• Tidak ada hasil yang ditemukan

referat pencekikan.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "referat pencekikan.docx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Referat

PENCEKIKAN Pembimbing : dr. Reinhard J.D Hutahaean, SH, Sp.F Oleh : Erie Failenggo (61110005) Taufik Tyas E.S (61110007)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM

RSUD EMBUNG FATIMAH BATAM

201

4

(2)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan terjadi dari mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa menit, jam dan seterusnya. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah membantu penyidik menegakan keadilan. Untuk itu dokter sedapat mungkin membantu menentukan beberapa hal seperti saat kematian dan penyebab kematian tersebut.

Dari kepustakaan yang ada, saat kematian seseorang belum dapat ditunjukan secara tepat karena tanda - tanda dan gejala setelah kematian sangat bervariasi. Hal ini karena tanda atau gejala yang ditunjukan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya, umur, kondisi fisik pasien, penyakit sebelumnya, keadaan lingkungan mayat, sebelumnya makanan maupun penyebab kematian itu sendiri.

Dalam era ini dibutuhkan penentuan saat kematian secara tepat. Untuk itu akan telah dilakukan suatu penelitian dasar untuk mendapat suatu indikator bebas. Indikator ini akan dipakai untuk dasar kerja sebuah slat banal yang mampu mendeteksi perubahan yang hanya objektif dan akurat setelah kematian terjadi.

Otak sebagai organ yang relatif terlindung maksimal dengan batok kepala diperkirakan mengalami proses kimiawi yang relatif cepat dan tidak dipengaruhi lingkungan. Proses kimiawi akibat terhentinya suplai zat asam / oksigen mengakibatkan jaringan otak yang sangat sensitif terhadap kekurangan zat asam itu akan lebih cepat mengalami disintegrasi kimiawi, yang diamati melalui perubahan konduktivitas listrik yang terjadi.

(3)

Asfiksia adalah kumpulan dari pelbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal. Gangguan tersebut dapat disebabkan karena adanya obstruksi pada saluran pernafasan dan gangguan yang diakibatkan karena terhentinya sirkulasi. Gangguan ini akan menimbulkan suatu keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang yang disertai dengan peningkatan kadar karbondioksida. Keadaan ini jika terus dibiarkan dapat menyebabkan terjadinya kematian.

Asfiksia merupakan penyebab kematian terbanyak yang ditemukan dalam kasus

kedoktera forensik. Asfiksia yang diakibatkan oleh karena adanya obstruksi pada saluran

pernafasan disebut asfiksia mekanik. Asfiksia jenis inilah yang paling sering dijumpai dalam kasus tindak pidana yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Mengetahui gambaran asfiksia, khususnya pada postmortem serta keadaan apa saja yang dapat menyebabkan asfiksia, khususnya asfiksia mekanik mempunyai arti penting terutama dikaitkan dengan proses penyidikan.

Dalam penyidikan untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban yang diduga karena peristiwa tindak pidana, seorang penyidik berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Seorang dokter sebagaimana pasal 179 KUHAP wajib memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan di bidang keahliannya demi keadilan. Untuk itu, sudah selayaknya seorang dokter perlu mengetahui dengan seksama perihal ilmu forensik, salah satunya asfiksia.

Dalam referat ini akan dibahas mengenai salah satu jenis dari asfiksia mekanik yaitu pencekikan (manual strangulation). Pencekikan (manual strangulasi) adalah suatu strangulasi berupa tekanan pada leher korban yang dilakukan dengan menggunakan tangan atau lengan bawah.

(4)

Korban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa oleh dokter. Umumnya urutan ke-3 sesudah kecelakaan lalu – lintas dan trauma mekanik. Kasus asfiksia yang umum dijumpai salah satunya adalah pencekikan. Pencekikan menyebabkan penekanan dan penutupan pembuluh darah dan jalan napas oleh karena tekanan eksternal (luar) pada leher. Hal ini menyebabkan hipoksia atau anoksia otak sekunder menyebabkan perubahan atau terhentinya aliran darah dari dan ke otak. Dengan hambatan komplit pada arteri karotis, kehilangan kesadaran dapat terjadi dalam 10-15 detik.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi

Pencekikan adalah penekanan pada leher dengan tangan atau lengan bawah, yang menyebabkan dinding saluran nafas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran nafas sehingga udara pernafasan tidak dapat lewat.

B. Mekanisme Kematian

Tertutupnya jalan nafas dengan satu atau dua tangan menekan leher sehingga menekan sisi-sisi larynx dan menutup glotis. Bila tangan ditekan pada bagian depan larynx akan menutup lumen dengan menyempitkan diameter anteropostrior. Bila juga pangkal lidah terdorong kebelakang atas (seperti pada hanging) dan glotis tertutup. Pada pemeriksaan rekonstruksi sukar dilakukan karena tekanan pada leher sebentar dan juga karena elastisitas jaringan leher.

C. Penyebab Kematian 1. Asfiksia

Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal.

Gejala asfiksia : a. Fase dyspnea :

- Frekuensi nadi meningkat - Frekuensi nafas meningkat - Suhu tubuh meningkat - Tanda sianosis

b. Fase konvulsi c. Fase apneu :

- Frekuensi nafas meningkat - Kesadaran menurun - Relaksasi sfingter d. Fase akhir : Nafas berhenti.

(6)

2. Refleks vagal

Reflek vagal menyebabkan kematian segera (immediate death), hal ini dikaitkan dengan terminologi ”sudden cardiac arrest”. Reflek vagal dimungkinkan bila leher terkena trauma.

Refleks vagal terjadi sebagai akibat rangsangan pada nervus vagus pada corpus caroticus (carotid body) di percabangan arteri karotis interna dan eksterna yang akan menimbulkan bradikardi dan hipotensi. Refleks vagal ini jarang terjadi.

Jika mekanisme kematian adalah asfiksia, maka ditemukan tanda-tanda asfiksia. Tetapi jika mekanisme kematian adalah refleks vagal, kelainan hanya terbatas pada daerah leher dan tidak didapatkan tanda-tanda asfiksia.

3. Iskemia

Gangguan sirkulasi otak dan shock, lebih-lebih bila korban dalam pengaruh alkohol.

D. Cara Kematian

Ada 2 cara kematian pada kasus pencekikan yaitu : 1. Pembunuhan (hampir selalu).

2. Kecelakaan, biasanya mati karena vagal reflex.

E. Cara Melakukan Pencekikan

Terdapat 2 cara kematian pada kasus pencekikan, yaitu pembunuhan dan kecelakaan yang biasanya mati karena vagal reflex. Selain itu, terdapat 3 cara melakukan pencekikan (manual strangulasi), yaitu :

(7)

Gambar.1 Contoh manual strangulation dengan menggunakan 1 tangan dan pelaku berada dari arah depan korban

b. Menggunakan 2 tangan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang korban. c. Menggunakan 1 lengan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang korban.

Gambar.2 Contoh cara manual strangulation dengan menggunakan lengan.

Apabila pelaku berdiri di belakang korban dan menarik korban ke arah pelaku maka ini disebut mugging

F. Gambaran Post Mortem Pencekikan

1. Pemeriksaan Luar

Pada pemeriksaan jenazah ditemukan perbendungan pada muka dan kepala karena turut tertekan pembuluh darah vena dan arteri yang superficial, sedangkan arteri vertebralis tidak terganggu. Pemeriksaan luar dari otopsi kasus pencekikan (manual strangulasi), terdapat 3 hal penting yang harus diperhatikan, antara lain :

Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan luar kasus pencekikan, antara lain: a. Tanda asfiksia.

Tanda-tanda asfiksia pada pemeriksaan luar otopsi yang dapat kita temukan antara lain adanya sianotik, petekie, atau kongesti daerah kepala, leher atau otak. Lebam mayat akan terlihat gelap.

(8)

Tanda kekerasan pada leher yang penting kita cari, yaitu bekas kuku dan bantalan jari. Bekas kuku dapat kita kenali dari adanya crescent mark, yaitu luka lecet berbentuk semilunar/bulan sabit. Terkadang kita dapat menemukan sidik jari pelaku. Perhatikan pula tangan yang digunakan pelaku, apakah tangan kanan (right handed) ataukah tangan kiri (left handed). Arah pencekikan dan jumlah bekas kuku juga tak luput dari perhatian kita.

Gambar. 4 Terdapat luka bekas kuku atau ujung-ujung jari pada leher korban

Gambar.5 Terdapat gambaran bekas jari-jari tangan pada leher korban c. Tanda kekerasan pada tempat lain.

Tanda kekerasan pada tempat lain dapat kita temukan di bibir, lidah, hidung, dan lain-lain. Tanda ini dapat menjadi petunjuk bagi kita bahwa korban melakukan perlawanan.

(9)

2. Pemeriksaan Dalam Jenazah

a. Perdarahan atau resapan darah pada otot-otot di leher tiroid, kelenjar ludah, serta mukosa dan submukosa faring atau laring.

b. Fraktur pada os hyoid, kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dan trakea. c. Memar atau robekan membrane hipotiroidea

d. Luksasi artikulasio krikotiroidea dan robekan ligamentum pada mugging. e. Tanda Asfiksia :

 Darah lebih gelap & lebih encer  Busa dalam saluran pernafasan

 Organ tubuh lebih berat, lebih gelap, pada pengirisan banyak keluar darah d. Petekie pada :

 mukosa usus halus

 epikardium daerah aurikuloventrikular

 subpleura viseralis paru terutama pars diafragmatika dan fisura interlobaris  kulit kepala sebelah dalam terutama daerah temporal

H. ASPEK MEDIKOLEGAL PADA PENGGANTUNGAN

Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur mediko-legal mengacu kepada peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.

Ruang lingkup medikolegal dapat disimpulkan sebagai yang berikut a. pengadaan visum et repertum,

b. tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka.

c. pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian keterangan ahli di dalam persidangan,

d. kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran,

e. tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan Surat Keterangan Medik , f. tentang kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik,

(10)

Setelah pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan UU No. 73 Tahun 1958 yang isinya menyatakan berlakunya UU No. 1 Tahun 1945 untuk seluruh Indonesia, maka suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada, sesuai dengan ketentuan Pasal 1 KUHP

Pencekikan lebih sering terjadi pada kasus bunuh diri. Tetapi tidak menolak kemungkinan korban penggantungan mati akibat penganiayaan. Di sini lah dapat dilihat fungsinya dari satu perundangan yang ditetapkan. Pada buku kedua KUHP Bab XIX tentang kejahatan terhadap nyawa. Berikut merupakan pasal-pasal yang terkandung dalam bab XIX KUHP.19

1. Pasal 338

Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

2. Pasal 339

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

3. Pasal 340

Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana rnati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

4. Pasal 345

Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri.

(11)

Pada kasus pencekikan, dokter forensik dipanggil untuk membuat pemeriksaan lengkap sesuai dengan Pasal 133 KUHAP yang menyatakan dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Pada pasal 133 KUHAP (ayat 2 dan 3) menyatakan permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat; dan mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat. Pernyataan ini menjadi dasar pembuatan visum et repertum (laporan bertulis) pada kasus tindak pidana.

(12)

BAB III KESIMPULAN

A. Pencekikan (Manual Strangulasi)

Pencekikan (manual strangulasi) adalah suatu strangulasi berupa tekanan pada leher korban yang dilakukan dengan menggunakan tangan atau lengan bawah. Pencekikan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

 Menggunakan 1 tangan dan pelaku berdiri di depan korban.

 Menggunakan 2 tangan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang korban.  Menggunakan 1 lengan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang korban.

Apabila pelaku berdiri di belakang korban dan menarik korban ke arah pelaku maka ini disebut mugging.

B. Etiologi Kematian pada Pencekikan

Ada 3 penyebab kematian pada pencekikan, yaitu :  Asfiksia

 Iskemia  Vagal reflex

C. Cara Kematian pada Pencekikan

Ada 2 cara kematian pada kasus pencekikan, yaitu  Pembunuhan (hampir selalu).

(13)

D. Gambaran Postmortem Pencekikan 1. Pemeriksaan Luar:

Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan luar kasus pencekikan, antara lain :  Tanda asfiksia.

Tanda-tanda asfiksia pada pemeriksaan luar otopsi yang dapat kita temukan antara lain adanya sianotik, petekie, atau kongesti daerah kepala, leher atau otak. Lebam mayat akan terlihat gelap.

 Tanda kekerasan pada leher.

Tanda kekerasan pada leher yang penting kita cari, yaitu bekas kuku dan bantalan jari. Bekas kuku dapat kita kenali dari adanya crescent mark, yaitu luka lecet berbentuk semilunar/bulan sabit. Terkadang kita dapat menemukan sidik jari pelaku. Perhatikan pula tangan yang digunakan pelaku, apakah tangan kanan (right handed) ataukah tangan kiri (left handed). Arah pencekikan dan jumlah bekas kuku juga tak luput dari perhatian kita.

 Tanda kekerasan pada tempat lain.

Tanda kekerasan pada tempat lain dapat kita temukan di bibir, lidah, hidung, dan lain-lain. Tanda ini dapat menjadi petunjuk bagi kita bahwa korban melakukan perlawanan.

2. Pemeriksaan Dalam

Hal yang penting pada pemeriksaan dalam bagian leher kasus pencekikan, yaitu :  Perdarahan atau resapan darah.

Perdarahan atau resapan darah dapat kita cari pada otot, kelenjar tiroid, kelenjar ludah, dan mukosa & submukosa pharing atau laring.

(14)

Fraktur yang paling sering kita temukan pada os hyoid. Fraktur lain pada kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dan trakea.

 Memar atau robekan membran hipotiroidea.

(15)

Daftar Pustaka

 Arnold Edwar. The Pathology Of Trauma, Chapter XVI. British Library Cataloguing. USA. 1993. Diakses dari http://www.Google.com

 Apuranto Hariadi, Hoediyanto. 2007. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal. Edisi Ketiga. Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Idris Abdul Mun‟im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta: Binarupa Aksara.

 Kathryn Laughon,. Model of Physiology of Manual Strangulation, Charlottesville, 2007. Diakses dari http://www. klc6e@virginia.edu

Leonardo,. Asfiksia Forensik, 2012. Diakses dari Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/

 Muhammad al-Fatih,. Asfiksia, Kendari, 2010, Diakses dari http:// www.klinikindonesia.com

 Muhammad al-Fatih,. Pencekikan (Manual Strangulasi), Makasar, 2011, Diakses dari

http:// www.klinikindonesia.com

Referensi

Dokumen terkait

pengadaan tanah bagi kepentingan umum. Menyusun kerangka kebijakan dan pedoman operasional mengenai pengadaan tanah untuk memfasilitasi proyek pembangunan infrastruktur,

elebihan dribbling menggunakan bagian punggung kaki adalah dapat menggiring bola dengan arah lurus apabila tidak ada la!an yang menghalangi. "edangkan kelemahannya

Berdasarkan dari fungsi dan proses bisnis baru yang telah didefinisikan di sub bab 3.4.1 dan sub bab 3.4.2, maka pada tahapan ini akan dirancang layar (screen) yang

Maka jelaslah dalam hal pelaksanaan pembentukan peraturan daerah harus berdasarkan program legislasi daerah sebagai instrumen awal dalam pembentukan peraturan daerah yang

dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Manikliyu, dan Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi kendala yang terjadi agar masyarakat ikut berpartisipasi

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Dempster Shafer merupakan metode yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit ikan nila dengan gejala-gejala

kerja perangkat daerah kabupaten yang melaksanakan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib melaporkan pelaksanaan sebagian urusan pemerintahan

Puasa Syawwal merupakan tanda diterimanya puasa Ramadhan, karena salah satu tanda diterimanya suatu amalan ibadah adalah dengan terlaksananya amalan baik yang