• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANTRA TARIAN DOBUS ETNIS MELAYU DI DESA BANDAR SONO KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATUBARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANTRA TARIAN DOBUS ETNIS MELAYU DI DESA BANDAR SONO KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATUBARA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MANTRA TARIAN DOBUS ETNIS MELAYU DI DESA

BANDAR SONO KECAMATAN TANJUNG TIRAM

KABUPATEN BATUBARA

Oleh

Atika

Drs. Basyaruddin, M.Pd.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur, heuristik serta makna secara hermeneutik terhadap mantra tarian dobus etnis Melayu Batubara. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian adalah pimpinan tarian dobus dan informan yang mengetahui seluk beluk tarian dobus. Adapun kajian yang digunakan adalah kajian semantik sebagai teori yang membahas bagaimana struktur, arti serta makna mantra. Dari hasil analisis, ditemukan 14 mantra dalam 40 syair yang dinyanyikan pada proses kesenian tari dobus. Struktur dalam mantra berdasarkan rima, mantra tersebut mencakup rima patah, asonansi, aliterasi, sajak berselang serta anaphora, sedangkan irama menggunakan nada yang keras dan mengalun teratur. Kemudian pemaknaan heuristik terhadap mantra tersebut mengungkap arti secara harfiah dan melalui pemaknaan hermeneutik yang berdasarkan konvensi sastra berupa ketidaklangsungan ekspresi secara penggantian arti yang menggunakan metafora, penyimpangan arti yang disebakan oleh ambiguitas, perumpamaan dan nonsense, serta penciptaan arti yang menggunakan pembaitan dan homologues. Berdasarkan analisis yang diperoleh, struktur bunyi dan makna mantra tersebut menimbulkan kekuatan gaib yang digunakan untuk melindungi para pemain sehingga kebal terhadap senjata tajam.

Kata kunci : mantra, tarian dobus, dan etnis Melayu.

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, mite, dan sebagainya. Sastra merupakan warisan budaya nasional yang perlu diwariskan secara turun temurun. Kelahiran budaya bergandengan dengan kelahiran bahasa. Bahasa tumbuh dan berkembang sejalan dengan masyarakat dan budaya penuturnya. Sastra merupakan bagian dari kehidupan karena sebagai pranata sosial, ia mencerminan keadaan masyarakat dan kehidupan budaya pada suatu zaman tertentu. Endraswara (2003:7) menyatakan bahwa, “Karya sastra adalah fenomena unik juga organik. Di dalamnya penuh serangkaian makna dan fungsi. Makna dan fungsi ini sering kabur dan tak jelas”. Karya sastra hadir dalam dua

(3)

bentuk, yakni sastra lisan dan sastra tulis. Menurut Teeuw (1988:39), “Dalam sastra lisan, pemakaian bahasa seringkali jauh lebih rumit dan terpelihara atau pun menyimpang dari yang biasa dalam bahasa sehari-hari”.

Tarian dobus merupakan suatu kesenian yang mempertunjukkan kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api dan lain-lain. Kesenian ini biasanya dipertunjukkan sebagai pelengkap upacara adat atau untuk hiburan masyarakat. Permainan dobus merupakan bentuk kesenian yang dikombinasikan dengan seni musik, seni tari, seni suara, dan seni kebatinan dengan nuansa magis. Pertunjukan ini dimulai dengan pembacaan pembacaan shalawat dzikir kepada Allah Swt. kemudian mantra dinyanyikan dengan diiringi instrumen tabuh. Tujuannya agar mendapat keselamatan selama mempertunjukkan dobus. Setelah dzikir selesai, maka dilanjutkan dengan permainan pencak silat yang diperagakan oleh satu atau dua pemain tanpa menggunakan senjata tajam yang dikombinasikan dengan seni suara dan seni kebatinan yang bernuansa magis.

Setelah itu, atraksi kekebalan tubuh didemonstrasikan sesuai dengan keinginan pemain yaitu mengiris anggota tubuh dengan pisau atau golok, makan api, memasukkan jarum kawat dalam lidah, kulit pipi dan angggota tubuh lainnya sampai tembus tanpa mengeluarkan darah, mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tapi dapat disembuhkan seketika itu juga hanya dengan mengusapnya dan menyiramkan air limau. Selain itu, juga ada atraksi membakar tubuh dengan api, menaiki atau menduduki tangga yang disusun dari golok yang sangat tajam, serta bergulingan di atas tumpukan kaca atau beling. Atraksi diakhiri permainan alat-alat musik tetabuhan.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap H. Darbi (salah satu Pimpinan sanggar kesenian dobus di Kabupaten Batubara) pada 26 Januari 2015, Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara, ia mengungkapkan bahwa,

Dobus merupakan kesenian yang berasal dari masyarakat Aceh. Kesenian ini pada mulanya digunakan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah Belanda. Kini, kesenian dobus hanya digunakan sebagai hiburan dan juga menjadi sebuah kesenian tarian tradisional etnis Melayu.

(4)

Ketika terjadinya adaptasi terhadap bahasa Aceh dalam mantra tarian dobus maka lambat laun terjadi perubahan bahasa menjadi bahasa Melayu Batubara. Namun, beberapa frase dalam lirik mantra ini masih terdapat bahasa Aceh dan bahasa asing yaitu bahasa Arab. Kesenian tarian Dobus oleh masyarakat Melayu Batubara merupakan kesenian tradisional rakyat yang bersifat ritual warisan nenek moyang secara turun temurun.

Mantra merupakan salah satu jenis puisi lama yang tertua di Indonesia. Mantra sebagai permulaan bentuk puisi tradisional, memiliki karekteristik yang khas apabila dibandingkan dengan puisi tradisional lainnya. Kekhasannya terdapat pada kesakralan atau kekuatan yang ditimbulkan maupun dari segi penuturnya. Struktur dalam mantra adalah rima, irama dan makna. Struktur mantra disebut unsur pembentuk mantra yang bisa diamati secara visual, sedangkan dalam isi mantra disebut sebagai makna keseluruhan yang tersembunyi dibalik struktur mantra.

Penelitian mengenai mantra yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Nilawijaya (dalam e-jurnal Lentera Pendidikan (ISSN 1979-6897) Vol IV No.1) dengan judul “Struktur dan Isi Mantra Lisan Masyarakat Desa Pandan Dulang Kecamatan Semidang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu”, analisis berdasarkan tinjauan semiotik yang dikembangkan oleh Riffaterre menghasilkan pemahaman makna secara total. Kandungan makna yang dipahami terhadap mantra yang terdapat pada mayarakat desa Pandan Dulang yaitu mantra kebingungan, mantra pergi ke hutan, mantra untuk berbedak, mantra untuk terkilir dan mantra untuk anak menangis malam. Dari mantra yang diperoleh akan dianalisis berdasarkan struktur mantra yaitu bunyi, kata, baris, bait, tipografi, dan isi mantra akan di analisis berdasarkan pembacaan semiotik yaitu pembacaan heuristik dan hermeneutik. Dengan demikian analisis mantra masyarakat desa Pandan Dulang mempunyai struktur dan isi mantra. Melalui langkah analisis dapat disimpulkan sebagai berikut. Pada tahap pembacaan semiotika tingkat pertama (pembacaan heuristik) mantra lisan, struktur yang terdapat dalam kelima mantra ini pembacaannya sesuai dengan struktur normatif karena bahasa yang digunakan dalam mantra ini bahasa daerah. Sedangkan pembacaan hermeneutik dalam mantra lisan tersebut adalah pemberian makna dari mantra yang diperoleh.

(5)

Mantra dan masyarakat memiliki hubungan yang erat. Artinya, mantra ada karena ada masyarakat pewarisnya. Lahirnya mantra di tengah masyarakat merupakan perwujudan suatu keyakinan atau kepercayaan. Kepercayaan tentang adanya suatu kekuatan gaib yang mendorong untuk merealisasikan kekuatan tersebut ke dalam wujud nyata untuk memenuhi kebutuhan. Namun karena terbatasnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap mantra dalam kesenian tarian dobus sehingga dapat berkurangnya minat masyarakat terhadap kesenian tersebut.

Salah satu cara untuk mengkaji mantra seperti halnya karya-karya sastra yang lain dilakukan melalui teori semiotik. Mantra menggunakan bahasa sebagai media untuk berkomunikasi dengan kekuatan gaib. Di dalam mantra terdapat tanda berupa bentuk tulisan, gagasan, gerakan anggota badan yang meliputi gerak tangan dan gerak mulut. Keseluruhan ekspresi di atas termasuk dalam tanda yang merupakan kajian semiotik, dan tanda-tanda itu terdapat dalam mantra. Namun, bahasa yang akan menjadikan mantra dapat dikaji dalam penelitian ini seperti halnya karya-karya sastra lain. Apabila bahasa menggunakan tanda, yang dengan sendirinya termasuk kajian semiotik. Maka karya sastra juga termasuk kajian semiotik.

Penelitian struktur dan makna mantra yang ada di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupeten Batubara belum pernah dilakukan. Karya sastra lisan berupa mantra memiliki keistimewaan tertentu dibandingkan dengan sastra lisan lainnya. Mantra memiliki kalimat yang mengandung kekuatan gaib. Kadang kata-kata dalam mantra tidak diketahui artinya sehingga membutuhkan penafsiran yang mendalam. dan apabila mengucapkan kata-katanya dengan teratur dan berirama akan menimbulkan kekuatan magis. Namun mantra hanya dapat digunakan oleh orang tertentu saja.

Penulis akan mengenalkan salah satu tradisi budaya Melayu di Kabupaten Batubara dan ingin melestarikan kesenian tarian dobus yang ada di Kabupaten Batubara agar bertambahnya peminat masyarakat tentang keberadaan kesenian ini. Kemudian memperhatikan adanya tanda di balik bahasa mantra yang diucapkan dalam setiap proses kesenian tarian debus, maka penulis akan menganalisis sebuah mantra tarian debus yang berkaitan dengan ilmu disiplin melalui kajian semiotik.

(6)

Pendekatan semiotik yang akan digunakan adalah semiotik model Michael Riffaterre yang berdasarkan pertimbangan bahwa semiotik Riffarterre lebih mengkhususkan pada analisis puisi (Rusmana, 2014:353). Mantra adalah salah satu jenis puisi lama. Oleh karena itu, penelitian ini lebih tepat menggunakan kajian semiotik Riffaterre yang membahas tentang cara memahami makna mantra tarian dobus, diantaranya dengan melakukan pembacaan secara heuristik, dan hermeneutik.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik ingin menjadikan permasalahan tersebut sebagai topik yang akan diteliti. Adapun judul yang dipilih sesuai permasalahan tersebut yaitu “Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara”.

METODOLOGI PENELITIAN

Arikunto (2011:22) yang menyatakan bahwa “metode penelitian merupakan struktur yang sangat penting, karena berhasil tidaknya ataupun tinggi rendahnya kualitas hasil penelitian, sangat ditentukan oleh ketepatan dalam memilih metode penelitian”. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif kualitatif, dibuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Metode ini digunakan untuk menggambarkan keadaan objek yang diteliti dan menguraikan aspek-aspek yang dijadikan pusat perhatian pada penelitian.

Dalam mengamati interaksi yang terjadi, penulis melaksanakan ini dengan cara mengamati, ikut berperan serta melakukan wawancara secara mendalam kepada narasumber.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

1. Struktur Mantra dalam Seni Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara

Struktur mantra dalam seni tarian dobus etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara setelah dianalisi berdasarkan rima dan irama ditemukan penyimpangan bunyi. Hal ini terlihat pada hasil penelitian dengan rima mencakup asonansi, aliterasi, anaphora, rima patah dan sajak berselang. Sedangkan irama menggunakan bunyi yang keras dan mengalun dengan teratur.

(7)

2. Pemaknaan Heuristik terhadap Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Pemaknaan Heuristik terhadap Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara setelah diungkap arti secara harfiah. Hal ini terlihat pada hasil penelitian terdapat dalam keempat belas mantra yang keseluruhan memiliki arti yang sama yaitu meminta perlindungan dan pertolongan kepada Allah Swt. Kemudian bahasa yang digunakan dalam mantra ini bahasa daerah.

3. Pemaknaan Hermeneutik terhadap Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Pemaknaan Hermeneutik terhadap Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara setelah dianalisis berdasarkan konvensi sastra yaitu ketidaklangsungan ekspressi yang mencakup penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. Hal ini terlihat pada hasil penelitian terdapat dalam keempat belas mantra pemberian makna dari mantra yang diperoleh.

Pembahasan Hasil Penelitian

1. Struktur Mantra dalam Seni Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara

a. Rima

Dari keseluruhan syair dobus yang dinyanyikan hanya terdapat beberapa mantra yang memiliki kekuatan gaib. Berikut ini dibahas dan diuraikan mantra-mantra yang dinyanyikan dalam seni tarian dobus etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara.

Data 01 Terjemahan

“Mulaihi dobus silaweuet pike /Mulaihi dobus silaweuet pike Sembahyaηηηη di ledoηηηη ale /Sembahyang di ledong ale Lamo tobat di Laut Pandan /Lama taubat di Laut Pandan Ado Allah dalam ati” /Menghadap Tuhan di dalam hati

Mantra dari data 01 di atas merupakan syair pembuka yang dinyanyikan saat dimulainya seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope, bentuk intern pola bunyi dan pengulangan ungkapan. onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [d] yang menciptakan suasana kegelisahan. Dalam hal bentuk intern pola bunyi yang

(8)

ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi (konsonan dan vokal). Ditemukan bunyi asonansi yaitu bunyi [e] pada akhir lirik 1 dengan akhir lirik 2. Adanya asonansi merupakan perulangan vokal pada suatu kata untuk mendapatkan efek penekanan. Perulangan bunyi konsonan disebut aliterasi. Pada mantra di atas perulangan bunyi konsosan ditemukan bunyi [t] lirik ke 3 pada kata /tobat/ dan /laut/.

Data 02 Terjemahan

“Badobus kemaγγγγi pa’i /Bedebus kemari pa’i Tubuh nabi baliηηηηko-liηηηηko /Tubuh nabi melingkar Anak dobus kemaγγγγi anco /Anak debus kemari hancur Bedaγγγγa iliγγγγ bak uloηηηη mato” /Bedarah hilir bak ulong mata

Mantra dari data 02 di atas merupakan syair kedua yang dinyanyikan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Para pemain senjata dobus melakukan tarian sambil menikam diri dengan senjata rencong hingga berdarah. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [b] yang memberi suasana kekacauan dan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi (konsonan dan vocal). Ditemukan bunyi asonansi pada larik ke 2, 3, dan 4 yaitu adanya persamaan vokal [o] di akhir larik.

Data 03 Terjemahan

“Bosi pute lumbago Adam /Besi putih lembaga Adam Aku towo ilaηηηη bisoññññ /Aku tawar hilang bisanya Aku towo deηηηηan doa /Aku tawar dengan doa Anco luluh hai bosi” /Hancur luluh hai besi

Mantra dari data 03 di atas merupakan mantra ketiga yang dinyanyikan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Mantra tersebut merupakan sugesti untuk para pemain agar tidak ragu dan percaya dengan pawang debus yang dapat menyembuhkan luka. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi /r/ yang memberikan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi ditemukan bunyi asonansi pada larik 2 yaitu adanya persamaan bunyi vokal [o] pada kata /towo/ dan /bisoño/. Ada juga ditemukan anafora dalam lirik kedua dan ketiga yaitu pengulangan kata pada awal larik /Aku towo/.

(9)

Data 04 Terjemahan

“Bosi adam bosi Muhammad /Besi Adam besi Muhammad Tak iηηηηat gunuηηηη mencadok /Tak ingat gunug mencadok Hoγγγγom dipajo tubu di umat /Haram di puja tubuh di umat Anco luluh hai bosi” /Hancur luluh hai besi

Mantra dari data 04 di atas merupakan mantra keempat yang dinyanyikan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Mantra tersebut membuat pemain lupa diri terhadap ketajaman senjata debus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [m] yang menimbulkan adanya dengungan sehingga bersifat sinis. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi ditemukan bunyi aliterasi yang terdapat pada larik pertama tersebut adalah bunyi [b] pada kata /bosi/.

Data 05 Terjemahan

“Memanjat gunuηηηη beγγγγapi /Memanjat gunung berapi Mendapat siγγγγeh sejunjuηηηη /Mendapat sireh sejunjung Jaηηηηan takut tajam bosi /Jangan takut tajam besi

Ujuηηηη belipat paηηηηkal bebalun” /Ujung berlipat pangkal bebalun

Mantra dari data 05 di atas merupakan mantra kelima yang dinyanyikan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [j], [n] dan [t] memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dan menciptakan kekuatan gaib untuk kekebalan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi (konsonan dan vokal). Ditemukan bunyi aliterasi pada larik 3 yaitu adanya persamaan bunyi konsonan [t] pada kata /takut/ dan /tajam/. Kemudian adanya rima patah pada akhir larik 1 dan 3 dengan bunyi [i], dibentuk demikian karena paduan bunyi antara bunyi vokal pada larik yang berbeda tersebut diselingi oleh larik yang mengandung bunyi yang berbeda.

Data 06 Terjemahan

“Lailla haillah kaliman Tuhan /Lailla haillah kaliman Tuhan Mayaηηηη seγγγγogo… /Mayang serogo

Seγγγγogo mayaηηηη iman pilun /Serogo mayang iman pilun Sekuntum jabal… ya… robbana…” /Sekuntum jabal…ya…robbana

(10)

Mantra dari data 06 di atas merupakan mantra keenam yang dinyanyikan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam mantra pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [l] memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan suasana kegaduhan sehingga menciptakan efek magis untuk kekebalan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi (konsonan dan vokal). Ditemukan rima patah pada larik 1 dengan larik 3 dibentuk demikian karena paduan bunyi antara bunyi konsonan pada larik 1 dan 3 tersebut diselingi oleh larik 2 yang mengandung bunyi yang berbeda. Ada juga ditemukan bunyi asonansi pada larik 1 yaitu bunyi [a].

Data 07 Terjemahan

“Seledoηηηη di ujuηηηη rencoηηηη /Seledong di ujung rencong Sanaruddin bauluηηηη mato /Sanaruddin baulung mata Bidol kadiγγγγ tajam bek uluh /Bidol kadir tajam bek uluh Bosi keγγγγambit bosi mulelah…” /Besi kerambit besi mulelah

Mantra dari data 07 di atas merupakan mantra ketujuh yang dinyanyikan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Mantra tersebut menurut pawang debus menciptakan efek magis. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam mantra pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [n] yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi (konsonan dan vokal). Ditemukan bunyi aliterasi yang terdapat pada larik pertama

Data 08 Terjemahan

“Urobbi… tuduηηηη urobbi /Urobbi…tudung urobbi Sojuk api… meññññalo-ññññalo /Sejuk api…menyala-nyala Daγγγγi mano… ae muyati /Dari mana…air muyati Sojuk saγγγγi… ke buluh romo” /Sejuk sari…ke buluh roma

Mantra dari data 08 di atas merupakan mantra kedelapan yang dinyanyikan pada pertunjukkan seni tarian dobus. Saat mantra ini dinyanyikan, para pemain melakukan atraksi kekebalan terhadap obor yang api. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [γ] yang memberikan sugesti pada gerakan

(11)

yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi. Ditemukan sajak berselang pada baris setiap akhir larik yaitu [i] dan [o]. kemudian ditemukan pengulangan kata /sojuk/ pada larik 2 dan 4 yang disebut dengan anaphora.

Data 09 Terjemahan

“Imolah kito belapi-lapi /Marilah kita berlapih-lapih Lapilah tuηηηηkat Cik Abu Yasim /Lapihlah tungkat Cik Abu Yasim Imolah kito beγγγγmain api /Marilah kita bermain api Api Allah Nabi Ibγγγγohim” /Api Allah Nabi Ibrahim

Mantra dari data 09 di atas merupakan mantra kesembilan dinyanyikan setelah mantra kedelapan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [i] dan [l] yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi. Ditemukan sajak berselang pada baris setiap akhir larik yaitu [i] dan [m]. Kemudian ditemukan pengulangan frase pada larik 1 dan 3 yang disebut anaphora.

Data 10 Terjemahan

“Imolah kito belantai-lantai /Ayoklah kita belantai-lantai Lantailah tuηηηηkat Cik Abu Yasim /Lantailah tungkat Cik Abu Yasim Imolah kito beγγγγmain γγγγantai /Ayoklah kita bermain rantai

γγγγantai Alloh Nabi Ibγγγγohim” /Rantai Allah Nabi Ibrahim

Mantra dari data 10 di atas merupakan mantra kesepuluh pada pertunjukkan seni tarian dobus. Pada saat mantra tersebut dinyanyikan, para pemain melakukan atraksi kekebalan dengan rantai yang dipanaskan. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi /i/ dan /l/ yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi. Ditemukan sajak berselang pada baris setiap akhir larik yaitu bunyi [i] dan [m]. Kemudian ditemukan pengulangan frase pada larik 1 dan 3 yang disebut anaphora.

(12)

Data 11 Terjemahan

“Kul yana γγγγukun beγγγγodan /Kul yana rukun berodan

Salaman sare pa,eh /Salaman sare pa’eh

Toloηηηη ya Tuhanku /Tolong ya Tuhanku

γγγγantai hun peliput badan” /Rantai hun peliput badan

Mantra dari data 11 di atas merupakan mantra yang kesebelas yang dinyanyikan pada pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [a] dan [n] yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi. Ditemukan rima patah pada larik 1 dengan larik 4 yang dibentuk demikian karena paduan bunyi antara bunyi [an] yang sama pada larik yang berbeda tersebut diselingi oleh larik yang mengandung bunyi yang berbeda yaitu pada larik 2 dan 3. Kemudian bunyi aliterasi yang terdapat bunyi [t] pada larik 3

Data 12 Terjemahan

“Sholehlah di kota Tiηηηηgi /Sholehlah di kota Tinggi Ado kolom di bawañññño /Ada kolom di bawahnya Imat-imat menikam diγγγγI /Imat-imat menikam diri Ado Alloh menoloηηηηñññño” /Ada Allah menolongnya

Mantra dari data 12 di atas merupakan mantra kedua belas pada pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [a] dan [m] yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi (konsonan dan vokal). Ditemukan sajak berselang pada baris setiap akhir larik yaitu [i] dan [o]. Kemudian adanya bunyi asonansi pada larik 4 /Ado Alloh menoloηño/ dengan bunyi [o] disetiap akhir kata untuk menimbulkan efek penekanan.

Data 13 Terjemahan

“Yahu Alloh… Yahu Alloh /Yahu Allah.. yahu Allah Muyawali… wali Alloh /Muyawali… wali Allah

(13)

Paηηηηkatlah beγγγγpaηηηηkat /Pangkatlah berpangkat

Tuan dianjuηηηη muyawali… wali Allah” /Tuan dianjung muyawali wali Allah

Mantra dari data 13 di atas merupakan mantra ketiga belas yang dinyanyikan pada saat pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi /a/ dan /l/ yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi. Ditemukan bunyi aliterasi yang terdapat bunyi [t] pada larik 3.

Data 14 Terjemahan

“Pulut-pulut salih gu’ih /Pulut-pulut salih gu’ih Akan ketigo tolan-tolanan /Akan ketiga telan-telanan Kulit menuγγγγut dagiηηηη membogih /Kulit menurut daging membagi Hoγγγγom batolak bosi tak makan” /Haram betolak besi tak makan

Mantra dari data 14 di atas merupakan mantra keempat belas yang dinyanyikan pada saat pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [t] yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi. Ditemukan bunyi aliterasi yang terdapat bunyi [t] pada larik 2 Kemudian ditemukan sajak berselang pada setiap baris di akhir larik yaitu [h] dan [n].

Rima mempunyai peranan yang penting dalam mantra. Rima merupakan perulangan suku kata, kata, kalimat atau persamaan bunyi yang menimbulkan keindahan bunyi yang tidak disadari oleh masyarakat penggunanya. Masyarakat etnis Melayu Desa Bandar Sono hanya percaya pada efek yang ditimbulkan oleh mantra yang dibacakan, bukan dari keindahan bunyinya. Berkaitan dengan pentingnya rima, Waluyo (1987: 90), menyatakan bahwa “Dengan repetisi bunyi akan diperoleh intelektual dan efek magis”. Berdasarkan pendapat tersebut, terlihat bahwa unsur rima atau perulangan bunyi memang penting dan tidak bisa dilepaskan dari karya sastra lama berjenis mantra.

(14)

Setiap mantra yang dinyanyikan tersebut dilantunkan secara berulang-ulang oleh pawang dan pemain musik tetabuhan. Struktur mantra berdasarkan ritma (irama) pada mantra-mantra tersebut, yakni menggunakan bunyi yang keras dan mengalun dengan teratur sehingga membentuk keindahan dan memberi sugesti kekebalan kepada pemain dobus.

2. Pemaknaan Heuristik terhadap Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara

Dari hasil wawancara dengan narasumber, di bawah ini terdapat arti secara heuristik dalam mantra dengan bantuan penerjemahan oleh narasumber. Berikut ini pemaknaan heuristik dalam mantra data 01 yaitu mulailah pertunjukkan seni tarian debus yang dimainkan dengan renungan sholawat kepada Allah Swt. Fungsi mantra di atas adalah untuk meminta perlindungan kepada Allah agar diberi kekebalan terhadap senjata dobus. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 02 yaitu pertunjukkan seni tarian dobus yang dipimpin oleh pawang dobus (pimpinan dobus). Tubuh Nabi di lambangkan sebagai anggota pemain seni debus, balingko-lingko yang artinya melingkar, jadi anggota pemain seni dobus datang dan duduk membentuk lingkaran. Pemain dobus yang bermain senjata dobus akan terluka dan berdarah di sekitar anggota badannya yang ditusukkan dengan senjata dobus.

Pemaknaan heuristik dalam mantra data 03 yaitu pimpinan debus yang menyembuhkan luka dengan meminta pertolongan kepada Allah Swt. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 04 yaitu besi yang kuat dan tajam. Tidak boleh disembah oleh manusia. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 05 yaitu mengajak masyarakat untuk tidak takut bermain debus. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 06 yaitu tiada Tuhan selain Allah. Fungsi mantra di atas adalah meminta pertolongan hanya kepada Allah satu-satunya agar disembuhkan luka karena senjata tajam. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 07 yaitu senjata debus yang mempunyai kekuatan gaib. Fungsi mantra di atas adalah meminta pertolongan hanya kepada Allah satu-satunya agar disembuhkan luka karena senjata tajam. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 08 yaitu memainkan api yang ada di obor dan menjadi dingin bila di oleskan ke tubuh hingga ke bulu romah.

(15)

Pemaknaan heuristik dalam mantra data 09 yaitu marilah kita bermain api. Fungsi mantra tersebut adalah untuk memberi sugesti dan mengajak pemain debus untuk bermain api yang panas tapi dengan pertolongan Allah, api tersebut menjadi terasa dingin ke tubuh hingga buluh roma. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 10 yaitu marilah bermain rantai. Fungsi mantra tersebut adalah untuk memberi sugesti dan mengajak pemain debus untuk bermain rantai yang telah membakar dan menjadi panas tapi dengan pertolongan Allah, rantai tersebut menjadi terasa dingin ke tubuh hingga buluh roma. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 11 yaitu minta pertolongan dan perlindungan kepada Allah Swt., agar disembuhkan dari luka tusukkan dan luka bakar akibat senjata debus.

Pemaknaan heuristik dalam mantra data 12 yaitu khalifah (pemain debus) bermain debus dengan menikam diri atas pertolongan Allah Swt. Fungsi mantra tersebut adalah memberi sugesti kepada pemain debus agar tidak takut sakit dari senjata debus karena Allah akan memberi pertolongan. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 13 yaitu hanya kepada Allah minta pertolongan dan perlindungan dalam bermain debus. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 14 yaitu senjata tajam dobus menembus kulit yang lentur hingga ke daging tubuh. Tak bisa dihindari lagi, senjata debus telah dilumuri darah.

3. Pemaknaan Hermeneutik terhadap Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara

Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 01 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi (indirection) yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti ditemukan metafora pada larik “Sembahyang di ledong ale/ Lamo tobat di laut pandan” yang mengiaskan tempat seseorang beribadah. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik “Ado Allah dalam ati” secara ambiguitas artinya bersungguh-sungguh dari hati dalam melakukan ibadah kepada Allah Swt. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 02 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi (indirection) yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti ditemukan metafora pada “Anak dobus” yang mengiaskan pemain dalam seni tarian dobus. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik “Bedaγa iliγ bak uloη mato” merupakan ambiguitas yang artinya

(16)

darah yang mengalir sampai ke ujung besi (alat permainan debus). Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan.

Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 03 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik “Aku towo ilaη bisoño/ Aku towo deηan doa” yang mengiaskan bahwa sang pawang sangat mahir dalam menyembuhkan luka dengan berdoa kepada Allah Swt. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik “Anco luluh” memiliki ambiguitas yang artinya tubuh pemain penuh luka karena tusukan besi. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan dan ditemukan homologues yang merupakan bentuk sajak berisi baris-baris sejajar yang menyebabkan arti yang sama. Homologues ini terjadi pada larik 2 dan 3 yaitu /Aku tawar hilang bisanya/aku tawar dengan doa/. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 04 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik “Hoγom dipajo tubu di umat” yang mengiaskan ada larangan bahwa tubuh manusia tidak boleh di sembah. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik “Anco luluh” memiliki ambiguitas yang artinya tubuh pemain penuh luka karena tusukan besi. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan.

Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 05 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik “Memanjat gunuη beγapi/ Mendapat siγeh sejunjuη” yang mengiaskan bahwa usaha dalam memperoleh sesuatu tidaklah mudah. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik “Ujuη beγlipat paηkal beγbalun” merupakan ambiguitas yang artinya menerangkan ciri-ciri alat debus yang dimainkan yaitu rencong. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 06 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada “Sekuntum jabal” yang mengiaskan bahwa berdoa meminta perlindungan kepada Sang Pencipta. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik “Mayaηseγogo…/Seγogo mayaη/ iman pilun” merupakan nonsense yang tidak memiliki arti namun menimbulkan efek

(17)

magis pada seni tarian dobus. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan.

Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 07 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada “Seledoη di ujuη γencoη” yang mengiaskan bahwa rencong merupakan senjata debus yang ujungnya memiliki ketajaman. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik “Bidol kadir tajam bek uluh” merupakan ambiguitas yang artinya salah satu senjata debus berupa rencong yang memiliki ketajaman. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 08 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik “Sojuk sari ke buluh γumo” yang mengiaskan bahwa obor api yang dimainkan ketika di letakkan ke tubuh terasa dingin hingga ke buluh roma. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap “Sojuk api” merupakan ambiguitas yang artinya api yang hakikatnya panas tetapi tidak terlalu panas ketika diletakkan ke tubuh. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan.

Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 09 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik “Imolah kito bermain api” yang mengiaskan keberanian pemain untuk mengajak bermain api. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik “Api Allah Nabi Ibrohim” merupakan nama yang digunakan untuk menimbulkan kekuatan magis. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 10 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik “Imolah kito bermain rantai” yang mengiaskan keberanian pemain untuk mengajak bermain rantai yang dipanaskan. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik “Tungkat Cik Abu Yasim” dan “Api Allah Nabi Ibrohim” merupakan nama yang digunakan dalam mantra tersebut memiliki makna sebagai orang yang diyakini mampu memberi pertolongan terhadap sipembaca mantra. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan.

(18)

Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 11 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik “γantai (rantai) hun peliput badan” yang mengiaskan bahwa rantai yang merupakan salah satu alat dobus yang di bakar dahulu kemudian di pukuli ke badan. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik “Salaman sare pa’eh” merupakan nonsense yaitu larik yang tidak memiliki arti namun menciptakan efek magis bagi pimpinan dobus (pawang). Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 12 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi (indirection) yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik “Imat-imat menikam diri” yang mengiaskan keberanian dalam melakukan atraksi debus. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik “Sholehlah di kota Tinggi” merupakan ambiguitas. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan.

Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 13 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik “Pangkatlah berpangkat”. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik “Muyawali…wali Allah” merupakan ambiguitas yang memiliki banyak arti. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 14 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik “Bosi tak makan” yang mengiaskan bahwa salah satu alat seni tarian dobus adalah rencong yang akan menikam tubuh hingga darah melekat. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik “Kulit menurut daging membogih” merupakan ambiguitas yang artinya bagian tubuh yang terdiri dari kulit, daging, dan lain-lain ketika ditikamkan senjata tajam ke tubuh, kulit mengikut ke mana besi tajam itu ditikamkan karena kulit elastis sedangkan daging menetap. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan.

PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini, terdapat tiga kesimpulan pokok yang diungkapkan dalam penelitian ini, yaitu: Pertama,

(19)

Struktur Mantra dalam seni tarian dobus etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara yang berupa rima yaitu onomatope menciptakan kekuatan gaib yang digunakan untuk kekebalan, hal bentuk intern pola bunyi dalam mantra yaitu aliterasi, asonansi, anafora, rima patah, dan sajak berselang. Sedangkan irama menggunakan bunyi yang keras dan mengalun dengan teratur. Kedua, Pemaknaan heuristik sangat mudah diartikan walau terkadang sering menimbulkan bermacam makna. Ketiga, Pemaknaan hermeneutik berdasarkan konvensi-konvensi sastra yang memberikan makna di antaranya konvensi ketaklangsungan ucapan. Ketaklangsungan ekspresi terbagi tiga yaitu penggantian arti (displacing of meaning) yang disebabkan oleh penggunaan metafora dalam mantra, penyimpangan arti (distorting of meaning) yang disebabkan oleh ambiguitas dan nonsense. Mantra sering menimbulkan kata-kata yang nonsense yaitu frase atau kalimat yang tidak mengandung arti namun memiliki kekuatan magis. Kemudian penciptaan arti (creating of meaning) yang disebabkan oleh pembaiatan, persajakan dan homologues.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suhasimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Widyatama.

Nilawijaya, Rita. 2011. Struktur dan Isi Mantra Lisan Masyarakat Desa Pandan Dulang Kecamatan Semidang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu: Sebuah Analisis Semiotik. E-Jurnal Lentera Pendidikan (ISSN 1979 - 6897). Volume IV (1) 1-14.

Rusmana, Dadan. 2014. Filsafat Semiotika Paradigma, Teori, dan Metode Intrepretasi Tanda dari Semiotika structural hingga Dekonstruksi Praktis. Bandung: CV Pustaka Setia.

Syarifuddin. 2009. Adaptasi Linguistik Bahasa Luar Terhadap Tradisi Lisan (Mantra) Masyarakat Bajo: Sebuah Transformasi Budaya Tertutup Ke Budaya Terbuka. E-Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra. Volume 21 Nomor 1 (81-90).

Referensi

Dokumen terkait

Kemandirian yang dilakukan oleh Didi dan Endang selaras dengan pendapat dari Rizky (2015) bahwa individu dewasa yang mengalami disabilitas fisik diharapkan

Setelah menjalani latihan mindfulness sekian lama, kedua subjek memiliki makna pribadi terkait mindfulness dalam kehidupan mereka dan memahami konsep mindfulness

Ukuran tempurung biji buah kelapa sawit yang telah menjadi limbah yang dihasilkan dari pengolahan unit ripple mill tentunya akan menyulitkan untuk pembuatan

Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku saat ini pada petani pembudidaya patin di Kabupaten Indragiri Hulu mengeluarkan biaya produksi lebih kecil

Seluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan karyawan dan nasabah, pengamatan langsung kepada nasabah, serta laporan keuangan yang dikeluarkan oleh BPRS Bhakti

Dari seluruh siswa yang menjadi responden ada 78% responden menyatakan mendukung terhadap peran UKS dalam penyampaian informasi kesehatan reproduksi di lokasi

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa saran di antaranya perlu adanya kegiatan pelatihan lanjutan secara periodik untuk terus

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Perusakan Hutan dalam penegakan tindak pidana