior dalam sebuah ceruk dangkal, yaitu fosa ovarian, dan ditahan dalam posisi tersebut oleh mesentrium pelvis (lipatan peritoneum antara peritoneum visceral dan peritoneum parietal). Ovarium adalah satu-satunya organ dalam rongga pelvis yang retroperitoneal (terletak di belakang peritoneum).
5 2.2 Menstruasi
2.2.1 Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah periode pengeluaran cairan darah dari uterus, yang disebabkan oleh rontoknya endometrium. Keluaran terdiri dari sel-sel pecahan endometrium dan stromal, sel-sel darah tua, dan sekresi kelenjar. Lamanya rata-rata sekitar 5 hari. Pada awal menstruasi, kadar estrogen, progesteron, dan LH menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus, dan kadar FSH baru mulai meningkat. Pada ovarium, ovum baru mulai matur dalam vesikula atau ovisak yang disebut folikel graafian.
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause. Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (siklus menstruasi), dan timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat perubahan hormonal yaitu esterogen dan progesteron.
Siklus menstruasi adalah serangkaian periode dari perubahan yang terjadi berulang pada uterus dan organ-organ yang dihubungkan pada saat pubertas dan berakhir pada saat menopause.
6 Panjang siklus menstruasi ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1), siklus berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari, hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari. Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada yang 7-8 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata ±16 cc, pada wanita yang lebih tua darah yang keluar lebih banyak begitu juga dengan wanita yang anemi.
Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antar 2 siklus bisa berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini adalah normal, setelah beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur. Siklus dan lamanya menstruasi bisa diketahui dengan membuat catatan pada kalender dengan menggunakan kalender tersebut, tandailah siklus anda setiap bulannya. Setelah beberapa bulan, anda bisa mengetahui pola siklus anda dan hal ini akan membantu anda dalam memperkirakan siklus yang akan datang. Tandai setiap hari ke-1 dengan tanda silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya dengan demikian anda dapat mengetahui siklus anda.
Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk ke dalam salah satu tuba falopi dan didalam tuba bisa terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk kedalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin.
Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus ini berlangsung selama 3-5 hari kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.
Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase: 1. Fase Folikuler
7 fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
2. Fase Ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.
3. Fase Luteal
8 Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu: 1. Fase menstruasi atau dekuaminasi
Dalam fase ini endometrium dilepskan dari dinding uterus disertai perdarahan hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan strauma yang mengalami disintegerasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.
2. Fase pasca haid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah dimulai sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.
3. Fase proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase poliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:
a. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar.
b. Fase proliferasi madya (mid proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (nake nukleus)
c. Fase proliferasi akhir (late proliferation)
9 4. Fase pra haid atau fase sekresi
Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berlekuk-lekuk, dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Didalam endometrium tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. 2.2.3 Kelainan Menstruasi (Haid)
Kelainan haid yang dijumpai dapat berupa kelainan siklus atau kelainan dari jumlah darah yang diluarkan dan lamanya perdarahan.
1. Kelainan siklus a. Amenore
Amonore (tidak ada haid) bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amonore ialah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih. Ada 2 jenis amenore:
1) Primer: tidak pernah haid dari lahir (mandul, hymen tertutup rapat)
2) Sekunder: pernah haid kemudian berhenti lebih dari 3 bulan (hamil, menyusui)
b. Oligomenore
Haid jarang, siklus panjang. Oligomenore terjadi kalau siklus lebih dari 35 hari. Sering terdapat pada wanita yang astenis. Oligomenore yang menetap dapat terjadi akibat dari: perpanjanagan stadium folikuler, perpanjangan stadium luteal, dan kedua stadia tersebut manjadi panjang.
Jika siklus tiba-tiba menjadi panjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh psikis dan pengaruh panyakit (TB). Pada umumnya oligomenore yang ovulator tidak memerlukan terapi. Bila mendekati amenore maka dapat diusahakan mengadakan ovulasi.
10 Tekanan intravaskuler: tekanan arteri meninggi, pada dekompensasi kordis, tumor, kelainan letak, (4) Daya beku darah (diatesa hemoragika): pada penyakit werlfoff atau hemofili.
Kita tahu bahwa darah haid terlalu banyak kalau ada bekuan darah dalam darah haid. Lamanya perdarahan ditentukan olehh daya regenerasi endometrium. Daya regenerasi berkurang pada infeksi, pada mioma atau polip dan pada karsinoma.
c. Polimenore/metrorragi
Haid sering datang, jadi siklusnya pendek, kurang dari 25 hari. Kalau siklus pendek tapi teratur ada kemungkinan: stadium proliferasi pendek, stadium sekresi pendek, dan keduanya pendek. Yang paling sering dijumpai ialah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21 hari maka kemungkinan besar juga stadium sekresi pendek. Hal ini menyebabkan infertilitas. Siklus yang tadinya normal menjadi pendek. Gejala ini biasanya disebabkan pemendekan stadium sekresi karena korpus luteum lekas mati. Ini sering terjadi karena disfungsi ovarium pada klimakterium, pubertas, dan penyakit (TB) 2. Kelainan jumlah aliran darah
a. Hipermenore/menoragia
Pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi, jadi pada siklus yang teratur, disebut menoragia. Sebab-sebabnya adalah: hipoplasia uteri, asteni, mioma uteri, hipertensi, infeksi dan hemofilia.
b. Hipomenore
11 3. Nyeri
Nyeri sewaktu haid, disebut dismenore. Nyeri ini terasa diperut bagian bawah. Nyeri dapat terasa sebelum, selama dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus menerus. Nyeri diduga karena kontraksi.
4. Gangguan yang lain
a. Pseudoamenore (kriptomenore)
Pada keadaan ini haid ada, tapi darah haid tidak keluar karena tertutupnya serviks, vagina atau himen. Ginatresia ini dibagi: (1) Kongenital, paling sering terjadi atresia himenalis dimana himen tidak berlobang, (2) Akuisita, perlekatan saluran serviks atau vagina karena radang GO, difteri, partus, senilitas
b. Menstruasi praekoks
Perdarahan pervagina pada anak muda belum tentu suatu menstruasi, karena dapat disebabkan oleh sarkoma dari uterus atau vagina. Yang dimaksud dengan menstruasi praekoks ialah perdarahan pada anak muda kurang dari 8-10 tahun yang disertai dengan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder sebelum waktunya. Tanda-tanda kelamin sekunder ialah timbulnya rambut kemaluan, pertumbuan buah dada dan haid.
c. Polisistik ovaries
Ini adalah kondisi terbentuknya banyak kista kecil dalam rahim atau ovarium wanita yang bisa terjadi. Sindrom ini terjadi pada satu dari sepuluh wanita. Beberapa wanita tersebut akan mengalami berbagai masalah hormonal, termasuk ketidaksuburan.
organ-12 organ reproduksi wanita tersebut, mengambil sampel-sampel yang dibutuhkan, dan melakukan operasi kecil. Pembiusan total digunakan dalam prosedur ini.
2.3 Disminore
2.3.1 Definisi Dismenorea
Dismenorhea merupakan rasa sakit dibagian bawah abdomen pada saat menstruasi yang mengganggu aktivitas wanita. Selama dismenorhea terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan vasospasme dari arteriol urin yang menyebabkan terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan merangsang rasa nyeri disaat menstruasi (Llewellyn,2001).
Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak dapatbekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Suzannec (2001) mendeskripsikan dysmenorrhea sebagai nyeri saat menstruasi pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram. Menurut Manuaba dkk (2006) dysmenorrhea adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan punggung bawah yang terasa seperti kram (Varney, 2004).
2.3.2 Klasifikasi Dismenorea 1. Dismenorea primer
13 (area suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah dapat juga disertai dengan mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang bawah, iritabilitas, rasa lelah dan sebagainya. Nyeri mulai dirasakan 24 jam saat menstruasi dan bisa bertahan selama 48-72 jam (Baradero, 2006 & Suzannec, 2001).
2. Dismenorea sekunder
Dysmenorrhea sekunder merupakan nyeri haid sebelum menstruasi yang disertai kelainan anatomis genitalis. Dysmenorrhea sekunder terjadi pada wanita berusia 30-45 tahun dan jarang sekali terjadi sebelum usia 25 tahun. Nyeri dysmenorrhea sekunder dimulai 2 hari atau lebih sebelum menstruasi, dan nyerinya semakin hebat serta mencapai puncak pada akhir menstruasi yang bisa berlangsung selama 2 hari atau lebih. Secara umum, nyeri datang ketika terjadi proses yang mengubah tekanan di dalam atau di sekitar pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran darah, atau karena iritasi peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan fisiologi normal dari menstruasi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Ketika gejala ini terjadi pada saat menstruasi, proses ini menjadi sumber rasa nyeri. Penyebab dysmenorrhea sekunder seperti: endometriosis, adenomiosis, radang pelvis, sindrom menoragia, fibroid dan polip dapat pula disertai dengan dispareuni, kemandulan, dan perdarahan yang abnormal.
Berdasarkan derajat nyerinya dismenorea dibedakan menjadi : 1. Dismenorea ringan
Dysmenorrhea ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu menstruasi yang berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan, sembuh hanya dengan cukup istirahat sejenak, tidak mengganggu aktivitas harian, rasa nyeri tidak menyebar tetapi tetap berlokasi di daerah peruh bawah. 2. Dismenorea sedang
14 3. Dismenorea berat
Dysmenorrhea berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah pada saat menstruasi dan menyebar kepinggang atau bagian tubuh lain juga disertai pusing, sakit kepala bahkan muntah dan diare. Dysmenorrhea berat memerlukan istirahat sedemikian lama yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih, dan memerlukan pengobatan dysmenorrhea.
2.3.3 Etiologi Dismenorea 1. Faktor Psikis
Ada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer mudah terjadi. Kondisi tubuh erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Seringkali segera setelah perkawinan dysmenorrhea hilang, dan jarang sekali dysmenorrhea menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologis pada genitalia maupun perubahan psikis. Disamping itu, psikoterapi terkadang mampu menghilangkan dysmenorrhea primer.
2. Vasopresin
Kadar vasopresin pada wanita dengan dysmenorrhea primer sangat tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa dysmenorrhea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan menimbulkan nyeri. Namun, peranan pasti vasopresin dalam mekanisme terjadinya dysmenorrhea masih belum jelas.
3. Prostaglandin
15 Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dysmenorrhea timbul pula diare, mual, dan muntah.
4. Faktor Hormonal
Umumnya kejang atau kram yang terjadi pada dysmenorrhea primer dianggap terjadi akibat kontraksi uterus yang berlebihan. Tetapi teori ini tidak menerangkan mengapa dysmenorrhea tidak terjadi pada perdarahan disfungsi anovulatoar, yang biasanya disertai tingginya kadar estrogen tanpa adanya progesteron. Kadar progesteron yang rendah menyebabkan terbentuknya PGF2α dalam jumlah banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat regresi korpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis prostaglandin melalui perubahan fosfolipid menjadi asam archidonat. Peningkatan prostaglandin pada endometrium yang mengikuti turunnya kadar progesteron pada fase luteal akhir menyebabkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi. 2.3.4 Patofisiologi Dismenorea
1. Dismenorea Primer
16 adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya pningkatan kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.
2. Dismenorea Sekunder
Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD akan menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri.
2.3.5 Manifestasi Klinis Dismenorea
Secara umum dismenorea memiliki tanda da gejala sebagai berikut:
1. Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam atau lebih. Sifat rasa nyeri ialah kejang yang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah. Tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha.
2. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat di jumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan mudah tersinggung
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang Dismenorea 1. Ultrasonography
Ultrasonography dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan dalam anatomi rahim, misalnya: posisi, ukuran dan luas ruangan rahim 2. Histerosalphingographi
Histerosalphingographi dilakukan untuk mencari tahu adanya kelainan dalam rongga rahim, seperti polypendometrium, myoma submukosa atau adenomyosis.
3. Hesteroscopy
17 4. Laparoscopy
Laparoscopy dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya endometriosis dan penyakit-penyakit lain dalam rongga panggul.
2.3.7 Penatalaksanaan Dismenorea
Terapi medis untuk klien disminorea diantaranya : 1. Pemberian obat analgesik
2. Terapi hormonal
3. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
4. Dilatasi kanalis serviksalis (dapat memberikan keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya) 2.3.8 Komplikasi Dismenorea
18 2.3.9 WOC Disminore
Dismenore primer
Posisi rahim tidak normal
Ukuran rahim terlalu kecil
Tumor
Penyakit lain: TBC, anemia
Udara terlalu dingin Ovulasi
Peningkatan hormon progesteron
Hormon Prostaglandin meningkat
Poliferasi endoemetrium dan meluruh pada siklus
menstruasi
Kerusakan Jaringan
MK: Nyeri Kontraksi miometrium dan
pembuluh darah uterus↑
Hipoksia ↑
Nyeri
MK: Intoleransi aktivitas
Dismenore Dismenore
sekunder
Keluhan pada seluruh bagian tubuh
Nyeri haid
Cemas dan tegang
19 2.4Endometriosis
2.4.1 Definisi Endometriosis
Endometriosis adalah kasus jaringan endometrium (lapisan dinding Rahim) yang tumbuh di luar rahim (implant endometrium). Kata endometrium sendiri berasal dari Bahasa Latin (Yunani) endo (di dalam) dan metra ( Rahim). Endometriosis paling sering ditemukan di ovarium. Endometriosis juga dapat terjadi di luar uterus, pada ligamen sakro-uterinum dan ligamen latum, serta peritoneum. Area lain yang lebih jarang terjadi endometriosis antara lain adalah dinding usus, kandung kemih, serviks, vagina, vulva, dan umbilicus serta jaringan parut. Endometriosis terkadang terjadi di paru. (Andrews, 2009)
Endometriosis merupakan jaringan mirip selaput lendir yang menutupi permukaan rongga rahim (endometrium) yang berada di luar rongga rahim pada tempat yang tidak semestinya (Center for Young Women’s Health, 2006 dalam Oepomo, 2007)
Endometriosis adalah kondisi abnormal dimana jaringan endometrium ditemukan pada lokasi internal selain uterus. Lokasi relokasi jaringan yang paling umum adalah rongga pelvis, terutama ovarium dan bagian peritoneum pelvis yang menggantung. Jaringan jarang ditemukan di luar pelvis, seperti pada parut bedah dan paru-paru.
20 terhubungkan dengan saluran telur, yang juga disebut sebagai tuba falopii (fallopian tube). Apabila telur yang sudah matang itu tidak dibuahi oleh sperma, maka lapisan dinding rahim tadi akan mengelupas pada akhir siklus. Lepasnya lapisan dinding rahim itulah yang disebut peristiwa haid. Keseluruhan proses itu diatur hormon reproduksi, dan biasanya memerlukan waktu antara 28 sampai 30 hari, dan kembali lagi ke awal proses.
2.4.2 Etiologi dan Faktor Resiko Endometriosis
Penyebab endometriosis tidak diketahui, walaupun telah dikemukakan beberapa teori. Mestruasi retrogad, teori yang paling diterima menyatakan bahwa sekresi menstruasi mengalir balik melalui tuba fallopi dan mengendapkan partikel jaringan endometrium hidup di luar rongga uterus yang menyebabkan fragmen-fragmen kecil endometrium normal tertanam di rongga peritoneum bawah.
Wanita dengan periode menstruasi lebih lama (lebih dari 8 hari) dan siklus menstruasi yang lebih pendek (kurang dari 27 hari) beresiko tinggi mengalami endometriosis. Kondisi ini tergantung estrogen, terjadi pada wanita berusia 15 sampai 44 tahun, dan jarang terjadi pada wanita sebelum masa puber atau setelah menopause. Sering melakukan olahraga aerobik terbukti memberi perlindungan terhadap endometriosis karena dapat menurunkan tingkat produksi estrogen. (Barbieri, 1990 dalam Reeder, 2011)
Endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang menunda kehamilan sampai usia tiga puluhan, walaupun keadaan ini dapat pula timbul pada usia remaja. Terdapat peningkatan prevalensi sebanyak 7% pada saudara kandung dan anak dari ibu yang mendapat gangguan ini.
2.4.3 Patofisiologi Endometriosis
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.
21 pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometrium yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvis.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii.
22 untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.
2.4.4 Klasifikasi Endometriosis
Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu : a. Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di
dalam uterus
b. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding belakang uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium
c. Endometriosis genetalia eksterne, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio peritoneum dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing 2.4.5 Tingkatan Endometriosis
Secara garis besar endometriosis ini dibagi menjadi empat tingkatan berdasarkan beratnya penyakit(American Fertility Society):
1. Stage 1 (minimal) : lesi bersifat superficial, ada perlengketan di permukaan saja
2. Stage 2 (ringan) : adanya pelengketan sampai di daerah cul-de-sac 3. Stage 3 (sedang) : sama seperti stage 2, namun disertai endometrioma
yang kecil pada ovarium da nada perlengketan juga yang lebih banyak 4. Stage 4 (berat) : sama seperti stage 3, namun disertai endometrioma
yang besar dan perlengketan yang sangat luas
Pada endometriosis berat, ovarium, tuba fallopi, uterus, dan usus menyatu dan dapat terfiksasi adhesi yang padat. Satu ovarium dapat berubah posisi di belakang uterus atau kavum Douglas. Kondisi ini menimbulkan dyspareunia dalam dengan nyeri menetap selama beberapa jam. Pasangan wanita yang menderita endometriosis ikut terganggu akibat kenyataan bahwa mereka yang memicu nyeri tersebut sehingga kondisi ini seringkali berpengaruh buruk pada kondisi mereka, terutama dalam segi seksual. Pelepasan ovum dan perjalanan ovum selanjutnya melalui tuba pada situasi tersebut dapat sangat sulit sehingga wanita dapat mengalami masalah konsepsi. 2.4.6 Manifestasi Klinis Endometriosis
23 1. Nyeri, adalah manifestasi yang paling khas. Nyeri secara khas dimulai sebelum periode menstruasi mencapai puncaknya tepat sebelum onset atau selama 1 atau 2 hari pertama menstruasi. Nyeri dapat berlangsung selama durasi menstruasi dan kadang-kadang hingga beberapa hari setelahnya. Nyeri dapat berlokasi di berbagai tempat, menyebabkan diagnosis lebih sulit dikonfirmasi.
2. Disparaunia, adalah menstruasi tidak teratur
3. Menoragi. Pasien yang menderita endometriosis sering mengalami menstruasi yang diawali dengan perdarahan bercak berwarna gelap selama dua atau tiga hari. Selain itu menstruasi pasien tersebut sangat banyak
4. Infertilitas, sekitar sepertiga pasien endometriosis mengalami infertilitas. Infertilitas mungkin merupakan satu-satunya gejala yang muncul.
2.4.7 Penatalaksanaan Endometriosis 1. Pengobatan medis
Endometriosis jarang terjadi setelah menopause sehingga hanya terjadi pada wanita yang menjalani terapi sulih hormone. Kehamilan memiliki efek yang terbatas, bahkan sering kali berefek kuratif pada penyakit ini, tetapi infertilitas merupakan salah satu gejala penyakit ini, andaipun wanita menginginkan seorang bayi. Dengan demikian, pengobatan medis dilakukan dengan menekan fungsi ovarium.
a. Danol (Danazol). Danol dapat digunakan hingga 9 bulan dan jika efek samping dapat ditoleransi, obat ini meringankan endometriosis. Endometriosis dapat kambuh jika siklus menstruasi normal kembali terjadi meski beberapa wanita mengalami perbaikan gejala
b. Pil kontrasepsi kombinasi. Pil kontrasepsi ini dapat bekerja efektif untuk pengobatan kasus ringan, terutama jika kontrasepsi juga diperlukan. Perdarahan lepas obat dan perdarahan bercak dapat terjadi, tetapi tidak terlalu bermasalah jika dibandingkan dengan endometriosis yang terjadi
24 sama seperti kehamilan. Efek samping progesterone hampir sama dengan gejala sindrom pramenstruasi, serta dapat terjadi perdarahan lepas obat yang mengganggu.
d. Analog GnRH. Obat ini efektif dalam menekan endometriosis, tetapi hanya dapat diberikan dalam jangka pendek karena beresiko menimbulkan osteoporosis
e. Terapi pelengkap dan terapi alternatif. Banyak wanita melaporkan perbaikan gejala dengan mengonsumsi vitamin, unsur renik mineral, atau ramuan herbal. Terapi pelengkap dan terapi alternatif merupakan area yang belum “dilirik” untuk diteliti, tetapi manfaat terapi ini dalam pengobatan sindrom pramenstruasi mendorong penderita endometriosis untuk mencobanya. Perubahan alam perasaan, vagina kering yang nyeri, dan nyeri menyerupai kram, dilaporkan berkurang dengan penggunaan minyak evening primrose. Vitamin B (terutama B6) serta unsur renik, seperti zink dan magnesium juga terbukti efektif. Tanpa dukungan penelitian ilmiah ternama, peran efek placebo dalam pengobatan ini tidak diketahui.
2. Pengobatan melalui pembedahan
Teknik yang menggunakan pengobatan ablative local, dengan diaterni atau laparoskop laser, dikembangkan di beberapa klinik ginekologis dengan laporan keberhasilan bervariasi. Ooforektomi atau sistektomi ovarium dapat direkomendasikan. Waktu pemulihan yang diperlukan setelah dilakukan teknik pembedahan mikro lebih singkat, tetapi peralatan yang diperlukan sangat mahal dan ketersediaannya terbatas. Akibatnya banyak wanita harus menjalani pembedahan mayor. Masalah kekambuhan masih tetap ada walaupun terapi supresif sebelum pembedahan dapat membantu mengurangi masalah tersebut.
25 bijaksana jika sebelumnya petugas kesehatan membantu pasien mengkaji perasaannya terhadap fertilitasnya.
3. Laparoscopy
Laparoscopy adalah prosedur operasi yang paling umum untuk diagnosis dari endometriosis. Laparoscopy adalah prosedur operasi minor (kecil) yang dilakukan dibawah pembiusan total, atau pada beberapa kasus-kasus dibawah pembiusan lokal. Ia biasanya dilakukan sebagai suatu prosedur pasien rawat jalan. Laparoscopy dilakukan dengan pertama memompa perut dengan karbondioksida melalui sayatan kecil pada pusar.
Sebuah alat penglihat (laparoscope) yang panjang dan tips kemudian dimasukan kedalam rongga perut yang sudah dipompa untuk memeriksa perut dan pelvis. Endometrial implants kemudian dapat dilihat secara langsung. Selama laparoscopy, biopsi-biopsi (pengeluaran dari contoh-contoh jaringan kecil untuk pemeriksaan dibawah mikroskop) dapat juga dilakukan untuk diagnosis. Adakalanya biopsi-biopsi yang diperoleh selama laparoscopy menunjukan endometriosis meskipun tidak ada endometrial implants yang terlihat selama laparoscopy.
4. Ovarektomi (pengangkatan ovarium)
Tindakan ini hanya dilakukan jika nyeri perut atau panggul tidak dapat dihilangkan dengan obat-obatan dan penderita tidak ada rencana untuk hamil lagi. Setelah pembedahan, diberikan terapi sulih estrogen. Terapi bisa dimulai segera setelah pembedahan atau jika jaringan endometrium yang tersisa masih banyak, maka terapi baru dilakukan 4-6 bulan setelah pembedahan.
2.4.8 Prognosis Endometriosis
27 2.4.9 WOC Endometriosis
Faktor genetik
Gangguan menstruasi (hipermenorea dan
menoragia)
System hormonal tubuh
Gangguan sekresi estrogen & progesteron
Gangguan pertumbuhan sel endometrium
Faktor eksternal: Toksik
Mikroorganisme masuk ke dalam tubuh
Mikroorganisme menghasilkan makrofag
Respon imun↓
Pertumbuhan sel-sel abnormal ↑
Respon imun↓ Perkembangbiakan
sel abnormal ↑
Jaringan endometrium terdiri dari fragmen endometrial
Tumbuh di ovarium dan organ lain
28 Iritasi peritonium
Perdarahan di daerah pelvis
Nyeri saat menstruasi
(Dysminore)
MK: Nyeri Akut
Adhesi di pelvis
Nyeri saat
hubungan seksual
MK: Gangguan Pola Seksual
Nyeri saat BAK
MK: Gangguan Pola Eliminasi
Urine Penggumpalan darah
Adhesi di uterus
Retroversi
Uteri
Adhesi di tuba
falopi
Gerakan spontan ujung
fimbrae
Membawa ovum ke
uterus terhambat
Infertil
MK: Gangguan Citra
Tubuh ENDOMETRIOSIS
MK: Ansietas MK: Risk for
29 BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
3.1 Asuhan Keperawatan Dismenore 3.1.1 Proses Keperawatan
1. Identitas
Identitas nama pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, alamat
2. Keluhan Utama : Keluhan umum yang sering muncul pada pasien dismenore, pasien mengeluh nyeri dibagian abdomen dan daerah sekitar abdomen
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Biasanya pasien mengeluhkan merasakan nyeri pada abdomen ketika haid dan sampai menjalar pada pinggang bawah, mengalami sakit kepala/pusing kepala, badan lemas/rasa letih, mual, muntah, sakit daerah bawah pinggang
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Tanyakan atau perlu dikaji apakah pasien mempunyai riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan dismenore, dan kaji riwayat nyeri yang serupa timbul pada saat setiap siklus haid. Disminore primer biasanya mulai saat setelah menarche. Riwayat gejala neurologis seperti kelelahan yang berlebihan ketika siklus haid
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Tanyakan atau perlu dikaji apakah ada keluarga yang memiliki gejala penyakit gangguan mestruasi sama seperti pasien, atau adakah penyakit keturunan dari keluarga
6. Riwayat Menstruasi
Menarche : Umur 12 tahun Siklus : Teratur 28 hari Banyaknya : Normal Lamanya : 7 hari Keluhan : Disminore
7. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi : Status nutrisi pasien
30 d. Konsep Diri : Keadaan psikososial pasien terhadap disminore
yang dialaminya, seperti pengetahuan klien mengenai penyakitnya 8. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan secara Head to Toe
a. Kepala : Bentuk normal, tidak ada pembengkakan dan tidak ada keluhan
b. Mata : Kulit kelopak mata normal, gerakan mata deviasi normal dan mistagmus, konjungtiva normal, sklera normal, reflek cahaya normal
c. Hidung : Tidak ada reaksi alergi, tidak ada nyeri tekan sinus d. Mulut dan Tenggorokan : Gigi geligi normal, tidak ada kesulitan
menelan e. Dada dan Aksila
Mammae : Membesar ( ) ya (√) tidak Areolla mammae : Normal
Papila mammae : Normal
f. Pernapasan : Jalan nafas normal, Suara nafas normal, tidak menggunakan otot-otot bantu pernafasan g. Sirkulasi Jantung
Kecepatan denyut apikal : Takikardi Irama : Normal teratur Kelainan bunyi jantung : Tidak ada h. Abdomen
Mengecil : - Linea dan Striae : - Luka bekas Operasi : - Kontraksi : -
Lainnya : Nyeri pada abdomen bawah i. Genitourinari :
31 j. Ekstermitas (Integumen/Muskuloskletal) : Turgor kulit normal, warna kulit normal, kontraktur pada persendian ekstremitas tidak ada, kesulitan dalam pergerakan tidak ada kesulitan
k. Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus normal
l. Pemerkisaan Pelvis : Pada kasus disminore primer, pemeriksaan pelvis adalah normal
3.1.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan 1 DS :
1. Klien mengeluh pucat
DO :
1. Klien terlihat nampak gelisah
1. Klien mengeluh nyeri pada abdomen bawah hingga menjalar ke bawah pinggang dan punggung
DO :
1. Klien mengeluarkan keringat banyak, dan sikap tubuh menekuk memegang bagian tubuh yang sakit 2. Wajah tampak menahan
nyeri
3. TD menjadi rendah 90/60
Menstruasi
Korpus luteum regresi
Penurunan kadar progestron
Labilisasi membram lisosom (mudah pecah)
Enzim fosfolipase A2 meningkat
Hidrolisis senyawa fosfolipid
Terbentuk asam arakhidonat
32
meningkat saat aktivitas, nyeri seperti ditusuk-tusuk
R – Nyeri terjadi pada daerah sekitar abdomen bawah hingga menjalar ke daerah bawah pinggang dan punggung haid, nyeri sering dan terus-menerus
Prostaglandin meningkat
Myometrium terangsang
Meningkatkan kontraksi dan distrimi uterus
Menurunkan aliran darah ke uterus
Iskemia
Nyeri
3 DS :
1. Klien mengeluh pusing, lemas
2. Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
DO :
1. Klien terlihat lemas, pucat
33 3.1.3 Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas (00146) berhubungan dengan kurang pengetahuan penyebab nyeri abdomen ketika haid
2) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agens cedera biologis yang ditandai dengan iskemia dengan meningkatnya kontraksi uterus
3) Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan imobilitas akibat nyeri abdomen ketika haid
3.1.4 Intervensi Keperawatan
1) Ansietas (00146) berhubungan dengan kurang pengetahuan penyebab nyeri abdomen ketika haid
Domain 9 : Koping / Toleransi Stres Class 2 : Respons Koping
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, klien dapat menunjukkan tingkat kecemasan dengan kriteria hasil :
Tingkat Kecemasan (1211)
1. (121105) Klien dapat
menunjukkan perasaan gelisah (4)
2. (121106) Klien dengan tidak merasakan otot tegang (4) 3. (121112) Klien dapat mengatasi
dalam kesulitan berkonsentrasi (4)
4. (121117) Klien dapat
menunjukkan rasa cemas yang disampaikan secara lisan (4)
Pengurangan Kecemasan (5820)
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan 3. Lakukan usapan pada punggung dengan
cara yang tepat
4. Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
5. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan
34 2) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agens cedera biologis yang
ditandai dengan iskemia dengan meningkatnya kontraksi uterus Domain 12 : Kenyamanan
Class 1 : Kenyamanan Fisik
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, rasa nyeri klien dapat berkurang dan teratasi
dengan kriteria hasil :
Tingkat Nyeri (2102)
1. (210201) Klien dapat melaporkan dari tingkat nyeri (4)
2. (210206) Klien dapat
mengekspresikan nyeri wajah (4) 3. (210209) Ketegangan otot (4) 4. (210210) Klien dengan frekuensi
nafas (RR) normal (4)
5. (210211) Klien dengan detak jantung (HR) normal (4) 6. (210220) Klien dengan Nadi
normal (4)
7. (210212) Klien dengan TD normal (4)
Manajemen Nyeri (1400)
1. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri 2. Gunakan strategi komunikasi terpeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
3. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri
4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri disminore, berapa lama nyeri akan dirasakan 5. Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respons pasien terhadap ketidaknyamanan
6. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
a. Berikan diuresis natural (vitamin), tidur dan istirahat
b. Lakukan latihan ringan c. Lakukan teknik relaksasi d. Hangatkan bagian perut 7. Dukung istirahat atau tidur yang
35 nyeri
8. Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan pasien saat ini berubah signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya
3) Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan imobilitas akibat nyeri abdomen ketika haid
Domain 4 : Aktivitas / Istirahat
Class 4 : Respons kardiovaskular / Pulmonal
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, klien dapat beraktivitas seperti semula dengan kriteria hasil :
Daya Tahan (0001)
1. (000101) Klien dapat melakukan aktivitas rutin (4)
2. (000102) Klien dapat melakukan aktivitas fisik (4)
3. (000104) Klien dapat berkonsentrasi (4)
4. (000106) Klien dapat menjaga daya tahan otot (4)
5. (000112) Oksigen darah ketika beraktivitas (4)
6. (000118) Klien tidak terasa kelelahan (4)
Terapi Aktivitas (4310)
1. Bantu klien untuk mengeksplorasi tujuan personal dari aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan
2. Ciptakan lingkungan yang aman untuk periode istirahat tanpa gangguan, dorong istirahat sebelum makan 3. Tingkatkan aktivitas secara bertahap 4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan 5. Bantu klien untuk meningkatkan
36 3.2 Asuhan Keperawatan Endometriosis
3.2.1 Pengkajian 1) Data Demografi
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga negara, bahasa yang digunakan, dan penanggung jawab yang meliputi nama, alamat, dan hubungan dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daerah pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Dysmenore primer ataupun sekunder b. Nyeri saat latihan fisik
c. Dispareun d. Nyeri ovulasi
e. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual g. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
h. Hipermenorea i. Menoragia
j. Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi. k. Konstipasi, diare, kolik
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis.
5) Riwayat Obstetri dan Menstruasi
37 3.2.2 Pemeriksaan Fisik
1) Pada pemeriksaan fisik umum
Jarang dilakukan kecuali penderita menunjukkan adanya gejala fokal siklik pada daerah organ non ginekologi. Pemeriksaan dilakukan untuk mencari penyebab nyeri yang letaknya kurang tegas dan dalam. Endometrioma pada parut pembedahan dapat berupa pembengkakan yang nyeri dan lunak fokal dapat menyerupai lesi lain seperti granuloma, abses dan hematom. 2) Pada pemeriksaan fisik ginekologik
Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak ada kelainan. Lesi endometriosis terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan inspekulo, sedangkan pada pemeriksaan manual lesi ini teraba pada 43,1% penderita. Ada keterkaitan antara stenosis pelvik dan endometriosis pada penderita nyeri pelvik kronik. Paling umum, tanda positif dijumpai pada pemeriksaan bimanual dan rektovaginal.16 Hasil pemeriksaaan fisik yang normal tidak menyingkirkan diagnosis endometriosis, pemeriksaan pelvik sebagai pendekatan non bedah untuk diagnosis endometriosis dapat dipakai pada endometrioma ovarium. Status Ginekologis
a. Abdomen:
Inspeksi: perut datar, tidak tampak benjolan, striae (-)
Palpasi: teraba massa di regio suprapubis sebesar telur ayam, dengan konsistensi kistik, permukaan licin, batas tegas, terfiksir, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi: pekak daerah massa, shifting dullness (-) Auskultasi: bising usus (+) normal
b. Genitalia:
Inspeksi: vulva dan uretra tenang
Inspekulo: vulva dan vagina tenang, portio kenyal, permukaan licin, OUE tertutup, fluksus (-), erosi (-), laserasi (-), polip (-), massa (-), fluor albus (-)
c. Pemeriksaan dalam/ bimanual: - Vagina tenang
38 - Korpus uteri tidak teraba
- Teraba massa kistik di parametrium sinistra - Kavum Douglass: menonjol
3) Review of system a. Breath : Tachikardi b. Blood : Anemia
c. Brain : -
d. Bladder : Oliguri
e. Bowel : Konstipasi
f. Bone : Nyeri
g. Reproduction system : Nyeri saat menstruasi dan koitus. 3.2.3 Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas (00146) berhubungan dengan ancaman status infertile.
2. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan dengan agen cedera biologi, ditandai dengan peluruhan endometrium dan endometriosis saat menstruasi.
3. Risk for bleeding (00206) berhubungan dengan iritasi peritonium 3.2.4 Analisa Data
Data Pathway Masalah Keperawatan
Data Subjectif :
Klien mengatakan takut karena ada perdarahan dan rasa nyeri yang hilang timbul dan tidak seperti sebelum-sebelumnya.
Data Objektif : Klien terlihat gelisah Klien tampak pucat
Endometriosis
Adhesi di tuba fallopii
Gerakan spontan ujung-ujung fimbriae
Gerakan ovum ke uterus lambat
39
40
1) Ansietas (00146) berhubungan dengan ancaman status infertile. Domain 9 : Koping / Toleransi Stres
Class 2 : Respons Koping
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, klien dapat menunjukkan tingkat kecemasan dengan kriteria hasil :
Tingkat Kecemasan (1211)
5. (121105) Klien dapat
menunjukkan perasaan gelisah (4) 6. (121106) Klien dengan tidak
merasakan otot tegang (4) 7. (121112) Klien dapat mengatasi
dalam kesulitan berkonsentrasi (4)
8. (121117) Klien dapat
menunjukkan rasa cemas yang disampaikan secara lisan (4)
Pengurangan Kecemasan (5820)
7. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
8. Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan 9. Lakukan usapan pada punggung
dengan cara yang tepat
10.Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
11.Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan
12.Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
Manajemen teknologi reproduksi (7886)
1. Berikan pendidikan tentang macam-macam terapi modalitas reproduksi
2. Membantu pasien untuk fokus pada
bidang kehidupan yang sukses tidak
41
3. Rujuk klien untuk melakukan konseling terkait dengan proses reproduksi
4. Beritahu keluarga untuk tetap memberi semangat kepada klien ketika terjadi kegagalan proses fertilisasi.
2) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan dengan agen cedera biologi, ditandai dengan peluruhan endometrium dan endometriosis saat menstruasi.
Domain 12 : Comfort
Class 1 : Physical Comfort
NOC NIC
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1x24 jam, nyeri klien akan berkurang dengan kriteria hasil:
4) Ketegangan otot berkurang (210209) (3-4)
Kontrol Nyeri (1605) :
1) Mengenali timbulnya nyeri (160502) (4-5)
2) Laporkan gejala yang tidak terkontrol kepada perawat/dokter (160507) (3-4)
Pemberian analgesik (2210)
1) Periksa kembali instruksi dokter, berikan obar dengan prinsip 5S 2) Evalusi respon klien terhadap
analgesik yang diberikan 3) Cek riwayat alergi
4) Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesik
Manajemen Lingkungan :
Kenyamanan (6482)
1) Berikan lingkungan yang bersih dan aman bagi klien
2) Jelaskan sumber-sumber kenyamanan bagi klien
3) Hindari pencahayaan yang berlebihan
4) Posisikan klien senyaman mungkin Manajemen Nyeri (1400)
42 3) Menggunakan langkah-langkah
pencegahan (160503) (3-4) 4) Menggunakan analgesik sesuai
yang dianjurkan (160505) (3-5)
mengantisipasinya
2) Dampingi klien dan keluarga untuk bisa memberikan semangat ketika nyeri timbul
3) Tanyakan kepada klien, hal-hal apa saja yang bisa meningkatkan da memperburuk nyeri
4) Ajarkan teknik-teknik distraksi nyeri, seperti mendengarkan musik. 5) Dorong klien untuk bisa memonitor
nyerinya sendiri dan mengintervensi sebisanya.
4. Risk for bleeding (00206) berhubungan dengan iritasi peritonium Domain 11 : Safety/ Protection
Class 2 : Physical Injury
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, perdarahan klien dapat teratasi dan jumlah darah klien kembali normal dengan kriteria hasil :
Keparahan Kehilangan Darah (0413) 1. Kehilangan darah terlihat (4) 2. Perdarahan vagina (4) 3. Kecemasan (4)
4. Penurunan hemoglobin (Hb) (4) 5. Penurunan hematokrit (Ht) (4)
1. Penurunan pendarahan (4020) a. Mengidentifikasi penyebab
pendarahan
b. Memonitor jumlah dan sifat kehilangan darah
c. Perhatikan hemoglobin hematokrit tingkat sebelum dan setelah kehilangan darah
d. Mempertahankan kepatenan akses IV e. Mengelola produk darah (misalnya,
trombosit dan plasma beku segar), sesuai
43 drainase luka, yang sesuai g. Mengevaluasi psikologis pasien
dalam menanggapi perdarahan dan persepsi peristiwa
h. Mengajar pasien dan keluarga tindakan pada tanda-tanda pendarahan dan tepat (i.e.,
memberitahu perawat), harus lebih lanjut perdarahan terjadi
i. Menginstruksikan pasien pada pembatasan aktivitas
j. Mengajar pasien dan keluarga pada keparahan kehilangan darah dan tindakan yang tepat yang dilakukan 2. Pengajaran: Prosedur / Pengobatan
(5618)
a. Menginformasikan pasien tentang kapan dan di mana prosedur / pengobatan akan berlangsung, yang sesuai
b. Menginformasikan pasien tentang berapa lama prosedur / perawatan diperkirakan berlangsung
c. Menginformasikan pasien tentang siapa yang akan melakukan prosedur / pengobatan
d. Memperkuat kepercayaan pasien dalam staf yang terlibat, yang sesuai e. Menentukan pengalaman pasien
44 f. Menjelaskan tujuan prosedur /
perawatan
g. Menggambarkan kegiatan preprocedure / pengobatan
h. Menjelaskan prosedur / perawatan i. Mendapatkan saksi / informed
consent pasien untuk prosedur / pengobatan sesuai dengan kebijakan lembaga, yang sesuai
j. Anjurkan pasien tentang cara untuk bekerja sama / berpartisipasi selama prosedur / perawatan, yang sesuai k. Anjurkan pasien untuk menggunakan
teknik diarahkan untuk
45 BAB 4
SIMPULAN
4.1Kesimpulan
Menstruasi adalah pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan oleh rontoknya endometrium. Menstruasi membawa perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Dismenorea merupakan rasa sakit di bagian bawah abdomen pada saat menstruasi yang mengganggu aktivitas wanita. Terjadi peningkatan kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin yang dapat menyebabkan nyeri. Penatalaksanaan dapat dilaksanakan dengan pemberian obat analgesik, obat nonsteroid antiprostaglandin, terapi hormonal, dan terapi dilatasi kanalis servikalis.
46 DAFTAR PUSTAKA
Alam, S. & Hardibroto, I. 2007. Endometriosis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Andrews, Gilly. 2010. Buku Ajar Kesehatan reproduksi Wanita. Jakarta: EGC Andriana, Kusuma. 2006. “Profil Penderita Endometriosis RS DR Saiful Anwar
Malang”, http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/97. Diakses pada tanggal 30 September 2016
Black, Joyce M dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang DIharapkan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth Edition. United States of America: Mosby Elsevier
Giudice, Linda C., Johannes L. H. Evers, & David L. Healy. 2012. Endometriosis Science and Practice. USA: Wiley Blackwell. Page: 108 & 117
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017, Tenth Edition. Oxford: Wiley Blackwell
Irianto, Koes. 2014. Anatomi dan Fisiologi (Edisi Revisi). Bandung: Alfabeta Kee, Joyce L dan Evelyn R. Hayes. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC
Moorhead, Sue., [et al.]. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): measurement of health outcomes, Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier
Oepomo, Tedjo Danudjo. 2007. Dampak Endometriosis pada Kualitas Hidup Perempuan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Qomaruddin, Bagus. 2006. “Kondisi Menstruasi pada Remaja yang Tinggal di
Daerah Pemukiman Kumuh Kota Surabaya”,
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/2.%20Bagus%20_2006_%20_topik_ .pdf. Diakses pada tanggal 30 September 2016
Reeder, Martin, dan Koniak Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga Ed.18 Vol 1. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC