• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODAL KERJA DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS DILIHAT DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM. ( Studi Pada BMT SYARI AH MAKMUR di Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS MODAL KERJA DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS DILIHAT DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM. ( Studi Pada BMT SYARI AH MAKMUR di Bandar Lampung)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODAL KERJA DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS DILIHAT DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

( Studi Pada BMT SYARI’AH MAKMUR di Bandar Lampung) Eki Tiyas Nurulia

Dosen Perbankan Syariah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhamadiyah Lampung

Email : ekiaza1988@gmail.com

ABSTRAK

Modal Kerja mempunyai arti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Penetapan modal kerja yang terlalu kecil akan mempengaruhi posisi likuiditas BMT. Apabila modal kerja yang terlalu besar menunjukkan adanya dana yang menganggur dan tidak produktif yang menyebabkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba.Pengelolaan modal kerja harus dilakukan secara maksimal dan seefektif mungkin dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip ekonomi Islam, agar tujuan BMT dalam meningkatkan laba baik secara materil maupun laba non materil dapat tercapai dan BMT mampu memenuhi segala kewajibannya. Untuk itu penelitian ini berupaya menganalisis pengelolaan modal Kerja BMT SYARI’AH MAKMUR Bandar Lampung guna menjaga posisi likuiditas dan meningkatkan profitabilitasdilihat dalamprespektifEkonomi Islam. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana pengelolaan modal kerja BMT SYARI’AH MAKMUR dalam memenuhi kebutuhan oprasionalnya? Dan Bagaimana efektifitas pengelolaan modal kerja dapat meningkatkan profitabilitas BMTdilihatdari prespektif ekonomi Islam? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan kondisi keuangan BMT LSYARI’AH MAKMUR serta menganalisis pengelolaan modal kerja BMT dalam memenuhi kebutuhan oprasionalnya sehari-hari serta untuk mengetahui efektifitas pengelolaan modal kerja dalam meningkatkan profitabilitas BMT dalam prespektif ekonomi Islam. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field research) yaitu terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang dibahas. Sesuai dengan judul dan fokus permasalahan yang diambil maka sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Adapun sumber data yang digunakan penulis yaitu sumber data primer dan skunder dengan metode pengumpulan datanya adalah observasi, interview dan dokumentasi. Teknik analisis data yangdigunakan dengan Melakukan analisis terhadap

(2)

profitabilitasBMTdengan menggunakan analisis rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitasdandikajimenggunakanteori-teoriekonomi Islam kemudian menarik kesimpulanterhadap hasil analisis yang telah dilakukanuntuk mengetahui keefektifan pengelolaan modal BMTdilihat dalamprespektifekonomi Islam. Dari hasil penelitian ini, diperoleh bahwa Kebijakan penetapan modal kerja pada BMT SYARI’AH MAKMUR Bandar Lampung dikatakan belum efektif, karena nilai yang dihasilkan mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat dari: Tingkat Likuiditas BMT masih mengalami penurunan, pada rasio aktivitas nilainya juga mengalami penurunan dan rasio profitabilitas BMT secara umum mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa turunnya efektifitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan laba. Dalam kajian ekonomi islam sangat ditekankan bahwa segala sesuatu harus dikerjakan secara itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas) dengan tetap berpedoman pada prinsip-prinsip ekonomi Islam seperti jujur, Adil, saling ridha, tidak ada pihak yang dirugikan dan terhindar dari unsur-unsur ribawi, larangan bersikap pemborosan, dan larangan membekukan modal.

Kata Kunci: Manajemen Modal Kerja, Likuiditas,dan Profitabilitas.

A. PENDAHULUAN

Sejak terjadi krisis ekonomi yang melanda, bangsa Indonesia mengalami kesulitan ekonomi yang luar biasa.Nilai rupiah menurun tajam sehingga harga barang untuk kebutuhan sehari-hari menjadi naik.Selain itu dengan terjadinya keadaan seperti ini kondisi keuangan perbankan menjadi tidak stabil.Banyak bank konvensional yang dilikuidasi karena kondisi keuangannya yang tidak mencukupi.Ini terjadi karena biaya yang harus dikeluarkan untuk bunga nasabah lebih besar dari pada pendapatan dari bunga hasil pinjaman nasabah, sehingga banyak bank yang menderita kerugian.Hal ini tidak terjadi pada bank dan lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syari’ah.di antaranya juga terdapat BMT.Pada Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) kondisi keuangan mereka cukup stabil. Hal ini dikarenakan sistem yang digunakan menggunakan sistem bagi hasil.( Nurul Widiya Ningrum, 2002 : 04)

BMT (Baitul Mal wa Tamwil) merupakan salah satu unit usaha yang cara kerjanya sangat mirip dengan bank syariah.( Zainudin Ali, 2008 : 59) Meskipun cara kerjanya mirip dengan bank syari’ah, namun BMT memiliki pangsa pasar tersendiri yaitu masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan.( Nurul & Mohamad, 2010 : 363). BMT menghimpun

(3)

dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan dalam bentuk pembiayaan dengan tujuan agar uang tersebut dapat berkembang. Hasil dari pembiayaaninilah yang akan dibagikan untuk pihak BMT dan juga nasabah, yang sering kita kenal dengan istilah bagi hasil.( Heri Sudarsono, 2008 : 103)

Modal kerja yang telah dikeluarkan diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka pendek melalui hasil penjualan produk. Modal kerja yang berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan operasional selanjutnya. Demikian, modal kerja akan terus berputar setiap periodenya di dalam perusahaan. ( Bambang Riyanto, 2000 : 57) Pengelolaan modal kerja merupakan tanggung jawab setiap manajer atau pimpinan perusahaan. Manajer harus mengadakan pengawasan terhadap modal kerja agar sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif di masa mendatang.

Manajer juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja guna menyusun rencana aktifitas untuk periode mendatang. Selain itu, manajer harus menghindari adanya kelebihan maupun kekurangan modal kerja. Kelebihan akan mengakibatkan adanya dana yang menganggur dan membuang kesempatan memperoleh laba. Kekurangan akan mengakibatkan tingkat kegiatan yang akan dilaksanakan lebih rendah dari tingkat kegiatan yang direncanakan. Oleh karenanya, diperlukan perhitungan yang tepat dalam mengelola modal kerja agar tercapai keseimbangan yang optimal.( Bambang Riyanto, 2000 : 58)

Dalam pandangan Al-Quran, uang merupakan modal serta salah satu faktor produksi yang penting, tetapi bukan yang terpenting. Manusia menduduki tempat di atas modal disusul sumber daya alam. Pandangan ini berbeda dengan pandangan sementara pelaku ekonomi modern yang memandang uang sebagai segala sesuatu, sehingga tidak jarang manusia atau sumber daya alam dianiaya atau ditelantarkan.( Suhendi, 2005 : 68)

Dalam sistem ekonomi Islam modal diharuskan terus berkembang agar sirkulasi uang tidak berhenti. Di karenakan jika modal atau uang berhenti (ditimbun/stagnan) maka harta itu tidak dapat mendatangkan manfaat bagi orang lain, namun seandainya jika uang diinvestasikan dan digunakan untuk melakuakan bisnis maka uang tersebut akan mendatangkan manfaat bagi orang lain, termasuk di antaranya jika ada bisnis berjalan maka akan bisa menyerap tenaga kerja. (Suhendi, 2005 : 69)

Karena itu pula modal tidak boleh menghasilkan dari dirinya sendiri, tetapi harus dengan usaha manusia. Ini salah satu sebab mengapa membungakan uang, dalam bentuk riba

(4)

dan perjudian, dilarang oleh Al-Quran. Salah satu hikmah pelarangan riba, serta pengenaan zakat sebesar 2,5% terhadap uang (walau tidak diperdagangkan) adalah untuk mendorong aktivitas ekonomi, perputaran dana, serta sekaligus mengurangi spekulasi serta penimbunan.

Pada dasarnya BMT harus selalu berusaha agar dana yang telah disalurkan untuk membiayai kegiatannya dapat kembali masuk ke dalam koperasi melalui penjualan produk atau jasa yang dilakukannya. Ukuran baik untuk menilai keberhasilan koperasi bukanlah terletak pada besarnya laba yang dihasilkan koperasi, tetapi lebih ditekankan pada efisiensi pengelolaan modal koperasi yang digunakan untuk menghasilkan laba dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip ekonomi Islam. Yang perlu diperhatikan jika koperasi memperoleh modal tersebut dari pinjaman maka koperasi akan menanggung resiko yaitu berupa bagi hasil atas pinjaman tersebut, semakin besar modal yang dipinjam akan semakin besar pula bagi hasil yang harus ditanggung oleh koperasi.

BMT SYARI’AH MAKMUR sebagai salah satu koperasi jasa keuangan yang mempunyai unit usaha yang banyak di bidang pelayanan jasa.Dalam hal ini tidak terlepas dari kebutuhkan pengelolaan modal kerja yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan.BMT SYARI’AH MAKMUR sebagai salah satu koperasi syariah yang modern dan telah dikelola secara professional dalam menentukan hasil dengan menggunakan sistem bagi hasil dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip syariah, Alternatif tersebut membutuhkan pengelolaan modal kerja yang lebih baik sehingga dapat terhindar dari kekurangan maupun kelebihandana. Kekurangan maupun kelebihan modal kerja menunjukkan pengelolaan modal kerja kurang efektif atau kurang produktif dan pada akhirnya menimbulkan kerugian karena kesempatan memperoleh profitabilitas yang wajar telah disia-siakan.

Saat ini BMT SYARI’AH MAKMUR dilihat dari total aset yang dikelola telah mengalami peningkatan atau kemajuan, dengan kata lain hal ini menunjukkan bahwa BMT SYARI’AH MAKMUR memiliki kinerja yang cukup baik. Hal tersebut merupakan aspek yang penting dan berpengaruh pada kegiatan operasional BMT, apabila efektivitas menurun atau kecil dampaknya profitabilitas dan kinerja BMT akan buruk, maka dari itu pada BMT SYARI’AH MAKMUR ini sangat penting sekali untuk dinilai laporan keuangannya agar pihak pengelola BMT dapat mengambil keputusan yang tepat dalam penetapan modal kerja demi semakin berkembangnya dan meningkatnya profitabilitas dan tingkat likuiditas BMT itu sendiri.

(5)

Berdasarkan hasil survei, pengelolaan modal BMT SYARI’AH MAKMUR sudah dijalankan dengan prinsip kehati-hatian. Banyak dana yang ditahan dengan tujuan untuk meningkatkan cadangan likuiditas, Jika dilihat dari sisi profitabilitas maka keuntungan BMT lebih kecil karna banyak dana yang ditahan untuk cadangan likuiditas, namun di sisi lain BMT dianggap likuid karena cadangan likuiditas BMT lebih besar dibandingkan dengan dana yang disalurkan untuk pembiayaan. Dengan begitu BMT mampu memenuhi kewajibannya sebagai pemegang dana, ketika ada nasabah yang hendak mengambil dananya sewaktu-waktu tanpa adanya suatu penundaan.( Risa, 2016)

Kebijakan yang diberikan BMT ketika ada nasabah yang ingin menarik dananya dalam jumlah yang relatif besar maka dua hari sebelumnya, nasabah tersebut harus memberitahu pihak BMT, namun pada realitanya ketika nasabah ingin mengambil dananya dalam jumlah yang relatif besar, nasabah tersebut tidak memberi konfirmasi terlebih dahulu sehingga membuat cadangan likuiditas yang ada menurun bahkan berada pada posisi underlikuid, karena tidak sepenuhnya likuiditas disimpan atau ditempatkan dikantornya sendiri. (Feri Aditiya, 2016)

BMT akan menempatkan likuiditasnya ke cabang lain yang membutuhkan kucuran dana, apabila cabang lain tidak ada yang membutuhkan maka dana tersebut akan ditempatkan dikantor pusat. Cadangan minimum likuiditas yang ada di BMT SYARI’AH MAKMUR Bandar Lampung yaitu sebesar 5% dari total aset, namun ketika menyongsong bulan ramadhan sampai hari raya idul fitri cadangan minimum likuiditas mencapai 10% dari total aset dikarenakan banyak nasabah yang menarik dananya dan mengajukan pembiayaan untuk kebutuhan konsumtifnya. Ketika pihak BMT mengalami kekurangan dana, BMT akan mengambil dananya yang ditempatkan dicabang lain maupun di kantor pusat, dan ketika tetap tidak mencukupi maka pihak BMT akan meminjam dana ke kantor pusat. Disinilah peran kantor pusat yaitu untuk mengcover cabang-cabang yang mengalami kekurangan likuiditas. Aset terbesar BMT yaitu berasal dari tabungan masyarakat (DPK), Selain dari masyarakat pihakBMT juga mendapat pinjaman dari bank muamalat dan bank syari’ah mandiri sebagai mitra kerja.

Dalam strategi fundingnya setiap AO (accounting officer) harus bisa menghimpun dana dari masyarakat sebesar Rp 30.000.000 setiap bulannya, namun pada kenyataan belum ada yang mencapai jumlah yang ditargetkan.( Feri Aditiya, 2016) Adanya pembiayaan bermasalah atau kredit macet juga sangat mempengaruhi modal BMT, nasabah yang belum bisa mengembalikan pinjaman beserta bagi hasil yang telah disepakati, secara pasti akan

(6)

mengurangi pendapatan BMT dan akan mempengaruhi tingkat likuiditas yang ada, karena sebagian besar dana yang disalurkan untuk pembiayaan merupakan dana yang berasal dari masyarakat yang bisa diambil sewaktu-waktu.( Risa, 2016)

Berdasarkan uraian di atas, dengan total aset yang dimiliki BMT SYARI’AH MAKMUR Bandar Lampung yang relatif besar sehingga diperlukan manajemen atau pengelolaan dana secara efektif dan optimal. Oleh sebab itu sangat menarik untuk dikaji terkait dengan efektifitas pengelolaan modal BMT SYARI’AH MAKMUR dalam menjaga tingkat likuiditas dan meningkatakan profitabilitasdilihat dari prespektif Ekonomi Islam.

B. Teori

1. Pengertian Modal Kerja

Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk menjalankan operasi sehari-hari. Dana yang telah dikeluarkan diharapkan akan dapat kembali lagi kedalam perusahaan dalam waktu yang pendek memlalui hasil penjualan produk. Uang yang masuk dari hasil penjualan produk tersebut akan digunakan untuk membiayai operasi selanjutnya.

Modal Kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.

Definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa modal kerja adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan dana yang telah dikeluarkan diharapkan dapat kembali masuk dalam jangka waktu yang pendek.

Ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan, yakni:

a) Konsep kuantitatif

Konsep ini menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek.

b) Konsep kualitatif

Dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek, yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan.

(7)

c) Konsep fungsionil

Konsep ini menjelaskan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.

Dari uraian di atas tidak hanya memusatkan modal kerja, hanya sebatas pada jumlah yang diperlukan oleh suatu perusahaan yang harus ada untuk mencukupi kebutuhannya, tetapi juga menitikberatkan pada kualitas modal kerja yang ada pada perusahaan tersebut dan apa fungsi dari dana tersebut.

2. Jenis-jenis Modal Kerja

Jenis-jenis modal kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:

a) Modal Kerja Permanen

Yaitu Modal Kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat berfungsi dengan baik dalam suatu periode akuntansi yang diperlukan untuk kelancaran usaha.

b) Modal Kerja Variabel

Yaitu Modal Kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan perberubah-ubahan keadaan suatu periode.

3. Pentingnya Modal Kerja

Tersedianya Modal Kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi bergantung pada sifat dari aktiva lancar yang dimiliki. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan. Menurut Munawir ada beberapa keuntungan lain apabila perusahaan memiliki Modal Kerja yang cukup, antara lain:

a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.

b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban tepat pada waktunya. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.

c. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.

(8)

d. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.

Berdasarkan pendapat di atas menjelaskan bahwa tersedianya Modal Kerja dalam suatu perusahaan sangatlah berperan untuk membantu perusahaan dalam membiayai semua aktivitas-aktivitas operasionalnya sehari-hari sehingga tujuan perusahaan pun dapat tercapai.

C. Metodelogi

Jenis dari penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field research) yaitu terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang dibahas.( Sutrisno Hadi, 1981 : 04) Penelitian lapangan adalah penelitian yang bertujuan mempelajari secara intensif latar belakang dan keadaan sekarang dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial.(Edi Kusnadi, 2008 : 17) Sesuai dengan judul dan fokus permasalahan yang diambil maka sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode pendekatan kuantitatif.

Penelitian ini menggunakan beberapa sumber data, baik itu sumber data primer, maupun sumber data sekunder.Sumber data primer adalah “data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya.”( Sumardi Surya Brata : 39) Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data primer yaitu Manajer dan karyawan BMT SYARI’AH MAKMUR. Sedangkan sumber data sekunder “adalah bahan-bahan atau data yang menjadi pelengkap dari sumber data primer”.( Cik Hasan Bisri, 2003 : 32) Dan sumber data sekunder yang penulis gunakan berasal dari laporan keuangan BMT SYARI’AH MAKMUR periode 2012 - 2016. Dalam mengumpulkan dan mencatat data dalam penelitian menggunakan tiga metode, yaitu:

1. Interview atau Wawancara

Interview atau wawancara adalah “suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan untuk memperoleh informasi”.( Nasution, 2006 : 113)Menurut Beni Ahmad Saebani, “Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukarinformasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu data tertentu”.( Beni Ahmad, 2008 : 90) Dalam penelitian ini untuk dapat mencapai apa yang diharapkan maka penulis menggunakan interview bebas terpimpin untuk mewawancarai karyawan dan manajer BMT SYARI’AH MAKMUR, di mana penulis menyiapkan pertanyaan secara garis besar mengenai hal-hal yang terkait dengan pengelolaan manajemen likuiditas BMT.

(9)

2. Metode Observasi

Observasi menurut Kartini Kartono adalah” studi yang diupayakan dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan atau pencatatan”.( Kartini Kartono, 1996 : 32) Observasi yang dilakukan dalam hal ini adalah observasi langsung atau pengamatan langsung yaitu “cara pengumpulan data berdasarkan pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung tanpa melalui alat bantu yang berstandar”.(M. Subana Sudrajat, 2001 : 143) Observasi itu terdiri dari observasi partisipasi (participant observasi) ialah jika observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti, keadaan yang sebaliknya disebut observasi non partisipasi.( Husaini Husman & Purnomo, 2003 : 56) Observasi yang dilakukan penulis bersifat non partisipasi karena tidak terlibat secara langsung dalam proses pelaksanaan manajemen likuiditas ataupun transaksi di BMT SYARI’AH MAKMUR.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu “pengumpulan data yang bersumber dari tulisan atau dokumen”.(W. Gulo, 2005 : 123).Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi adalah “metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber tertulis atau dokumen-dokumen berupa buku-buku, majalah-majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”.Dalam metode dokumentasi ini dapat diambil dari AD/ART BMT, Hasil RAT, Jurnal akuntansi dan laporan Keuangan BMT SYARI’AH MAKMUR.

Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah sebagai berikut:

1) Melakukan analisis terhadap profitabilitasBMTdengan menggunakan analisis rasio profitabilitas:

a. ROI (Return On Investment)

b. ROE (Return On Equity)

2) Melakukan analisis terhadap pengelolaan unsur-unsur pengelolaan modal kerja yang efektif dengan menggunakan analisis rasio likuiditas dan rasio aktivitas :

3) Mendiskripsikan dan menarik kesimpulanterhadap hasil analisis yang telah dilakukanuntuk mengetahui keefektifan pengelolaan modal BMT.

(10)

Dalam pembahasan penelitian ini menggunakan beberapa rasio diantaranya adalah : 1. Analisis Rasio Keuangan

Deskripsi data rasio keuangan yang erat hubungannya dengan pengelolaan modal kerja yang dilakukan dengan cara menganalisis Neraca dan Laporan Sisa Hasil usaha tahun 2014 sampai tahun 2015.

a. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Beberapa ukuran rasio profitabilitas yang mencerminkan kemampuan menggunakan total aktiva dan modal sendiri dalam opersional yaitu:

1) ROI (Return On Investment)

Return On Investment mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah seluruh aktiva yang tersedia di dalam koperasi. Return On Investmentdapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

ROI = laba bersih sesudah pajak X 100% Total aktiva

Tabel 1 Perhitungan Return On Investment BMT SYARI’AH MAKMUR Tahun 2012 – 2016

Tahun EAT Total Aktiva ROI Kenaikan

Penurunan 2012 12.778.862 460.584.919 0,027% - 2013 4.952.697,87 545.886.417,16 0,009% 0,018% (-) 2014 7.611.342,88 778.177.499,20 0,001% 0,008% (-) 2015 4.274.702,34 763.253.746,20 0,005% 0,004 % 2016 345.499,71 722.344.954,20 0,004% 0,001 % (-)

Sumber : Laporan Keuangan

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa Return On Investment yang diperoleh menurun. Pada tahun 2012 sampai tahun 2016 mengalami penurunan yang beragam kenaikan/penurunan. Hal tersebut menunjukkan pengelolaan total aktiva

(11)

masih belum efektif. Koperasi perlu meningkatkan pengelolaan total aktiva secara lebih efektif agar dapat memperoleh Return On Investment lebih besar dari untuk tahun berikutnya. Islam sangat menganjurkan bahwasannya hari ini harus lebih baik dari hari kemarin seperti sebuah hadis yang artinya: “barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung dan barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi”.

2) ROE (Return On Equity)

Return On Equity merupakan perbandingan dari laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Secara lengkap Return On Equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi koperasi atas modal yang diinvestasikan di dalam koperasi tersebut. Semakin tinggi tingkat Return On Equity berarti semakin tinggi tingkat pendapatan yang diperoleh koperasi. Return On Equity dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut:

ROE = laba bersih sesudah pajak x 100% Modal Sendiri

Return On EquityBMT SYARI’AH MAKMUR disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut:

Tahun EAT Modal sendiri ROE Kenaikan

Penurunan 2012 12.778.862 111.519.905,82 0,114% 2013 4.952.697,87 143.327.399,87 0,035% 0,079% (-) 2014 7.611.342,88 175.064.349,83 0,039% 0,004% 2015 4.274.702,34 232.798.541,33 0,018% 0,021% (-) 2016 345.499,71 250.880.689,13 0,001% 0,017% (-)

Sumber : Laporan Keuangan

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa Return On Equity yang diperoleh cenderung turun. Seperti halnya yang ditunjukan pada tabel 1 yaitu pada nilai ROI yang selalu mengalami penurunan tiap tahunnya. Hasil Return On Equity menunjukkan pengelolaan modal sendiri belum efektif, meskipun laba bersih setelah pajak dan modal sendiri mengalami peningkatan tetapi Return On Equity yang

(12)

diperoleh hanya sebesar 0,114% pada tahun 2012. Koperasi perlu mengelola modal kerja agar dapat memperoleh Return On Equity sebesar 0,001% seperti tahun 2016 Koperasi perlu mengelola modal kerja secara efektif agar dapat memperoleh Return On Equity di atas 7,28% seperti tahun 2014.

Pencapaian keuntungan (laba) dalam perspektif Islam harus beretika. Etika memperoleh keuntungan tersebut mengacu kepada sumber ajaran ekonomi syariah.Keuntungan yang beretika akan melahirkan keberkahan. Sehingga ditemukan dalam teori perilaku produsen muslim bahwa tujuan produsen muslim memproduksi barang dan jasa adalah untuk mencapai mashlahah maksimum.

b. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan menggunakan aktiva lancar untuk membayar hutang lancar. Beberapa ukuran rasio yang mencerminkan kemampuan menggunakan aktiva lancar untuk membayar hutang lancar yaitu:

1) NWC (Net Working Capital)

Net Working Capital merupakan selisih antara current asset (aktiva lancar) dengan current liabilities (hutang lancar) jumlah net working capital yang semakin besar menunjukkan tingkat likuiditasyang semakin tinggi pula. Net Working Capital dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

NWC = Aktiva Lancar - Hutang Lancar

Tabel 3 Perhitungan Net Working Capital BMT SYARI’AH MAKMUR Tahun 2012 – 2016

Tahun Aktiva lancar Hutang lancar NWC Kenaikan penurunan 2012 379.249.000 249.940.731 129.308.269 2013 417.555.500 171.370.010,77 246.185.489,73 116.877.220,7 2014 659.892.000 272.639.720,07 387.252.279,93 141.066.790,2 2015 641.734.800 394.728.438 247.006.362 140.245.917,93 (-) 2016 616.644.800 296.179.877,01 320.464.912,99 73.458.550,99

(13)

Berdasarkan tabel 3 di atas Net Working Capital pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 mengalami kenaikan. Pada tahun 2012 sebesar Rp 129.308.269, sedangkan pada tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar Rp 320.464.912,99. Tabel 3 di atas menunjukkan tingkat likuiditas BMT SYARI’AH MAKMUR sangat tinggi disebabkan oleh naiknya aktiva lancar jauh lebih besar dari naiknya hutang lancar. Perbandingan Net Working Capital dari tahun ke tahun juga bisa memberikan gambaran tentang jalannya operasional BMT SYARI’AH MAKMUR Bandar Lampung. Dari tabel tersebut dapat kita lihat kemampuan BMT dalam memenuhi kewajibanya seperti penarikan dana oleh nasabah deposan, pembiayaan atau kebutuhan lainnya bisa terpenuhi dengan adanya cadangan likuiditas yang besar, nasabahpun akan merasa aman dan yakin sewaktu-waktu ingin mengambil dananya.

2) CR (Current Ratio)

Current Rasio merupakan suatu pengukuran berapa kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Current Rasio dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Current Rasio= aktiva lancar x 100% Hutang lancar

Current Rasio BMT SYARI’AH MAKMUR disajikan dalam Tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4 Perhitungan Current Rasio BMT SYARI’AH MAKMUR Tahun 2012 – 2016

Tahun Aktiva lancar Hutang lancar CR Kenaikan penurunan 2012 379.249.000 249.940.731 1,517% 2013 417.555.500 171.370.010,27 2,436% 0,919% 2014 659.892.000 272.639.720,07 2,420% 0,016% (-) 2015 641.724.800 394.728.438 1,626% 0,794% (-) 2016 616.644.800 296.179.877,01 2,082% 0,456%

(14)

Berdasarkan tabel 4 di atas Current Rasio pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 balance ada yang mengalami kenaikan dan penurunan. Pedoman umum tingkat Current Ratio 200% sudah dianggap baik. Pada tahun 2012 sebesar 1,517%, sangat jauh dari tingkat pedoman yaitu sebesar 200%, pada tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 2,082%. Pada tabel 4 di atas dapat dikategorikan bahwaCurrent Rasio tahun 2012 sampai tahun 2016 masih belum baik karena nilai Current Rasio berada di bawah standar 200%, yaitu 1,517% dan 2,082%. penurunan Current Rasio dari tahun 2014 sampai tahun 2016 disebabkan semakin tingginya hutang lancar yang diiringi oleh kenaikan aktiva lancar. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pengelolaan modal kerja belum efisien dan sebaiknya meningkatkan CR sekitar 200% atau diatas 200%.

C. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas menunjukkan kemampuan menggunakan aktiva lancar dalam menjalankan aktivitas operasional. Beberapa ukuran rasio aktivitas yang mencerminkan kemampuan menggunakan aktiva lancar untuk operasional yaitu:

1) Perputaran Kas (Cash Turn Over)

Cash Turn Over menunjukkan perputaran kas dalam menghasilkan penjualan, semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin efisien mengelola kas. Cash Turn Over dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Cash Turn Over = penjualan kas

Tabel 7 Perhitungan Cash Turn Over BMT SYARI’AH MAKMUR Tahun 2012 – 2016

Tahun Penjualan Kas Cash turn over Kenaikan penurunan 2012 135.388.242 6.330.640 21,386 kali 2013 133.708.000 24.622.739,96 5,430 kali 15,956 kali (-) 2014 221.964.400 11.132.200 19,938 kali 14,508 kali 2015 194.763.031 19.016.500 10,241 kali 9,697 kali (-) 2016 153.704.450 16.776.450 9,162 kali 1,079 kali (-)

(15)

Berdasarkan tabel 7 di atas Cash Turn Over pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 mengalami penurunan. Pada tahun 2012 sebesar 21,386 kali, sedangkan tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 9,162 kali menjadi 12,224 kali. Hasil ini disebabkan berubahnya/ naik turunnya (fluktuasi) kas dari tahun ke tahun diikuti dengan berubahnya/ naik turunnya (flukuasi) penjualan tiap tahun pada BMT. Cash Turn Over yang sangat kecil menunjukkan pengelolaan kas juga masih belum efisien, BMT perlu untuk meningkatkan dalam mengelola dana yang tertanam dalam kas. Jumlah k\as yang tidak tetap atau naik turun (fluktuasi) dan jumlahnya terlalu besar jika ditinjau dari tingkat likuiditas memang sangat baik, tetapi jika ditinjau dari profitabilitas yang dicapai menjadi lebih kecil karena menyebabkan banyak uang kas yang menganggur. Manajemen koperasi perlu mengefektifkan penggunaan kas sesuai dengan kebutuhan dan jangan sampai terjadi kelebihan kas maupun kekurangan kas dalam operasionalnya sehari-hari. 2) Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)

Working Capital Turn Over adalah kemampuan modal kerja bersih berputar dalam satu periode siklis kas perusahaan. Working Capital Turn Over dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Working Capital Turnover = penjualan bersih – aktiva lancar Hutang lancar

Tabel 8 Perhitungan Working Capital Turnover BMT L-RISMA Tahun

Tahun Penjualan Aktiva lancar Hutang lancar WCOT Kenaikan penurunan 2012 135.388.242 379.249.000 249.940.731 -0,975 kali 2013 133.708.000 417.555.500 171.370.010,27 -1,656 kali 0,681kali (-) 2014 221.964.400 659.892.000 272.639.720,07 -1,606 kali 0,05 kali (-) 2015 196.763.031 641.724.800 394.728.438 -1,127 kali 0,479kali (-) 2016 153.704.450 616.644.800 296.179.877 -1,563 kali 0,436 kali Sumber : laporan keuangan

(16)

Berdasarkan tabel 8 di atas Working Capital Turn Over pada tahun 20142 sampai dengan tahun 2016cenderung turun. Pada tahun 2012 sebesar -0,975 kali, sedangkan tahun 2016 mengalami penurunan sebesar -0,588 kali menjadi -1,563 kali. Penurunan Working Capital Turn Over berubahnya (fluktuasi) dari penjualan bersih disertai dengan meningkatnya aktiva lancar. Penurunan Working Capital Turn Over ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran modal kerja BMT belum cukup efektif sehingga pihak manajemen BMT hendaknya lebih meningkatkan pengelolaan modal kerja agar dapat meningkatkan keuntungan koperasi.

2. Pembahasan Upaya Meningkatkan Profitabilitas dan Menjaga Tingkat likuiditas Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa tingkat ROI yang diperoleh sangat kecil/menurun sedangkan berdasar pada tabel 2 di atas tingkat ROE yang diperoleh pada tahun 2016 juga menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan total aktiva belum efektif dan efisien. BMTperlu sekali meningkatkan pengelolaan aktiva khususnya pengelolaan aktiva lancar atau modal kerja secara lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan profitabilitas dan menjaga tingkat likuiditas melalui kebijakan sebagai berikut:

a. Kebijakan Dalam Mengelola Kas

Kas merupakan unsur modal kerja yang paling likuid, jumlah kas yang ada di dalam koperasi tidak boleh melebihi standar ketentuan banyak atau sedikitnya jumlah kas yang harus dimiliki oleh koperasi,karena menyebabkan dana pada koperasi tidak produktif. Kebijakan pengelolaan kas BMT SYARI’AH MAKMUR dapat ditempuh dengan menggunakan budget kas. Manajemen koperasi perlu meningkatkan pengelolaan kas yang lebih efisien agar jumlah kas yang tersedia sesuai dengan kebutuhan yaitu operasional sehari-hari tidak terganggu dan mapu membayar berbagai hutang lancar tepat pada waktunya.

b. Kebijakan Dalam Mengelola Piutang

Koperasi perlu memiliki manajemen piutang yang baik, sehingga mempercepat tingkat perputaran dan memperkecil collection period-nya. Karena adanya over investment dalam piutang menandakan sebagian besar modal kerja yang tertanam dalam piutang tidak termanfaatkan secara baik, akibatnya efisiensi dan efektivitas dari pengelolaan modal kerja menurun dan kesempatan memperoleh keuntungan berkurang. Dalam pengelolaan piutangpun pihak BMT menggunakan asas taawun (tolong menolong) ketika ada nasabah yang belum bisa mengembalikan pinjaman maka pihak

(17)

BMT pun tidak langsung melelang atau menjual barang jaminan yang ada, namun pihak BMT memberikan peringatan dan arahan kepada nasabah tersebut.

c. Kebijakan Dalam Mengelola Rasio Likuiditas

Manajemen koperasi perlu untuk meningkatkan pengelolaan modal kerja yang lebih efektif dan efisien agar koperasi dapat meningkatkan jumlah profitabilitas dan menjaga tingkat likuiditas. Dalam hal ini pada tabel 5 yaitu Quick Ratio yang sangat tinggi telah menggambarkan kemampuan yang sangat besar dalam membayar hutang lancar, namun banyak aktiva likuid yang menganggur. Berarti mencerminkan kurang efektifnya dan menyebabkan perolehan tingkat profitabilitas yang dicapai menjadi sangat kecil. Dalam sistem ekonomi Islam modal diharuskan terus berkembang agar sirkulasi uang tidak berhenti.

d. Menerapkan Proyeksi laporan Keuangan untuk Tahun Berikutnya

Setelah dikemukakan beberapa pemecahan masalah di atas, maka untuk lebih memudahkan melihat peningkatan profitabilitas, likuiditas, aktivitas yang ada pada BMT perlu diterapkan perhitungan proyeksi keuangan untuk tahun berikutnya dengan melihat faktor-faktor penghambat dan faktor pendukung dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip ekonomi Islam.

3. Pengelolaan Modal Dalam Prespektif Ekonomi Islam

Dalam organisasi maupun sebuah lembaga sangat ditekankan adanya pengelolaan ataupun manajemen yang baik, sehingga apa yang menjadi tujuan dari lembaga tersebut akan tercapai dengan maksimal. Pentingnya BMT mengelola modal secara baik, terutama ditujukan untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebabkan oleh adanya kekurangan dana serta untuk memaksimalkan laba yang diperoleh BMT. Dalam alqur‟an disebutkan bahwasanya Allah menyukai orang-orang yang dalam mengerjakan sesuatu dengan teratur. Alqur‟an surat As-Shaf ayat 04:

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Dari ayat-ayat di atas mengandung penjelasan bahwa segala sesuatu hendaknya dilakukan dengan optimal dan sungguh-sungguh. Janganlah melakukan tugas dan wewenangnya dengan asal-asalan. Jika segala sesuatu dilakukan dengan optimal, maka hasilnya pun akan maksimal.

Begitu pula dengan pengelolaan modal BMT harus dikelola dengan tepat dengan maksud dan tujuan untuk memperkecil adanya risiko kekurangan maupun kelebihan dana,

(18)

karena akibat dari kekurangan dana akan berpengaruh terhadap berkurangnya kepercayaan masyarakat dan kelebihandana juga memberikan efek yang tidak bagus buat BMT karena banyak dana yang idle atau menganggur sehingga profit yang dihasilkan lebih sedikit. Selain itu dengan menjaga tingkat likuiditas yang cukup, BMT dapat memenuhi semua kewajibannya seperti memenuhi penarikan dana oleh deposan, pemberian kredit, kebutuhan operasional BMT serta kebutuhan BMT lainnya baik kebutuhan jangka pendek maupun kebutuhan jangka panjang BMT, yaitu dengan penyediaan kas secara terus menerus dan menjaga tingkat likuiditas yang ada.

Untuk mencapai tujuan BMT secara optimal maka pihak BMT harus mempersiapkan sumber daya mausia yang berkompeten dibidang lembaga keuangan syariah, dengan bekal ilmu yang mumpuni dan semangat kerja, maka pengelolaan akan menjadi lebih maksimal. Dari hasil analisis dapat kita lihat bahwa pengelolaan modal di BMT SYARI’AH MAKMUR terbilang belum efektif, dengan adanya dana yang menganggur. Hal ini akan mempengaruhi tingkat profit BMT dan disisi lain kurangnya penyaluran pembiayaan juga menutup akses masyarakat untuk melakukan usaha produktif bagi masyarakat yang membutuhkan dana untuk usaha. Dalam ekonomi Islam konsep ta‟awun sangat dianjurkan, dengan demikian pihak BMT sebagai pemegang dana bisa menyalurkan dananya.

Perusahaan pada umumnya bertujuan memperoleh laba secara efisien dari pemanfaatan potensi yang di milikinya dengan baik. Perusahaan dituntut untuk beroperasi dengan efektifitas dan efisiensi. modal kerja perusahaan merupakan faktor penting untuk biaya operasi sehari hari, karena modal kerja merupakan faktor yang utama penggerak operasional perusahaan dan disini lebih dari separuh jumlah aktiva yang ada pada perusahaan adalah aktiva lancar yang merupakan unsur dari modal kerja dan dalam pengelolaan modal bertujuan untuk mendapatkan untung atau profit.

Manajemen laba dalam tinjauan etika Islam harus dilakukan berdasarkan spirit Islam dengan dilakukan melalui proses Islami dan memberikan dampak dan implikasi yang bermanfaat bagi semua pihak. Spirit Islami dalam manajemen laba dilakukan dengan cara mengorientasikan tujuan manajemen laba kepada utilitas yang tidak hanya bersifat materi tetapi juga utilitas nonmateri, sehingga upaya maksimalisasi keuntungan sebagai satu-satunya tujuan manajemen laba akan bertentangan dengan etika Islam. Manajemen laba juga harus mengorientasikan utilitas tersebut kepada seluruh pihak stakeholders, tidak hanya kepada manajer dan stockholders. Penciptaan orientasi kepada stakeholders pada akhirnya akan mengubah orientasi praktik manajemen laba dari egoisme perusahaan untuk menguntungkan

(19)

diri sendiri secara internal (self-interest), menuju upaya pemberian manfaat kepada seluruh pihak (stakeholders-interest).

dalam mencari keuntungan atau laba, prinsip keadilan harus diterapkan, supaya tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan.

Dalam pengelolaan modal harus memperhatikan kaidah-kaidah Islam seperti larangan mengenakan bunga, larangan bersikap pemborosan, dan larangan membekukan modal. Dalam sistem ekonomi Islam modal itu harus terus berkembang, dalam arti tidak boleh stagnan, apalagi sampai terjadi idle (menganggur). Artinya, hendaknya modal harus berputar. Islam dengan sistem sendiri, didalam upaya memanfaatkan dan mengembangkan modal, menekankan tetap memikirkan kepentingan orang lain. Oleh karena itu, dalam kaitanya dalam penggunaan jasa keuangan misalnya, islam menempuh cara bagi hasil dengan untuk dibagi dan rugi ditanggung bersama. Dengan sisitem semacam ini modal dan bisnis akan terus terselamatkan, tanpa merugikan pihak manapun. Dengan demikian tujuan falahpun akan tercapai.

E. Kesimpulan

Dari hasil analisis dapat disimpulkan:

1. Pengelolaan modal kerja BMT SYARI’AH MAMUR dalam memenuhi kebutuhan oprasionalnya sudah dijalankan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian, terbebas dari unsur ribawi dan tetap perpegang teguh pada prinsip ekonomi Islam. Adapun sumber dana dihasilkan dari sumber-sumber yang halal dan dalam penyaluran dana juga dilakukan dalam usaha-usaha yang produktif dan sah menurut syara.

2. Kebijakan penetapan modal kerja pada BMT SYARI’AH MAMUR Bandar Lampung dikatakan belum efektif, karena nilai yang dihasilkan mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat dari:

a. Tingkat Likuiditas BMT masih mengalami penurunan meskipun berada melebihi rata-rata standar umum dari perusahaan yaitu 200%, terutama pada Cash Ratio yang masih mengalami penurunan dan belum memenuhi standar minimum yang biasa digunakan, maka tingkat likuiditas masih harus dan perlu untuk ditingkatkan lagi.

b. Pada rasio aktivitas dari tahun ke tahun nilainya mengalami naik turun, sehingga perputaran piutangnya menjadi semakin melambat dari putaran sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan kredit yang ditetapkan koperasi belum efektif.

(20)

c. Kondisi rasio profitabilitas BMT secara umum mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa turunnya efektifitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan laba. Return On Equity pada tahun 2012 sebesar 0,114%, sedangkan tahun 2016 sebesar 0,001%. Return On Equity menurun menunjukkan pengelolaan modal sendiri belum efektif.

Dalam ekonomi Islam sangat ditekankan bahwa segala sesuatu harus

dikerjakan secara itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas) dengan tetap berpedoman pada prinsip-prinsip ekonomi Islam seperti jujur, Adil, saling

ridha, tidak ada pihak yang dirugikan dan terhindar dari unsur-unsur ribawi, larangan bersikap pemborosan, dan larangan membekukan modal. Dalam sistem ekonomi Islam modal itu harus terus berkembang, dalam arti tidak boleh stagnan, apalagi sampai terjadi idle (menganggur). Artinya, hendaknya modal harus berputar. Dengan demikian akan mencapai falah (Kemenangan atau keberhasilan).

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010

(21)

Al. Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi, Jilid 2, Yogyakarta: YKPN, 1995

Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: Penerbit GPFE, 2010 Depertemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemah, Surabaya: Pustaka Agung Harapan, 2006 Departemen pendidikan dan kebudayaan, kamus besar bahasa indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 1997, Edisis Ke-2, Cet. Ke-X

Djakfar Muhammad, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, Malang: UIN-Malang Press, 2007. Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian, Jakarta Timur: Ramayana Press dan STAIN Metro, 2008 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi & Ilustrasi, Yogyakarta:

EKONISIA, 2008

Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada 2012

Muslim al-Hajaj, Shahih Muslim, juz 10, (Mauqi'u al-Islam Dalam Software Maktabah Syamilah, 2005), 122, hadits no.3615. Lihat juga al-Thabrani, Mu'jam al-Kabir, juz 6, (Mauqi'u al-Islam Dalam Software Maktabah Syamilah, 2005), 427, hadits no. 6970 Nurul Widyaningrum, Model Pembiayaan BMT dan Dampaknya Bagi Pengusaha Kecil,

Bandung: Yayasan AKATIGA, 2002

Nurul Huda & Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2010

Sugiyarso & Winarni, Dasar-dasar Akuntasni Perkantoran, Yogyakarta: MediaPressIndo, 2005 Zainudin Ali, Hukum Perbankan Syari’ah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008

Aulia Rahma, Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur PMA Dan PMDN Yang Terdaftar Di Bei Periode 2004-2008), Jurnal Ekonomi

Referensi

Dokumen terkait

Pemahaman akan terbentuk apabila proses komunikasi yang terjadi efektif, dimana adanya proses komunikasi aktif antara Dinas Kehutanan dan Kelompok Tani Sungai Tuo dan Kelompok Tani

Pada biaya yang dikeluarkan di lapangan cukup besar pada section yang menggunakan Synthetic Oil Base Mud namun dengan lumpur ini dapat mengatasi semua permasalahan pada

Studi sebelumnya telah melaporkan gangguan psikologis yang dialami para petugas kesehatan pada masa pandemi Covid-19 mayoritas disebabkan oleh rasa takut akan

intensitas tinggi, dalam jangka waktu yang sama akan membutuhkan energi yang lebih jauh lebih besar daripada latihan dengan intensitas ringan atau sedang (McArdle

Untuk mengatasi masalah ini digunakan teknik apeksifikasi, yaitu teknik perawatan endodontik dengan tujuan untuk menutup foramen apikal dengan jaringan keras sebagai

Lokasi laboratorium yang strategis sehingga kegiatan pengawasan mutu dapat berlangsung secara efektif dan efisien, serta tersedianya peralatan, bahan kimia, dan

Pada Waralaba Bisnis CHURRIOS, untuk komponen wilayah usaha hanya menguraikan tata cara penentuan lokasi yang didasakan pada kesepakatan antara franchisor

Dalam Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang desa menyebutkan bahwa: Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam