• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberkahan Al-Quds Perspektif Al-Quran. L. Sholehuddin STISQ Abdullah bin Mas ud Online

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keberkahan Al-Quds Perspektif Al-Quran. L. Sholehuddin STISQ Abdullah bin Mas ud Online"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 1, Tahun 2021 p-ISSN 2087-4642 e-ISSN 2721-1843 https://ejurnal.darulfattah.ac.id/index.php/Annaba

25

Keberkahan Al-Quds Perspektif Al-Quran

L. Sholehuddin

STISQ Abdullah bin Mas’ud Online [email protected]

ABSTRACT

For 15 centuries al-Quds was under the auspices of Islam al-hanif which was peaceful, prosperous and prosperous, full of blessings. Today the facts show that on the contrary, there has been a storm of humanitarian storms, full of conflict, oppression, the slaughter of millions of innocent people who died, the expulsion and seizure of the Palestinian property takes place almost every day without stopping due to the cruelty and savagery of the Zionist entity. Then where is the blessing of al-Quds? How did that tyranny continue to happen on the earth of the prophets? In order to respond to this humanitarian problem, the author tries to trace using the Research library study to reveal facts based on the approach of the letter al-Isra verse one which is correlated with similar verses and sociological-anthropological empirical data. The results of the study prove that the meaning of barakah is a gift of Allah absolutely without the involvement of creatures and the law of cause and effect (causality) from human efforts optimally. The conclusion of the study shows that the term barakah is divided into three aspects, namely: first, security from disturbance by evil humans, the wild star, as isra Rasulullah's journey from Mecca to Palestine. Second, the fertility of nature such as a variety of fruits, vegetables, livestock, grows. Third, peace, which is obtained through the serious efforts of the Muslim community as a legal provision of causality which causes peace. The factors of hard work and maximum smart work are the parameters of Allah's grace in overcoming conflicts and fighting for the liberation of al-Quds, so that blessings in the sense of peace on the earth of the martyrs can be realized.

Keywords: Blessing, al-Aqsa, al-Quran

ABSTRAK

Selama 15 abad al-Quds berada di bawah naungan Islam al-hanif yang damai, makmur dan sejahtera penuh berkah. Hari ini fakta menunjukkan sebaliknya, terjadi prahara badai kemanusiaan, penuh konflik, penindasan, pembantaian jutaan jiwa tak berdosa meninggal, pengusiran dan perampasan hak milik bangsa Palestina berlangsung hampir setiap hari tanpa henti akibat kekejaman dan kebiadaban entitas Zionis. Lalu di manakah letak keberkahan al-Quds? Bagaimana pula kezaliman itu terus terjadi di bumi para nabi? Guna merespons persoalan kemanusiaan ini, penulis mencoba menelusuri menggunakan study library Research untuk mengungkap fakta berdasar pendekatan surat al-Isra ayat satu yang dikorelasikan dengan ayat-ayat serupa dan data empiris sosiologis-antropoligis. Hasil kajian membuktikan bahwa kata barakah memiliki dua dimensi, yaitu: aspek anugerah Allah secara mutlak tanpa keterlibatan makhluk dan aspek anugerah Allah atas usaha yang dilakukan manusia secara optimal sebagai hukum sebab akibat (kausalitas). Kesimpulan kajian menunjukkan bahwa term barakah terbagi tiga aspek, yaitu: pertama, keamanan dari gangguan manusia jahat, bintang buas sebagaimana perjalanan isra Rasulullah dari Makkah ke Palestina. Kedua, kesuburan alam seperti aneka ragam

(2)

buah-26 An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam

buahan, sayur mayur, binatang ternak tumbuh berkembang. Ketiga, kedamaian, yang diperoleh melalui usaha masyarakat muslim secara sungguh-sungguh sebagai ketentuan hukum kausalitas penyebab mendapatkan kedamaian. Faktor kerja keras dan kerja cerdas yang maksimal menjadi parameter anugerah Allah turun dalam mengatasi konflik dan memperjuangkan pembebasan al-Quds, sehingga keberkahan dalam arti kedamaian di bumi para syuhada itu dapat terwujud.

Kata Kunci: Keberkahan, al-Aqsa, al-Quran PENDAHULUAN

Al-Quds adalah bumi pilihan Allah bagi mayoritas Rasul dan Nabi mengawali menjalankan titah-Nya, menyampaikan misi risalah kerasulan dan kenabian. Al-Quds menjadi lokasi penyematan mahkota kehormatan sebagai bumi yang diberkahi dan tempat para peziarah berpiknik guna mendekatkan diri kepada Tuhan serta masjid suci yang memancarkan syiar tauhid dan niai-nilai spiritualitas sebagai simbol agama samawi, Yahudi, Nasrani dan Islam.

Entitas Yahudi Zionis menyakini bahwa wilayah al-Quds sebagai kota suci yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Karena itu, mereka menjadikan tembok ratapan sebagai pintu masuk untuk bertemu dengan Tuhan. Apabila mereka dapat menyentuh tembok itu, berarti telah berkomunikasi dengan Tuhan secara langsung. Tetapi jika sebaliknya, maka cukup berdoa dengan cara berkirim surat berisi doa. Itulah sebabnya mengapa di celah-celah dinding tembok ratapan, terdapat banyak surat diselipkan. Sementara, pengakuan umat kristiani menganggap al-Quds dengan sebuatan Jerusalem adalah tempat Yesus dimakamkan persisnya di Gereja Makam Kristus yang dibangun Ratu Helena dan umat kristiani menyakini bahwa kebangkitan Yesus untuk kedua kalinya akan muncul di kota ini, itulah peristiwa sebagai sebuah fakta sejarah yang tidak dapat terbantahkan.

Data informasi ini menunjukkan bangsa Yahudi, Kristen dan umat Islam memiliki hak atas al-Quds, Jerusalem. Bangsa Yahudi Zionis mendasarkan klaimnya itu atas pristiwa yang terjadi abad 11 SM, tatkala nabi Daud As mengalahkan raja Jalut dan merebut kota itu. Bagi umat kristiani kesucian kota itu diperoleh dari perjuangan dan pengorbanan Yesus dan penyaliban serta kebangkitannya di Jerusalem. Sementara bagi umat Islam al-Quds/al-Aqsha adalah kota di mana Nabi Muhammad SAW ber-isra mi’raj dan memiliki nilai sejarah sangat penting bagi keberlanjutan misi dan syiar kerasulan. Alasan adanya klaim itulah yang dianggap menjadi dasar timbulnya konflik, bahkan kerap terjadi pertengkaran dan perselisihan yang berujung peperangan dan menimbulkan pertumpahan darah serta hilangnya jiwa-jiwa tak berdosa, terutama akibat tindakan represif Yahudi Zionis yang arogan, kejam dan tiran, terutama terhadap umat Islam.

(3)

27 An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam

Fenomena issu bumi al-Quds menarik untuk dikaji, diteliti, dibahas secara kritis berdasar data dan fakta empiris untuk membongkar penyebab adanya anggapan konflik bermotifkan agama dengan tujuan merebut kota al-Quds yang sakral dan penuh pengalaman historis-religiusitas. Karena faktor itulah issu suci ini (al-Quds) sangat rentan menjadi memicu terjadinya problematika. Namun disisi lain, kota al-Quds diyakini sebagai bumi perdamaian, sesuai penjelasan al-Qur`an surat al-Isra ayat satu berikut.

ِب ى َرْسَأ يِذَّلا َناَحْبُس

يِذَّلا ىَصْقَ ْلْا ِد ِجْسَمْلا ىَلِإ ِما َرَحْلا ِد ِجْسَمْلا َنِم الًْيَل ِهِدْبَع

ُري ِصَبْلا ُعيِمَّسلا َوُه هَّنِإ اَنِتاَيَآ ْنِم ُهَي ِرُنِل ُهَل ْوَح اَنْك َراَب

Artinya: “Allah yang Maha Suci, telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil al-Haram ke Masjid al-Aqhsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. [Suratal-Isra/17:1].

Penggunaan diksi surat al-Isra ayat satu ini sangat indah dan sempurna baik ditinjau dari segi susunan kata, gaya bahasa maupun makna kata barakah yang memiliki beragam arti, seperti: kesuburan, keamanan, kemakmuran, keadilan dan kedamaian sebagai pesan disampaikan al-Quran yang secara eksplisit memberikan janji keberkahan atas al-Aqsha dan sekitarnya. Namun secara faktual justru menjadi tempat pemicu terjadinya konflik berkepanjangan yang berujung pada melayangnya ribuan nyawa tidak berdosa. sehingga dimanakah letak keberkahan al-Aqsha Akan tetapi, saat ini menujukkan fakta lain dimana pemaknaan keberkahan al-Aqsha dalam surat al-Isra ayat satu tidak lagi nampak dirasakan, yang ada justru sebaliknya terjadi konflik berkepanjangan, peperangan menyebabkan korbanjiwa berjatuhan, perampasan hak milik, kebebasan berpendapat, berserikat, memperoleh kehidupan terbelenggu dan dan termarginalkan. Lalu dimanakah letak kedamaian al-Aqsha itu? Bagaimana pula kezaliman itu terus terjadi di bumi para nabi? Faktor itulah yang mengusik kesadaran penulis untuk melakukan penelitian secara seksama dan mendalam terhadap makna barakah pada ayat 1 surat al-Isra.

METODE PENELITIAN

Guna merespons hipoteis dalam paparan pendahuluan tersebut di atas, penulis mencoba menyusuri menggunakan pendekatan study library research yaitu kajian

(4)

28 An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam

kepustakaan dengan mengumpulkan dan menganalisa data yang diambil dari berbagai literatur berupa: buku, jurnal, artikel. Setelah proses pengumpulan data selesai, proses analisis dan pengujian keabsahan data melalui penggunaan metode triangulasi yaitu membandingkan dan mencocokkan fenomena yang diperoleh peneliti di kepustakaan (berupa catatan selama observasi) dengan data yang diperoleh melalui penela’ahan ayat-ayat al-Quran dan studi dokumen tentang fakta-fakta yang terjadi lalu dikorelasikan dengan surat al-Isra ayat satu sebagai pisau analisis data dalam menggali dan menemukan fakta hakiki atas persolan yang terjadi di al-Quds (al-Aqsha) dengan spesifikasi bahasan terfokus pada lima aspek pokok, yaitu: simbol perdamaian, pemaknaan secara leksikal, interkoneksitas ayat-ayat barakah, interpretasi barakah dalam al-Quran dan konsep barokah pada surat al-Isra dalam realitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Apkilasi Leksikal Kata )انكراب(

Term baraknaa(انكرب ) asal kata barakah (تكرب ) artinya kebajikan yang banyak. Kebajikan yang ada disekitar al-Aqsha seperti yang terkandung dalam surah al-Isra ayat satuitu adalah diutusnya para nabi dan rasul disana, kenyamanan, hasil bumi yang banyak dan subur.Menurut al-Mawardi lafadz ُهَلْوَح اَنْك َراَب يِذَّلاmemiliki dua penafsiran yaitu: pertama, berkah karena adanya tumbuh-tumbuhan dan sungai-sungai mengalir airnya yang jernih, bersih dan alami. Kedua, karena adanya para nabi dan orang-orang saleh singgah dan menetap dan bertempat tinggal tetap. Wahbah Zuhaili dalam kitabnya al-Munir menafsirkan lafadz baraknaamempunyai dua makna yaitu keberkahan agama dan dunia.Keberkahan faktor agama, karena Baitul Maqdis adalah tempat di mana wahyuditurunkan dan tempat berdoanya para nabi. Sedangkan keberkahan faktor dunia, karena al-Quds dikelilingi dengan sungai-sungai, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan menjadi sebab terjaganya keberlang-sungannya hidup dan kehidupan.

Dalam kajian kebahasaan (leksikal) kata barakahdalam beberapa kamus bahasa arab diartikan sebegai berikut, kamus Lisanul Aarab ك artinya رب ةدايزلاو ءامنلا (tumbuh dan bertambah) dan kamus al-Munawir:تمعنلا , ةداعسلا, و ةدايزلاءامنلا (tambah, tumbuh, , bahagia, nikmat) sementarakamus al-Munjid mengarti-kanةدايزلاةداعسلا (tambah dan و bahagia). Definisi yang dijelaskan beberapa kamus tersebutdapat disimpulkan bahwa barokah (تك ) mempunyai arti tambah, kebahagiyaan, pertumbuhan dan kenikmatan. رب Tentunya arti-arti tersebutbila dikonfirmasi dengan fakta dan fenomena sejarah yang

(5)

29 An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam

terjadi di al-Quds Jerusalem saat ini,secara sekilas terlihat sangat berbeda denganperiode awal sejak sebelum nabi Muhammad SAW sampai sekarang, tidak pernah sepi dari beragam konflik kemanusiaan. Artinya fakta menunjukkan seolah-olah tidak ada keberkahan di al-Quds seperti dimaksud al-Quran surah al-Isra ayat satu itu. 2. Interkorelasi Ayat-ayat Barakah (تكرب )

Penyebutan kata Baaraknaadan derivasinya dalam al-Quran terdapat sebanyak 6 kali,kesemuanya membicara-kan tentang bumi (al-Aqsha) yang diberkahi sebagai ketetapan yang dapat diketahui dalam beberapa ayat al-Quran, yaitu:(1) suratal-Anbiya/71, (2) al-Shafaat:112-113, (3) al-‘Araf:137, (4) al-Anbiya:81, (5) Saba:18 dan (6) al-Isra:1. Sebutan al-Aqsha ini juga terkadang menggunakan al-Quds (bumi kudus/suci) yang terpapar dalam al-Qur`an. Pilihan diksi al-Quds menunjuk-kan bahwa al-Aqsha merupakan tempat yang suci dan disucikan, di mana banyak manusia pilihan (para nabi) singgah bahkan bertempat tinggal di bumi ambiya ini. Term al-Quds (suci), dalam al-Quran setidaknya terdapat 8 ayat yang tersebar dalam pelbagai surat, seperti: (1) suratal-Baqarah;30 , 87 dan 253, (2) surat al-Maidah: 110, (3) surat al-Nahl:102, (4) surat al-Hasyr: 23, (5) surat al-Jum’ah: 1, (6) surat Thaha: 11-12, (7) surat al-Nazi’at: 15-17dan (8) surat al-Maidah: 21.

Korelasi ayat-ayat terkait surah al-Isra ayat satutentang konsep baaraknaa adalah merupakanvariansdari kata barakah تك yang ada pada al-Quran dan tersebarpada رب sembilan kata, yaitu:pertama, َك َرٰب (Dia berkahi) yang terdapat dalam surah Fushilat (41) ayat 10.Kedua,اَنْكَر ٰب (Kami berkahi) terdapat dalam surah Araf (7) ayat 137, al-Isra(18) ayat 1, al-Anbiya (21) ayat 71 dan 81, sabba (34) ayat 18, as-Shofat(37) ayat 113.Ketiga,كروب (telah diberkahi) terdapat dalam surah an-Naml (27) ayat 8. Keempat, َك َرٰبَت (Mahasuci) terdapat pada surah Araf (8) ayat 54, Mukminun (23) ayat 14, al-Furqon (25) ayat 1, 10 dan 61, Ghofir(40) ayat 64, al-Zuhruf(43) ayat 85, al-Rohman (55) ayat 78, al-Mulk (67) ayat 1. Kelima,تاكرب (berkah) terdapat dalam surah al-Araf (7) ayat 96, surah hud (11) ayat 48. Keenam,هتاكرب (berkah) terdapat dalam surah hud (11) ayat 73. Ketujuh,كرابم (penuh berkah) terdapat dalam surah al-An’am (6) ayat 92 dan 155, al-Anbiya (21) ayat 50, shot (38) ayat 29. Kedelapan,اكرابم (diberkahi) terdapat dalam surah al-Imran (3) ayat 96, Maryam (19) ayat 31, al-Mukminun (23) ayat 29, khof (50) ayat 9. Kesembilan,ةكرابم (diberkahi) terdapat dalam surah al-Nur (24) ayat 35 dan 61, al-Qisos(28) ayat 30 dan al-Dukhon(44) ayat 3.

(6)

30 An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam

Informasi ayat-ayat تك beserta turunannya yang sangat banyak, tentunya tidak رب semua penulis kaji dan teliti, akan tetapi hanya beberapa ayat saja yang dianggap representatifdan memiliki korelasi langsung dengan pokok masalah yang sedang tela’ah. Untuk selanjutnya,penulis melakukan komparasi dan mencari titik temu serta relevansinya dengan fakta dan fenomena yang terjadidi al-Quds Jerusalem.

3. Interpretasi Barakah dalam al-Quran

Penafsiran ayat secara tekstual atau kontekstual keduanya diperlukan sesuai kebutuhan guna menjelaskan suatu fakta, memahami suatu makna yang tersirat atau tersurat di balik lafadz aya-ayat yang dianggap masih samar maksudnya. Atau untuk memeperkuat ayat-ayat serupa dalam kasus yang sama,seperti kata barakah pada ayat satu surat al-Isra yang dapat diinterpretasikan dengan kata yang pada bentuk tulisan berbeda namun memiliki makna yang sama seperti yang terdapat pada ayat-ayat berikut. a. Kata Barakaatin

Interpresatasimakna keberkahan dengankata barakaatinsepertiyang terdapat pada surah al-A’raf/7: 96 berbunyi:

مهيلع انحتفل اوقّتاو اونماء ىرقلا لهأ ّنأ ول و

تاكرب

و ضرلْا و ءامّسلا نم

نوبسكي اوناكامب مهانذخأف اوبّذك نكل

.

Artinya: “Sekiranya saja penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkahdari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Qurais Shihab menafsirkanbahwa ketika penduduk pada suatu negeri beriman kepada Rasul,lalu mengikuti dan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya (bertakwa), maka pastilah Allah Ta’alaakan melimpahkan berbagai keberkahan kepada mereka yakni aneka kebajikan yang sangat banyak dari langit dan bumi, yang menyejahtera-kan lahir dan batin. Akan tetapijika yang terjadi sebaliknya, maka Kami akan siksa mereka disebabkan kedurhakaan yang terus menerus dilakukan sejalan dengan kebejadan akhlak merekayang titakbermoral. Wahbah al-Zuhaili menjelaskan keberkahan adalah keberkahan dari langit dan bumi air hujan dengan deras dan menumbuhkan bumi dengan apa yang mereka bisa hidup dengannya juga ternak-ternak mereka dalam kehidupan paling subur dan rizki paling melimpah tanpa kelelahan, tanpa kesusahan, tanpa kelebihan dan tanpa kesulitan. Makna yang sama

(7)

31 An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam

dijelaskan Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa makna barakah adalah hujan dari langit dan tetumbuhan dari bumi. Secara terminologi makna barakah (تك ) adalah aneka رب kebajikan ruhani dan jasmani atau sesuatu yang mantap, dan bisa juga berarti kedamaian, kebajikan yang melimpah dan beraneka ragam serta berkesinambungan. Sebuah analogi, kolam dinamai birkah dalam bahasa arab, karena air yang ditampung dalam kolam itu menetap mantap didalamnya dan tidak tercecer kemana-mana, itulah makna barakah.

b. Kata Mubaarakun

Interpretasi makna keberkahan dengankata mubaarakunseperti terdapat pada surah al-An’am (6) ayat 92 berbunyi:

هانلزنأ ٌباتك اذهو

ٌكرابم

اهلوح نم و ىرقلا مأ رذنتلو هيدي نيب ىذّلا ٌقدصم

نوظفاحي مهتلًص ىلع مه و هب نونمؤي ةرخلْاب نونمؤي نيذّلا و

.

Artinya:“Dan ini (al Qur`an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (al-Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.”

Quraisy Shibab dalam tafsirnya al-Misbah menjelaskan lafadz كرابم pada ayat tersebut di atas mengandung arti sesuatu yang mantap, kebajikan yang melimpah dan beraneka ragam serta berkesinambungan. Bila pada sesuatu itu terdapat berkah berarti adanyakebajikan yang menyertai sesuatu itu. Misalnya barakah pada waktu luang, maka akan banyak kebajikan yang dapat terlaksana pada waktu itu yang biasanya tidak bisa menampung sebanyak aktifitas baik tersebut. Barakah pada kesehatan, berarti adanya fisik yang segar, fresh, energik sehingga dapat beraktivitas yang kreatif dan produktif untuk bermaisyah dan beramal kebajikan lainnya mewujudkan hidup layak dan terhormat, yang biasanya tidak ada motivasi dan inspirasi yang cukup untuk beraktivitas sebanyak itu. Pada kedua corak analogitersebut, terlihat bahwa keberkahan berbeda-beda sesuai dengan fungsi sesuatu yang diberkahi itu. Keberkahan pada waktu luang misalnya, adalah dalam fungsinya beraktivitas mengoptimalkan potensi diri dalam bentuk cipta, rasa dan karsa, mendorong aktifitas positif dan seterusnya. Namun demikian, bahwa segala sesuatu itu akan dapat tercapai bukan secara otomatis, akan tetapi adanya faktor limpahan karunia Allah Ta’ala kepada siapa yang dikehendakinya

(8)

32 An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam

untuk menggunakan dan memanfaatkan potensi yang dimilikinya dan hukum-hukum yang dipahaminya secara efektif-efisien sehingga keberkahan dimaksud dapat hadir.

Faktor keberkahan lainnya adalah aspek kesehatan, yaitu ketika Allah menganugrahkan kesehatan berupa aneka sebab yang mendukung terhadap kondisi badannya sesuai ketentuankesehatan, sehingga kondisi kesehatan itu layak, tidak kadaluarsa, tidak lelah, sakit dan lain-lain. Karenanya, menurut Quraisy Shihab keberkahan bukan berarti adanya campur tangan ilahi dalam bentuk membatalkan sebab-sebab yang dibutuhkan lahirnya sesuatu itu.Akan tetapi berkaitan erat dengan usaha yang dilakukan komunitas muslim yang maksimal dalam mewujudkan keberkahan, termasuk menciptakan kedamaian, terutama di al-Quds, Jerusalem.

c. Kata Mubaarakan

Interpretasi makna keberkahandengankata mubaarakansepertiyang terdapat pada surah al-Imran (3) ayat 96 berbunyi:

َةَّكَبِب ْيِذَّلَل ِساَّنلِل َع ِض ُّو تْيَب َل َّوَا َّنِا

ااك َرٰبُم

َنْيِمَلٰعْلِّل ىادُه َّو

-٦٩

Artinya:“Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibangun untuk manusia, (tempat beribadat) ialah Baitullah di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Penegasan al-Qur`an bahwa Mekah (masjid al-Haram) adalah tempat ibadah pertama dibangun di muka bumi dan juga sekaligus membantah anggapan orang-orang Yahudi yang mengecam umat Islam berkiblat ke Mekkah dan menganggap Baitul Maqdis kiblat mereka lebih utama dari pada masjidil haram di Mekkah.Kaitannya dengan lafadz اكرابمmubarakan, yang bermakna mantap, berkesinambungan dan tidak bergerak adalah akar kata dari lafadzتك barakah yang berarti kebajikan yang banyak. رب Atas dasar ini, dikatakan jika pada sesuatu itu ada berkahnya, berarti sesuatu itu mengandung kebajikan yang mantap dan berkesinambungan, yang tidak ada habis-habisnya sepertiMekkah atau Bakkah yang terus menerus menghasilkan kebajikan.

Pemaknaan kata barakah,juga dapat mencakup kebajikan duniawi dan ukhrawi,namaun ada pula sebagian ulama yang membatasinya hanya pada hal-hal yang bersifat duniawi atau material saja berdasar bunyi lafadz setelahnya ىدهنيملاعلل(hudan lil al-alamin), dalam arti kebajikan bersifatduniawi dan immaterialseperti mewujudkan kedamaian di al-Quds.

(9)

33 An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam

Interpretasi makna keberkahandengankata baaraknaa sepertiyang tercantum pada surah Saba (34) ayat 18 berbunyi:

ىتّلا ىرقلا نيب و مهنيب انلعجو

انكراب

ريسلا اهيف انردق و اةرهاظ اىرق اهيف

نينماء ااماّيأ و ىلايل اهيف اوريس

.

Artinya: “Dan telah Kami jadikan antara mereka dan negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Pergilah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman.”

Kandungan ayat ini, secara spesifik mengungkapkan tentang barakah pemberian Allah berupa kesuburan dan keberhasilan pertanian yang mereka dikelola di Yaman. Allah telah mengilhami mereka agar dapat membangun negeri sedemikian rupa sehingga Allah telah menjadikan penduduknyamemperoleh limpahan barakah dan termasuk negri-negri sekitar Syam (Palestina, Libanon dan Suriah), serta menetapkan ukuran jarak perjalanan yang dekat di antara negeri-negeri itu sehingga memudahan mereka berkunjung dimana dan kapan saja, tanpa kesepian dan cemas akan adanya rintangan dan bahaya.Siapapun yang datang dan pergi dari dan ke negeri itu,akan selalu memperoleh ucapan kedamaian berupa kalimat: berjalanlah kamu didalamkota-kita ini pada malam dan siang hari dengan aman dari gangguan manusia dan binatang serta sengatan panas (siang hari) atau dinginudara (malam hari).

Merujuk paparan informasi dan penjelasan makna pada ayat-ayat tersebutdi atas yang mengonfirmasi bahwa kata barakah memiliki arti kebahagiaan, kenikmatan, pertumbuhan, dan aneka kebaikan ruhani dan jasmani. Atau sesuatu yang mantap, kebajikan yang melimpah dan berkesinambungan, bertambahan kebajikan, kebahagiaan serta kenikmatan. Namun demikian, kata berkah tidak dapat diterapkan atau dipakai pada dimensi ilahiyah dalam artian membatalkan hukum kausalitas dan peran serta manusia untuk mendapatkannya. Karena tanpa adanya usaha dan ikhtiyar dari manusia sendiri, barakah terutama dalam pemaknaan kedamaian, itu tidak akan pernah datang dengan sendirinya,melainkanharus melalui proses perjuangan sunguh-sungguh dan langkah-langkah nyata yang dilakukan untuk mendapatkannya tidak secara instant dan taken for granted langsung dari Tuhan seperti harapan kedamaian yang tercipta di wilayah al-Quds bumi para nabi dan syuhada.

(10)

34 An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam

Terminologibarakah (تك ) menurut analisa kajian hermeneutika leksikal رب memiliki keterkaitan dengan ungkapan kata ةدايزلا ,تمعنلا , يخلار , ةداعسلاJadi,konteks barakah adalah keberkahan yang membawa kekuatan untuk mendapatkan kelapangan hidup ( تمعنلا) dan adanya nilai tambah (ةدايزلا)berupa amal saleh yang mempunyai corak dimensi ilahiyah dan sosial ( يخلار ).Karena sesungguhnya, amal soleh dalam doktrin Islam akan diberikan pahala dari Allah dan mempunyai dampak positif terhadap kehidupan individu dan sosial. Misalnya bersedekakah dan menyantuni fakir miskin, anak yatim, jnda-janda, panti jompo, dan lansia.Dengan adanya kelapangan hidup dan peduli terhadap sesama tentunya akan mendatangkan kenyamanan dan kemakmuran hidup (ةداعسلا) bagi si pemberi manfaat dan kesenangan serta kebahagiaan bagi si penerima uluran tangan itu.

Namun pemaknaan keberkahan yang sangat dekat dengan suatu kebaikan, kebahagiaan, dan kenikmatan tersebut, problematikanyaadalah sangat bertolak belakang dengan fakta sejarah yang selama ini terjadi di al-Quds, Jerusalem kota dimana masid al-Aqsha berada, yang sejak awal sejarahnya sampai sekarang senanatiasa berada dibawah penjajahan yang selalu terjadi konflik kemanusiaan, tak pernah kunjung berakhir. Pertumpahan darah selama ini terjadi sangat bertolak belakang (kontras) dengan sifat al-Quds, yang dinamai kota perdamaian, sebagaimana dijelasakandalam bahasa Yahudi Jerusalem adalah Yerushalyim artinya “kota damai” dalam bahasa arab dikenal dengan istilah “madinah al-quds” kota suci yang, saat ini berbalik arah dari nama yang indah itu menjadi kota berkonotasi buruk, tak beradab, bagai gua hantu, angker dan menakutkan.

Sekilas menengok historis al-Quds, Jerusalem memang dikenal dalam naskah kuno sebagai negara kota (city-state) bangsa Kana’an dalam masa perunggu hampir 4.000 tahun silam nyaris tidak pernah mengenal damai. Penguasa silih berganti menguasai Jerusalem, sejak dari nabi Daud, Sulaiman, terus jatuh ketangan Babylonia, Macedonia, Mesir, Seleusid, Yunani, Yahudi Hasmonean, Romawi Byzantium,Persia, Kholifah-Kholifah Muslim, Crusaders(pasukan salib),mamluk, Utsmani(Turki), Inggris, Yordania dan kini berada dalam genggamanYahudi Zionis Israel. Data ini semakin memperkuat dugaan bahwa perdamean yang identik dengan ketenangan, kemakmuran, kesejahteraan bagi penduduknya sesuai redaksi susunan surah al-Isra ayat satu, bahwa sekitar masjid al-Aqsha telah diberkahi, nyaris belum terjadi di al-Quds, Jerusalemsejauh ini.

(11)

35 An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam

Konsep keberkahan yang dipaparkan diatas lebih cenderung bermakna transfer kesucian melalui isra mi’raj yang terjadi kira-kira tahun 622 M dari masjid al-Haram ke al-Aqsha sebagai bentuk hubungan ilahiyah yang dibangun oleh kedua kota tersebutsebagaimana dijelaskan Karen Amstrong bahwa ada sebuah hubungan yang secara ilahiyah di bangun antara kedua kota itu (mekkah dan Jerusalem/Palestina). 5. Al-Aqsha Simbol Perdamaian

Pada hakikatnya Yahudi, Kristen dan Islam adalah agama-agama Ibrahim, yang memiliki hubungan akar sejarah sangat berdekatan, yaitu nabi Ibrahim as, yang dalam perspektif psikologis, seakan-akan Allah ingin menunjukan bahwa tiga agama itu adalah saudara,Islam lahir di Mekah, Yahudi dan Kristen di Jerusalem. Keberkahan juga dapat berupa keamanan perjalan nabi dalam proses napak tilas sebagai apresiasi dan penghormatan terhadap nabi-nabi terdahulu yang pernah menyebarkan agama Allah di al-Quds, Jerusalem.Pada saat Nabi berkunjung ke al-Quds saat itu al-Aqsha belum ada seperti dapat disaksikan saat ini, karena al-Quds berada dibawah kekuasaan Bizantium yang notabene-nya Kristen sebagai agama resmi kerajaan.

Alasan tersebut didasarkan pada fenomena sejarah bahwa Romawi berhasil merebut kembali al-Quds, Jerusalem dari tangan Persia dan Koshrow II raja Persia terbunuh dalam peperangan itu,serta catatan sejarah Islam, bahwa pada periode Khalifah Umar bin Khattab umat Islam mulai masuk ke Jerusalem, bulan Februari 638 M yang sebelumnya Masjid al-Aqsha masih berupa tempat pembuangan sampah kota, dan baru pada periode al Walid ibn Abdul Malik abad ke tujuh dan delapan masehi, dibangun secara permanen. Masjid itulah yang sekarang dikenal umat Islam sebagai Masjid al-Aqsha. Jadi, penamaan tersebut dalam konteks surah al-Isra ayat satu, hanyalah sebuah simbol keterwakilan dari agama-agama samawi (Yahudi, Kristen dan Islam) dan para nabi-nabi yang pernah ada di Jerusalem, bukan sebuah keberka-han dalam arti kedamaian secara sosiologis-antropologis.

Aspek keberkahan dalam arti kedamaian tentu menjadi bahagian pembahasan pokokkajian ini untuk diteliti lebih seksama dandikaji kebenaran eksistensi makna barakah yang dijanjikan Allah dalam al-Quran surat al-Isra ayat satu itu, yang mana fakta dan data menujukkan hari ini belum ada tanda-tanda barakah dalam konteks kedamaian di bumi para syuhada itu.Jjustru yang terjadi adalah pembantaian, pembunuhan, penganiayaan, pengusiran dan perampasan atas hak-hak milik pribumi. Maka setelah melalui penela’ahan dan pengkajian secara cermat, seksama, kritis dan

(12)

36 An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam

mendalam berbasis data empirik yang akurat,kajianilmiah yang kredibel dan sumber-sumber laian yang relevan danterjamin validitas serta reabilitasnya.

Penulis meyakini bahwa terbentuknya kedamaian di al-Quds, itu bukan merupakan anugerah Allah secara hakiki, otomatis dan cuma-cuma seperti halnya dua aspek keberkahan sebelumnya, akan tetapi lebih berkaitan erat denganfaktor partisipasi aktif dan kesungguhan kaum muslimin di dalam menata peta konsep dan merumuskan pola juang pembebasan al-Quds sebagaiupaya mewujudkan kedamaian tersebut. Karena Allah hanya akan menetapkan ketentuan terwujudnya kedamaian sebagai parameter keber-hasilan amat sangat bergantung pada kerja keras dan perjuangan secara all out seluruh umat Islam.

KESIMPULAN

Redaksi keberkahan dalam surah al-Isra ayat satu bersifat spesifik dan personal terhadap nabi Muhammad ketika melakukan perjalanan dari masjid al-Haram menuju masjid al-Aqsha yang aman tidak ada gangguan dan bukti penghormatan kepada nabi-nabi terdahulu sebagai sebuah symbol kedekatan hubungan antara agama-agama samawi, yang tentunya tidak mencederai fakta sejarah yang selama ini terjadi di al-Quds, Jerusalem. Pemaknaan keberkahan berupa keamanan perjalanan mirip dengan berkah dalam surah saba (34) ayat 18, yaitu: keamanan dari gangguan baik teknis maupun non teknis sebagai saranan mempermudah perjalanan nabi dalam prosesi isra mi’raj yang bukan sebatas kunjungan studi, akan tapi rihlah (siahah) religi. Selain itu, keberkahan juga memiliki arti kesuburan alam yang dapat menumbuhkan aneka ragam buah-buahan, sayur mayur, biji-bijian, macam-macam ikan, binatang ternak dan perlbagai sumber daya alam berlimpah lainnya yang telah dan sedang dirasakan penduduk Palestina dan sekitarnya. Keberkahan perspektif sosiologis-antropologis dapat dimaknai sebagai sebuah perdamaian yang lebih diarahkan pada inovasi dan kreativitas individu, yang tidak secara otomatis dan cuma-cuma seperti dua aspek berkah lainnya, akan tetapi menuntut partisipasi aktif dari dari masyarakat muslim melalui kerja keras, sunguh-sungguh disertai perjuangan dan pengorbanan optimal. Faktor usaha yang maksimal inilah nampaknya penyebab perjuangan belum membuahkan hasil signifikan sehingga keberkahan dalam arti kedamaian di bumi para nabi itu terwujud.Tentunya perlu dilakukan revitalisasi dan reformulasipeta konsep, strategi tata laksana, dan pola juang umat Islamdalam penyelesaian persoalan al-Quds.

(13)

37 An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Karen. Jerusalem Satu Kota Tiga Iman. Surabaya:Risalah Gusti, 2004, h. 303-308

Baqi, Muhammad Fuadi Abdul. al-Mu’jam al Mufaharas li al fadil Qur‟an al-Karim. Darul Hadist, 1996, h. 144-145.

Fatah,Abdul.Keberkaahan al-Aqsha Persepektif Hermeneutika Schleiermacher, Jurnal Peneleitian-ISSN, Vol. 14, No. 1 2017

Kathir, Ibnu. Isma’il ibn Umr al-Damshiqi Abu al-Fida, Tafsīr al-Qurān alAzim (Beirut: Dār al-Fkr, 1401 H)

Kauma, Fuad. Menelanjangi Yahud. Surabaya: Dunia Ilmu, 1998. h. 88-89

Kuncahyono, Trias. Jerusalem: Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir. Jakarta: Kompas.2009. h. 130

Ma’luf, Louis. al Munjid fii Lughot wal Alaam. Bairut: al-Maktabah al-Syarqiyah, 1989, h. 35

Madjid, Nurcholis. Perjalanan Religius Umrah dan Haji. Jakarta: Paramadina, 2000, h. 55.

Maleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 1993. h. 2

Munawir, A.W. Kamus Al-munawir: arab-Indonesia terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif, 2002, h. 78

Shihab, M. Qurais. Tafsir Al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur`an. Jakarta: Lentera Hati, 2009. h. 193-195

Sholehuddin, L, Eksistensi al-Quds Perspektif Historis-Religious, An Naba: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam Volume 3, Nomor 2, Tahun 2020 p-ISSN 2087-4642 e-p-ISSN 2721-1843

Zuhaili, Wahbah. Tafsi al-Munir, Fi al-Aqidah wa al-syar‟iah wa al-manhaj. Bairut: Darul Fikri, Tt. h.13-14.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah pesan, kesan dan keserasian alQur‟an, Jakarta: Lentera Hati, 2005, h. 193-195

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang dikatakan oleh Quraisy Shihab (2017) bahwa ayat ini turun pad periode Madinah, bukan Makkah. Kemudia apabila telah berakhir masa empat bulan yang mana

[r]

Dalam menentukan butir borang yang memiliki nilai lemah dilakukan dengan membandingkan dengan buku 6 (pedoman matriks penilaian borang dan evaluasi diri), setelah diketahui

Kontribusi yang diharapkan dari penelitia.1 ini adalah dapat menjadi bahan masukan bagi para pengarnbil keputusan SDM, sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam

Setelah dilakukan identifikasi dan analisis terhadap sumber daya sistem informasi dan kualtas informasi yang dihasilkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) Ditjen Perbendaharaan,

Pemeriksaan refleks ini dengan cara telapak kaki bayi dibelai atau disentuh dari tumit hingga ke jarinya, maka jari-jari kakinya akan mengembang dan ibu jari memiliki

Paralaks sebuah bintang yang diukur dari Bumi besarnya 0,05 detik busur, tentukan Paralaks sebuah bintang yang diukur dari Bumi besarnya 0,05 detik busur,