KONDISI UMUM
4.1 Sejarah Kawasan
Kawasan TWA Rimbo Panti awalnya merupakan satu kesatuan dari Cagar Alam Rimbo Panti (register 75) yang ditunjuk berdasarkan Gubernur Besluit (Keputusan Gubernur Hindia Belanda) No.34 Staatblat 420 tanggal 8 Juni 1932, dengan luas 3.120 ha. Selanjutnya berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian No.284/Kpts/Um/6/1979 tanggal 1 Juni 1979, sebagian areal cagar alam ini seluas 570 ha dijadikan kawasan taman wisata alam. Penetapan kawasan taman wisata alam tersebut, sangat mungkin dilatarbelakangi oleh keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi, dengan keunikan vegetasi hutan dataran rendah serta memiliki potensi wisata alam yang cukup tinggi contohnya masih ditemukannya bunga bangkai (Amorphophallus titanium).
4.2 Letak dan Luas Kawasan
Panjang batas keliling TWA Rimbo Panti adalah 11 km, yang terdiri dari batas luar sepanjang 3,4 km dan batas fungsi dengan Cagar Alam Rimbo Panti 7,6 km. Kawasan ini telah ditata batas dan sudah temu gelang sepanjang 11 km dan pada tahun 1999 dilaksanakan rekonstruksi batas kawasan sepanjang 11 km tersebut oleh Sub Balai Inventarisasi dan Pemetaan (BIPHUT) Padang. Secara administrasi, pengelolaan hutan termasuk dalam wilayah kerja Seksi KSDA Wilayah Pasaman dan sekitarnya, sedangkan menurut administrasi pemerintahan, kawasan ini terletak di wilayah Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman.
Kawasan Taman Wisata Alam Rimbo Panti disajikan dalam bentuk peta pada Gambar 1. Menurut tata letaknya, batas-batas wilayah dari Taman Wisata Alam ini adalah sebagai berikut :
Bagian Utara berbatasan dengan Desa Murni Panti;
Bagian Timur berbatasan dengan Cagar Alam Rimbo Panti; Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Petok; dan
Gambar 1 Peta Kawasan TWA Rimbo Panti.
4.3 Kondisi Fisik Kawasan
4.3.1 Topografi dan Geografi
TWA Rimbo Panti terletak di ketinggian antara 200 sampai 300 m di atas permukaan laut (mdpl) dan mempunyai kelerengan yang bervariasi mulai dari landai sampai kelerengan lebih dari 60º, dengan konfigurasi datar, berbukit dan berawa. Jalan raya Bukittinggi-Medan menjadi pemisah antara daerah perbukitan dengan daerah yang berawa.
Sumber air panas yang terdapat di kawasan ini mengindikasikan bahwa secara geologis TWA Rimbo Panti mempunyai struktur sesar. Jenis tanah di kawasan Taman Wisata Alam ini antara lain Alluvial, Andosol dan Kompleks Podsolik Merah Kuning, Litosol yang berasal dari bahan induk batuan beku, endapan dan metamorf. Jenis tanah ini sangat peka terhadap erosi dengan permeabilitas 3,0 cm/jam. Kesuburan tanah sedang dengan tekstur tanah berkisar antara lempung berpasir-pasir dan pH tanah berkisar antara asam dan netral yaitu antara 5,9 – 7,8 (Rencana Pengelolaan TWA Rimbo Panti, 2000).
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson iklim di TWA Rimbo Panti tergolong Tipe A dan dari data curah hujan di Kabupaten Pasaman, diketahui bahwa TWA Rimbo Panti mempunyai curah hujan perhari rata-rata 27,4 mm. Kawasan ini sangat dekat dengan garis khatulistiwa yang mempunyai cura h hujan rata-rata tinggi setiap tahunnya. O leh karena itu kawasan TWA Rimbo Panti banyak ditemui jenis flora dan fauna yang beranekaragam. (RPCA Rimbo Panti, 2000).
4.3.3 Hidrologi
Di dalam dan sekitar Taman Wisata Alam Rimbo Panti terdapat beberapa buah sungai, yaitu Batang Air Sulang, dan Batang Air Bancaula ng. Batang Air Sulang yang merupakan sungai terbesar di sekitar Taman Wisata Alam dengan debit 6,42 m3/dt, telah dimanfaatkan untuk mengairi saluran irigasi Panti Rao. Saluran irigasi yang memanfaatkan kawasan Taman Wisata Rimbo Panti ini telah dibangun menjadi saluran Induk Kiri dengan rekomendasi Izin Pinjam Pakai.
Batang Air Bancaulang yang lebarnya 3,8 meter dan debit sebesar 1,24 m3/dt, terdapat di Desa Simpang Tiga Cubadak dan berhulu di kawasan Cagar Alam Rimbo Panti, dan merupakan sumber air minum bagi masyarakat Panti.
Sumber air panas yang berada di Taman Wisata Alam Rimbo Panti merupakan daya tarik bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara Sumber air panas berupa kolam yang berukuran 3 – 3,5 m yang menurut Reni (1994) mempunyai beberapa sifat fisiko kimia antara lain bersuhu air 72° C, pH 8, O2 terlarut 1,0 ppm, CO2 bebas 0,88 ppm, airnya keruh dan tidak terdapat
batu-batuan (RPCA Rimbo Panti, 2000).
4.3.4 Geologi dan Tanah
Berdasarkan peta geologi skala 1 : 250.000, kondisi geologi kawasan Taman Wisata Alam Rimbo Panti tergolong Tipe A, yang termasuk ke dalam dataran pantai barat Bukit Barisan yang berada pada cekungan Lubuk Sikaping yang tersusun oleh batu kapur dan granit. Di sekitarnya terdapat bukit-bukit, seperti Bukit Taruko, Bukit Sahutan, Bukit Air Abu, Bukit Gadang dan Bukit Sontang.
Stratigrafi kawasan Taman Wisata Alam Rimbo Panti ini tersusun dari beberapa jenis satuan batuan, yaitu :
- Satuan Batuan Metamorf - Satuan Batu Kristalin
- Satuan Garanodiorit/ Granit.
Sumber air panas dalam kawasan ini mengindikasikan bahwa secara geologis TWA ini mempunyai struktur sesar. Jenis tanah di kawasan taman wisata alam ini antara lain Alluvial, Andosol, Kompleks Podsolik Merah Kuning, dan Litosol yang berasal dari bahan induk batuan beku, endapan, dan metamorf. Jenis tanah ini sangat peka terhadap erosi, dengan permeabilitas 3,0 cm/jam. Kesuburan tanah sedang dengan tekstur tanah berkisar antara lempung berpasir - pasir dan pH tanah berkisar antara 5,9 – 7,8 (RPTWA Rimbo Panti, 2002).
4.4 Kondisi Biologi Kawasan
4.4.1 Potensi Flora
TWA Rimbo Panti termasuk dalam tipe ekosistem dataran rendah dan hutan rawa. Untuk mengetahui lebih jauh keadaan flora, telah dilakukan pengamatan dan analisis data kerapatan, frekuensi, dan dominansi serta nilai penting masing-masing jenis, yaitu di plot pengamatan yang mewakili tipe ekosistem dengan metoda analisis vegetasi. Di lokasi dataran rendah tercatat 13 jenis pohon. Berdasarkan nilai pentingnya lokasi ini secara berturut-turut dikuasai oleh Arenga obtusifolia dengan NP. 149,884, Artocarpus elasticus dengan NP. 20,599, Villebrunea rubescens dengan NP. 13,850 dan Nephelium sp dengan NP. 6,531 (Rencana Pengelolaan CA Rimbo Panti, 2000).
Berdasarkan data analisis vegetasi ini diperoleh bahwa di lokasi terestria l dataran rendah mempunyai keanekaragaman jenis yang cukup tinggi yaitu 25 jenis/1000 m2, sedangkan di lokasi hutan rawa hanya 17 jenis/1000 m2. Jenis-jenis yang menonjol kehadirannya baik sekarang maupun untuk masa yang akan datang di lokasi terestrial adalah Arenga obtusifolia Merr (Langkap), Streblus illicifolius (limau hantu), Villebrunea rubescens (lasi) dan Dipterocarpus crinitus (keruing bulu). Di lokasi rawa jenis-jenis yang menonjol kehadirannya adalah
dan Elatostemma sesquifolium (RPCA Rimbo Panti, 2000).
Jenis-jenis lain yang merupakan jenis-jenis langka dan dilindungi yang ditemukan serta berdasarkan informasi dari petugas dan masyarakat, antara lain Amorphophalus titanum (bunga bangkai), Rafflesia arnoldi (bunga raksasa), Morus macroura (Andalas), dan berjenis-jenis Anggrek.
4.4.2 Potensi Fauna
Secara umum keadaan fauna di kawasan TWA Rimbo Panti masih memperlihatkan keanekaragaman jenis cukup tinggi. Berdasarkan data yang ada di BKSDA Sumatera Barat tahun 2000 bahwa di TWA Rimbo Panti ditemukan 122 jenis satwa liar, terdiri dari ikan (11 jenis), amfibia (4 jenis), reptilia (8 jenis), burung/ aves (81 jenis), dan mamalia (18 jenis).
Perkiraan jumlah burung yang mungkin terdapat di daerah ini dengan menggunakan metode Mac Kinnon (1993) adalah 94 jenis. Satwa lain yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi usulan konservasi di kawasan ini adalah jenis lebah (Apis spp) dan berbagai jenis kupu-kupu (Lepidoptera).
Satwa yang tergolong langka dan dilindungi serta endemik yang ditemukan di Rimbo Panti adalah Cylendrophis sp. atau Ula Maniak, Aceros comatus (Anggang Uban), Amaurornis phoenicurus (Ruak-Ruak), Anthracoceros albirostris (Anggang), Anthrococeros undulatus (Anggang Musim), Arachnothera longirostra (Pipik Jantuang), Argusianus argus (Kuau), Bubulcus ibis (Kuntul Kerbau), Buceros bicornis (Anggang Papan), Buceros rhinoceros (Anggang Tanduak), Buceros vigil (Kudun), Ceyx erithacus (Raja Udang), Ceyx rufidorsa (Raja Udang), Hypograma hypogramicum (Madu Rimbo), Ictinaetus malayanus (Alang Sarok), Machaeramphus alcinus (Alang Kalalawa), Microhierax fringillarius (Sikok), Spilornis cheela (Alang Sarok), Cervus unicolor (Ruso), Felis viverrineus (Kucing Lalang), Helarctos malayanus (Beruang Madu), Hylobates syndactylus (Siamang), Muntiacus muntjak (Kijang), Nycticebus coucang (Pukang), Panthera tigris sumatrae (Harimau), Ratufa bicolor (Tupai Janjang), dan Tragulus javanicus atau kancil (RPCA Rimbo Panti,2000).
Habitat dan penyebaran satwa tersebut di daerah Rimbo Panti hampir merata, namun agak kurang pada strata I atau altitud lebih dari 300 m dpl. Hal ini
mungkin disebabkan adanya kendala dalam migrasi lokal atau terhalangnya jalur jelajah satwa tersebut. Penghalang utama diduga adalah jalan raya dan saluran irigasi yang membentang pada kawasan ini.
4.5 Aksesibilitas
Taman wisata ini sangat mudah dijangkau karena terletak di kiri dan kanan jalan raya lintas Bukittinggi-Medan, dengan jarak tempuh + 30 km dari Kota Lubuk Sikaping atau + 200 km dari Kota Padang. Di dalam kawasan Taman Wisata Alam Rimbo Panti terdapat 1 segmen jalan patroli berupa jalan tanah dengan lebar 1,5 meter dan panjang 2 km dan jalan trail wisata sepanjang 4 km.