• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI NURUL ARI WIDYANINGRUM I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI NURUL ARI WIDYANINGRUM I"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PASIEN DIABETES MELITUS D E N G A N K E J A D I A N L U K A D I A B E T I K

NURUL ARI WIDYANINGRUM

I32112022

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

(2)
(3)

Hubungan Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Melitus Dengan Kejadian Luka Diabetik Diruang Rawat Jalan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad

Alkadrie Kota Pontianak Tahun 2016

Nurul Ari Widyaningrum*, Ichsan Budiharto**, Desy Wulandari***

Abstrak

Latar Belakang:Luka kaki diabetik akan mengakibatkan terjadinya resiko amputasi serta

dapat mengancam jiwa. Perialku negatif akan memperparah terjadinya komplikasi. Sikap negatif terhadap perawatan penyakit diabetes terutama dalam mengontrol gula darah, berat badan, dan kepatuhan minum obat dapat meningkatkan prevalensi kejadian luka kaki diabetik.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap dan perilaku pasien

diabetes melitus dengan kejadian luka diabetik di ruang rawat jalan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alkadrie kota Pontianak.

Metodologi Penelitian: Penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional.

Sampel berjumlah 131 responden. Analisa bivariate menggunakan uji Chi Square dengan p<0,05.

Hasil: Hasil analisa bivariat pada variabel sikap p=0,497 dan variabel perilaku p=0,620 yang

artinya tidak ada hubungan sikap dan perilaku pasien diabetes melitus dengan kejadian luka diabetik

Kesimpulan: Tidak ada hubungan sikap dan perilaku pasien diabetes melitus dengan

kejadian luka diabetik di ruang rawat jalan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alkadrie kota Pontianak. Namun sikap dan perilaku pasien diabetes melitus dalam manajemen diabetes tetap harus diperhatikan. Banyak faktor penyebab dari luka diabetik seperti neuropatik sensori, depresi, neurpati otonom, neuropati motorik, vaskulopati, imunopati, dan neuroartiropati.

Kata Kunci : Sikap, Perilaku, Luka Diabetik Daftar Pustaka : 53 (2002 – 2015)

*Mahasiswa Keperawatan Universitas Tanjungpura

**Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak ***Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura

(4)

The Correllation Between Attitude And Behavior Of Diabetes Mellitus Patients And The Occurrence Of Diabetic Wound In Outpatients Room Of Internal Desease InSultan Syarif

Mohamad Alkadrie Regional General Hospital Pontianak 2016 Nurul Ari Widyaningrum*, Ichsan Budiharto**, Desy Wulandari***

Abstract

Background:Diabetic wound in foot can cause amputation risk and life threatening. Negative

behaviors towards diabetes treatments especially in controlling blood sugar, weight, and medicine taking can increase the prevalence of the occurance of diabetic wonds on foot.

Purpose:This research aims to investigate the correlation between the behavior and attitude

of diabetes mellitus patients and the occurrence of diabetic wound in the outpatients room of internal disease in Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Regional General Hospital Pontianak.

Research Methodology:Quantitative research with cross sectional research design. Sample

numbered to 131 respondents. Bivariate analysis using Chi Square test with p< 0,05.

Result: Bivariate analysis result on attitude variable is p=0,497 and on behavior variable is

p=0,620, which mean there is no correlation between attitude and behavior of diabetes mellitus patients and the occurrence diabetic wound.

Conclusion:There is no correlation between the attitude and behavior of diabetes mellitus

patients and the occurrence of diabetic wound in outpatients room of internal disease in Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Regional General Hospital Pontianak.However, attitude and behavior of diabetes mellitus patients still have to be noted. There are many factors that can cause diabetic wound, like sensory neuropathy, depression, motor neuropathy, autonomy neuropathy, vasculpathy, immumopathy, and neurothropathy.

Keywords : Attitude, Behavior, Diabetic wound Bibliography : 53 (2002 – 2015)

*Nursing Student of Tanjungpura University

**Nurses Of Dr. Soedarso Regional General Hospital Pontianak ***Lecture of Nursing Tanjungpura University

(5)

Pendahuluan

Luka kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus yang mengakibatkan risiko amputasi serta dapat mengancam jiwa. Dalam kurun waktu 1-3 tahun sebanyak 30- 50% pasien pasca amputasi akan menjalani amputasi kembali. Pasien diabetes mengalami masalah kaki kurang lebih sepertiga dari jumlah pasien diabetes1.Pengaturan diet makanan dan latihan fisik dipengaruhi oleh gaya hidup penderita dan perilaku yang terbentuk dari pengetahuan serta pengalamannya2.

Perilaku yang negatif akan memperparah terjadinya komplikasi. Sikap yang negatif terhadap perawatan penyakit diabetes mereka terutama dalam mengontrol gula darah, berat badan, dan kepatuhan minum obat. Orang- orang yang tidak patuh merupakan orang orang yang banyak mengalami depresi, ansietas, memiliki kekuatan ego yang lemah, dan dikehidupan sosial lebih memperhatikan dirinya sendiri3,4.Perilaku dipengaruhi oleh

pengetahuan yang

didapattentangkomplikasi diabetes.5.

Tujuan melakukan perubahan perilaku pada penderita diabetes agar penderita diabetes dapat menjalani pola hidup yang sehat sehingga kadar glukosa didalam darah dan berat badan dapat dikendalikan. Perubahan perilaku seperti latihan fisik sangat baik dalam mengontrol glukosa didalam darah dan berat badan namun hanya sedikit dari mereka yang melakukan latihan fisik2,6.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di poli rawat jalan penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak jumlah pasien diabetes melitus disertai komplikasi neuropati dan PAD (peripheral artery disease) yang menjalani rawat jalan pada Juni 2015 berjumlah 274 orang, bulan Juli 2015 berjumlah 195, pada bulan Agustus 2015 berjumlah 279 orang, dan bulan September 2015 berjumlah 234 orang. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 23 November 2015 dengan 2

orang pasien diabetes melitus mereka mengatakan bahwa mengetahui komplikasi diabetes melitus serta megetahui tentang gaya hidup yang harus dilakukan namun mereka sulit menjalani gaya hidup yang sesuai dengan anjuran dokter atau tenaga kesehatan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian Hubungan sikap dan perilaku pasien diabetes melitus dengan kejadian luka diabetik di Ruang Rawat Jalan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak.

Tujuan

Adapun tujuan dalam penelitian ini untuk Mengetahui hubungan sikap dan perilaku pasien diabetes melitus dengan kejadian luka diabetik di ruang rawat jalan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alkadrie kota Pontianak.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain cross

sectional. Teknik sampling yang

digunakan adalah consecutive

samplingdengan sampel berjumlah 131 orang.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan karakteristik responden didapatkan bahwa dari 131 responden untuk karaktersitik responden berdasarkan jenis kelamin perempuan sebagai reponden terbanyak menderita diabetes melitus dengan 73 orang responden dengan persentase 55,7%. Menurut laporan dari Kementrian Kesehatan berdasarkan perempuan lebih berisiko terkena diabetes melitus jika terjadi kelebihan berat badan, ini karena perempuan cenderung jarang melakukan aktivitas, siklus menstruasi yang pada akhirnya akan mengalami menopause sehingga akan mempengaruhi hormon estrogen, dan kondisi obesitas yang berat sehingga terjadi resistensi insulin7. Untuk karakteristik umur responden yang paling banyak mengalami diabetes melitus adalah umur dewasa

(6)

tengah (31 – 60 tahun) dengan 80 orang responden dengan persentase 61,07%.

Menurut WHO pada tahun 2014

mengatakan bahwa dinegera berkembang angka kejadian diabetes melitus banyak dialami usia 35 – 64 tahun8. Untuk karakteristik pekerjaan sebagai ibu rumah tangga paling banyak dengan 59 orang responden dengan persentase 45%. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Irawan bahwa orang yang memiliki pekerjaan ringan berisiko terjadi diabetes melitus 1,64 kali. Hal ini dikarenakan pekerjaan ringan lebih banyak mengalami kegemukan dan obesitas sentral dibandingkan dengan pekerjaan berat9. Untuk Berdasarkan karakterisitik pendidikan dengan jumlah 38 orang menjalani pendidikan dengan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan persentase 29%, kemudian dengan jumlah 36 orang responden menjalani pendidikan jenjang Perguruan Tinggi (PT) dengan persentase 27,5%, Semakin buruk tingkat pendidikan seseorang maka mereka semakin buruk juga dalam memahami penyakit diabetes melitus. Namun semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka biasanya lebih banyak memiliki pekerjaan yang ringan sehingga memiliki aktifitas fisik yang kurang lebih rentan terjadinya obesitas9. Untuk karakteristik lama diabetes melitus kurang dari 5 tahun dengan jumlah responden 54 orang persentase 41,22%, Penelitian yang dilakukan oleh Al Rubeaan et al10 mengatakan bahwa lama menderita diabetes melitus lebih dari 10 tahun merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya luka diabetik. Faktor risiko yang lainnya adalah kurangnya kontrol gula darah, jenis kelamin laki – laki, coronary artery diassase, dan hipertensi menunjukan angka yang signifikan.

Untuk sikap pasien diabetes melitus yang mempunyai sikap baik 83 orang dengan persentase 63,3%, perilaku pasien diabetes melitus yang mempunyai sikap baik sebanyak 69 orang responden dengan

persentase 52,6%, dan lama menderita diabetes melitus pasien yang tidak mengalami luka diabetik sebanyak 87 orang responden dengan persentase 66,4%. Hasil analisis menggunakan Chi-Square didapatkan hasil nilai p> 0,05 (p=0,497). dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan sikap pasien diabetes melitus tehadap terjadinya luka diabetik di ruang rawat jalan penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alkadrie kota Pontianak.

Tidak ada hubungan sikap pasien diabetes melitus dengan kejadian luka diabetik tidak berarti bahwa sikap dalam penanganan penyakit diabetes melitus tidak harus diperhatikan. Banyak faktor penyebab dari luka diabetik seperti neuropatik sensori, depresi, neuropati otonom, neuropati motorik, vaskulopati, imunopati, dan neuroartiropati11,12,13. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi sikap terhadap objek antara lain pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, faktor emosional, media massa, lembaga pendidikan atau

lembaga agama, dan pengaruh

kebudayaan14.

Pengetahuan pasien tentang diabetes melitus dikaitkan dengan sikap yang baik juga dalam kepatuhan minum obat dan mengontrol gula didalam darah. Sehingga kejadian luka diabetik dapat dikendalikan melalui sikap terhadap pengendalian komplikasi diabetes melitus yaitu luka diabetik15. Dari analisis kuisioner yang dilakukan peneliti didapat bahwa responden luka diabetik mempunyai sikap yang buruk terhadap beberapa manajemen diabetes melitus seperti pengendalian gula darah tidak perlu dengan meminum obat penurun gula darah, makanan yang mempunyai nilai gizi seimbang tidak mempengaruhi kadar gula didalam darah, melakukan perawatan kaki tidak perlu dilakukan secara teratur, dan menghindari minuman bersoda, makan dodol serta manisan tidak perlu dilakukan.

Menurut Ripsin et alalgoritma dalam manajemen pasien diabetes melitus adalah

(7)

perubahan gaya hidup seperti menurunkan berat badan, mengurangi jumlah lemak yang masuk ke dalam tubuh, mengurangi jumlah kalori, dan melakukan latihan fisik, jika dari manajemen perubahan gaya hidup kadar gula darah masih belum terkontrol maka akan diberikan terapi farmakologi dengan pemberian metformin16. Menurut National Diabetic Education Program tahun 2014 mengatakan bahwa perawatan kaki pada penderita diabetes melitus perlu dilakukan karena semakin lama menderita diabetes melitus maka akan menyebabkan berkurangnya sensasi rasa nyeri pada kaki dan menyebabkan kerusakan pembuluh darah mikro. Hal ini yang dapat menyebabkan terjadinya luka diabetik. Jika perawatan kaki dan kontrol gula darah dilakukan secara rutin dapat menurunkan komplikasi diabetes melitus yaitu luka diabetik17.

Hasil analisis menggunakan Chi – Square yang dilakukan maka didapat nilai p>0,05 (p=0,620) menunjukan bahwa tidak ada hubungan perilaku pasien diabetes melitus dengan kejadian luka diabetik di ruang rawat jalan penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alkadrie kota Pontianak.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rocha et al mendapatkan hasil perilaku pasien diabetes dalam melakukan perawatan kaki dengan hasil perilaku yang buruk dalam mencegah terjadinya luka diabetik seperti memotong kuku yang terlalu pendek dengan persentase 83,6%, tidak menggunakan pelembab untuk kaki mereka dengan persentase 78,2%, dan 85,4% membuang calus tanpa prosedur yang benar5.

Hasil analisis item kuisioner yang dilakukan oleh peneliti pasien diabetes melitus dengan luka diabetik, mereka mengaku jarang melakukan olahraga atau aktfitas fisik. Aktifitas fisik telah terbukti dalam mengontrol gula darah, mengurangi penyakit kardiovaskular, menurunkan berat badan, dan meningkatkan kesehatan. Aktifitas fisik sebagai aktifitas menggerakan otot untuk mengeluarkan

energi. Aktifitas fisik atau olahraga misalnya berjalan, berkebun, naik tangga dan lain sebagainya18,19. Menurut ADA manajemen perubahan perilaku harus melibatkan kolaborasi dari berbagai tenaga kesehatan serta pasien diabetes melitus harus dilibatkan dalam manajemen perawatan diabetes melitus19.

Analisis item kuisioner lainnya dalam manajemen perawatan kaki menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak membasuh kaki, membersihkan kaki, memberikan pelembab pada kaki, dan melakukan pijat kaki. Melakukan perawatan kaki pada penderita diabetes melitus harus dilakukan secara teratur karena luka diabetik disebabkan oleh gangguan neuropati dan pembuluh darah akibat dari komplikasi diabetes. Kerusakan saraf menyebabkan hilangnya sensasi di kaki atau dikenal sebagai neuropati perifer, ketika ada cedera pada kaki atau tekanan pada sepatu yang sempit yang harusnya membuat nyeri atau sakit namun akibat neuropati perifer membuat sensasi nyeri tersebut tidak terasa20. Manajemen perawatan kaki penting dilakukan karena dapat mengurangi kejadian luka diabetik didukung dengan manajemen pengontrolan gula darah. Manajemen perawatan kaki pada penderita diabetes melitus salah satunya adalah pijat kaki. Menurut

Wijayakusuma pada tahun 2006

mengatakan bahwa pijat kaki dapat memperlancar aliran darah dan cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan efek relaksasi pada kaki21. Menurut National Diabetic Education Program tahun 2014 membasuh kaki para penderita diabetes melitus menggunakan air hangat dengan suhu 32,2o sampai 35o C dan memberikan krim pada bagian atas kaki atau bawah kaki dapat mengurangi resiko terjadinya luka diabetik serta didukung dengan manajemen diabetes melitus dalam mengontrol gula didalam darah17.

Melihat hasil dari teori yang terdapat beberapa jurnal, peneliti menyimpulkan bahwa tidak terdapatnya hubungan antara sikap pasien diabetes melitus dengan

(8)

kejadian luka diabetik karena tingkat pendidikan pasien yang sebagian besar merupakan pendidikan yang baik yaitu SMA dan Perguruan Tinggi sehingga dalam pencegahan terjadinya luka diabetik dapat terhindarkan dan tidak terdapatnya hubungan antara perilaku pasien diabetes melitus dengan kejadian luka diabetik karena melihat dari jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki-laki sehingga perempuan lebih sedikit melakukan aktifitas lebih sedikit. Lama menderita diabetes dihubungkan dengan kejadian luka diabetik, responden dalam penelitian ini sebagian besar lama menderita diabetes melitus kurang dari 10 tahun.

Namun berdasarkan dari analisis kuisioner yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil pasien diabetes melitus dengan luka diabetik memiliki perilaku buruk terhadap manajemen aktifitas fisik dan melakukan perawatan kaki. Hal ini didukung karena pasien diabetes melitus dengan luka diabetik memiliki pendidikan yang rendah sehingga informasi yang didapat dalam manajemen diabetes melitus sangat kurang.

Kesimpulan

Tidak ada hubungan sikap dan perilaku pasien diabetes melitus dengan kejadian luka diabetik di ruang rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alkadrie.

Saran

Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kemajuan terhadap terjadinya luka kaki diabetes. Bagi rumah sakit Perlu diberikan edukasi yang lebih mendalam tentang komplikasi diabetes melitus khususnya luka diabetik dan cara manajemen penyakit diabetes melitus. Bagi responden Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pasien untuk merubah sikap dan perilaku yang buruk menjadi sikap dan perilaku yang baik. Perlu dilakukan penelitian yang lebih

lanjut dan lebih mendalam tentang sikap dan perilaku pasien diabetes melitus dengan kejadian luka diabetik

Daftar Pustaka

1. IZN. (2011). Neuropati Diabetik Menyerang Lebih Dari 50% Penderita Diabetes. Dikutip Oktober 12, 2015. Dari Pusat Data dan Informasi PERSI: http://www.pdpersi.co.id/content/news .php?catid=23&mid=5&nid=612 2. PB Perkeni. Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, 2006

3. Al- Maskari, F., El Sadig, M., Al Kaabi, J.M., Afandi, B., Nagelkerke, N., Yeatts, K.B. Knowladge, Attitude and Practice of Diabetic patients of United Arab Emirates. Plos One. 2013; 8(1): 1-8

4. Tombokan, V., Rattu, A.J.M., Tilaar, Ch.R. Faktor faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien diabetes melitus pada praktek dokter keluarga di Kota Tomohon. JIKMU, 2015; 5(2): 260-269

5. Rocha, R. M., Zanetti, M. L., Santos, M. A dos. Behavior and knowlege: basis for prevention of diabetic foot. Acta Paul Enferm, 2009; 22(1): 17-23 6. Hawal, N. P., M.S, Shivaswamy.,

Patil, S., Hiremath, M.B. Knowledge, attitude and behaviour regarding self-care practices among type 2 diabetes mellitus patients residing in an urban area of South India. International Multidiscilinary Research Journal, 2012; 2(12): 31-35

7. InfoDATIN. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: Kemenkes RI, 2013

8. WHO. (2014). 10 Fact About Diabetes. Dikutip pada tanggal 18

Februari 2016

http://www.who.int/features/factfiles/d iabetes/facts/en/index7.html

9. Irawan, Dedy. Prevalensi dan Faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe 2 di daerah urban Indonesia (analisa

(9)

data sekunder RISKESDAS 2007),Universitas Indonesia., Fakultas Kesehatan Masyarakat. Depok (Tesis). 2010

10. Al Rubeaan, K., Al Derwish, M., Oulzi, Samir., Youssel, S. Q., Subhani, S. N., Ibrahim, H. M., Alamri, B. N. Diabetic foot complications and their risk factor from a large retrospective cohort study. Plos One. 2015. 10 (1371): 1 – 17

11. Peters, E. J. G., Armstrong, D. G., Lavery, L. A. (2007). Risk Factor for Reccurent diabetic foot ulcer. Diabetes Care, 2007; 30(8): 2077-2079

12. Singh, S., Pai, D. R., Yuhhui, C. Diabetic Foot Ulcer – Diagnosis and Management. Clin Res Foot Ankle, 2013;1(3); 2-9

13. Shahi, S. K., Kumar, A., Kumar, S., Singh, S. K., Gupta, S. K., Singh, T.B. Prevalence Of diabetic foot ulcer and associated risk factors in diabetic patients from North India. The Journal of Diabetic Foot Complications, 2012; 4(3): 83-91

14. Wawan, A dan M, Dewi. Teori dan pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta. Nuha Medika, 2011

15. Al Qazaz Hkh., Sulaiman SA., Hassali MA., Sundram S., Sahfie AA., Al Nuri R., Saleem F. Diabetes knowladge, mediacation adherence and glycemic control among patients with type 2 diabetes. Springer. 2011. 33:1028-1035.

16. Ripsin, C.M., Kang, H., Urban, R.J. Management of Blood Glucose in Type 2 Diabetes Mellitus. American Family Physician. 2009. 79(1): 29-36 17. National Diabetes Education Program

(NDEP). Take Care Of Your Feet For A Lifetime, A Booklet for people with diabetes. 2014. 12 (4285)

18. SIGN. Management of Diabetes: a national clinical guideline. Scottish

Intercollegiate Guidelines Network, 2010

19. ADA. Standards of Medical Care in

Diabetes. American Diabetes

Association, 2015

20. DermNet. (2014). Diabetic Foot Ulcer. Dikutip Oktober 14, 2015.

DermNet NZ:

http://www.dermnetnz.org/systemic/di abetic-foot.html

21. Wijayakusuma, H. Terapi Pijat Refleksi kaki. Jakarta; Pustaka Bunda. 2006

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka mewujudkan akuntabilitas penatausahaan keuangan dalam penanggulangan bencana alam/non alam/sosial di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kendal, maka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara simultan dan parsial pengaruh kualitas pelayanan, kualitas produk, harga dan lingkungan fisik terhadap kepuasan

Aktivitas tersebut tercermin dalam tradisi nyambungan, yakni kebiasaan masyarakat Baduy mengirim atau menyumbang sesuatu kepada warga yang sedang menyelenggarakan

Analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda, dimana dalam analisis regresi tersebut akan

Perlindungan yang maksimal akan menyumbat terjadinya kejahatan trans nasional yang lebih hebat seperti perdagangan anak, sebab sebelum kejahatan itu terwujud kontrol sosial

Melalui hasil perhitungan nilai Rasio Prevalensi pada penelitian ini juga menunjukkan nilai Rasio Prevalensi (RP) 2,100; dengan 95%CI (1,1586 &lt; RP &lt; 3,8062) nilai ini

Penelitian  ini  ingin  mencapai  tujuan  umum  dan  tujuan  khusus.  Tujuan  umum,  penelitian  ini  ialah  inginmembantu  usaha  pelestarian , 

Samudranesia Tour and Travel Pekanbaru karena, dengan promosi yang tepat seperti pada dimensi periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat yang memiliki skor