• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK PERBEDAAN BASA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK SABUN BATANG TRANSPARAN MINYAK JAHE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Stephanie Cinthya Wibowo NIM : 108114089

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

EFEK PERBEDAAN BASA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK SABUN BATANG TRANSPARAN MINYAK JAHE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Stephanie Cinthya Wibowo NIM : 108114089

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2014

(3)
(4)

iii

(5)
(6)

v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas setiap berkat, hikmat, serta penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan  baik  skripsi  yang  berjudul  “Efek  Perbedaan  Basa  Terhadap  Karakteristik   Fisik  Sabun  Transparan  Minyak  Jahe”  sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama masa perkuliahan hingga penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, dukungan, semangat, doa, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan banyak dukungan, doa, kasih, serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi.

2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, pengarahan, dukungan, serta semangat kepada penulis.

4. Bapak dan Ibu Penguji selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu.

(7)

vi

5. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma atas segala pengajaran, pengarahan, serta bimbingan selama perkuliahan dan penyusunan naskah skripsi.

6. Pak Musrifin, Mas Agung, dan Mas Otok atas segala bantuan dan kerjasama selama penulis melakukan penelitian.

7. Teman – teman kelompok skripsi, Maria, Nita, Niken yang sama – sama berjuang untuk melakukan penelitian hingga penyusunan naskah.

8. Teman – teman 2010 yang telah banyak memberikan banyak dukungan, motivasi, semangat.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(8)

vii

(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv

PRAKATA ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xvi ABSTRACT ... xvii BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Keaslian Karya ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4

(10)

ix

E. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 6

A. Sabun ... 6

1. Pengertian Sabun ... 6

2. Sabun Transparan ... 8

3. Formulasi Sabun ... 9

3.1.Asam Stearat ... 9

3.2.Minyak Jarak (Castor Oil) ... 10

3.3.Pengawet ... 11 3.4.Etanol 96% ... 11 3.5.Gliserin ... 12 3.6.Asam Sitrat ... 12 3.7.Sukrosa ... 13 3.8.Betain ... 13 B. Minyak Jahe ... 13 C. NaOH ... 14 D. Ca(OH)2... 15 E. KOH ... 15 F. Karakteristik Fisik ... 16 1. Kekerasan Sabun ... 16

2. Kemampuan membentuk dan mempertahankan busa ... 17

3. Derajat keasaman (pH) ... 17

4. Transparansi sabun ... 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)

x

G. Landasan Teori ... 18

H. Hipotesis ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 20

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 20

1. Variabel Penelitian ... 20

2. Definisi Operasional... 20

C. Bahan... 22

D. Alat ... 22

E. Tata Cara Penelitian ... 22

1. Formula Sabun Transparan ... 22

2. Pembuatan Transparent Soap Bar ... 24

3. Penyusutan bobot ... 25

4. Karakteristik Fisik Sabun ... 25

5. Subjective Assessment ... 26

F. Analisis Hasil ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Formulasi Sabun Transparan... 28

B. Penentuan Penyusutan Bobot ... 33

C. Uji Sifat Fisik Sabun Transparan ... 35

1. Kekerasan sabun... 35

(12)

xi

3. Derajat keasaman ... 39

4. Transparansi sabun ... 40

D. Subjective Assessment ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. KESIMPULAN ... 43

B. SARAN ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 47

BIOGRAFI PENULIS ... 66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Macam – macam asam lemak dan sifat sabun yang dihasilkan... 10

Tabel II. Formula Acuan ... 22

Tabel III. Formula 1 ... 23

Tabel IV. Formula 2 ... 23

Tabel V. Formula 3 ... 23

Tabel VI. p-value pada Paired t-test penyusutan bobot 1-4 minggu ... 34

Tabel VII. Kekerasan sabun pada minggu ke-4 ... 36

Tabel VIII. Presentase pembentukan dan ketahanan busa ... 38

Tabel IX. Unpaired t-test kemampuan membentuk busa level tengah dan tinggi. 39 Tabel X. pH untuk masing – masing formula ... 40

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mekanisme saponifikasi sabun... 7

Gambar 2. Mekanisme netralisasi sabun ... 7

Gambar 3. Subjective assessment terhadap sabun yang dihasilkan ... 42

Gambar 4. Subjective assessment terhadap sabun yang dihasilkan ... 42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data  Uji  Kekerasan  Sabun  “Mf”  level  tengah ... 48 Lampiran 2. Data Uji Kekerasan  Sabun  “Mf”  level  tinggi   ... 48

Lampiran 3. Data Uji Kemampuan membentuk busa  level  tengah  Sabun  “Mf” .. 49 Lampiran 4. Data Uji Kemampuan membentuk busa  level  tinggi  Sabun  “Mf”   .. 49 Lampiran 5. Data Uji Kemampuan mempertahankan busa level tengah Sabun

“Mf”   ... 50 Lampiran 6. Data Uji Kemampuan mempertahankan busa  level  tinggi  Sabun  “Mf”   ... 50 Lampiran 7. Data Uji Kekerasan Sabun level tengah  dengan  standar  “Lf”   ... 51 Lampiran 8. Data Uji Kekerasan Sabun level tinggi  dengan  standar  “Lf”   ... 51

Lampiran 9. Data Uji Kemampuan membentuk busa pada level tengah dengan Sabun  “Lf”   ... 52

Lampiran 10. Data Uji Kemampuan membentuk busa pada level tinggi dengan Sabun  “Lf”   ... 53 Lampiran 11. Data Uji Kemampuan Mempertahankan busa pada level tengah

dengan  sabun  “Lf”  ... 54 Lampiran 12. Data Uji Kemampuan Mempertahankan busa pada level tinggi

(16)

xv

Lampiran 13. Data % penurunan busa  level  tengah  sabun  “Lf”   ... 56

Lampiran 14. Data % penurunan busa  level  tengah  sabun  “Mf”   ... 56

Lampiran 15. Data % penurunan busa  level  tinggi  sabun  “Lf”   ... 57

Lampiran 16. Data % penurunan busa  level  tinggi  sabun  “Mf”   ... 57

Lampiran 17. Komposisi  Sabun  “Lf”  ... 58

Lampiran 18. Komposisi  Sabun  “Mf”   ... 58

Lampiran 19. Data penyusutan bobot ... 59

Lampiran 20. Data sifat fisik kekerasan sabun pada level tengah dan tinggi ... 59

Lampiran 21. Data busa awal pada level tengah dan tinggi minggu ke 4 ... 60

Lampiran 22. Data busa setelah pendiaman pada level tengah dan tinggi ... 60

Lampiran 23. Data standar yang digunakan ... 60

Lampiran 24. Kuisioner subjective assessment ... 61

Lampiran 25. Kuisioner subjective assessment ... 61

Lampiran 26. COA Minyak jahe yang digunakan ... 62

Lampiran 27. Dokumentasi ... 64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)

xvi

INTISARI

Penelitian tentang formulasi sabun transparan minyak jahe dengan perbedaan basa telah dilakukan untuk mengetahui apakah dapat dilakukan pengembangan formulasi sediaan transparent soap bar, yaitu dengan penggunaan perbedaan basa dengan minyak jahe, serta untuk mengetahui perbedaan karakteristik fisik sediaan sabun transparan yang menggunakan basa yang berbeda.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan jenis rancangan acak. Karakteristik fisik dari sabun transparan yang akan diamati antara lain kekerasan sabun, kemampuan membentuk dan mempertahankan busa, pH sabun, serta transparansi sabun. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan signifikan dari persen bobot menggunakan uji Paired t test, sedangkan untuk mengetahui hasil dari tiap uji sifat fisik sabun menggunakan uji T tidak berpasangan. Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Gambaran penerimaan konsumen terhadap sabun melalui subjective assessment, yang dilakukan pada 30 mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan karakteristik fisik pada sabun transparan yang menggunakan basa NaOH level tengah dan tinggi, yaitu pada kekerasan, pembentukan busa, dan nilai derajat keasaman (pH). Pembentukan sabun tidak dapat terjadi pada saat menggunakan basa Ca(OH)2, sedangkan pada saat penggunaan basa KOH, kekerasan tidak memenuhi syarat. Sabun transparan dapat dihasilkan hanya pada basa NaOH level tengah dan tinggi.

Kata kunci : sabun transparan, basa, kekerasan sabun, kemampuan membentuk dan mempertahankan busa, pH sabun, transparansi sabun

(18)

xvii

ABSTRACT

This research about the formulations of ginger oil transparent soap using different bases had been conducted with aims to identify the possibilities of the development in the formulations of ginger oil transparent soap bar, and to identify the differences on the physical characteristic of the soaps.

This research was a randomized experimental research. The physical characteristics of the transparent soap bar which observed were the hardness of the soap, the ability to form and to preserve the foam of the soap, pH, and the transparency of the soap. The statistical analysis which was used to identify the significant differences was Paired t test and Unpaired t test, on 95% confident interval.

The result showed that there were significant differences on the soap physical characteristics on medium and high level of NaOH. However, soap with Ca(OH)2 could not be formed, while the KOH could only produced very soft soap, which could not meet the criteria of hardness.

Key words : transparent soap, base, hardness of soap, ability to form and to preserve te foam, pH soap and soap transparency.

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Iklim di Indonesia yang tropis membuat kebanyakan orang mudah untuk berkeringat, terutama ketika melakukan kegiatan atau aktivitas di bawah sinar matahari langsung. Salah satu produk perawatan tubuh seperti sabun merupakan kebutuhan yang dapat dikatakan penting bagi banyak orang karena sabun yang berhubungan langsung dengan kulit, dapat membersihkan dari kotoran – kotoran yang menempel pada kulit sehingga mengurangi seseorang terkena penyakit akibat kuman yang menempel pada kulit, selain itu juga dapat memberi kesegaran kembali.

Sabun didefinisikan sebagai garam alkali dari asam lemak rantai panjang. Ketika asam lemak disaponifikasikan oleh logam, yang biasanya menggunakan logam Natrium, maka dapat membentuk garam yang disebut sabun (Barel et al., 2001). Pada umumnya, sabun yang digunakan oleh banyak masyarakat berupa sabun cair dan batang. Sabun batang sendiri dibagi menjadi dua, yaitu opaque

soap dan transparent soap. Transparent soap merupakan sediaan sabun

transparan yang memiliki nilai estetika lebih tinggi dibandingkan opaque soap, karena tampilannya yang bening atau transparan sehingga dapat menambah nilai estetika dari sabun itu sendiri. Selain tampilan yang menarik, dasar pemilihan sabun oleh konsumen juga berdasarkan wangi dari sabun itu sendiri.

(20)

2

Dasar pembuatan sabun batang transparan juga merupakan perkembangan inovasi dari sabun opaque. Menurut sumber yang lain (Anonim, 2007), dikatakan bahwa sabun batang transparan memiliki potensi yang cukup baik untuk dapat dikembangkan, tidak hanya sebagai sabun mandi, akan tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai souvenir sehingga sabun transparan dapat dikembangkan sebagai peluang bisnis baru.

Sabun yang memiliki keharuman yang khas juga dapat mempengaruhi daya beli konsumen. Minyak jahe yang telah diekstrak dari bahan alami berupa tanaman jahe, digunakan oleh peneliti sebagai fragrance dari sabun transparan yang akan dibuat. Digunakan minyak jahe karena memiliki banyak kegunaan, selain dapat digunakan sebagai fragrance juga dapat digunakan untuk memberi sensasi rileks.

Fungsi basa dalam pembuatan sabun adalah sebagai agen pereaksi dengan fase minyak sehingga akan terjadi reaksi saponifikasi (Barel et al., 2001). Proses saponifikasi terjadi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi antara asam lemak bebas dengan alkali. Dalam proses saponifikasi, dengan adanya reaksi antara fase minyak dan basa alkali, maka dapat terbentuk gliserol dan sabun yang berupa garam sodium atau pottasium (Fitrianti, 2007).

Logam alkali merupakan logam yang turut berperan besar dalam pembuatan sabun. Berikatannya logam alkali dengan asam lemak, maka sabun dapat terbentuk. Macam – macam logam alkali antara lain, Natrium Hidroksida (NaOH), Kalium Hidroksida (KOH), Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2).

(21)

Logam Natrium dan Kalium yang merupakan golongan alkali, pada umumnya digunakan dalam pembuatan sabun. Larutan alkali yang biasa digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH). Dengan berikatannya logam Natrium atau Kalium dengan asam lemak, maka sabun dapat terbentuk (Barel et al., 2001). Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) merupakan golongan basa alkali, akan tetapi memiliki kebasaan yang lebih rendah dibandingkan logam Natrium dan Kalium.

Adanya latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh perbedaan basa terhadap sediaan sabun batang dan karakteristik fisiknya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah dapat dihasilkan sediaan sabun batang transparan yang memiliki karakteristik fisik yang baik dengan penggunaan basa yang berbeda? 2. Apakah ada pengaruh perbedaan basa terhadap karakteristik fisik sabun

batang transparan minyak jahe?

C. Keaslian Karya

Sejauh pengetahuan peneliti, pembuatan sabun batang transparan minyak jahe dengan basa terhadap karakteristik fisik yang dihasilkan belum pernah diteliti dan dikembangkan sebelumnya. Penelitian terkait yang pernah dilakukan antara lain :

1. Budianto (2010) adalah optimasi formula sabun transparan dengan

(22)

4

diperoleh adalah interaksi antara gliserin dengan cocoamidopropyl

betainememberikan efek yang dominan dalam menentukan kekerasan dan

kemampuan membentuk busa.

2. Penelitian mengenai formulasi dan perbandingan sifat fisis sabun transparan berbahan dasar VCO dengan minyak kayu putih, sereh, dancengkeh sebagai fragrance oil pernah dilakukan oleh Retmana (2009). Hasil yang diperoleh adalah dengan adanya perbedaan minyak atsiri yang digunakan, dapat memberikan perbedaan dalam kemampuan membentuk busa, akan tetapi hasil uji kekerasan tidak berbeda.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh perbandingan penambahan basa NaOH, KOH, dan Ca(OH)2 terhadap karakteristik fisik pembuatan sabun batang transparan dengan menggunakan minyak jahe. 2. Manfaat praktis

Dapat menghasilkan formula sabun batang transparan optimum yang memiliki karakteristik fisik yang dikehendaki dan juga sebagai perkembangan inovasi dari sabun.

(23)

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengembangkan formulasi sediaan transparent soap bar, yaitu dengan penggunaan perbedaan basa dengan minyak jahe.

2. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik fisik sediaan sabun batang transparan dengan menggunakan basa NaOH, KOH, dan Ca(OH)2.

(24)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Sabun

1. Pengertian Sabun

Sabun adalah salah satu kosmetika yang telah dikenal oleh banyak orang, yang dapat berfungsi untuk membersihkan kulit dari kotoran – kotoran yang menempel serta dapat memberi rasa harum pada kulit (Wasitaatmaja, 1997).

Sabun adalah surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan air dan berfungsi sebagai pembersih. Molekul sabun tersusun dari alkil (-R) yang bersifat nonpolar, sehingga dapat larut dalam minyak, dan ion karboksilat(-COONa) yang bersifat polardapat larut dalam air. Dilihat dari sifat molekuler sabun tersebut, maka sabun dapat memiliki fungsi sebagai daya pembersih. Ketika sabun digunakan pada saat mandi, gugus nonpolar dari sabun akan menempel pada kotoran dan bagian polarnya akan menempel pada air. Hal ini akan mengakibatkan tegangan permukaan sabun yang memiliki gugus non polar yaitu gugus –R akan mengikat kotoran, dangugus –COONa yang akan mengikat air karena sama-sama gugus polar (Winarno, 1992).

Molekul sabun tersusun dari 2 gugus, yaitu gugus hidrofobik dan hidrofilik. Ketika sabun digunakan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada tubuh (berupa lemak), gugus hidrofobik pada bagian sabun akan menempel pada kotoran, sedangkan gugus hidrofilik pada sabun akan menempel pada air. Pengikatan molekul – molekul sabun tersebut dapat menyebabkan tegangan

(25)

permukaan air berkurang, sehingga kotoran dapat terbuang saat pembilasan oleh air (Wilson, 2013).

Jenis sabun yang dikenal oleh masyarakat ada 2, yaitu sabun padat dan sabun cair. Sabun padat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sabun opaque,

translucent, dan transparan (Willcox, 2000).

Sabun dapat dibuat melalui 2 proses, yaitu saponifikasi dan netralisasi. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena adanya reaksi asam lemak bebas dengan alkali. Proses saponifikasi terjadi pada suhu 80-100 oC (Mitsui, 1997). Reaksi kimia pada proses saponifikasi dapat dilihat pada gambar 1, dan proses netralisasi dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 1. Mekanisme saponifikasi sabun(Anne, 2014)

(26)

8

2. Sabun Batang Transparan

Sabun batang transparan merupakan salah satu jenis sabun yang memiliki keunggulan, yaitu memiliki penampilan yang menarik sehingga dapat menjadi alternatif sediaan obat dengan penampilan yang menarik (Willcox, 2000).

Sabun dapat menjadi transparan karena cahaya yang melewati sabun diteruskan dan tidak dihampurkan, sehingga dapat mengurangi cahaya yang dihampurkan dengan menyesuaikan indeks refraktif atau memperkecil ukuran partikel dari fase dispers (Hill & Moaddel, 2004).

Sabun batang transparan dapat dikatakan transparan apabila seseorang dapat membaca tulisan dengan font tipe 14 melalui sabun dengan ketebalan 0,25 inchi. Sabun transparan dibuat dengan melarutkan base soap (chip soap) dalam etanol (20%-50%), gliserin (5%-25%), dan sirup (10%-25%). Sirup gula yang digunakan merupakan bahan yang bertanggung jawab terhadap warna transparan yang akan terbentuk (Jongko, 2009).

Sabun batang transparan dibuat dengan cara melarutkan bahan dasar pembuat sabun di dalam alkohol dengan menggunakan pemanasan rendah. Tujuannya adalah untuk membentuk larutan sabun menjadi jernih. Alkohol yang ada kemudian dihilangkan dengan proses destilasi, kemudian larutan sabun transparan dituang ke dalam cetakan dan dibiarkan mengeras (Willcox, 2000).

(27)

3. Formulasi Sabun Batang 3.1.Asam Stearat

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam heksadekanoat, C16H32O2 (Depkes RI, 1979).

Asam stearat yang merupakan jenis asam lemak dengan rantai hidrokarbon yang panjang, mengandung gugus karboksil di salah satu ujungnya dan gugus metil diujung yang lain, memiliki 18 atom karbon. Asam stearat dikategorikan sebagai asam lemak jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap di antara atom karbonnya. Asam stearat berupa hablur padat, keras, mengkilap, warna putih atau kekuningan pucat. Asam stearat praktis tidak larut dalam air dan etanol 95%, namun mudah larut dalam kloroform dan eter (Depkes RI, 1980).

Asam stearat berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada sabun, serta dapat menstabilkan busa (Steve, 2008). Asam lemak dengan rantai pendek dan ikatan tak jenuh akan menghasilkan sabun cair, asam lemak rantai panjang dan jenuh menghasilkan sabun padat.

Berikut ini adalah tabel jenis asam lemak dan sifat sabun yang dihasilkan.

(28)

10

Tabel I. Macam – macam asam lemak dan sifat sabun yang dihasilkan (Steve, 2008).

Asam Lemak Sifat Sabun yang dihasilkan

Lauric Acid Dapat menambah kekerasan pada sediaan sabun,

memiliki busa yang lembut dan memiliki kualitas pembersihan yang baik. Apabila menggunakan

asam laurat dalam jumlah yang banyak, dapat menyebabkan kulit menjadi kering.

Linoleic Acid Sabun yang dihasilkan dapat memberikan sensasi

melembabkan pada saat digunakan.Apabila sabun menggunakan asam lemak jenis linoleic acid dalam jumlah yang banyak, cenderung memberi rasa tengik lebih cepat dibandingkan asam lemak

lainnya.

Linolenic Acid Dapat memberikan rasa lembab pada saat

digunkan.

Oleic Acid Dapat memberikan rasa lembab untuk sabun yang

dihasilkan. Busa yang dihasilkan sedikit.

Palmitic Acid Dapat menambah kekerasan terhadap sabun yang

dihasilkan dan memiliki kebusaan yang stabil. Penggunaan palmitic acid dapat menyebabkan

kulit menjadi kering.

Ricinoleic Acid Menghasilkan busa yang lembut. Asam lemak ini

cocok digunakan bersama dengan minyak jarak karena dapat menghasilkan busa yang banyak dan

lembut.

Stearic Acid Dapat memberikan konsistensi dan kekerasan

pada sabun, serta dapat menstabilkan busa.

Myristic Acid Dapat menambah kekerasan pada sabun, memiliki

sifat pembersihan yang baik, serta dapat menghasilkan busa yang halus. Penggunaan yang

terlalu banyak dapat menyebabkan kulit menjadi kering.

3.2.Minyak Jarak (Castor Oil)

Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dari biji Ricinus

communis Linne (Familia Euphorbiaceae), serta tidak mengandung

bahan tambahan. Minyak jarak (Oleum Ricini) merupakan cairan kental, transparan, memiliki warna kuning pucat atau hampir tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(29)

berwarna, memiliki bau yang lemah, bebas dari bau asing dan tengik, serta dapat larut dalam etanol (Depkes RI, 1995).

Minyak jarak memiliki fungsi untuk melembabkan dan melembutkan kulit (Shrivastava, 1982).

3.3.Pengawet

Kerusakan minyak atau lemak terutama bau tengik selama proses penyimpanan dapat dihindari dengan menambahkan antioksidan, seperti misalnya stearil hidrazid dan butil hidroksitoluen (BHT) sebanyak 0,02% - 0,1%. Beberapa bahan lain yang juga dapat digunakan sebagai penghambat oksidasi, yaitu natrium silikat, natrium hiposulfit, dan natrium tiosulfat (Wasitaatmaja, 1997).

Pemerian dari butil hidroksitoluen berupa hablur tidak berwarna atau serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau, dan tidak berasa. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air, dalam gliserol P dan dalam propilen glikol P, mudah larut dalam etanol (95%) P, eter P, parafin cair P, serta dalam minyak lemak. BHT praktis tidak larut dalam larutan alkali hidroksida (Depkes RI, 1980).

3.4.Etanol 96%

Etanol merupakan cairan yang mudah menguap, jernih, tidak berwarna, memiliki bau yang khas. Etanol memiliki sifat mudah menguap walaupun pada suhu yang rendah, dan dapat mendidih pada suhu 78oC. Kelarutannya dapat bercampur dengan air, dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik (Depkes RI, 1995).

(30)

12

3.5.Gliserin

Gliserin atau gliserol merupakan cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, berasa manis dan memiliki sifat higroskopis. Gliserin mudah bercampur dengan air dan etanol 95% namun praktis tidak larut dalam kloroform, etanol, minyak lemak dan minyak atsiri (Depkes RI, 1980).

Menurut Mitsui (1997), gliserin telah lama digunakan sebagai humektan (moisturizer), yaitu skin conditioning agents yang dapat meningkatkan kelembaban pada kulit.Humektan merupakan komponen higroskopis yang mengandung air dan dapat mengurangi jumlah air yang meninggalkan kulit, sehingga kulit tidak akan menjadi kering. Efektifitasnya tergantung pada kelembaban lingkungan disekitarnya. 3.6.Asam sitrat

Asam sitrat pada umumnya digunakan sebagai pengontrol pH. Asam sitrat merupakan asam lemah yang dapat menurunkan pH sabun sehingga kulit pengguna tidak akan teriritasi akibat sifat alkalis dari sabun (Wasitaatmaja, 1997).

Asam sitrat memiliki bentuk berupa hablur tidak berwarna atau serbuk warna putih, tidak berbau, rasa asam kuat, dalam udara lembab agak higroskopis, dalam udara kering agak merapuh. Kelarutannya sangat tinggi dalam air dan etanol 95% namun sukar larut dalam eter (Depkes RI, 1980).

(31)

3.7.Sukrosa

Sukrosa adalah gula yang diperoleh dari tanaman Saccharum

officinarum Linne, Beta vulgaris Linne dan sumber lainnya. Gula ini

berbentuk hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara. Sukrosa sangat mudah larut dalam air, terlebih air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform maupun eter (Depkes RI, 1995).

Pada proses pembuatan sabun transparan, sukrosa berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Sukrosa dapat membantu perkembangan kristal pada sabun (Hambali et al., 2005). 3.8.Betain

Betain merupakan jenis surfaktan dengan sifat pembusa, pengemulsi, dan pembasah yang baik. Betain relatif tidak mengiritasi kulit dalam penggunaannya, bahkan dengan adanya betain dapat menurunkan efek iritasi surfaktan anionik, sehingga kulit terlindungi dari iritasi (Barel et al, 2001).

B. Minyak Jahe

Bagian dari tanaman jahe yang berfungsi pemberi aroma dan rasa adalah minyak atsiri. Minyak atsiri jahe memiliki banyak kegunaan, antara lain sebagai rempah, industri parfum, industri farmasi, industri kosmetik, dan obat tradisional (Heath dan Pharm, 1978).

(32)

14

Menurut Guenther (1952) dan Leung (1980), minyak jahe mengandung senyawa kimia antara lain zingiberen, kamfen, fellandren, sitral, sineol dan zingiberol.

Minyak atsiri jahe mengandung beberapa senyawa yang mudah menguap. Organoleptis dari minyak jahe yaitu memiliki bentuk berupa cairan kental, memiliki bau yang khas, yaitu jahe, serta berwarna kehijauan hingga kuning. Minyak atsiri jahe diperoleh melalui tahap penyulingan dan hidrodestilasi (Guzman dan Siemonsma, 1999).

C. Natrium Hidroksida (NaOH)

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah Natrium Hidroksida (NaOH), Kalium Hidroksida (KOH), Natrium Karbonat (Na2CO3), Amonium Hidroksida (NH4OH), dan etanolamin. NaOH (soda kaustik) merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras (Oghome et al., 2012).

Natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang menerima proton dari Na+. Natrium hidroksida mengandung unsur dari golongan alkali, yakni Natrium (Na+). Ciri – ciri yang dimiliki golongan alkali antara lain, seperti reduktor kuat dan mampu mereduksi asam, mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, merupakan penghantar arus listrik yang baik dan panas, dan memiliki urutan kereaktifan yang meningkat seiring dengan bertambahnya berat atom (Linggih dan Wibowo, 1988).

(33)

Pemerian dari Natrium Hidroksida adalah berbentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah, bersifat alkalis dan korosif, mudah menyerap karbondioksida (Depkes RI, 1979).

Penambahan NaOH harus dilakukan dengan jumlah yang tepat pada proses pembuatan sabun. Apabila NaOH yang ditambahkan terlalu pekat, maka alkali bebas yang tidak berikatan dengan trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi sehingga dapat mengiritasi kulit. Sebaliknya apabila NaOH yang ditambahkan terlalu encer atau terlalu sedikit, maka sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas yang tinggi (Kamikaze, 2002).

D. Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)

Kalsium Hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih

dari 100,5% Ca(OH)2 (Depkes RI, 1980). Pemerian dari kalsium hidroksida adalah berupa serbuk, putih, dan

memiliki rasa agak pahit (Depkes RI, 1979). Kelarutan pada kalsium hidroksida, larut dalam lebih kurang 630 bagian air dan dalam lebih kurang 1300 bagian air mendidih; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P; larut dalam gliserol P dan dalam sirop (Depkes RI, 1979).

E. Kalium Hidroksida (KOH)

Kalium Hidroksida berbentuk batang, pelet atau bongkahan, putih, dan sangat mudah meleleh basah. Larut dalam air, dan sangat mudah larut dalam etanol mendidih (Depkes RI, 1979).

(34)

16

Kalium Hidroksida (KOH) banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air (Ketaren, 2005).

F. Karakteristik Fisik

Karakteristik fisik sabun berperan penting untuk menjamin sabun yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Secara umum, sifat fisik dalam sabun terdiri dari kekerasan, stabilitas busa,tegangan permukaan, tegangan antar muka, stabilitas emulsi, bilangan titer (Bird, 1993).

Beberapa karakteristik fisik yang akan diamati pada penelitian ini adalah kekerasan, pembentukan busa, pH sabun, transparansi sabun batang.

1. Kekerasan sabun

Kekerasan sabun adalah parameter ketahanan suatu sabun terhadap tekanan fisik. Sabun yang dihasilkan memiliki kekerasan yang kurang, maka akan lebih susah untuk menentukan kekerasannya karena tidak terjadi kerusakan yang berarti (Paye et al., 2001).

Pengukuran kekerasan sabun dapat dilakukan dengan menggunakan

hardness tester. Apabila sabun yang dihasilkan terlalu lunak, maka akan sulit

ditekan pada saat proses finishing (Barel etal., 2001).

Kekerasan sabun dipengaruhi oleh asam lemak jenuh yang digunakan pada pembuatan sabun. Asam lemak jenuh biasanya berbentuk padat pada suhu ruang, sehingga akan menghasilkan sabun yang lebih keras. Apabila sabun terlalu lunak, maka akan menyebabkan sabun mudah larut dan menjadi cepat rusak (Steve, 2008).

(35)

2. Kemampuan membentuk dan mempertahankanbusa

Busa adalah suatu dispersi koloid, sehingga gas terdispersi dalam fase kontinyu yang berupa cairan (Schramm, 2005).

Dalam mengevaluasi hasil sabun transparan adalah jumlah busa, kecepatan pembentuk busa, dan kualitas busa. Evaluasi busa dapat menggunakan Ross-Miles

foam height tester. Pengukuran tinggi busa dilakukan dengan membalik –

balikkan tabung silinder yang berisi sabun selama beberapa waktu (Barel et al., 2001).

Busa merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan mutu sabun. Sabun dengan busa melimpah pada umumnya lebih disukai oleh konsumen. Busa memiliki peran dalam proses pembersihan dan melimpahkan wangi sabun pada kulit (Langingi et al., 2012).

3. Derajat keasaman (pH)

Sabun pada umumnya mempunyai pH sekitar 10 (Mitsui, 1997). Apabila kulit terkena cairan sabun, pH kulit akan naik beberapa menit setelah pemakaian meskipun kulit telat dibilas dengan air. Pengasaman kembali terjadi setelah lima sampai 10 menit, dan setelah 30 menit pH kulit menjadi normal kembali (Wasitaatmaja, 1997) yaitu sekitar 4,5 – 6,5.

4. Transparansi sabun batang

Sabun dapat dikatakan transparan bila seseorang dapat membaca tulisan dengan font tipe 14 melalui sabun dengan ketebalan 0,25 inchi. Sabun transparan dibuat dengan melarutkan base soap dalam etanol (20%-50%), gliserin (5%-25%) dan sirup (10%–25%) (Jongko, 2009).

(36)

18

G. Landasan Teori

Bagian dari tanaman jahe yang berfungsi memberi aroma dan rasa adalah minyak atsiri. Minyak atsiri memiliki banyak kegunaan, antara lain sebagai industri parfum, industri farmasi, dan industri kosmetik. Minyak jahe mengandung beberapa senyawa kimia antara lain zingiberen, kamfen, fellandren, sitral, sineol dan zingiberol.

Sabun merupakan salah satu bentuk sediaan kosmetik yang dapat berfungsi untuk mengangkat kotoran atau lemak yang menempel pada kulit, dengan menurunkan tegangan permukaan. Sabun dapat dibuat melalui 2 proses, yaitu saponifikasi dan netralisasi. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena adanya reaksi asam lemak bebas dengan alkali.Struktur sabun yang memiliki bagian kepala bersifat polar dapat mengikat air yang bersifat polar dan pada bagian ekornya yang bersifat non polar dapat mengikat kotoran dan lemak yang bersifat non polar.

Salah satu jenis sabun adalah sabun transparan atau transparent soap.

Transparent soap memiliki nilai estetika yang lebih tinggi dibandingkan jenis

sabun yang lain, karena kejernihan dan warna yang transparan yang ada dapat membuat daya tarik seseorang meningkat. Semakin baik kualitas bahan bakunya, maka transparent soap yang dihasilkan akan semakin jernih. Dalam pembuatan sabun, khususnya transparent soap, diperlukan basa alkali yang nantinya akan bereaksi dengan asam lemak untuk membentuk reaksi saponifikasi.

(37)

Salah satu basa alkali yang sering digunakan dalam pembuatan sabun adalah NaOH. Fungsi basa adalah sebagai agen pereaksi dengan fase minyak sehingga dapat terjadi reaksi saponifikasi. Dengan adanya reaksi antara fase minyak dan basa, maka dapat terbentuk gliserol dan sabun yang berupa garam sodium atau

pottasium.

H. Hipotesis

Hi1 : NaOH dapat membentuk sabunbatang tranparan Hi2 : Ca(OH)2 dapat membentuk sabun batang transparan Hi3 : KOH dapat membentuk sabun batang transparan

Hi4 : Perbedaan basa dapat menyebabkan perbedaan karakteristik fisik pada sabun batang transparan

(38)

20 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian dengan judul Efek Perbedaan Basa terhadap Karakteristik Fisik Sabun Batang Transparan Minyak Jaheini merupakan jenis penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis dan banyaknya basa yang digunakan, yaitu NaOH, KOH, dan Ca(OH)2.

b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik sabun batang transparan yang meliputi kekerasan, pembentukan busa, pH sabun, transparansi sabun.

c. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah suhu waterbath, kecepatan putar mixer, kecepatan pendinginan, lama pengadukan, komposisi transparent soap bar selain NaOH, KOH, dan Ca(OH)2.

d. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah perubahan suhu ruangan dan perubahan kelembaban.

2. Definisi Operasional

a. Sabun batang merupakan sabun yang dapat terlihat pada tulisan dengan

font tipe 14 dengan ketebalan 0,25 inchi, yang beraroma minyak jahe yang

dibuat sesuai formula dalam penelitian.

(39)

b. Sabun Na+ adalah sabun batang transparan yang beraroma minyak jahe yang menggunakan basa NaOH.

c. Sabun Ca2+ adalah sabun batang transparan yang beraroma minyak jahe yang menggunakan basa Ca(OH)2.

d. Sabun K+ adalah sabun batang transparan yang beraroma minyak jahe yang menggunakan basa KOH.

e. Sabun merek dagang adalah sabun transparan yang beredar di pasaran yang digunakan sebagai pembanding.

f. Sabun “Lf” adalah sabun batangtransparan yang beredar di pasaran, yang telah banyak digunakan oleh masyarakat.

g. Sabun  “Mf”  adalah  sabun  batang transparan yang beredar di pasaran, yang menggunakan bahan alam.

h. Kekerasan sabun menunjukkan ketahanan sabun batang terhadap tekanan mekanik yang diberikan secara vertikal oleh hardness tester. Kekerasan dicata dalam satuan kg.

i. Kemampuan membentuk dan mempertahankan busa adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana busa dapat bertahan setelah didiamkan dalam waktu 20 menit. Selisih busa dicatat dalam satuan mm.

j. Sifat fisik sabun adalah parameter untuk evaluasi sabun batang transparan yang meliputi kekerasan, pembentukan dan ketahanan busa, pH sabun, transparansi sabun.

k. Subjective assessment merupakan penilaian yang diberikan oleh responden

(40)

22

C. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah asam stearat (farmasetis,   diperoleh   dari   “Bratachem”), minyak jarak (diperoleh dari “Bratachem”), BHT (farmasetis), NaOH, Ca(OH)2, KOH,etanol (teknis), asam sitrat (farmasetis), gliserin (farmasetis), betain (farmasetis), gula,aquadest, dan minyak jahe (PT. Phytochemindo Reksa).

D. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah glassware (Pyrex), cawan porselen, mixer (modifikasi laboratorium Farmasi USD), waterbath (Tamson Zoetermeer – Holland, 1985, 0023), termometer, pengaduk, sendok, cetakan sabun, freezer, tabung reaksi berskala, hardness tester (Kiya seishuko), pH meter (Hanna), homogenizer.

E. Tata Cara Penelitian

1. Formula Sabun Batang Transparan

Formula yang dipilih sebagai basis sabun transparan menurut Hambali et

al (2006) memiliki komposisi formula sebagai berikut :

Tabel II. Formula acuan

BAHAN KOMPOSISI (Gram)

Asam stearat 7 Natrium Hidroksida 30% 18 Minyak jarak 10 Etanol 96% 15 Gliserin 13 Asam sitrat 3 Gula 7,5 Betaine 5 Aquades 4,5

(41)

Modifikasi formula untuk 100 gram pada penelitian sebagai berikut :

Tabel III. Formula 1

BAHAN KOMPOSISI (gram)

Asam stearat 8,4 8,4 8,4 Natrium Hidroksida7,5 N 16,2 21,6 27 Minyak jarak 12 12 12 Etanol 96% 17,1 17,1 17,1 Gliserin 14,5 14,5 14,5 Asam sitrat 3,6 3,6 3,6 Sukrosa 9,3 9,3 9,3 Betain 6 6 6 Butil Hidroksitoluen 0,1 0,1 0,1 Minyak jahe 2 2 2 Aquades 10,8 5,4 0

Tabel IV. Formula 2

BAHAN KOMPOSISI (gram)

Asam stearat 8,4 8,4 8,4 Kalium Hidroksida7,5 N 16,2 21,6 27 Minyak jarak 12 12 12 Etanol 96% 17,1 17,1 17,1 Gliserin 14,5 14,5 14,5 Asam sitrat 3,6 3,6 3,6 Sukrosa 9,3 9,3 9,3 Betain 6 6 6 Butil Hidroksitoluen 0,1 0,1 0,1 Minyak jahe 2 2 2 Aquades 10,8 5,4 0 Tabel V. Formula 3

BAHAN KOMPOSISI (gram)

Asam stearat 8,4 8,4 8,4 Kalsium Hidroksida7,5 N 16,2 21,6 27 Minyak jarak 12 12 12 Etanol 96% 17,1 17,1 17,1 Gliserin 14,5 14,5 14,5 Asam sitrat 3,6 3,6 3,6 Sukrosa 9,3 9,3 9,3 Betain 6 6 6 Butil Hidroksitoluen 0,1 0,1 0,1 Minyak jahe 2 2 2 Aquades 10,8 5,4 0

(42)

24

2. Pembuatan Transparent Soap Bar

Langkah pertama dengan mencairkan asam stearat pada suhu 70-80 oC. Selanjutnya, minyak jarak dicampurkan pada asam stearat yang telah larut, diaduk hingga homogen, kemudian ditambahkan BHT sebagai pengawet. Pada suhu yang sama ditambahkan NaOH untuk proses penyabunan. Setelah NaOH dimasukkan, langkah selanjutnya adalah dengan memasukkan etanol, dan tunggu hingga semuanya larut homogen. Setelah semuanya larut homogen, ditambahkan asam sitrat, betain, gliserin, serta larutan gula yang telah dilarutkan dengan aquadest panas untuk mempercepat proses kelarutan. Suhu dijaga tetap sama. Setelah semuanya tercampur homogen, campuran dihomogenkan kembali dengan menggunakan mixer selama 1 menit untuk memastikan semua bahan telah tercampur. Tiga puluh detik pertama, larutan sabun dicampur dengan kecepatan skala 1untuk memastikan semua bahan telah tercampur, dan 30 detik selanjutnya dengan memasukkan minyak jahe ke dalam larutan sabun kemudan dihomogenkan kembali menggunakan mixer dengan kecepatan skala 1. Sabun dimasukkan dalam cetakan dan disimpan pada suhu ruangan selama 1 hari. Setelah disimpan pada suhu ruangan selama 1 hari, sabun dimasukkan ke dalam lemari es (freezer) dengan suhu -20oC selama 24 jam agar dapat membeku dan memiliki kekerasan yang optimal.

Langkah kerja yang dilakukan sama pada saat basa NaOH digantikan untuk Ca(OH)2 dan KOH.

(43)

3. Penyusutan Bobot

Penyusutan bobot pada sabun batang transparan dilakukan pada minggu ke-1 hingga minggu ke-4. Sabun batang transparan dipotong memanjang 7 x 1 cm, dan dapat digunakan untuk pengujian kekerasan, pembentukan busa, dan pH. Kemudian sabun batang ditimbang untuk dijadikan data pada minggu ke-1. Minggu selanjutnya sabun ditimbang kembali untuk dibandingkan dengan minggu ke-1, kemudian setelah ditimbang sabun batang dipotong dan ditimbang seperti pada minggu ke-1.

4. Karakteristik Fisik Sabun Batang a. Kekerasan sabun batang

Pengamatan kekerasan dilakukan pada minggu ke-4 setelah pembuatan sabun batang. Sabun batang dipotong memanjang kemudian ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian diletakkan pada hardness tester secara vertikal. Hardness tester ditekan sampai menembus bagian bawah sabun batang, skala kekerasan yang tertera dicatat. Kemudian dilakukan pengukuran pada ketiga replikasi, semua hasilnya dicatat dan ditentukan rata-rata kekerasan sabun batang.

b. Kemampuan membentuk dan mempertahankan busa

Pengamatan kemampuan membentuk dan mempertahankan busa dilakukan pada minggu ke-4 setelah pembuatan sabun batang. Sabun batang ditimbang sebanyak 3 gram dan dilarutkan dalam 30 mL aquadest. Campuran dapat dipanaskan untuk membantu kelarutan. Sebanyak 25 mL larutan campuran dimasukkan ke dalam tabung reaksi berskala, lakukan pengocokan dengan menggunakan homogenizer selama 1 menit. Kemudian dilakukan pengukuran

(44)

26

pada ketiga replikasi, hasil pengukuran pertama setelah dihomogenizer dikurangi dengan pengukuran kedua setelah didiamkan dalam waktu 20 menit.

c. Derajat Keasaman (pH)

Pengamatan keasaman dilakukan pada minggu minggu ke-4 setelah pembuatan sabun batang. Sabun batang ditimbang sebanyak 1 gram dan dilarutkan dalam 10 mL aquades. Jika diperlukan, campuran dapat dipanaskan untuk membantu kelarutan. Kemudian pH meter dicelupkan ke dalam larutan. pH yang diperoleh diamati. Kemudian dilakukan pengukuran pada ketiga replikasi, semua hasilnya dicatat dan ditentukan rata-rata derajat keasamannya (pH).

d. Transparansi Sabun Batang

Transparansi sabun batang dapat diuji dengan membaca tulisan dengan font tipe 14 melalui sabun batang dengan ketebalan 0,25 inchi. Kemudian dilakukan pengukuran pada ketiga replikasi, semua hasilnya dicatat dan ditentukan rata – rata transparansinya.

5. Subjective Assessment

Subjective Assessment dilakukan dengan cara membagikan kuisioner

sebagai gambaran penerimaan masyarakat atau konsumen terhadap hasil produk yang dihasilkan.

F. Analisis Hasil

Untuk mengetahui perbedaan signifikan dari persen bobot minggu 4, digunakan uji Paired t test untuk masing – masing sabun batang. Uji Paired t test digunakan apabila data yang diperoleh merupakan distribusi normal, tetapi apabila data yang dihasilkan merupakan distribusi tidak normal maka dapat menggunakan

(45)

Wilcoxon test. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan taraf

kepercayaan 95%.

Membandingkan hasil dari tiap uji sifat fisik sabun batang transparan menggunakan basa dan level yang berbeda dengan dua merek sabun batang transparan yang telah beredar dipasaran menggunakan Uji T tidak berpasangan. Uji T tidak berpasangan digunakan karena pada hasil penelitian didapatkan bahwa Kalsium Hidroksida (KOH), Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) dan Natrium Hidroksida (NaOH) level rendah tidak dapat membentuk sabun batang transparan sehingga yang akan dibandingkan dengan standart hanya sabun batang yang menggunakan basa NaOH pada level tengah dan tinggi saja. Hasil sifat fisik yang akan dibandingkan dengan standar adalah kekerasan dan kemampuan membentuk dan mempertahankan busa. Apabila dari analisis hasil didapatkan data distribusi normal, maka dapat dilanjutkan analisis menggunakan t test, akan tetapi jika hasil analisis data menunjukkan data distribusi tidak normal, digunakan Wilcoxon test. Penarikan kesimpulan menggunakan taraf kepercayaan 95%.

Kuisioner subjective assessment dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari penerimaan konsumen terhadap produk yang dibuat. Data dalam kuisioner akan dianalisis menggunakan manual dan disajikan dalam bentuk diagram.

(46)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Formulasi Sabun Batang Transparan

Formula yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil modifikasi dari formula acuan sabun batang transparan yang dibuat oleh Hambali et al. (2006). Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun batang transparan ini, antara lain adalah asam stearat, minyak jarak, BHT (Butylated Hydroxy

Toluene), NaOH, Ca(OH)2, KOH, Etanol 96%, asam sitrat, betain, gliserin, sukrosa, aquadest, serta minyak jahe.

Langkah awal dalam pembuatan sabun batang transparan adalah dengan melelehkan asam stearat di atas waterbath pada suhu 70-80oC. Asam stearat merupakan kristal putih yang meleleh pada suhu 69-70oC (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009), sehingga agar asam stearat larut sempurna maka dipanaskan pada suhu 70-80oC. Asam stearat berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada sabun, serta dapat menstabilkan busa (Steve, 2008). Setelah asam stearat meleleh, langkah selanjutnya adalah menambahkan minyak jarak pada asam stearat yang telah leleh. Minyak jarak yang telah bercampur dengan asam stearat akan menjadi fase asam lemak dan akan bereaksi dengan basa NaOH untuk pembentukan sabun dalam reaksi saponifikasi.

Minyak jarak yang memiliki kegunaan sebagai emollient dapat membantu untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada kulit saat sabun diaplikasikan. Hasil dari reaksi RCOOH + NaOH  RCOO- + Na+, dapat mensuspensi kotoran dalam

(47)

kulit sehingga pori – pori yang ada dikulit akan terbuka sehingga kotoran pada kulit dapat terangkat, akan tetapi terkadang sebum juga dapat ikut terbilas. Apabila sebum yang berfungsi untuk melembabkan kulit tersebut ikut terbilas, maka kulit seseorang akan terlihat kering, oleh sebab itu pada pembuatan sabun batang digunakan minyak jarak yang dapat berfungsi sebagai emollientyang dapat melembabkan kulit.

Langkah selanjutnya, setelah asam stearat dan minyak jarak homogen, ditambahkan BHT pada larutan tersebut yang berfungsi sebagai antioksidan. Penambahan BHT merupakan faktor yang penting karena berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi dari fase minyak yang dimungkinkan tidak beraksi sempurna dengan NaOH. Apabila terjadi oksidasi, maka dapat menimbulkan bau tengik pada sabun, karena sabun tersusun dari asam lemak yang sebagian besar mengandung ikatan tak jenuh dan sangat mudah teroksidasi. Setelah penambahan BHT dilakukan, langkah selanjutnya adalah menambahkan NaOH sebagai basa ke dalam larutan tersebut. Fungsi dari NaOH itu sendiri adalah sebagai basa, yang akan berikatan dengan asam lemak untuk membentuk sabun dalam reaksi saponifikasi.

RCOOH + NaOH  RCOONa + H2O

Pada pembentukan sabun batang, fase minyak dan basa merupakan komposisi terpenting. Dalam penelitian ini, basa alkali yang digunakan adalah NaOH, KOH, dan Ca(OH)2, sehingga penulis ingin mengetahui dengan perbedaan mol pada kedua basa tersebut dapat mempengaruhi terbentuknya sabun batang

(48)

30

atau tidak. Masing – masing basa dibuat menjadi 3 konsentrasi yang berbeda, yaitu level rendah, tengah, dan tinggi. Pada saat pembuatan sabun batang menggunakan basa NaOH level rendah, reaksi saponifikasi tidak dapat berjalan sehingga sabun batang tidak terbentuk. Penambahan NaOH pada saat pembuatan sabun batang harus dilakukan dengan jumlah yang tepat. Apabila NaOH yang ditambahkan terlalu pekat, maka alkali bebas yang tidak berikatan dengan trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi sehingga dapat mengiritasi kulit. Sebaliknya apabila NaOH yang ditambahkan terlalu encer atau terlalu sedikit, maka sabun batang yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas yang tinggi (Kamikaze, 2002), sehingga sabun batang tidak dapat terbentuk dengan sempurna.

Pada saat pembuatan sabun batang menggunakan NaOH level tinggi, sabun batang dapat dihasilkan, akan tetapi pada saat akan dilakukan pendinginan, sabun batang lebih cepat mengeras dibandingkan pada level tengah. Sehingga pada proses pembentukan sabun batang menggunakan basa NaOH, sabun batang yang dapat terbentuk hanya pada level tengah dan tinggi, meskipun pada level tinggi sabun memiliki pH yang sangat tinggi sehingga nantinya dapat beresiko mengiritasi kulit.

Pembentukan sabun batang menggunakan Ca(OH)2 juga tidak dapat terjadi. Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) merupakan jenis basa alkali yang hanya dapat larut dalam gliserin, dan tidak dapat larut dalam etanol maupun aquadest. Pada saat Ca(OH)2 dimasukkan ke dalam larutan yang berisi asam stearat, minyak jarak, dan BHT, reaksi saponifikasi tidak dapat berjalan. Hal ini didukung

(49)

pernyataan oleh Thomssen (1992) dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa Ca(OH)2 termasuk dalam lime saponification, sehingga pada saat terjadi reaksi saponifikasi terdapat banyak ketidakmurnian (impurities) dan lime saponification terjadi pada air sadah tinggi sehingga tidak akan dapat dihasilkan buih sebagaimana mestinya pada sabun, karena keberadaan ion – ion kalsium dan magnesium di dalam air mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam kalsium dan magnesium, sehingga tidak dapat membentuk emulsi secara efektif.

RCOONa + Ca2+ + H2O  Ca(RCOO-)2(s)

Pada saat pembuatan sabun batang menggunakan basa KOH, sabun batang dapat dihasilkan akan tetapi tidak terbentuk sabun batang padat, melainkan sabun lunak (cair). Hal tersebut disebabkan karena molekul Kalium lebih besar daripada Natrium sehingga dalam berjalannya reaksi lebih lambat sehingga terbentuk sabun lunak (cair). Kalium Hidroksida juga memiliki sifat mudah larut dalam air, sehingga sering digunakan untuk pembuatan sabun cair.

Langkah selanjutnya dalam pembuatan sabun batang transparan, untuk membantu melarutkan sabun batang, ditambahkan etanol 96% yang berfungsi sebagai pelarut untuk sabun yang mulai terbentuk. Etanol digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam gugus non polar maupun polar. Sabun yang mulai terbentuk dalam reaksi saponifikasi harus larut sempurna dalam etanol agar dapat menghasilkan larutan sabun yang bening, sehingga pada saat pendinginan dapat diperoleh sabun yang transparan.

(50)

32

Basa NaOH yang telah larut sempurna dalam etanol, langkah selanjutnya dimasukkan asam sitrat yang berfungsi sebagai pengatur pH.Sifat alkalis pada sabun dapat membuat kulit teriritasi, sehingga perlu ditambahkan asam sitrat yang merupakan asam lemah yang dapat menurunkan pH sabun. Selain itu asam sitrat juga berfungsi sebagai agen pengkelat, yaitu pengikat ion – ion logam yang dapat memicu terjadinya oksidasi, sehingga dengan penambahan asam sitrat dapat mencegah terjadinya oksidasi minyak akibat pemanasan pada suhu tinggi. Setelah asam sitrat dimasukkan, bahan lain seperti betain dan gliserin juga dimasukkan dalam larutan. Betain berfungsi sebagai surfaktan, dan memiliki pembusa, pengemulsi, serta pembasah yang baik. Selain itu betain dipilih sebagai surfaktan karena sifat betain itu sendiri yang relatif tidak mengiritasi kulit pada saat digunakan, sehingga kulit tidak akan mengalami iritasi (Barel et al, 2001).

Gliserin berfungsi sebagai humektan, karena pada gugus gliserin mengandung banyak gugus OH yang dapat mengambil H dari H+ sehingga dapat membentuk air dan kulit dapat terjaga kelembabannya. Kelembaban kulit sangat perlu dijaga supaya sel pada kulit tetap hidup. Dengan menggunakan sabun, lapisan hidrolipid yang dapat membantu untuk melembabkan kulit dapat hilang, sehingga diperlukan moisturizer atau humektan yang dapat melembabkan kulit.

Untuk membuat sabun menjadi transparan, perlu ditambahkan sukrosa yang sebelumnya telah dilarutkan dalam aquadest panas. Digunakan aquadest panas karena dapat mempercepat kelarutan. Pada proses pembuatan sabun transparan, sukrosa berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Sukrosa tersusun atas kristal yang tidak berwarna atau bening (Depkes RI,

(51)

1995), sehingga pada saat mengalami fase pendiaman, sukrosa dapat membantu perkembangan kristal sehingga dapat membuat sabun terlihat lebih transparan. Pencampuran untuk masing – masing bahan sabun batang transparan dilakukan setiap 1 menit.

Untuk memastikan larutan sabun telah bercampur sempurna, pengadukan dibantu menggunakan mixer dengan kecepatan skala 1 untuk memastikan bahwa larutan sabun telah homogen. Mixer dilakukan selama 1 menit, 30 detik pertama melarutkan semua larutan, dan 30 detik selanjutnya adalah mencampurkan larutan sabun dengan minyak jahe dan dihomogenkan. Larutan sabun yang telah jadi dituang ke dalam cetakan kemudian didiamkan sampai terbentuk massa sabun, kemudian disimpan di dalam freezer. Tujuan pendinginan supaya kristal yang terbentuk semakin cepat sehingga sabun yang dihasilkan dapat memiliki tingkat transparansi yang lebih tinggi. Sabun dapat menjadi keruh apabila pendiaman sabun terlalu lama, karena akan terbentuk fiber putih sehingga dapat mengurangi tingkat kejernihan sabun.

Dalam penelitian ini, Sabun K+, Ca2+, dan Na+ level rendah tidak dapat menghasilkan sabun batang transparan, sehingga untuk uji karakteristik fisik hanya dilakukan pada sabun Na+ level tengah dan tinggi.

B. Penentuan Penyusutan Bobot

Sabun batang transparan yang telah dibuat didiamkan pada suhu ruangan selama 1 bulan agar memperoleh keadaan yang konstan, biasa disebut dengan masa aging (Hambali, Suryani, Rivai, 2006). Pendiaman yang dilakukan

(52)

34

berfungsi untuk menghilangkan etanol yang terdapat di dalam sabunkarena dapat mengiritasi kulit. Jika hampir semua etanol telah menguap, maka dapat dikatakan bobot sabun telah tetap / konstan. Pendiaman sabun batang pada suhu ruangan dilakukan selama 4 minggu, sehingga dianggap seluruh etanol telah menguap sehingga sabun tidak mengiritasi kulit pada saat digunakan.

Untuk menentukan signifikansi penyusutan bobot dari sabun transparan, data diolah menggunakan uji paired t-test, dikarenakan data yang didapat berdistribusi normal.

Tabel VI. p-valuePaired t-test penyusutan bobot 1-4minggu

Formula Sabun Jumlah Sampel p-value

Minggu 1 – Minggu 2 6 0,006333

Minggu 2 – Minggu 3 6 0,002008

Minggu 3 – Minggu 4 6 0,113

Dilihat dari tabel di atas, pada minggu 3 ke minggu 4 memiliki p-value > 0,05, yaitu 0,113. Dengan melihat p-value yang ada, dapat disimpulkan bahwa pada mulai minggu ke-3 bobot sabun batang sudah dalam keadaan konstan, dansemua etanol yang terkandung di dalam sabun batang telah hilang sehingga sabun batang dapat dikatakan tidak mengiritasi kulit. Hal ini menandakan bahwa sabun batang aman digunakan setelah masa pendiaman selama 4 minggu.

(53)

C. Uji Sifat Fisik Sabun Batang Transparan

Sifat fisik merupakan unsur yang penting dalam menentukan kualitas suatu produk. Sifat fisik sabun batang transparan yang dibuat akan dibandingkan dengan sabun batang transparan yang telah beredar dipasaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sabun batang transparan yang dibuat telah memenuhi standar yang telah beredar di masyarakat atau belum. Sabun merek dagangyang digunakan adalah sabun “Lf”   dan   “Mf”,   sabun   “Lf”   digunakan   sebagai   standar   untuk   kekerasan   yang   tinggi,   sedangkan   sabun   “Mf”   digunakan   sebagai   standar   untuk kekerasan yang rendah. Sifat fisik yang akan diukur pada produk sabun batang transparan ini adalah kekerasan dan kemampuan membentuk dan mempertahankan busa. Uji sifat fisik ini dilakukan pada minggu ke -4 dan dilakukan untuk formula sabun Na+ level tengah dan tinggi.

1. Kekerasan sabun batang

Uji kekerasan sangat perlu dilakukan karena dapat menjamin keutuhan sediaan pada saat digunakan dan selama penyimpanan sebelum digunakan. Uji kekerasan pada penelitian ini dilakukan pada formula yang menggunakan basa NaOH pada level tengah dan tinggi, dengan batas minimum 1,8 kg.Batas minimum kekerasan ditentukan dari kekerasan sabun  “Mf”  sebagai  batas  terendah, sehingga diharapkan sabun transparan yang dibuat memiliki kekerasan tidak kurang dari 1,8 kg. Hasil data pengukuran uji kekerasan pada minggu ke -4 disajikan dalam bentuk tabel, yang bertujuan untuk mengetahui kekerasan pada setiap replikasi.

(54)

36

Tabel VII. Kekerasan sabun pada minggu ke-4

Formula Kekerasan

Sabun (kg) Perbedaan dengan sabun  “Lf” Perbedaan dengan sabun “Mf” Tengah 2,70 ± 0,30 Berbeda (p = 0,001) Tidak berbeda (p = 0,132) Tinggi 2,97 ± 0,25 Berbeda (p = 0,001) Berbeda (p = 0,020) “Lf” 4,37 ± 0,15 - “Mf” 2,33 ± 0,15

Berdasarkan tabel VII dapat dikatakan bahwa sabun transparan untuk formula tengah dan tinggi memasuki batas minimum yang telah ditentukan.

Untuk mengetahui hasil sabun batang transparan yang telah dibuat memiliki kesamaan dengan sabun merek dagang, dilakukan pengolahan data menggunakan Uji T tidak berpasangan yang menggunakan program R, yang bertujuan untuk mengetahui sabun merek dagang dan sabun batang yang diuji berbeda atau tidak.

Berdasarkan nilai p-value di atas, dapat disimpulkan bahwa formula pada sabun batang transparan level tengah berbeda dengan sabun “Lf”,  akan  tetapi  tidak  berbeda  dengan  sabun  “Mf”,  yang  dapat  dilihat  dari   nilai p value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa sabun batang transparan  level  tengah  tidak  berbeda  dengan  sabun  “Mf”.

Pada sabun batang transparan level tinggi memiliki nilai p value < 0,05 sehingga dapat disimpulkan berbeda dengan sabun   “Mf”   maupun   “Lf”.

(55)

2. Kemampuan membentuk dan mempertahankan busa

Uji kemampuan membentuk dan mempertahankan busa sangat perlu dilakukan karena dengan uji ini dapat diketahui seberapa besar busa yang dapat bertahan setelah didiamkan pada waktu tertentu.

Uji kemampuan membentuk dan mempertahankan busa dilakukan pada minggu ke-4 bertujuan untuk mengetahui perubahan pada sabun batang dalam membentuk dan mempertahankan busa. Uji kemampuan membentuk dan mempertahankan busa ini digambarkan dengan banyaknya busa yang dihasilkan setelah dihomogenizer (tinggi busa) dikurangi dengan sisa busa yang tertinggal setelah didiamkan selama 20 menit. Semakin tinggi ketinggian busa yang terbentuk maka semakin mampu sabun batang dalam membentuk busa. Batas minimum yang ditentukan untuk pembentukan busa adalah 44 mm, sedangkan untuk persentase penurunan busa tidak boleh lebih besar dari 75%.

Hasil pembentukan dan persentase penurunan busa pada minggu ke -4 disajikan dalam bentuk tabel yang bertujuan untuk mempermudah dalam pembacaan hasil, selain itu juga untuk mengetahui simpangan selisih penurunan busa yang terjadi.

(56)

38

Tabel VIII. Presentase pembentukan dan ketahanan busa

Formula Busa awal

(mm) setelah Busa pendiaman (mm) penurunan busa (%) Perbedaan dengan sabun “Lf” Perbedaan dengan sabun “Mf” Tengah 46,67 ± 1,53 13,67 ± 1,53 70,71±2,63 Tidak berbeda (p = 0,782) Tidak berbeda (p = 0,620) Tinggi 47,33 ± 1,53 43 ± 2,65 9,15±3,45 (p = 1,733.10Berbeda -5) (p = 1,533.10Berbeda -5) Sabun “Lf” 45,67 ± 1,53 13,67 ± 1,53 70,07±2,67 - Sabun “Mf” 46,33 ± 1,53 13 ± 1 71,94±2,66 Keterangan :

a. Tinggi busa awal merupakan indikasi kemampuan pembentukan busa. b. Presentase penurunan busa menunjukkan ketahanan pembusaan.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada formula tengah dan tinggi memiliki nilai tidak lebih besar dari 75%. Dilihat dari tabel VIII, formula tinggi memiliki persentase penurunan busa lebih kecil dibandingkan pada formula tengah sehingga dapat dikatakan persentase penurunan busa pada formula tinggi lebih baik dibandingkan pada formula tengah, karena semakin kecil persentase penurunan busa maka dapat dikatakan sabun dapat mempertahankan busa dengan baik.

Untuk mengetahui hasil busa sabun batang transparan yang telah dibuat memiliki kesamaan dengan sabun merek dagang, dilakukan pengolahan data menggunakan Uji T tidak berpasangan yang menggunakan program R. Uji T dapat dilakukan apabila hasil dari uji normalitasnya mendapatkan hasil distribusi normal. Berdasarkan tabel di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(57)

atas, didapatkan hasil bahwa untuk sabun batang pada formula tengah, persentase penurunan busa tidak berbeda dengan sabun merek dagang, sedangkan pada formula tinggi berbeda dengan sabun merek dagang yang digunakan.

Tabel IX. Unpaired t – test kemampuan membentuk busa level tengah dan tinggi

Formula Sabun Standar Sabun Convidence Interval p-value Tengah “Lf” 95% 0,4676 “Mf” 95% 0,8025 Tinggi “Lf” 95% 0,2524 “Mf” 95% 0,4676

Kemampuan membentuk busa pada level tengah dan tinggi perlu dibandingkan dengan sabun merek dagang yang beredar di pasaran sebagai pembanding, untuk mengetahui pembentukan busa sabun merek dagang sama dengan sabun batang transparan yang diuji. Berdasarkan tabel IX, sabun transparan yang dibuat memasuki rentang pembentukan busa yang telah ditentukan.

Pada   tahap   uji   T   untuk   sabun   “Lf” dan   “Mf”   pada   formula   tengahdan tinggi didapatkan hasil bahwa pada minggu ke -4 memiliki nilai

p-value > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima atau

pembentukan busa dari sabun batang transparan yang dibuat sama dengan sabun merek dagang yang digunakan.

3. Derajat keasaman

Tujuan pengukuran derajat keasaman (pH) pada sabun batang transparan adalah untuk mengetahui pH sabun batang transparan yang

(58)

40

telah dibuat. Derajat keasaman (pH) sabun batang sangat perlu diketahui karena apabila sabun yang dihasilkan terlalu basa maka dapat mengiritasi kulit, sehingga sangat diperlukan sabun yang memiliki pH dibawah 11 (Anonim, 2009). Pengukuran dilakukan menggunakan indikator pH universal. Hasil pengukuran pH sebagai berikut :

Tabel X. pH untuk masing – masing formula

Sabun NaOH Sabun Merek Dagang

Tengah Tinggi Sabun  “Lf” Sabun  “Mf”

8 – 9 12 – 13 9 – 10 9 – 10

Rentang untuk pH sabun standar yaitu 9 – 10. Berdasarkan hasil tabel X, sabun NaOH level tengah dan tinggi tidak memasuki rentang untuk pH sabun standar, akan tetapi dapat dilihat bahwa sabun NaOH pada level tengah memiliki nilai pH 8 – 9 dan mendekati dengan pH pada kulit, yaitu 5 – 6, sehinggadalam hal derajat keasaman (pH) dapat dikatakan sabun transparan yang dibuat jika dibandingkan dengan sabun standar lebih baik.

Pada sabun batang NaOH level tinggi didapatkan nilai pH yang tinggi, sehinga dapat disimpulkan sabun batang NaOH level tinggi dapat mengiritasi kulit karena pH yang ada melebihi standar pH sabun pada umumnya.

4. Transparansi sabun

Sabun NaOH level tengah dan tinggi memiliki tingkat transparansi hampir sama, akan tetapi warna sabun untuk NaOH level tinggi menjadi lebih gelap dibandingkan level tengah karena menurut teori (Tokosh dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(59)

Baig, 1995) apabila pH sabun lebih tinggi dapat menyebabkan warna sabun lebih gelap, sehingga transparansi dari sabun NaOH level tengah lebih baik dibandingkan dengan level tinggi.

D. Subjective Assessment

Subjective Assessment dilakukan untuk mendapatkan gambaran

penerimaan dari konsumen terhadap produk yang dibuat. Untuk pengambilan data menggunakan kuisioner.Subjective Assessment dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang berupa pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban telah disiapkan dan responden memilih jawaban yang sesuai hasil pengamatannya. Responden yang diambil sebanyak 30 orang karena 30 sampel tersebut dianggap telah mewakili populasi yang ada. Minimal pengambilan sampel adalah 20% untuk populasi dengan jumlah kecil (Sevilla, Ochave, Punsalan, Regala, Uriarte, 1993). Hasil dari Subjective Assessment ditulis dalam bentuk diagram seperti pada gambar 3 dan 4.

Dalam diagram ditunjukkan ada 2 parameter yang digunakan, yaitu suka dan setuju. Parameter suka digunakan untuk mengetahui responden menyukai sabun yang dibuat berikut dengan pertanyaan – pertanyaan yang ada (subjektif), sedangkan parameter setuju untuk menunjukkan pertanyaan – pertanyaan yang dibuat sesuai dengan produk yang dibuat (objektif). Dari hasil diagram yang ada menunjukkan bahwa responden menyukai dan menyetujui mengenai aroma, bentuk produk sabun, sensasi lembut pada kulit, busa yang dihasilkan, dan kekerasan produk, sehingga dapat disimpulkan bahwa konsumen dapat menerima

(60)

42

produk yang telah dibuat. Akan tetapi kesimpulan saran yang diajukan oleh responden adalah untuk mengurangi aroma jahe agar tidak terlalu beraroma pekat.

Gambar 3. Subjective assessment terhadap sabun yang dihasilkan

Gambar 4. Subjective assessment terhadap sabun yang dihasilkan

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% sabun memiliki aroma jahe sabun tidak melunak dan dapat

mempertahankan bentuk saat

digunakan

terasa lembut saat digunakan busa yang dihasilkan baik sabun memiliki penampilan yang transparan saya tertarik menggunakan sabun ini

sangat tidak setuju tidak setuju setuju sangat setuju

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% Aroma bentuk produk sabun sensasi lembut setelah digunakan busa yg dihasilkan kekerasan produk

sangat tidak suka tidak suka suka sangat suka

Gambar

Gambar 1. Mekanisme saponifikasi sabun(Anne, 2014)
Tabel I. Macam – macam asam lemak dan sifat sabun yang dihasilkan  (Steve, 2008).
Tabel II. Formula acuan
Tabel IV. Formula 2
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pembelajaran berbasis komputer adalah program pembelajarn dengan menggunakan software komputer berupa program komputer yang berisi tentang muatan pembelajaran meliputi

Ruang lingkup bidang ilmu dalam penelitian adalah Hukum Administrasi Negara yang dibatasi pada kajian mengenai kewenangan Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) dalam

1.3.2 Jelaskan hubungan Program Studi Baru Diploma Farmasi yang diusulkan dengan Program Studi Baru Diploma Farmasi lain pada institusi pengusul dilihat dari aspek

Praktek sekarang ini, Cover Note notaris ini dibuat sebagai pegangan Bank, bahwa benar-benar telah dilakukan penandatanganan semua akta (proses secara notarial)

Diharapkan akan dapat meminimalkan terjadi komplikasi baik akut maupun kronis (Setyorini, 2017). Pasien DM yang menjalani diet meng- alami tingkat stres yang tinggi. Hal

Hasil penelitian ini didapati jawaban bahwa Hak waris anak menurut hukum adat sasak di desa penujak Kecematan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah Provinsi

Prosedur yang harus dilakukan pada tahap pengujian ini adalah menghidupkan mesin, memanaskan mesin untuk mencapai suhu kerja mesin kurang lebih selama 5 menit

Perbanyakan secara vegetatif bisa dilakukan dengan cara memisahkan anakan yang tumbuh disamping induknya, Perbnayakan dengan cara ini akan menghasilakan tanaman