• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING. Lif' SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA. F'AKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA 20r6. f*'-

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING. Lif' SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA. F'AKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA 20r6. f*'-"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

rsBN 978 - 602 - 294 - t07 - 1

:

f*'-F'AKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

20r6

PROSIDING

SEMINAR

NASIONAL

SASTRA

DAN BUDAVA

MENGGEU

DEN

MEMBERDaYEKAN

POTENSI

SES?R6

DEN

BUDAYE

SEBEGAI

PENSGUH

KERETTAN

SENCSE

DELAM

MEMEffNAI

*INDONESIE

EMES

2045-DENPASAR,

27 - 29 MEr 2016

L

if' a : *

I

l ' '

i L t :

(2)

ISBN 978 _ 602 _ 294 - 107 _ |

PROSIDING

\E}IINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA

\I E\GGALI DAN MEMBERDAYAKAN

POTENSI SASTRA

[' T\ BT-DAYA

SEBAGAI PENEGUH KARAKTER BANGSA

D.{LAM MEMAKNAI "INDONESIA EMAS 2045"

Penyunting Ahli

Dr. Drs. I Ketut Sudewa, M. Hum penyunting pelaksana Drs. I Made Suarsa, M. S Dra. Ni Wayan Arnati, M. Hum

Dr. I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani, S.S, M. Hum Drs. I Ketut Nama, M. Hum

Drs.I Wayan Teguh, M. Hum

DENPASAR,2T

_ 28 MEI2016

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

DAFTAR ISI

KIDTJNG INTERAKTIF DI PANGGI-ING ELEKTRONIK : ALIH WAHANA

SASTRA BALI TRADISIONAL DI RADIO DAN TELEVISI... ...l I Nyoman Darma Putra

TANBIH HARMONI DALAM BINGKAI ISLAM DAN KEARIFAN TRADISI ...22 Angga Pusaka Hidayat

STRATEGI KONSERVASI NILAI.NILAI KEARIFAN LOKAL BERORIENTASI

LINGKUNGAN... ...33 Asep Yusup Hudayat

PERANAN TINGGALAN ARKEOLOGI DALAM MEMBENTUK JATI DIRI BANGSA4J Coleta Palupi Titasari

CERPEN *ADILA" DALAM PERSPEKTIF A. J. GREIMAS. ...56 Eka Yusriansyah

POTENSI KARYA SASTRA ARAB SEBAGAI PENEGUH KARAKTER BANGSA

I N D O N E S I A . . . . . . 6 7 Eva Farhah

AKTUALISASI NILAI-NILAI BUDAYA DALAM TRADISI SEMKALPADA UPACARA PERNIKAHAN I\4ASYAII.AKAT MELAYU DI SIINGAI PASIR

TANJUNG BALAI KARIMUN ...79 Evadila

TANGGAPAN PUBLIK ATAS TEKS LASKARPEI-/INGI.. ...90 I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani

NILAI PROFESIONALISME DAN NASIONALISME DALAM CERITA

THE ENEMY ...I04

I Gusti Ayu Gde Sosiowati

PENCITRAAN DALAM VARIASI BAHASA PADA WACANA POLITIK... I 13 I Gusti Ngurah Parthama

UNGKAPAN TRADISIONAL: MAKNA DAN FI-INGSINYA DALAM

MENJAGA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA... 123 I Ketut Darma Laksana

(4)

- l

,ii

I

; l

Ag AXTIVTTAS GERU TIMBULDI BANJAR INTARAN SANUR DILIHAT fImrUS KOLEKSI NASKAH LONTARNYA...

... 133 lh'hryt Anek Agung Gede Bawa,I wayan Sukersa,I Made wijana,

Ihftr===---'m[ GIJNT.'NG INDRAKILA DALAM KAKAWIN ARJUNAMWAHA:

DAN ETIoLocI DALAM HIKAYAT MAHARAJA BTKMA,L4 LAKTI.... rs4

UTAI.A*{ DALAM SASTRA TRADISIONAL GEGURITAN BALI.

... 165 m!b'"[ sulibra, Ni Ketut Ratna Erawati, dan Ni Luh Nyoman Seri Marini

M|IT}IAGAMA ISLAM DALAM SISTEM PENGOBATAN TRADISIONAL If $IILDN I(ASUS DI DALAM TEKS US$HA MANAK.

...173 hcr

PANJANG,,BU AMINAH" KARYA W. S RENDRA... I 8 5 XPARASI BAFIASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS: STRATEGI AAI{ DALAM KOMUNIKASI LINTAS BAIIASA DAN BUDAYA DI

rif,Il SANU& DENPASA& BALI... ... t93 I{fr I Nengah Sudipa, I Made Rajeg dan I Ketut Wandia

KEHIDUPAN MELALUI METAFORA LINGUISTIK DAN

REVOLUSI DALAM KARYA-KARYA TERAKHIR MADE SANGGRA229

D''[AS'ITLA SEBAGAI

WADAH PELESTARIAN

BAHASA BALI DAN

IIDAYA..

. . . . 2 4 0

ffia

lA XARYA SASTRA POSMODERN... rhxa Sutika

' L vetrLvuDrur """"""'

""""""'249 [f,} BLDAYA BANGSA DALAM GENDING RARE SEMUT-SEMUT API26I S.rta

TA}i KARAKTER DALAM KA KAII/IN B MHMAND HA P UMNA ..,...,,.. g*rtha 27 3 trG DAN Df,T.IAMIKANYA DALAM BAHASA MELAYU DI8ALI...285 f;rra

B

; 15 I I

16

i

I

l

n

; t

p

I i I

h

iv

(5)

MASYARAKAT BAYAN DALAM DINAMIKA IDENTITAS... .,..295 I Putu Gede Suwitha

AKTUALISASI NILAI BELA NEGARA DALAM GEGUNTAN WIMCANTA P UP UTAN MARGAMNA.. PERSPEKTIF PEMBANGI.INAN KARAKTER

B A N G S A . . . 3 I Wayan Cika

MAKNA IKONOGRAFI DURGA DALAM KAITAN AKTUALISASI PERANAN IBU

I Wayan Redig

KERUKI-INAN DALAM I Wayan Srijaya

WACANA TDEAL YANG TERCERMIN DALAM TEKS GEGURITAN BASUR VERSUS WACANA POSTMODERN SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI ORANG BALI I Wayan Suhrdiana

PARWA JARATKARU PESAN INSANI KELANGSI-INGAN GENERASI

PENERUS BANGSA... ...3 I Wayan Sukersa

..KOH NGOMONG' REFLEKSI PERLAWANAN TERHADAP I{EGEMONI KEKUASAAN REZIM ORDE BARU

Ida Bagus Gde Pujaastawa

YATBAWISYAZ: IKAN YANG RELA Ida Bagus Jelantik Sutanegara Pidada

MATI DI KOLAM TANPA AIR ...3

WACANA JIWA DANA DALAM ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT BALI MEMELIHARA KUALITAS HIDUP RUMAH TANGGA LAHIR-BATIN Ida Bagus Rai Putra

'r,/nrruaL IDER BUMI DALAM KEHIDUPAN

MASyAItAKtr{T

usING DESA

KAMIREN, BANYUWANGI, JAWA TIMUR Ketut Darmana

FUNGSI SOSIAL DALAM TEKS MITOS SAPI DI DESA TAMBAKAN

KECAMATAN KUBUTAMBAIIAN KABUPATEN BULELENG ... 4 Luh Putu Puspawati

AKTUALISASI NILAI-NILAI BUDAYA DALAM TRADISI MESURYAK PADA PERAYAAN HARI RAYA KT]NINGAN KHUSUSNYA DI DESA BONGAN. TABANAN, BALI

Marhamah, Yulianto dan I Gusti Putu Wiratama

ALIH WAHANA DARI CERPEN KE DRAMA PANGGLING: REFLEKSI DARI LOMBA DRAMA MODERN BALI

Maria Matildis Banda

(6)
(7)

MEMAKNAI BATIK BLITAR IINTUK PEMA}IAMAN JATI DIRI DAERAH Rochtri Agung Bawono dan Zuraidah

MAKNA DAN NILAI -NILAI WATAWATAANGKE:

SASTRA

LISAN ETNIS

MtrNA...

Salniwati

LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA: DARI NOVEL KE FILM Sri Jumadiah

PERAN PANTTIN TUNJUK AJAR MELAYU KARYA TENAS EFFENDY DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANG SA

Sri Rahaw. Alber

KOMI-INIKASI HIPERPERSONAL DI MEDIA SOSIAL: KAJIAN SOSIO-KULTU MEDIA...

Sukri

KAJIAN SISTEM TRANSIVITAS TEKS SURAT AL INSAN SEBAGAI WUJUD IDENTITAS BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA... "...

ZulHaeri

MENINGKATKAN PEMAT{AMAN MA}IASISWA TERHADAP

WARISAN BUDAYA MELALUI PERKULIAHAN SEJARAH KEBUDAYAAN TNDONESIA ...

Zuraidah

(8)

Seminar

Nasionat

Sastra

."lTil.T:

Denpasar,

27_Zg

Mei 20ii

RITUAL IDER BUMI DALAM KEHIDUPAI\MASYARAKAT USING DESA KAMIREN,BANYUWAI\GI JAWA TIMUR

Ketut Darmana

Program Studi Antropolo gi, F IB -Unud-D enpasar, B ali Abstrak

Ritual ider bumi diselenggarakan setiap tahun sekali, yaitu hari ke-2 hari raya Idul Fitri (Lebaran). Prosesi ritual ini dimulai dari jam 14.00 siang Wib dan berakhir jam 16.00 Wib sore hari menjelang magrib. Kemudian dalam pelaksanaan ritual ini meliputi 3 (tiga) tahap sebagai berikut: (l) pembukaan, (2) pelaksanaan, dan (3) penutupan. Masing-masing tahapan daripada prosesi ritual ini polanya sudah baku, dengan kata lain tidak boleh berubah baik mengenai waktu maupun hari. Jika ritual itu tidak dapat terlaksana tepat pada waktu dan harinya maka konsekuensi yang dihadapi oleh warga masyarakat Using Desa Kemiren adalah pagebluk yang sangat dihindari dan ditakuti. Pagebluk ini sebagai suatu bentuk ke'percayaan yang sangat diyakini oleh warga masyarakat berupa bencana" seperti gagal panen, sumber mati air mongering, konflik sosial dalam kehidupan keluarga dan tetangga, bahkan menimbulkan wabah penyakit sehingga terjadi kematian massal terhadap warga masyarakat.

Agar ritual tetap eksis di era globalisai maka ritual ini dikemas dalam bentuk yang lebih meriah, semarak, menarik, dan melibatkan semua warga masyarakat dengan menambah atraksi-atraksi kesenian yang lain. Sepanjang bentuk ataksi kesenian itu tidak bertolak belakang dengan nilai-nilai yang dimaknai dalam ritual ider bumi. Agar roh atau spirit ritual ini tetap terjaga alua kesakralannya dan kesuciannya sebagai penolak bala Qtagebluk) agar tidak tergerus dalam globalisasi. Lebih-lebih ritual ider bumi dijadikan sebagai atraksi unggulan (ikon) pengembangan pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Selain itu, sudah masuk dalam warisan budaya dunia (word heritage cultural).

Kata kunci: Ritual. Ider Bumi. dan Eksistensi

1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Dewasa ini prosesi ritlail ider bumi tanrpak lebih kompleks karena dikonstruksi oleh pihak-pihak yang berkepentingan, tidak hanya bagi warga masyarakat lokal (Kemiren) justru dari pihak masyarakat luar menghendaki keberadaan ritus ini. Ritual ider bumi masih mencerminkan ciri-ciri kultur

ISBN 978 - 602 -294 - 107 -l

i

(9)

Prosiding

i.minar Nasional Sastra dan Budaya DroPtttt, 27-28 Mei 2016

kehidupan masyarakat dipandang eksotik. Oleh kare,na itu, ritus ider bumi sebagai suatu bentuk ritualitas keagamaan sebagai warisan budaya dari nenek moyang radahulu, sebeltrm budaya Jawa pemeluk agama Islam masuk ke wilayah ini. pengaruh masuknya unsur-unsur budaya luar yang telah memenganrhi sosiokulrural kehidupan masyarakat Desa Kamiren yang tergolong subetnik Jawa {Jsing semua penduduk memeluk agama Islam. Fenomena yang menarik dari penoalan ini bahwa masih tetap dilaksanakan penyelenggaraan ritual ider bumi setiap tahun yang dirangkaikan dengan perayium hari raya Idul fitri (Lebaran) bagi umat Islam. Unsur-unsur nilai budaya yang bagaimana terkandung di balik ritual ider bumi tersebut. Bila dikaitkan pada aspek pendukung atau pihak pelaku ritual itu, temyata sudah terjadi proses pergeseran atau perubahan yang mendasar, rerutama dalam doktrin agama yang dianut sekarang ini.

Akhirnya ada sekelompok masyarakat (disebut orang Using)tetap menjaga, memelihara, bahkan melestarikannya supaya warisan budaya adihulung itu bisa tetap eksis. Tampaknya perlu digali untuk mengungkap lebih dalam nilai-nilai yang terkadung dari ritual ider bumi itu sebagai pencemrinan dari kearifan lokal. Kearifan lokal (local genans) yang membingkai kehidupan kelompok masyarakat tersebut, tidak begitu saja lenyap dalam arus globalisasi.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka menjadi pokok perumusan masalah sebagai berikut. Pertama bagaimanakah beirtuk prosesi ritual ider bumi di D6sa Kamiren? Kedua, bagaimanakah keberadaan itual ider bumi di Desa Kamiren dalam era globalisai? Kedua permasalahan tersebut selanjutnya menjadi pokok pembahasan dalam tulisan ini.

2. RRITUAL IDER BAMIDIDESA KAMIREN Konsepsi Ritual lder Bumi dan Landasan Teoritis.

Menurut Dhavamony (2004), ritual merupakan suatu aktivitas tindakan agama dalam praktiknya dilakukan berdoa (bersujud), bersaji, bertapa, dan jenis-jenis persembahan (makanan dengan lauk-pauknya, buah-buahan, binatang kurban,

ISBN

978 - 602 - zg4 - ro7 - |

(10)

s emin

ar

*

T'""::l

Oenpasar,2Z-2t

"::'* *i

ME-ilfr

ff*

dll) yang ditujukan kepada kekuatan-kekuatan transenden. oleh karena ltq dw dikatakan ritus sebagai wujud simbolik upaya manusia menjalin hubungan d*ga kekuatan-kekuatan transenden (Suhardi, 2009). Berikutnya, pengertian ider bumi, secara harfiah berasal dari kata "ider" dan "bumi". Kata "ider" berarti hrput", dengan berjalan kaki mengelilingi, selnjutnya dimaksud "bumi", berartitanah untuk tempat berpijak bagi manusia. Jadi, yang dimaksud dengan "ider bumi" adatah mengelilingi burni, yaitu suatu kegiatan mengelilingi bumi yang menjadi tempar tumpuan hunian dan mata pencaharian hidup bagi seluruh komunitas Desa Kamiren (Rahayu,2003).

Implementasi teori globalisasi dalam realitas empiris itual ider bumi adalah pertemuan tradisi dengan dunia modern sudah menjadi keniscayaan dalam dunia sosial secara luas. Praktik ritual yang mentradisi akan merevitalisasi diri agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang modern. Begitu juga dunia modem akan menyesuaikan diri pada kehendak-kehendak tradisi agar kemodernannya dapat beradaptasi dalam ketradisian. Baik secara teoretis maupun konsepsional, keduanya belum memiliki landasan yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition) yang masih bergantung pada sudut pandang masing-masing (Eriksen, 2003: Tsing, 2005). Dikatakan bahwa globalisasi akan mampu membuar praktik ritual semakin kuat dan bergantung satu sama lain. Akan tetapi, ada yang berpandangan sebaliknya bahwa ritual bisa terlibas habis oleh globalisasi karena kekolotan dan ketertutupan terhadap unsur-unsur baru dibawa oleh dunia global. Dewasa ini pengaruh globalisasi begitu besar terhadap keberlangsungan tradisi bersama ritualnya (Lewellen, 2002).

Dalam konteks industri pariwisata yang telah merasuk ke dalam ntual ider bumi di Desa Kerniren, menurut pandangan Comaroff dan Comaroff (2001), globalisasi lebih menekankan pada kemasan baru kapitalisme neoliberal yang mengancam akar-akar ketradisian bersama ritual-ritual di dalamnya. Mengingat globalisasi yang selalu bergandengan dengan kapitalisasi ekonomi sebagai spiritnya. Oleh karena itu, timbul banyak anggapan bahwa praktik-praktik nrua] tradisi akan banyak ditinggalkan karena praktik-praktik tersebut dianggap sebagai

ISBN 978 - 602 - 294 - r07 - |

402

(11)

F

Prosiding

( Seminar Nasional Sastra dan Budaya Denpasar, 27'28 Mei 2016

p*anbat kemajuan ekonomi neoliberal. Fenomena ini tidak sepenuhnya benar apabrla dipandang dari bawah, tempat instrumen-instrumen globalisasi tersebut bekerja. Dalam tulisan ini globalisasi dilihat dari empat aspek, yaitu (1) memberikan berkah atau peluang ekonomi yang cukup berhasil dan terobosan-rerobosan kreatif-inovatif pada masa depan, (2) menguatrya gerakan antitradisi y6rg dianggap benar-benar menentang gagasan kapitalisme ekonomi dan neoliberalisme pasar, (3) fenomena yang tidak bisa dicegah oleh siapa pun, termasuk oleh masyarakat, bangsa, dan negara karena semuanya sudah saling tergantung satu sama lainnya, yang berkaitan dengan produk dihasilkan, sajian ingin dipasarkan, dan keinginan berubah dari masyarakatnya, dan (a) timbul pandangan pro dan kontra terhadap tradisi itual ider bumi dalarrt globalisasi pariwisata. Dalam konteks ritlual ider bumi, sebemrnya bukan merupakan hal yang banr dalam masyarakat masa kini karena kedua pihak sama-sama ingin bertukar tempat untuk memperoleh pijakan yang kuat dalam mencapai eksistensinya. 3. PROSESI RITUAL IDER BAMI MASYARAKAT USING DI DESA

KAMIREN

Prosesi Slametan Bukaan

Prosesi ritual ini diselenggarakanpadapergantian hari dari hari sebelumnya dan sekitar dua jam sebelum pelaksanaan arak-arakan. I-azimnya diselenggarakan setiap tanggal 2 Syawal (dul Fitri) dalam rentang waktu antarapukul 12.00-13.30 WIB. Rentang waktu ini dipilih menurut kepercayaan masyarakat Using karena pergantian hari terjadi pada setiap pukul 12.00 siang. Begitu juga mereka meyakini bahwa ritual arak-arakan (ider bumi) harus mulai pada pukul 14.00 WIB. Jadi, prosesi s/az etan rniblladilalarkan di luar rentang waktu itu, maka kesakralan ritual slametan dan arak-arakan dipercaya akan konkaproduktif pada keseluruhan ritual yang diselenggarakan.

Slametan buknan selalu bertempat di makam Buyut Cili dengan menyertakan Barong Using, uborampe, sesaji slametan tumpeng pecel pithik, dan para sesepuh adcf. Barong Using, diuzung oleh dua penari dari tempat

ISBN 978 - 602 - Zg4 - tO7 - I

I

\-_

(12)

Seminar Nasional Sastra Oan ii Denpasar,2T-2g

penyimpanan di rumah sesepuh adat,sedan$anuboranpe dan sesaji

lima sampai sepuluh orang sesepuh adat. JuriJah tumpeng pecel pithikbin.q, atau lebih, bergantung pada kesepakatan pinisepuh adat dan warga mas.yadt Walaupun tidak ada ketentuan yang baku, namun pola ini lazim dilakukan hgi sesepuh adat dan warga, karena sifatrya sukarela berdasarkan kesadtr@ Keseluruhan sesaji tumpeng pecel pithik itu meliputi (a) Seekor ayam jante panggang yangp|thdntdng (dibelah dengan kedua kaki dan kepala dilipat), (b) sanr ithuk (pincuk) sesaji berisi nasi putitt, satu kaki, sayap, dan kepala ayam, s€rta secuil betutu (daging ekor), (c) satu tangkep kulit kelapa, (d) satu tahr sesaji untuk Buyut Ctlt laki-laki, berisi satu bungkus rokok jarum 7 6 dan satu tusuk sate rempelo ati, (e) satu takir sesaji untuk Buyut Crli perempuan berisi daun sirih, gambir, baur kapur, dan tembakau, (0 satu bungkul kemenyan dibungkus daun pisang, (g) satu bunglrus kerrbang kirim, berisi bunga mawar merah dan putih, bunga kenanga hijau dan kuning, dan bunga kanthil putih, yang semuanya disirami minyak wang, dan (h) satu bakul nasi putih. Sesaji ini sebagian kecil dipersembahkan kepada Buyut Cili, sisanya untuk pesta makan bersama bagi peserta rombongan yang mengikuti ritual tersebut, yang dilakukan di areal makam Buyut Cili.

Tepat pukul 14.00 WIB, keseluruhan prosesi slametan bukaan di atas diakhiri dan prosesi ritual ider bumi siap dimulai. Namun, sebelum ritual itu dimulai, satu hal penting ingin disampaikan melalui prosesi slametan bukaan itu adalah sebuah proses penyucian, bukan sebuah kewajiban ritual rutin. Ritual tersebut merupakan prosesi penyucian terhadap diri dari para sesepuh cdot, penyrcian diri Barong (Ising, dan penyucian diri seluruh simbol-simbol sakal yang akan digunakan dalam keseluruhan itual ider bumi. Prosesi penyucian ini diperlukan karena ada keyakinan masyarakat yang memercayai kondisi suci itu mampu menjadi kekuatan pembuka bagi prosesi ritual berikutnya. Kekuatan suci ini dipercaya mampu membuat seluruh wilayah desa menjadi bersih setelah dilalui oleh arak-arakan Barong Using yang telah disucikan. Begitu juga dengan seluruh arak-arakan yang bergerak di belakang Barong Using juga dipercaya dapat tersucikan dengan sendirinya karena mengikuti gerak Barong Using yang telah

(13)

ffi;l'-,::"^"I

l:*:: i "" Budava

ffirrtt, Z7-2:M

nre

disrrcikan. Begitu pula, seluruh rangkaian arak-arakan itual ider bumi yang dipersepsi oleh seluruh masyarakat sebagai parade suci. Parade suci ini dipercaya me,miliki kekuatan suci, yang mampu mengusir roh-roh jahat, mencegah datangnya pagebluk dan memberikan kesejahteraan serta perlindungan bagi seluruh warga desa. Prosesi slametan bul<nan yang diselenggarakan di areal makam Buyut Cili untuk memohon keselamatan dan wajib dilakukan dengan tepat dan benar karena fondasi bagi rangkaian prosesi rrttral ider bumi berikrrtnya. Sebelum prosesi ini selesai dilakukan maka prosesi berikutnya tidak dapat dilanjutkan. Prosesi ritual ini wajib dilakukan terlebih dahulu, kemudian disusul dengan arak-arakan pernbersihan (bersih desa).

Prosesi Arak-arakan Pembersihan

Prosesi ini dilakukan setelah slametan buknan selesai diselenggarakan dan seluruh simbol sakral telah disucikan dari tempat penyimpanan. Simbol-simbol sakal ini adalah Barong Using bersayap yang telah disucikan, sembur otik-otdk yang berisi campuran beras kuning dan putih, bunga empat warna (merah, latning, putih, hijau). dan ribuan uang receh bernilai Rp 500,00 yang ditempatkan dalam satu wadah bokor antik. Simbol-simbol ini dibawa keluar dari rumah menunju jalan utema desa untuk disatukan dengan Barong Using dan simbol-simbol profan lainnya di titik pemberangkatan. Kepercayaan masyarakat terhadap kedua simbol sahal ini dipercaya memiliki kekuatan gaib atau mirip dengarr mana dalam pandangan Codrington (Baal, 1987). Kekuatan gaib ini dipercaya dapat mengusir datangnya bahaya, batk pageblzk maupun kekuatan roh-roh jahat lainnya.

Simbol ini bisa dikreasikan karena diambil dari simbol yang telah ada dalam kehidupan masyarakat Using Desa Kemiren. Beberapa jenis simbol profan yang diikutkan dalam prosesi ritual arak-arakan, yaitu (a) barisan barong cilik, dart pitik-pitikan (pitik lanang-wadon), (b) barisan rombongan Bupati dan Kepala Dinas Pariwisata (c) barisan Kades dan staf desa, (d) barisan kaum tani membawa tape buntut, tumpeng panggang ayam, dan polo pendem dengan cingkek; (e) barisan kelompok kesenian kuntutaq (f barisan barong lancing yang diikuti

(14)

Seminar Nasionat Sastra t.lt;],t}: Denpasar, ZZ-29 Mei 20ii

pitikan, (g) barisan ketua RTiRW serta istrinya, (h) barisan kelompok kesenian bordah cengkir gading, (i) barisan Banyuwangi Ethno Carnivalmeliputi kelompot buto-butoan, ewer-eweran, dan peraga busana, fi) barisan anak-anak bermain egrang, dan (k) kelompok religius mocoan lontar (mocoan reboan).

Keseluruhan simbol ini ditempatkan secara berurutan di belakang simbol sembur otik-otdk dan Barong Using bersayap. Simbol-simbol ini disusun ke dalam dua baris beriringan ditata sejajar dan berderet memanjang ke belakang. Apabila susunan ini dibaca dari arah depan, maka pola barisan prosesi yang terbentuk adalah barisan simbol-simbol sakral diikuti dengan simbol-simbol profan. Pola ini berlaku tetap dari tahun ke tahun walaupun simbol-simbol profan yang mengisi di dalamnya relatif sering berubah-ubah jenisnya dan bentuknya. Perpaduan susunan simbol sakral-propan ke dalam satu barisan prosesi ini bila diperhatikan, lebih mirip dengan sebuah barisan karnaval (pawai pesta perayaan) dibandingkun barisan prosesi sebuah ritual sakral. Namun, pandangan warga masayakat Usrng Desa Kemiren, semua itu tidak menjadi masalah, justru pola seperti itulah yang diinginkan mengingat seluruh simbol profan yang lebih bersifat merayakan dengan sendirinya seluruhnya akan berubatr menjadi nilai sakral. Kesakralan ini menurut kepercayaan mereka diperoleh dari pancaran kesucian Barong Using yang lebih dahulu disucikan sebelum prosesi arak-arakan pembersihan.

Seluruh simbol yang berada di belakang barisan Barong (Ising dipersepsi akan dengan sendirinya berubah meqjadi suci setelah mengikuti jejak langkah perjalanan Barong Using itu sepanjang prosesi arak-arakan. Posisi Barong Using yang berada di depan dari semua simbol profan yang dipercaya sebagai pembuka jalan kebersihan dan kesucian sehingga seluruh simbol yang mengikutinya juga

diyakini akan ikut dalam aura kebersihan dan kesucian. Begitu pula, prosesi arak-arakan ini merupakan prosesi arak-arakan yang berada dalam situasi dan kondisi bersih serta suci. Hal ini dapat dilakukan dengan simbol-simbol sakral yang zuci' melintasi jalan-jalan yang suci, dan difungsikan untuk membukakan jalan bagr kebersihan dan kesucian. Oleh karena itu, prosesi ini disebut oleh wuga

(15)

Prosiding

Seninar Nasional Sastra dan Budaya Dcnpasar, 27'28 Mei 2016

:' aasyarakat using Desa Kemiren sebagai prosesi pembersihan dan penyucian bagi seluruh kehiduPannYa.

Berdasarkan tradisinya, prosesi arak-arakan pembersihan ini mulai dilalsanakan pada pukul 14.00 wIB untuk mengelilingi seluruh wilayah desa. walaupun kondisinya hujan deras, panas terik, para pejabat terlambat datang, bahkan ada kejadian kematian dari salah satu warganya. prosesi arak-arakan Borong using dalam itual ider bumi harus tetap diberangkatkan dan semua paistiwa itu tidak bisa dijadikan sebagai alasan penundaan atau pembatalan. Beftagu pengalaman mereka telah mencatat bila kejadian penundaan atau pernbatalan dilakukan, maka sesuatu yang buruk akan dapat menimpa seseorang, bahkan seluruh warga masyarakat tJsing. pernah ada kejadian ganjil, seperti kecelakaan, mimpi buruk, kematian, atau kesurupan akan berrrunculan di masyarakat yang menjadikan kehidupan tidak nyaman. oleh karena itu, apa pun bentuk penghalang yang mungkin terjadi bertepatan dengan pelaksanaan proses ritual ini maka prosesi arak-arakan Barong using harus tetap dilaksanakan tepat pada jam 14.00 WIB.

Prosesi pemberangkatan dimulai dari titik di manaBa rong (Jsingdisimpan. Titik ini berada di sebelah timur kantor desa dan dipersepsi sebagai pusat desa. walaupun titik pusat yang sebenarnya adalah kantor desa, anggapan seperti ini tidak begitu lazim dalam persepsi warga masyarakat. Titik pusat tetap ditetapkan di tempat lokasi Barong usingdisimpan, bukan di kantor desa. Begitu pula, pusat lebih ditentukan berdasarkan nilai magisnya daripada posisi geografisnya. oleh karena ifu, untuk menggabungkan perbedaan

kedua pandangan tersebut, beberapa rombongan arak-arakan

yang rain diwajibkan berkumpul di kantor desa, sebelum menuju ke titik pemberangkatan

atau titik yang dipersepsi memiliki nilai magis di pusat desa.

Setelah semua berkumpul di kantor desa, rombongan dipandu menuju titik pemberangkatan untuk bergabung

dengan rombongan rain'ya. Bila urut-urutan sudah tertata dengan rapi,

arak-arakan

pembersihan dimulai dengan diiringi

maka prosesi pemberangkatan oleh seluruh musik gamelan

ISBN

978

- 602

- zg4

_ to7 _ |

I

(16)

t- L}l - n6Z- 209

- 816 NSSI

usp llq$l rJstlulstu uswleeled q8rs uBEuep eurus Eusl( rsesord reEuqas uqEoleuerp teduaps 1e4ure,{seu uSre/K ISeq Ienflr rsasord uerelndred qBrV

'e,(wsasord qnmles mrJr? Tlll rpufuaur u8nt sn8rplas Eue,t .uelul8uereqtued illq e{ nfnueu relndreq DlsreIAI 'srrrus Euu{ uepf uep mlef mplatu rnurJ e{ Fq ryqua{ {n1m uref umruf qerses )illeqreq rsesord ,1eng qplaqes rp $ple {.qJl p rudurus qslelas '1"J3q a{ nfnuaur mury t{eJe uep 4ere8raq rsesord u,{qurne upe4 .euns Eus,{ mpf uep uepfpe,nalaur ue8uep

rnl8ulleu 1du1o1 ,qere ntres ErmsEuepaq )tspp IuI IUedeS uuwsJeqrued rsesord 'e,tursrpurl rrrBlsp uudu1a1e1 rpefueu qslel 11:a&S 'slruues {rJp e{ rflu1 ququre4 redures uelelEueraqrued rse>lot {rtp psp PFur nfpd 'uup[ Euefuedas Ip suel EunsEtrelraq r-ul lIedes rsesord

'efutunurn eped 1ur4es lenlp uepp lUodas (uu>1nsura1) InqDra nete suo.4 Euef uP)pre-)pJ? euesed u,(trepe {epp q"ppB rur rsesoJd ueqnrnlasal usp uu)Flsgredrp nlred Eue{ pq (uBS 'uwmz)[4e{ ueEuep mdruucreq enqrueE uep leupnpf mduecreq EuelJ'r{nlJ rndurecraq qsFeur Busf euesens u.rBlep e>l quqrueq W{BJ'-{EJ? rsesoJd 'er(ursnryed

{rs*u ueEuur qn4r8ueur L(ue,(uats trep .3uqn6req 'ueueru lrqups ueqeFed 4ureEreq 'uru1 8ue,( ueSuoquor qrunles ,e8nf nlrgeg 'ur(ququf qor-qor rsn8ueru gacer Euen uep Btmml sureq rrE{mqura{ueur )t?tol?to 'nqwas enuqured 'edusr8uur emu ue{Enle8uetu Fqugs Lr?u-ugueru Bu1s2 Buong pquns 'efuuuEuoquror

1odruo1e1 derl-de4 IrEp rsn4red >lrsnru ueEuur ue8uap Fut+lp Eue,( uegrsrsqtued urplep e,{uupred uep seEnl ue8uap rcnsos lere8req enEas 'Emseu-Ewseur efqerles n>Iel r{e{Euq uap treu4 ,etef rcfleqtaq ueEuep nfeu :praEreq lrq-r e8nf urul gue,{ ueguoqruor uzsueq ueqel:ad e'nces

'u?{qrsraqry uep Inl?llp {qun u'Iruuelrp qe1a1 gue,( rnpf nlnuaur nfeur qulSuelau

lrqu?s Feue.' tuput u8nf 3u1s2 Suotog p-qes loqu{s rr?Brrr?sraq Buef lues eped uep 4edueres eoces uqr,tunq1p rsrupad uulaureE )Fsruu enrues rur tq{Blr epud 1ede1 .g16 00'lt tqnd nDIpA\ eduuqrl qelal rde1a1 ,rd?r el'ces rr,pru-)TsJ' rrerrun e.,{uunsnsral {ul* eped un,rrespp,p {epp Frr ueluqEuurequrad ueloled s^\q?q e,{uumlaqas EIqe)Fp uuurureEeqag .uuEuoqruor

rrusu?q durt-duq qolo u^\?qrp Bue,{ rsn4red 80t = , G. F, z: F-F

F

-llllt r^- -,i: :"ltt gl,- LZ.rusudueq

l;::lo"P rulplsord B4SBS tuuorseN ruu[ruas )

(17)

w

F

Prosiding

i,oriort Nasional Sastra dan Budaya ii"ptttt, 27-28 Mei 2016

dn'r dan tenggelam di barat, perjalanan pergantian siang, dan malam, siklus b€rcocok tanam (menanam, merawat, memanen), dan siklus kehidupan Qahir, hidup, mati). Matahari terbit (timur) dipersepsi sebagai dimulainya kehidupan; wakru siang dilakukannya aktivitas kehidupan; mulai menanam, sebagai awal kebidupan. Sebaliknya, matahari tenggelam (barat), dipersepsi sebagai simbol diakhirinya kehidupan; malam berhentinya aktivitas kehidupan, dan mati serta panen merupakan akhir kehidupan. Namuq berakhirnya kehidupan ini tidak berarti mati tanpa kembali lagi, tetapi keberaktiran itu merupakan tanda dilanjutkairnya kmrbali kehidupan, sebagaimana prosesi ritual itu berputar kembali ke arah timur, tempat awal kehidupan dimulai lagi.

Dengan kata lain, arah prosesi gerakan keseluruhan arak-arakan tersebut menggambarkan adanya siklus kehidupan. Gambaran ini selaras dengan sistem kepercayaan warga masyarakatnya, ymg menyakini bahwa kehidupan ini terus berputar (bersiklus), dari lahir, hidup, mati, dan kembali lagi lahir untuk meneruskan kembali kehidupannya yang telah mati. Mereka percaya bahwa setiap kelahiran pasti akan diikuti dengan kematian, begitu juga setiap kematian juga akan diikuti dengan kelahiran. Selama proses itu manusia tidak akan selalu mudah menjalaninya, tetapi penuh dengan masa-masa krisis yang akan merintangi dan menghambatnya. Prosesi arak-arakan pembersihan di atas, di antaranya dimaksudkan untuk mencegah masa-masa krisis seperti itu. Mereka berusaha agar kr'.sis tersebut tidak berlanjut dan berubah menjadi bencana (pagebluk) bags kehidupannya, seperti yang pernah terjadi dan dialami oleh para pedahulunya pada masa lalu. Mereka percaya bahwa prosesi ini akan mampu mencegah situasi krisis dan mdaga keseimbangan dalam siklus kehidupan. Keseluruhannya akan kembali menjadi harmonis dan prosesi ini merupakan jembatan yang menghubungkan keharmonisan tersebut. Akhirnya, pada titik ini keseluruhan prosesi pembersihan itu diakhiri dan seluruh simbol bersama para pelaku ritual dikumpulkan untuk melanjutkan tahap terakhir dari seluruh rangkaian prosesi itual ider bumi, yutu slamehn tutupan.

I

L

ISBN

97s - 602 - 2g4 - ro7 - |

(18)

Seminar

Nasional

Sastra

.":Tltll:

Denpasar,

27-29

Mei 20ii

Prosesi Slametan Tutupan

Slametan tutupan ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian prosesi ritual ider bumi yang diselenggarakan oleh masyarakat Kemiren. Slametun ini sering disebut sebagai penyucian akhir karena penyelenggaraannya yang diletakkan di akhir keseluruhan prosesi. Dalam pelaksanaannya slametan int bertempat di jalan utama desa, sebuah jalan yang menjadi jalur prosesi arak-arakan sebelumnya. Hanya jalan ini tidak digunakan seluruhnya, tetapi hanya digunakan sebagian dari keseluruhan jalan yang panjangnya lebih dari lima kilometer.

Satu hal yang paling baku dan bernilai sakral dalam prosesi slametan tutupan ini adalah tumpeng pecel pithik dan doa penyucian. Tumpeng pecel pithik ini disediakan dan diolah oleh tiaptiap RT (rukun tetangga), RW (rukun warga), dan kelompok-kelompok seni atau perkumpulan-perkumpulan kemasyarakatan yang lain. Setelah tumpeng selesai diolah di tingkat keluarga, maka tumpeng-tumpeng itu dikumpulkan pimpinan RT/RW atau kelompok kesenian masing-masing, tetapi ada juga yang langsung dibawa ke jalan utama desa. Setelah itu tumpeng dibawa ke jalan utama desa, yang telah digelari tikar plastik dan karpet biru bagi para pejabat dan tamu undangan.

Seluruh peserta slametan duduk bersila dan berhadap-hadapan dengan dibatasi oleh susunan tumpeng pecel pithik di tengah-tengahnya. Tumpeng ini diletakkan di tengah-tengahjalan desa dan ditata berderetan di sepanjang + I km di depan kantor desa. Komponen tumpeng pecel pithik meliputi: nasi putih satu bakul, ayam pethdnting, parutan kelapa muda dengan bumbunya dan sedikit airnya. Bila semua komponen ini lengkap, maka prosesi ,'Jranl tutupcn dimulai, yang didahului beberapa acara seremonial berupa sambutan kepala des4 bupati, dan pesan para tokoh adatbudayawan.

Seorang kyai desa yang ditugaskan untuk memimpin nt.is slametdn tutupan untuk membacakan doa dalam bahasa Arab, bukan mantra bahasa Using yang disambut dengan jawaban 'amin' oleh seluruh peserta slametan sambil menengadahkan tangan. Setelah kyai selesai membacakan doa, seluruh peserta slametan dipersilakan menyantap tumpeng pecel pithik yang telah disediakan'

(19)

F' Fia

( Prosiding

Seminar Nasional Sastra dan Budaya Ilenpasar, 27-28 Mei 2016

seluruh warga masyarakat, para penonton, dan wisatawan ikut serta makan bersama makanan yang telah disucikan itu. Mereka mengenrmum tumpeng pecel pithik denganduduk berkelompok dalam bentuk pola lingkaran. Salah seorang dari kelompok itu membagi tumpeng pecel pithik dengan aras pincukan daun pisang ke dap orang dan setelah mendapatkannya, mereka memakan sesaji itu secara benama-sama. Mereka bersyukur dan merasa lega karena seluruh rangkaian prosesi ritual adanrya berhasil terlaksana. Dalam kepercayaan masyarakat, segala sumber penyakit, pagebluk, atau bentuk-bentuk kebencanaan yang lain telah berhasil ditangkal dan ke dop- semua itu tidak lagi menjadi penghalang dalam perjalanan kehidupannya. Masa-masa krisisnya telah berhasil diatasi sehingga yang ada masa-masa keharmonisan dan ketenteraman.

{. EKSISTENSI RITUAL IDER BUMI DI DESA KAMIREN MEMASUKI ERA GLOBALISASI

Dipandang dari proses penyelenggaraan ritual ider bumi di atas, diperoleh gambaran bahwa ritual itu diselenggarakan

oleh warga masyarakat (Jsing Desa Kerniren untuk mencapai tujuan, yaitu, (l) pembersihan diri warga adat setelah setahun menjalani hidup, (2) menghilangkan kekhawatiran diri dari ancaman pagebluk, (3) memperoleh ketentraman

batin, (4) penyucian kembali simbol sakral barong, (5) pengukuhan kembali kelompok kesenian barong, (6) menegaskan keberadaan kelompok adat daramdesa (7) membersihkan

dan mencegah wilayah desa dui pagebtuk, (B) sarana memohon keselamatan

dan kemurahan pangan, (10) mernberikan pesan simbolik tentang kehidupan bersiklus (lahir, hidup, mati; pagi, siang, malam; bangun, bekerja, fidur; menanam, tumbuh, memanen), (il) selamatan bersama, (12) simpul kebersamaan

dan kerukunan warga masyarakat,dan (13) senyuguhkan sajian atraksi wisata melalui penyelenggaraan ritual sakral barong ider bumi.

Dalam kehidupan masyarakat (lsing Desa Kemiren, tujuan-tujuan Penyelenggaraan

seperti itu kini telah tumbuh mengakar secara melokal sekaligus juga menyebar secara global. Ritual barong ider bumi telah dikonstruksi untuk henguatkan

nilai-nilai tradisi leluhurny4 sekaligus juga direvitalisasi untuk

F-

il-ISBN

978 - 602 - 2g4 - ro7 _ l

(20)

seminar

Nasional

rsronat

Sastra

Jasfta Oan Budri ,

."lt$*

T

Oenpasar, 27-28 Mei lOii I

-t

disesuaikan dengan tuntutan zmnarlnya. Seperti yang terlihat dalam sCiq penyelenggaraan prosesinya, ritual tersebut berusaha membawa nilai-nilai tadisi ke dalam arus global pariwisata, sekaligus juga membawa nilai-nilui gt*.t pariwisata merasuk ke dalam tujuan-tujuan ritualnya. Dengan kata lain, sekarang ritual ini sedang berpijak di dua kaki sekaligus, yaitu di kehendak tradisi dan global pariwisata. Akan tetapi, hal ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang diproblematikkan, tetapi sebagai sebuah keniscayaan yang harus terus diadaptasi. Selanjutnya, bentuk arus globalisasi yang masuk ke kehidupan masyarakat Using Desa Kemiren khususnya terkait dengan ritual ider bumi. Temyata bentuk globalisasi tidak hanya berwujud ke dalam sebuah unsur tunggal, tetapi menyebu ke dalam berbagai bentuk, seperti teknologi, informasi, budaya, kapital, ideologi, dan mobilitas manusia (Featherstone, 1991; Comaroff dan Comaroff, 2001). Sebagaiman tampak pada kehidupan masyarakat Using Desa Kemireq anrs globalisasi juga telah memengaruhi perkembangan pelaksanaan ritual ider bumi yang dilakukan setiap tahun. Akibat globalisasi itu, ada unsur ritual yang masih tetap dipertahankan, tetapi ada juga unsur yang dilengkapi dengan unsur-unsur modem. pada setiap prosesi penyelenggraannya, arus globalisasi telah bersentuhan langsung, seperti (a) wujud industri pariwisata, (b) wujud perubahan gaya hidup modem warga masyarakat (Jsing,dan (c) wujud komersialisasi terhadap innlider bumi.

5. SIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut' 1. Ritual ider bumi diselenggarakan setiap tahun sekali pada hari ke-2 setelah

hari raya Idul Fitri (Lebaran). Warga masyarakat Usingmempercayai ritual bersih desa untuk p enolak pageblukkatenamengancam kehidupan manusia' 2. Prosesi lirual ider bumi meliputi beberapa tahapan, yaitu (l) prosesi slametan bukaan, (2) prosesi arak-arakan pembersihan, dan (3) prosesi slametan tutupan.Ketiga tahapan tiap-tiap prosesi ritual ini sudah dipolakan secara baku dalam tata pelaksanaann ritual tersebut

ISBN g78 - 607 - 294'107 - I

(21)

Prosiding ( i.tio"t Nasional Sastra dan Budaya D."pttt., 27-28 Mei 2016

j. Elrsistensi itual ider bumi dalam konteks globalisasi karena ritual ini dipercayai oleh masyarakat using Desa Kemiren untuk mencegahp agebluk (bencana). selain itu, ritual ini sangat akomodatif terhadap penerimaan rursur-unsurnilai budaya modem sepanjang nilai-nilai budaya modern tidak merusak kesakralan ritual itu sebagai fondasi kerukunan, keharmonisan, dan integritas sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Beaffy, A., 1999. varieties of Javanese Religion. United Kingdom: cambridge University Press.

comarrof, J. dan comarrof, J.L. (Eds). 2001. "Millennial capitalism: First Thoughts on a second coming", dalam Mittennial capitalism and the Culture of Neoliberalisrz. Durham & London: Duke University Press.

Douglas, M., 1978. Purity and Danger: An Analysis of concepts of pollution and Taboo. London and Henley: Routledge & Kegan paul.

Eriksen, H. (Ed). 2003. Globalization Studies in Anthropologt. London-Sterling, Virginia: Pluto Press.

Featherstone, M. 1991. "Global Culture Nationalism, Globalization, and Modemity A Theory, Culture, and Society Special Issu", dalam Global culture: An Introduaion (EArted by M. Featherstone). London: NewburyPark-New Delhi.

Geertz, c., l98l . Abangan, satntri, Priyayi daram Masyarakat Jawa. Jakarta: Penerbit Pustaka Jaya.

Harianto, T. 1995. "Kesenian Singo Barong Merupakan Kesenian Asli Ban1ruwangi", Makalah dalam Sarasehan/pelatihan Insan Pariwisata dalam upaya Melestarikan dan Mempromosikan seni Budaya Tradisional Using.

Hutomo. 200r, sinkretisme Jawa-Islam, studi Kasus seni Kentrung suara Seniman Ralryat. Yogyakarta: penerbit Bentang Budaya.

Kamajaya. lgg2. I suro Tahun Baru rawa, perpaduan Jawa Islam.yogyakarta: Penerbit UP Indonesia.

Lewellen, T.c. 2002.Tha Anthropolog of Globalization: cultural Anthroplogt Enters The 21 sL Century. westsport, connecticut, London: Bergin & Garvev.

ISBN

978

- 602 -zg4 - ro7 -l

(22)

Nawiyanto,et

Seminar Nasional Sasha dai Denpasar, 27-Zt lr

rl, 1996,

"Ritus

Masyarakat

Osing

*"b:l:j:i

3a,1VuryU-fun

Timur", Laporan Hasil Penelitian. Jen

universitas Jember. Luttt'r e"e"ttun' rerrr'er: kmbaga Pe4it Rahayu, E.w. 2003. "Barong using dalam upacara Ider Bumi di Desa Keeh!. ,

Banyuwangi, Jawa Timur", Tesis. yogyakarta: pascasarjanaulGil 1 suhardi, 2009. Ritual: Pencarian Jalan Keselamatan Tataran Aqrme d..

Masyarakat perspektif Antroporogi. pidato p"ngutut.-dI Besar Antropolgi pada Fakultas Irmu Budaya, UGM vogyuk rt l' serad, L.2001. "Asal usul Selamaten Ider Bumi", Brosur dalam llpacam lda

Bumi. Kameren.

Subaharianto, A. 1996. "Mitologi Buyut cili dalam pandangan orang osrng di Desa'Kamiren,r Kabupaten Banyuwangi', Laporan penehii: Jember: Lernbaga Penelitian Universitas Jember.

Tsing, A.L. 2005. Friction An Ethnography of connection. princeton & oxfort Prirrceton University Press.

Zainuddin, s. dkk, l996."orientasi Nilai Budaya osing di Kabuparcr Banyuwangi", Laporan Penelitian. Jember: lrmbaga penelitiao Universitas Jember.

ISBN g78 - 602 - 2g4 - 107 - |

(23)

, i

Udayana

University

Referensi

Dokumen terkait

WILAYAH NAMA RUMAH SAKIT ALAMAT NO.. FAX

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan kadar estradiol dan histologi uterus mencit ( Mus musculus ) akibat induksi hormon estrogen, menguji pengaruh fase

Tujuan dengan durasi waktu lima tahun adalah tujuan yang tertera dalam rencana strategis (Renstra) UGM. Renstra disusun setiap lima tahun sekali oleh Rektor UGM

Pelaksanaan program kerja pada tahun 2013 menunjukkan bahwa keberhasilan kerjasama internasional terletak pada komitmen pimpinan di semua tingkat, pendanaan yang

Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif tipe Tim Siswa Kelompok Prestasi STAD (Student Teams

Stage Game adalah game yang terdiri dari 3 stage dengan setiap stage memiliki game yang sama yaitu balap tajog namun terdapat perbedaan kecepatan, rintangan dan fitur

Uji pendahuluan dilakukan dengan mengekstraksi serbuk kering kulit batang Sonneratia ovata Backer masing- masing sebanyak 25 g dengan pelarut organik yang berbeda

a) Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin. c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin. d) Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalkasana atonia uteri jika