• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN: 978-602-7998-43-8

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN

EKONOMI PERDESAAN I

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

(2)

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I

Penanggung Jawab:

Ketua Program Studi Agribisnis Universitas Trunojoyo Madura

Editor:

Andrie Kisroh Sunyigono Ellys Fauziyah

Mardiyah Hayati

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2014

(3)

Katalog dalam Terbitan

Proceeding: Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, UTM Press 2014

viii + 396 hlm.; 17x24 cm

ISBN 978-602-7998-43-8

Editor: : Andrie Kisroh Sunyigono Ellys Fauziyah

Mardiyah Hayati Layouter : Taufik R D A Nugroho Cover design : Didik Purwanto

Penerbit : UTM Press

* Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO Box. 2 Kamal Bangkalan

Telp : 031-3013234 Fax : 031-3011506

(4)

KATA PENGANTAR KETUA PANITIA

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji kami panjatkan ke hadapan Illahi atas terselenggaranya Seminar Nasional “Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I” Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura pada tanggal 21 Mei 2014. Seminar ini merupakan seminar yang diselenggarakan secara mandiri oleh Program Studi Agribisnis untuk pertama kalinya dan direncanakan dilakukan secara rutin tiap tahun. Tujuan diselenggarakannya seminar ini adalah untuk: 1) Memberikan rekomendasi kebijakan, langkah dan strategi dalam upaya pengembangan sektor agribisnis yang terkait erat dengan wilayah perdesaan, 2) Memberikan wadah untuk berbagi pengalaman dan tukar menukar ide bagi semua stakeholder terkait baik akademisi, pelaku bisnis dan pemerintah, 3) Menumbuhkan komitmen bersama dalam pengembangan sektor agribisnis yang bertitik tumpu pada wilayah perdesaan dalam upaya mencapai visi pembangunan pertanian. Selanjutnya, pada akhir seminar diharapkan tergalang sinergi untuk meningkatkan mutu dan dayaguna penelitian dan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang berwenang dalam pengambilan kebijakan.

Makalah kunci disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS selaku Guru Besar Universitas Brawijaya Malang, dan makalah utama oleh Dr.Ir. Agus Wahyudi, SE; MM (Badan Pengembangan Wilayah Suramadu/BPWS), Andrie Kisroh Sunyigono, PhD selaku Pakar Ekonomi Pertanian Universitas Trunojoyo Madura dan. Dr. Sitti Aida Adha Taridala, SP, M.Si sebagai pemakalah terbaik dari Universitas Halu Uleo. Disamping itu terdapat makalah penunjang bersumber dari berbagai instansi/lembaga penelitian seperti BPTP antara lain dari Bogor dan Jawa Timur, Loka Penelitian Sapi Potong Pasuruan, serta Perguruan Tinggi dari berbagai wilayah seperti Jakarta, Gorontalo, Bandung, Tegal, Surabaya, Malang dan Madura. Topik-topik yang disajikan sangat bervariasi, secara garis besar terhimpun ke dalam 4 bidang yakni agribisnis, sosiologi, nilai tambah dan sosial ekonomi.

Terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi utamanya PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO).

Akhirnya selamat mengkaji makalah-makalah di prosiding ini. Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatu

Bangkalan, Juni 2014. Ketua Panitia,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KETUA PANITIA ... iv DAFTAR ISI ... v

AGRIBISNIS

MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN PERMASALAHANNYA ... 3 P. Julius F. Nagel

TANGGAPAN KONSUMEN TERHADAP ECO-LABEL PADA PRODUK PERTANIAN ... 14

Joko Mariyono

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP STRATEGI BERSAING DAN KINERJA PERUSAHAAN ... 21

Hary Sastrya Wanto, Ruswiati Suryasaputra

PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL UNTUK PENINGKATAN SEKTOR PERTANIAN ... 32

Renny Oktafia

PENINGKATAN MUTU BUAH APEL SEPANJANG RANTAI PASOK DARI PASCAPANEN SAMPAI DISPLAY SUPER MARKET ... 41

I Nyoman Sutapa, Jani Rahardjo, I Gede Agus Widyadana, Elbert Widjaja ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG ... 57

Selamet Joko Utomo

RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR UTAMA KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN ... 68

Lilis Suryani, Aminah H.M Ariyani

KELAYAKAN EKONOMI USAHA GARAM RAKYAT DENGAN TEKNOLOGI MADURESSE BERISOLATOR ... 83

Makhfud Efendy, Ahmad Heryanto

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PLINTIR PISANG DI KECAMATAN ARJASA KEPULAUAN KANGEAN ... 107

Mu’awana, Taufik Rizal Dwi Adi Nugroho

SOSIOLOGI

RELASI AKTOR DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PRODUK TERRA (TERONG RAKYAT) ... 121

(6)

PERLUNYA KECUKUPAN BAHAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SECARA NASIONAL ... 133

Isbandi dan S.Rusdiana

RELASI SEGI TIGA SISTEM KREDIT DALAM MASYARAKAT PERDESAAN STUDI KASUS DI DESA MAJENANG, KECAMATAN KEDUNGPRING, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR ... 146

Indah Rusianti, Faridatus Sholihah, Arini Nila Sari

DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI PEMBANGUNAN AGROPOLITAN DI DESA NGRINGINREJO, KECAMATAN KALITIDU, KABUPATEN BOJONEGORO ... 159

Alifatul Khoiriyah, Santi Yuli Hartika, Yunny Noevita Sari, dan Ali Imron PEMANFAATAN PERAN MODAL SOSIAL PADA PEKERJA SEKTOR INFORMAL PEREMPUAN (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Perempuan Di Kota Malang) ... 168

Ike Kusdyah Rachmawati

PROGRAM AKSI MEDIA KOMUNITAS PEDESAAN BAGI WARGA KEPULAUAN TIMUR MADURA SEBAGAI SARANA PENINGKATAN AKSES, KETERBUKAAN INFORMASI, DAN PEMBERDAYAAN PUBLIK ... 181

Surokim, Teguh Hidayatul Rachmad

MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI PROVINSI GORONTALO ... 194

Mohamad Ikbal Bahua

NILAI TAMBAH

PENERAPAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN WORTEL ... 213

Yurida Ekawati, Surya Wirawan Widiyanto

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS JAGUNG DI KABUPATEN BANGKALAN ... 224

Weda Setyo Wibowo, Banun Diyah Probowati, Umi Purwandari

STRATEGI PENGUATAN POSISI TAWAR PETANI KENTANG MELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN ... 234

Ana Arifatus Sa’diyah dan Dyanasari

INOVASI TEKNOLOGI SAPI POTONG BERBASIS MANAJEMEN BUDIDAYA DAN REPRODUKSI MENUJU USAHATANI KOMERSIAL ... 250

(7)

POTENSI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI PELUANG BISNIS PUPUK ORGANIK DAN PAKAN TERNAK ... 258

Jajuk Herawati, Yhogga Pratama Dhinata, Indarwati

UJI KELAYAKAN PENGOLAHAN SERBUK INSTAN BEBERAPA VARIETAS JAHE DALAM UPAYA MENINGKATKAN NILAI EKONOMI ... 270

Indarwati, Jajuk Herawati, Tatuk Tojibatus, Koesriwulandari

POTENSI CACING TANAH SEBAGAI PELUANG BISNIS ... 280 Yhogga Pratama Dhinata, Jajuk Herawati, Indarwati

PEMBUATAN DAGING TIRUAN MURNI (MEAT ANALOG) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK ... 290

Sri Hastuti

STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN USAHATANI TEBU DI MADURA301

Miellyza Kusuma Putri, Mokh Rum

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI KABUPATEN BANGKALAN ... 312

Iffan Maflahah

SOSIAL EKONOMI

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PEKARANGAN MELALUI PROGRAM KRPL DI PUHJARAK, KEDIRI ... 331

Kuntoro Boga Andri dan Putu Bagus Daroini

PERSEPSI PETANI TERHADAP NILAI LAHAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN ... 343

Mustika Tripatmasari, Firman Farid Muhsoni, Eko Murniyanto

PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) TUNAS MAJU DI KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO ... 351

Eni Istiyanti, Lestari Rahayu,Supriyadi

VEGETABLE CONSUMPTION PATTERN IN EAST JAVA AND BALI ... 367 Evy Latifah, Hanik A. Dewi, Putu B. Daroini, Kuntoro B. Andri,Joko Mariyono

ANALISIS DINAMIKA PERDAGANGAN BERAS DAN GANDUM DI INDONESIA ... 381

Tutik Setyawati

KERAGAAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI DI LOKASI PENDAMPINGAN SL-PTT KABUPATEN SAMPANG ... 389

(8)

POTENSI CACING TANAH SEBAGAI PELUANG BISNIS

Yhogga Pratama Dhinata1*; Jajuk Herawati2*; dan Indarwati3* Fakultas Kedokteran Hewan – Universitas Airlangga Surabaya1*

Email:yhogga@gmail.com

Fakultas Pertanian - Universitas Wijaya Kusuma Surabaya23* Email: herawati_yayuk@yahoo.com

ABSTRAK

Permintaan pasar akan kebutuhan cacing semakin meningkat, namun tidak dapat terpenuhi oleh para pembudidaya. Sedang pada saat yang sama para peternak ikan membutuhkan kontinuitas pasokan cacing. Hal ini merupakan salah satu peluang yang sangat mungkin untuk dilakukan. Cacing tidak perlu dibayangkan sebagai hal yang menjijikkan, karena bisnis cacing justru sangat menggiurkan. Dengan semakin menjamurnya permintaan terhadap, terutama lele dumbo, serta semakin tingginya pecinta ikan hias, maka usaha budidaya cacing menjadi aktivitas yang semakin menjanjikan. Cacing di Indonesia untuk saat ini bermanfaat sebagai pakan ternak atau ikan. Selain itu cacing juga dapat digunakan untuk mempercepat proses pengomposan, dikenal dengan istilah vermicomposting yang lebih efektif dibandingkan dengan metode pengomposan yang hanya mengandalkan bakteri pengurai yang ada di dalam bahan kompos. Cacing yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah cacing tanah.

Kata Kunci: Cacing, Pembibitan, Pemasaran, Bisnis

THE WORMS AS POTENTIAL BUSINESS OPPORTUNITIES ABSTRACT

Market demand for ever-increasing needs of worms, but can not be met by the farmers. Being at the same time fish farmers need continuity of supply of worms. This is one opportunity that is very possible to do. Worms do not need to be imagined as being disgusting, because it is very lucrative business worms. With the proliferation of demand for, especially African catfish, as well as the higher ornamental fish lovers, the cultivation of worms becoming an increasingly promising activity. Worms in Indonesia for now useful as animal feed or fish. Moreover worms can also be used to speed up the composting process, known as vermicomposting is more effective than the method of composting. The results of the vermicomposting process in the form of casting products. The results of the vermicomposting process in the form of casting products.

Keywords: Worms, Processing, Marketing and Business PENDAHULUAN

Kebutuhan kompos dari tahun ke tahun meningkat, hal ini berdampak pada besarnya permintaan akan kompos yang didorong oleh kondisi lahan yang semakin hari semakin rusak. Kompos dijadikan sebagai salah satu sarana untuk memper-baiki kualitas fisik, kimia dan biologi tanah. Tanah yang terlalu keras diharapkan dapat menjadi gembur lagi karena pengaruh kompos. Tingginya permintaan akan kompos juga dipengaruhi oleh tingginya harga pupuk kimia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap musim tanam tiba, pupuk kimia sering hilang dari pasaran, sehingga banyak petani yang beralih ke kompos (Soeryoko, 2011).

(9)

Sesungguhnya bahan pembuatan kompos sangat berlimpah, bahkan merupakan gulma dan sampah yang perlu diubah fungsinya. Bagi masyarakat perkotaan sampah organik dapat dijadikan bahan kompos yang bernilai tinggi, sedangkan bagi masyarakat pedesaan, sumber kompos dapat diperoleh dari per-tanian dan peternakan.

Permasalahan kelangkaan pupuk kimia setiap musim tanam tiba dan menurunnya tingkat kesuburan tanah, menyebabkan banyak petani yang beralih ke penggunaan kompos, salah satunya adalah kascing/vermikompos/kompos cacing tanah, yaitu suatu metode pengomposan dengan menggunakan cacing tanah sebagai organism makro.

Cacing tanah dapat digunakan untuk mempercepat proses pengomposan, di mana hasilnya lebih efektif dibandingkan dengan pengomposan yang hanya menggunakan bakteri, karena adanya kerja sama antara cacing tanah dengan mikroorganisme (Indriani, 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN Cacing

Cacing yang umum dikembangkan di Indonesia adalah cacing tanah, dan yang paling banyak dibudidayakan saat ini adalah cacing tanh lumbricus. Di Indonesia cacing selain bermanfaat sebagai pakan ternak atau ikan, juga untuk mempercepat proses dekomposisi sampah organic. Cacing tanah termasuk organism saprofit, bukan parasit dan tidak membutuhkan inang. Cacing tanah dikelompokkan berdasarkan warnanya, yaitu kelompok merah dan abu-abu. Kelompok merah antara lain: Lumbricus rubellus, Lumbricus terestris, Eisenia foetida, Dendroboena, Perethima dan Perionix, sedangkan kelompok abu-abu adalah jenis Allobopora dan Octolasium. Jenis cacing tanah yang umum dikembangkan di Indonesia adalah Lumbricus rubellus.

Cacing tanah adalah hewan yang hidup di tanah yang gembur dan lembab serta tidak terkena matahari langsung, hal ini penting untuk mempertahankan cadangan air di dalam tubuhnya. Cacing tanah adalah salah satu jenis cacing yang termasuk dalam kelompok cacing epigeic, cacing yang hidupnya di bawah permukaan tanah yang banyak mengandung bahan organik. Cacing tanah tergo-long hewan nocturnal dan fototaksis negatif. Nokturnal artinya aktivitas hidupnya lebih banyak malam hari, karena pada siang hari beristirahat. Sedangkann fototaksis negatif artinya cacing tanah selalu menghindar kalau ada cahaya dan lebih memilih bersembunyi di dalam tanah.

Tubuh cacing tanah tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk cincin, di mana setiap segmennya terdapat rambut yang keras, menyukai bahan organic yang berasal dari kotoran ternak dan sisa-sisa tumbuhan. Lama siklus hidup cacing tanah sangat tergantung pada kesesuaian kondisi lingkungan, cadangan makanan, dan jenis cacing tanah. Bagian atas merah kecoklatan/merah ungu, permukaan bawah berwarna pucat, panjang 60-150 mm, diameter 4-6 mm, berbiak dengan cara reproduksi seksual, menempati tanah lapisan atas, kawin dan bertelur di dalam tanah dengan membuat liang di dalam tanah bermineral, dan pada kualitas yang baik, cacing tanah dapat hidup selama 5-15 tahun (Kumolo, 2011).

(10)

Manfaat Cacing Tanah

Di Indonesia manfaat cacing tanah masih terbatas, yaitu sebagai pakan ternak dan ikan juga dimanfaatkan untuk mempercepat proses dekomposisi sampah. Sedang di beberapa Negara lain, cacing tanah juga bermanfaat sebagai obat, bahan kosmetik, pengurai sampah dan makanan manusia.

Menyuburkan Tanaman

Kotoran cacing tanah kaya akan unsure hara. Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya lebih subur, karena tanah yang sudah bercampur dengan kotoran cacing sudah siap untuk diserap akar tanaman. Dalam bidang pertanian, cacing bisa menghancurkan bahan organic sehingga dapat mem-perbaiki aerasi dan struktur tanah. Cacing tanah yang ada di dalam tanah, men-campurkan bahan organik campur juga antara bahan lapisan atas dengan lapisan bawah. Aktivitas ini menyebabkan bahan organik akan tercampur lebih merata. Hasilnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman pun menjadi lebih baik.

Bahan Pakan Ternak

Cacing dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti unggas, udang dan kodok, karena kandungan protein dan mineral yang lebih tinggi tinggi dibandingkan tepung ikan. Selain itu kandungan asam aminonya juga paling lengkap, tidak berlemak, mudah dicerna dan tidak bertulang, sehingga seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan. Kumolo (2011), berpendapat bahwa pengolahan cacing sebagai bahan pakan ternak akan menguntungkan selama proses tersebut mempunyai keunggulan dan nilai tambah, seperti menambah palatabilitas ransum, membunuh mikroorganisme/pathogen dan mengurangi bau.

Cacing tanah yang dikeringkan secara alami dengan menggunakan sinar matahari memang relatif murah, namun menimbulkan dampak negatif dengan banyaknya nitrogen yang hilang. Sedangkan apabila dilakukan pengeringan dengan menggunakan oven, maka akan mengurangi kehilangan nitrogennya, apalagi apa-bila cacing tanah diberikan dalam bentuk segar.

Bahan Pakan Ikan

Cacing tanah juga memiliki potensi untuk digunakan sebagai ransum makanan ikan mentah, di mana pertumbuhan ikan sangat ditentukan oleh kandungan protein yang ada pada cacing tanah yang lebih tinggi dibandingkan ikan maupun daging, serta karena komposisi asam amino esensial yang lengkap. Penggunaan cacing tanah sebagai pakan ikan akan memacu pertumbuhan dan menghasilkan ikan yang sehat serta tahan terhadap serangan penyakit.

Bahan Baku Obat-Obatan

Cacing tanah mengandung kadar protein sebanyak 76%, sedang daging mamalia 65% dan daging ikan 50%. Selain itu cacing tanah juga bias digunakan untuk mengobati penyakit dan menjaga kesehatan. Kumolo (2011), berpendapat bahwa ekstraksi protein cacing tanah mempunyai daya antibakteri, yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Salmonella thypus, sehingga bisa digunakan sebagai media pengobatan.

(11)

Dalam dunia pengobatan tradisional Cina, cacing tanah digunakan dalam ramuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, antara lain meredakan deman, tekanan darah tinggi, bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tifus. Sedang di Korea, cacing tanah banyak dijual sebagai obat tradisional setelah kotorannya dibersihkan melalui pengolahan dengan teknis khusus.

Bahan Baku Kosmetik

Cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetik, di mana di negara-negara industri maju minyak hasil ekstraksi cacing tanah dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit, lipstick, wajah dan juga anti infeksi. Sedangkan sebagai produk herbal, banyak merek tonikum yang menggunakan ekstrak cacing tanah sebagai campuran bahan aktif.

Bahan Makanan Manusia

Cacing tanah yang kaya akan protein, sebenarnya mempunyai potensi untuk digolongkan sebagai bahan makanan manusia, seperti halnya daging sapi atau ayam. Di Negara lain pada umumnya penggunaan cacing tanah sebagai bahan makanan dicampur dengan makanan lain. Di Filipina cacing tanah digunakan sebagai bahan campuran membuat perkedel dan disukai sebagai santapan yang lezat.

Cacing dan manfaatnya

Cacing tanah adalah murni organisme penghancur sampah, penggunaannya diharapkan dapat membantu proses penanganan sampah organik, karena bila tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan suatu permasalahan yang serius. Prihandarini (2004), berpendapat bahwa sampah adalah masalah yang dihadapi hamper di setiap kota. Guntoro (2012), mengatakan bahwa tumbuhnya kawasan perkotaan sebagai konsekuensi dari perkembangan sector industry dan perdagang-an tentu mengundang urbanisasi yang pada gilirannya berdampak pada peningkatan produksi sampah, apalagi areal pembuangan sampah di kota sangatlah terbatas.

Sedang Hastuti dkk (2011), berpendapat bahwa pengelolaan sampah secara terpadu perlu dilakukan, mengingat semakin meningkatnya penurunan kualitas akibat interaksi ekonomi.

Mardiana (2011), berpendapat bahwa peningkatan penduduk dan pertumbuhan ekonomi meningkatkan kuantitas sampah. Timbunan sampah yang tidak terkendali yang terjadi sebagai konsekuensi logis dari aktivitas manusia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sampah dapat diolah sehingga menjadi barang yang bermanfaat dan menguntungkan secara bisnis, yaitu dengan memanfaatkan organism cacing tanah

Menurut Djuarnani dkk (2008), cacing dapat digunakan untuk mempercepat proses pengomposan, dengan metode yang dikenal dengan istilah vermicomposting, yang lebih efektif dibandingkan dengan pengomposan yang mengandalkan bakteri pengurai yang ada pada bahan kompos. Pada pengomposan ini, bakteri pengurai tetap berperan dalam proses penguraian bahan, baru kemudian proses penguraiannya dilanjutkan dengan cacing.

(12)

Indriani (2009), mengatakan bahwa proses pengomposan juga dapat melibatkan organism makro seperti cacing tanah. Kerja sama antara cacing tanah dan mikro organism memberi dampak proses penguraian berjalan dengan baik. Walaupun sebagian besar proses penguraian dilakukan oleh mikro organisme, tetapi kehadiran cacing di sini dapat membantu proses tersebut, karena bahan yang akan diurai oleh mikro organisme sudah terurai terlebih dahulu oleh cacing, sehingga mikro organisme lebih cepat dan efektif.

Prahesti dan Ni made (2011), berpendapat, bahwa kompos yang sudah jadi dan matang, akan berbau seperti tanah dan harum, meskipun kompos berasal dari sampah. Prihatiningrum (2005), menyimpulkan bahwa vermin kompos dapat meng-hasilkan kompos berkualitas tinggi (kascing) serta mampu memberikan dampak positif dari aspek kesehatan, lingkungan dan aspek ekonomis.

Jenis cacing yang biasa digunakan untuk pengomposan adalah Lumbricus rubellus, yang dapat hidup pada populasi yang padat. Jenis ini sering ditemukan di bawah timbunan dedaunan atau timbunan kotoran ternak, tidak hidup jauh di dalam tanah seperti jenis cacing lainnya, tetapi lebih sering hidup di lapisan yang mendekati permukaan tanah.

Kascing merupakan kotoran cacing yang dapat bermanfaat sebagai pupuk, mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan lagi. Kandungan kascing tergantung pada bahan organik dan jenis cacing, namun pada umumnya mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman, seperti nitrogen, fosfor, mineral maupun vitamin, apalagi dengan C/N nya kurang dari 20, sehingga dapat digunakan sebagai pupuk organik (Indriani, 2009). Sedang Kumolo (2011), berpendappat bahwa kascing baik digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman karenan kandungan unsur N, P dan Ca.

Penggunaan cacing dalam pengomposan dapat memberikan keuntungan, yaitu tidak menimbulkan bau busuk seperti pengomposan pada umumnya karena berlangsung secara aerobic, waktu pengomposan relative lebih cepat, dan kascing yang dihasilkan dapat dijadikan pupuk organic dengan kandungan unsure hara makro yang dibutuhkan tanaman (Djuarnani dkk, 2008).

Pembuatan kascing (pengomposan dengan cacing tanah)

Kompos adalah pupuk organik yang cocok digunakan untuk setiap jenis tanaman, bisa dilakukan di halaman rumah dengan lahan terbatas atau apabilla skala lebih kecil bisa dilakukan dalam gentong plastik sehingga mencegah penyebaran bau yang tidak sedap. Pengomposan selain menjadi solusi perma-salahan sampah, juga merupakan salah satu alternatif bisnis yang menguntungkan. Selain itu Tombe dkk (2010), berpendapat saat ini merupakan era pertanian organik sehingga permintaan terhadap kompos memiliki kecenderungan meningkat.

Proses pembuatan kompos cacing tanah (kascing), merupakan kerja sama antara cacing dengan mikro organisme. Walaupun sebagian besar proses peng-uraian ini dilakukan oleh mikro organisme, tetapi kehadiran cacing tanah dapat membantu proses

(13)

tersebut. Pada pengomposan ini bakteri pengurai tetap berperan dalam proses penguraian bahan, selanjutnya baru dilakukan oleh cacing (Djuarnani dkk, 2008).

Ada beberapa tahapan pembuatan kascing: a. Pemilihan dan Persiapan Bahan

- Menyiapkan semua bahan dan alat: bahan organik, cacing Lumbricus rubellus, wadah kompos, saringan/ayakan, thermometer, pencacah sampah dll

Gambar 1. Bahan Pembuatan Kascing

- Bahan yang digunakan berserat tinggi (bukan yang mengandung minyak atsiri seperti daun dan kulit jeruk, karena cacing tidak suka juga tidak mengandung lignin karena sulit diuraikan), seperti sisa sayuran, jerami, batang pisang, sabut kelapa, kotoram ternak, atau bahan organik lain, di mana bahan-bahan tersebut tidak dapat langsung diberikan pada cacing, jadi harus dikomposkan dulu/difermentasi, dengn dibiarkan atau dianging-anginkan selama 1-2 minggu dalam wadah sambil dilakukan pembalikan dan penyiraman selama proses tersebut, agar dicapai temperatur yang homogen dan tidak panas

- Wadah yang digunakan untuk bahan kompos bisa berupa wadah/bak/kantong plastik (ukuran 40 x 30 x 15 cm3) atau bedengan kayu (ukuran 60 x 45 x 15 cm3), atau sekedar lubang di dalam tanah (ukuran 8 x 3 x 0,2 m3) atau drum berdiameter 100 cm, tinggi 45 cm. Jangan menggunakan wadah dari logam/alumunium karena dapat membahayakan cacing. (wadah penampung yang berukuran 1 x 1 x 0,3 m3 dapat menampung 1.000 – 5.000 ekor cacing dan 30 – 40 kg media dan bahan makanan) (Djuarnani dkk, 2008).

(14)

Gambar 2. Alat Pembuatan Kascing

b. Proses Pengomposan

- Setelah bahan kompos dimasukkan dalam wadah, kemudian diberi cacing, dipelihara selama 6 minggu. Selain bahan organik untuk pengomposan sebagai media, maka juga diperlukan pakan tambahan untuk menghindari pakan yang asam karena sangat berbahaya bagi cacing, bisa berupa sayuran yang digiling atau kotoran ternak yang telah diencerkan setiap hari seberat cacing yang dipelihara.

- Jumlah cacing yang diperlukan belum ada patokan, Indriani (2009), berpendapat bahwa setiap meter persegi dengan ketebalan media 5 – 10 cm, dibutuhkn sekitar 2.000 ekor cacing atau luas 0,1 m2 dibutuhkan 100 gram cacing tanah.

- Kelembaban harus dijaga 40–50 %, pH 6,3-7,5 dan suhu 20-30oC, biarkan cacing mencerna sampah dengan aktif sampai mengeluarkan kotoran berbentuk butiran-butiran kecil.

- Proses pengomposan ini diakhiri setelah bahan menjadi remah dan terdapat butir-butir kecil lonjong yang sebenarnya merupakan kotoran cacing.

- Setelah kascing jadi kemudian diayak untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak terurai dan kadang kala masih ada cacing di dalam sisa penyaringan yang tidak ikut terurai, oleh karena itu maka cacing perlu dipisahkan dari kascing secara manual dengan tangan, baru setelah itu kascing dikering anginkan sebelum dikemas.

- Kascing dari proses pengomposan mengandung komponen biologis (bakteri actinomycetes, jamur dan ZPT giberelin, sitokinin dan auksin) dan khemis. Sedangkan komponen kimianya adalah pH 6,5 – 7,4, nitrogen 1,1 – 4 %, fofsfor 0,3 – 3,5 %, kalium 0,2 – 2,1 %, belerang 0,24 – 0,63 % magnesium 0,3 – 0,6 % % dan besi 0,4 – 1,6 % (Indriani, 2009).

(15)

c. Panen Kascing

Pemanenan dapat dilakukan dengan beberapa tahap:

- Pemanenan dilakukan setelah seluruh bahan organik habis dimakan cacing dan tampak butiran kotoran cacing pada bahan. Cacing tanah membutuhkan waktu tujuh minggu untuk menjadi dewasa, dan pada minggu ke delaapan akan mengeluarkan telur/kokon, di manaaaaa satu ekor cacing dewasa dapat mengeluarkan dua kokon per minggu dan setiap kokon dapat menetaskan 2-3 ekor cacing setelah masa inkubasi 5-10 hari dan populasi cacing akan berlipat ganda dalam waktu 1 bulan. - Pemanenan kascing dapat dilakukan secara manual dengan menum-pahkan isi

wadah kompos ke tanah yang diberi alas dn membentuk seperti gundukan menyerupai gunung dan biarkan beberapa saat. Dengan cara ini maka cacing akan pindah ke dasar gundukan untuk menghindari sinar matahari.

- Vermikompos dapat diambil mulai dari puncak gundukan dan cacing dapat dipindahkan ke media baru yang sudah disiapkan sebelumnya atau dijual sebagai pakan ternak atau ikan.

- Setelah dipanen, produk yang dihasilkan dikeringkan, baru kemudian diayak untuk memisahkan/menjaring bahan yang terlalu besar yang belum terurai, serta mengambil cacing dan telurnya.

Gambar 4. Contoh Produk Kascing

- Kascing/vermikompos yang sudah disaring merupakan pupuk yang kaya akan unsur hara makro dan bakteri pengikat nitrogen (kumolo, 2011).

- Lokasi pengomposan dengan bantuan cacing harus aman dari hewan pemangsa, karena cacing merupakan hewan yang banyak disukai hewan lain, seperti unggas, tikus, burung, katak atau semut (Djuarnani dkk, 2008).

Pemasaran Dan Peluang Bisnis Cacing Tanah

Akhir-akhir ini penggunaan pupuk organik/kompos yang berasal dari limbah organik semakin meningkat, yang disebabkan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dengan adanya Slogan “Back to Nature”. Hal ini sejalan dengan semakin tingginya permintaan akan produk organik yang dianggap lebih sehat dan ramah lingkungan. Widawati dan Maman (2009), berpendapat bahwa pemanfaatan

(16)

pupuk hayati secara ekologis menguntungkan dalam pencemaran tanah, air maupun udara akibat emisi nitrogen oksida karena penggunaan pupuk kimia yang tidak tepat takaran.

Selain itu meskipun tidak secara total, penggunaan kompos juga mampu mengurangi biaya produksi, mengingat harga pupuk an-organik yang terus meningkat. Kebutuhan pupuk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun ketersediaan pupuk buatan pabrik sering kali hilang di pasaran, justru pada saat musim tanam tiba dan kalaupun ada harganya melambung. Akhirnya petani mulai melirik kompos sebagai alternatif pengganti pupuk buatan pabrik.

Cacing tanah dapat digunakan untuk mempercepat proses pengomposan tersebut dengan hasil yang lebih efektif dibandingkan dengan metode pengomposan yang hanya menggunakan bakteri pengurai yang ada pada bahan kompos tersebut (Guntoro, 2013).

Cacing tanah merupakan komoditas ekspor yang sekarang mendapat respon luas dari para petani dan pengusaha. Hal ini disebabkan karena besarnya per-mintaan pasar internasional dan tingginya kebutuhan dalam negeri sebagai pakan ternak maupun ikan serta masih kurangnya produksi cacing tanah.

Untuk keperluan pasar ekspor, cacing tanah bukan hanya dijadikan sebagai bahan pakan ternak, tetapi juga sebagai bahan baku lain. Di Cina dimanfaatkan sebagai obat tradisional, di Perancis dan Italia dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik untuk menghaluskan dan melembutkan kulit, sementara di Jepang dan beberapa Negara Eropa dijadikan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan makanan dan minuman. Di Indonesia sendiri cacing tanah mulai dimanfaatkan sebagai bahan baku obat.

Proses terakhir dari produksi suatu kascing adalah pengemasan, yang merupakan salah satu syarat yang menentukan pemasaran kompos. Kemasan yang tampak menarik menyebabkan penjualan meningkat, juga bertujuan agar kascing dapat diterima oleh konsumen dalam kondisi utuh dan tidak berkurang kualitasnya. Kascing dapat dikemas dengan karung plastik dengan ukuran 10 kg, 25 kg maupun 50 kg atau sesuai dengan permintaan konsumen.

Konsumen kascing sangat beragam, ada beberapa tempat yang banyak membutuhkan pasokan kascing sebagai kompos untuk menjadi bahan pertimbangan di antaranya adalah lahan pertanian tanaman obat, di mana di dalam pengelolaannya tidak dianjurkan untuk menggunakan pupuk atau obat kimia. Selain itu juga took tanaman obat, kebun cabai, kebun tembakau, kebun sayur maupun lahan pertanian organik.

PENUTUP

Dari hasil penulisan ini yang merupakan rangkaian dari hasil pemikiran, studi literatur dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan: bahwa kebutuhan akan cacing untuk pakan ternak dan ikan semakin meningkat.

Selain itu cacing juga dapat digunakan untuk mempercepat proses pengomposan, dikenal dengan istilah vermicomposting yang lebih efektif dibandingkan dengan metode pengomposan yang hanya mengandalkan bakteri pengurai yang ada di dalam bahan kompos. Cacing yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah cacing tanah.

(17)

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan hasil pemikiran ini yang merupakan hasil telaah dari rangkain studi literatur dan hasil penelitian. Juga disampaikan terima kasih kepada Universitas Trunojoyo Bangkalan, khususnya program studi Agribisnis atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyampaikan pada Seminar Nasional mauppun termuatnya tulisan ini pada jurnal/prosiding.

DAFTAR PUSTAKA

Djuarnani, N., Kristian dan Budi, S.S. 2008. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Guntoro, S. 2012. Membuat Pakan Ternak dan Kompos dari Limbah Organik. PT. AgroMedia Pustaka

Hastuti, E., dan Nurhasanah, S. 2011. Kajian Penentuan Kriteria Lokasi TPA Sampah Regional di Kota Metropolitan. Jurnal Ilmiah Lingkungan Tropis. ISSN No.1978-2713. Volume 5 No 1. Maret 2011. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya: 65-72.

Indriani, Y.H. (2009). Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta. Kumolo, D.C. 2011. Kaya Raya dari Budidaya Cacing Tanah dan Cacing Sutra. Arta

Pustaka.

Mardiana, S., E. Harso, K. Dan Ferdinan S. 2010. Kajian Peluang Bisnis Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Perkotaan Melalui Keterlibatan Masyarakat dan Swasta di Medan. Jurnal Ilmiah Lingkungan Tropis. ISSN No.1978-2713. Volume 4 No 2. September 2010Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya: 115-127.

Prahesti, R.Y.R., dan Ni made. U.D. 2011. Pengaruh Penambahan Nasi Basi dan Gula Merah Terhadap Kualitas Kompos dengan Proses An-aerobik. Jurnal Ilmiah Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia. ISSN No.2088-4818. Ikatan Ahli Teknik Penyehatan Lingkungan Indonesia: 497-508.

Prihandarini, R. 2004. Manajemen Sampah (Daur Ulang Sampah Menjadi Pupuk Organik. Perpod. Jakarta.

Prihatiningrum, A.E. 2005. Vermi-Kompos sebagai Salah Satu Alternatif Pengolahan Sampah. Jurusan Budidaya Pertanian. Jurnal Ilmiah Agro Kusuma. Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. ISSN 1412-036 Vol. 4, No. 2: 99-107.

Tombe, M. dan Hendra, S. 2010. Kompos Biopestisida. Penerbit Kanisius.

Widawati, S. dan Maman, R. 2009. Pengaruh Inokulasi Bakteri Terhadap Pertumbuhan Awal Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Biologi Indonesia. Bogor. ISSN 0854-4425. Akreditasi: No 816/D/08/2009. Vol. 6, No. 1, Desember 2009. 107-117.

Gambar

Gambar 1. Bahan Pembuatan Kascing
Gambar 2. Alat Pembuatan Kascing  b. Proses Pengomposan
Gambar 4. Contoh Produk Kascing

Referensi

Dokumen terkait

KAJIAN TUGAS AKHIR STRATA SATU (S1)  FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS INDONESIA Shinta T. Effendy 1 , Rahmat M. Samik­Ibrahim 2

Dana merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan suatu organisasi. Dalam pelaksanaan dan penggunakan anggaran alokasi dana desa dimaksudkan sebagai upaya yang

Peraturan tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

Pandangan atau persepsi kalangan masyarakat di Kecamatan Kaliwungu, adalah sebagai berikut: menurut para tokoh masyarakat dan kyai mengatakan bahwa Lembaga-lembaga Keuangan Syariah

Mendata jumlah pasien gangguan jiwa lama 1x Pusk Pem.prog 3 TAHAP PELAKSANAAN a. Rehabilitatif 12x 12x

Sedangkan pada variabel lainnya, CAR, FDR, ROA, dan ROE tidak menunjukkan perbedaan kinerja antara satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah spin-off, dengan nilai

Dari hasil wawancara kami, Dapat disimpulkan bahwa Adi Erzal sebagai owner dari Jakcloth Store adalah seorang leader yang mempunya tipe kepemimpinan Transformasional

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persentase penerapan pelayanan farmasi klinik RSUD di Pulau Bangka sesuai dengan Permenkes Nomor 58 tahun 2014 dan korelasi