• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesadaran akan lingkungan hidup merupakan salah satu pilar agar lingkungan tetap terjaga kelestariannya. Pemerintah Provinsi Bali menyadari data tentang kesadaran masyarakat yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup masih sangat kurang sebagai referensi kebijakan dan pengembangan program.

Faktor pendorong rendahnya tingkat kepedualian masyarakat itu terjadi karena perilaku dan tingkah laku masyarakat yang masih memandang lingkungan sebagai obyek pembuangan limbah atau sampah. Untuk merubah perilaku masyarakat terhadap lingkungan hidup diperlukan 3 (tiga) hal yang dilakukan secara bersamaan, yakni penegakan hukum (enforcement), edukasi (education), rekayasa sosial/ engineering. Untuk enforcement pemerintah dan pemerintah daerah telah memiliki banyak produk-produk hukum yang sudah baik tetapi pada tataran pelaksanaannya masih lemah. Untuk education, pemerintah telah memiliki beberapa prpgram seperti sekolah Adiwiyata, Kalpataru, Adipura, Laut Lestari, dll. Engineering adalah upaya untuk mengarahkan orang berperilaku tertentu sesuai dengan yang diinginkan dan sebaliknya menghalangi perilaku yang tidak diinginkan melalui berbagai instrument yang diperlukan dan juga norma-norma sosial. Ketiga hal tersebut memang penting harus dijalankan secara bersamaan, namun prioritas mana yang harus didahulukan, hal itu bergantung kepada masyarakat. Untuk kelompok masyarakat yang tingkat edukasinya sudah cukup baik, tetapi tingkat penegakan hukumnya belum baik, maka yang diprioritaskan adalah penegakan hukum. Akan tetapi, kita harus mengevaluasi sendiri, aspek mana yang sebenarnya masih rendah di masyarakat. Indeks ini menjadi semacam acuan untuk memperbaiki perilaku masyarakat Indonesia terhadap lingkungan dan diharapkan menjadi langkah awal untuk memahami perilaku masyarakat peduli lingkungan.

Urusan lingkungan hidup Pemerintah Provinsi Bali merupakan urusan wajib yang dilaksanakan oleh berbagai instansi sektor dan dikoordinasikan oleh Badan Lingkungan Hidup. Program Bali Green Province merupakan salah satu program

(2)

prioritas pemerintah dengan tujuan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dengan tetap memperhatikan kemampuan daya dukung dan daya tampung.

Penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel merupakan keharusan yang wajib dilaksanakan untuk mewujudkan cita–cita masyarakat dalam mencapai kehidupan masa depan yang lebih baik. Sejalan dengan hal tersebut, maka sistem pertanggung jawaban penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di bidang lingkungan hidup harus dilakukan dengan tepat, legal, teratur dan terukur, sehingga kebijakan pelaksanaan program kegiatan pemerintahan dan pembangunan bidang lingkungan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pejabat Eselon II yang menangani lingkungan hidup Pemerintah Provinsi Bali diwajibkan menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Dalam rangka mempertanggung jawabkan keberhasilan dan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan bidang lingkungan sebagai instruksi dari Gubernur . Untuk itu Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015, yang disusun berdasarkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Rencana Strategis (Renstra) Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Periode Tahun 2014 – 2018. Dokumen LAKIP ini disusun berdasarkan Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali tahun 2015.

1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan LAKIP

Maksud dan tujuan disusun laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah:

a. Maksud

1. Melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan keuangan pemerintah daerah yang dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan dan pembangunan SKPD Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, telah dilaksanakan secara transparan dan akuntable

(3)

berpedoman pada tertib administrasi, tertib pengelolaan keuangan, tertib sasaran fisik dan fungsional.

2. Melakukan monitoring dan evaluasi apakah pelaksanaan kebijakan dan program kegiatan pemerintahan dan pembangunan tahunan yang dilaksanakan telah sesuai visi, misi, tujuan dan target sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis.

b. Tujuan

Dokumen LAKIP 2015 disusun dengan tujuan sebagai bahan pertimbangan dan atau acuan penyempurnaan kebijakan dan strategi pelaksanaan program kegiatan tahun-tahun berikutnya menuju penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel (good governance) dan tetap mengacu pada Renstra yang telah ditetapkan.

1.3 Dasar Hukum

1. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota,

4. Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

5. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

6. Peraturan Menteri PAN dan RB RI Nomor 53Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

7. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali Tahun 2013 - 2018.

8. Peraturan Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2014, tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015.

(4)

9. Rencana Strategis (Renstra) Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Tahun 2014-2018.

1.4 Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi a. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali, Struktur dan Bagan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali adalah sebagai berikut:

1. Kepala Badan;

2. Sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris dan terdiri dari : (1) Sub Bagian Umum, (2) Sub Bagian Kepegawaian dan (3) Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program.

3. Bidang Penegakan yang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang dan terdiri dari : (1) Sub Bidang Pengaduan Masyarakat dan (2) Sub Bidang Pentaatan Hukum Lingkungan.

4. Bidang Pengawasan dan Pengendalian yang dipimpin oleh seorang Kepala bidang dan terdiri dari : (1) Sub Bidang Pengawasan dan (2) Sub Bidang Pengendalian.

(5)

5. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam yang dipimpin oleg seorang Kepala Bidang dan terdiri dari: (1) Sub Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan (2) Sub Bidang Konservasi Lahan dan Air.

6. Bidang Pemberdayaan Masyarakat yang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang dan terdiri dari: (1) Sub Bidang Kemitraan dan (2) Sub Bidang Pelatihan.

7. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Laboratorium Lingkungan Hidup yang dipimpin oleh seorang Kepala UPT dan terdiri dari : (1) Sub Bagian Tata Usaha, (2) Seksi Pengujian dan (3) Seksi Pengendalian Mutu.

b. Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota, maka Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas utama yaitu membantu Kepala Daerah dalam merumuskan kebijakan dan melakukan koordinasi di bidang lingkungan hidup.

Dalam melaksanakan tugas utama tersebut, maka Badan Lingkungan Hidup mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Merumuskan kebijakan bidang lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, pemberdayaan dan penegakan hukum dalam rangka pelestarian lingkungan hidup;

2. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup meliputi kegiatan:

a) pengawasan dan pengendalian pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);

b) pengawasan dan pengendalian pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air;

c) pengawasan dan pengendalian pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara;

d) pengawasan dan pengendalian pencemaran dan/atau perusakan pesisir dan laut;

(6)

e) pengawasan dan pengendalian adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan perlindungan atmosfer;

3. Penerapan instrument lingkungan hidup dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

4. Melakukan pengendalian tata ruang, melalui koordinasi dan peningkatan keterpaduan dalam perencanaan, pengendalian, dan evaluasi dalam pengelolaan lingkungan hidup terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan;

5. Melakukan koordinasi dan pengawasan dalam rangka konservasi sumber daya alam (keanekaragaman hayati/flora dan fauna, lahan, air dan udara/atmosfer); 6. Melakukan pemberdayaan masyarakat dan penegakan hukum lingkungan

hidup baik secara administrasi, perdata maupun pidana terhadap pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan hidup;

7. Melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan meliputi kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup;

8. Melakukan pembinaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga non pemerintah dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup:

a) pengelolaan persampahan;

b) pembinaan Adipura, Adiwiyata, Kalpataru, Desa Sadar Lingkungan (DSL), dan

c) lomba-lomba Pengelolaan Lingkungan Hidup (Sad Kertih Awards);

9. Menyelenggarakan pelayanan unit pelaksanaan teknis (UPT) Laboratorium Lingkungan Hidup;

10. Melaksanakan kegiatan dekonsentrasi dan pemantauan dana alokasi khusus (DAK) Bidang Lingkungan Hidup.

11. Melakukan pembinaan jabatan fungsional di bidang lingkungan hidup; 12. Melaksanakan standar pelayanan minimal (SPM) bidang lingkungan hidup;

1.5 Isu Strategis

Analisis isu-isu strategis lingkungan hidup dilakukan dengan pendekatan ekosistem dan perumusan isu strategis dilakukan dengan metode identifikasi. Isu strategis adalah isu-isu yang terjadi pada saat ini dan masa yang akan datang, oleh

(7)

karena itu penetapan isu strategis harus dilakukan melalui fukosting dan pelingkupan. Fukosting dimaksudkan di sini adalah memfokuskan terhadap isu-isu yang berkembang baik internal maupun eksternal sehingga isu tersebut nantinya dapat dianalisis melalui : Analisis Lingkungan Intenal (ALI) dan Analisis Lingkungan Eksternal (ALE) sehingga dari analisis ALI dan ALE ini akan didapatkan isu strategis yang fundamental. Pelingkupan isu dimaksudkan adalah untuk membatasi ruang sampai seberapa jauh isu itu berkembang dikaitkan dengan batas teknis, batas administrasi dan batas ekonomis.

Berkaitan dengan hal tersebut rumusan isu strategis yang berkembang di Bali tahun 2015 yaitu antara lain adanya pencemaran lingkungan hidup dan kerusakan lingkungan hidup serta pelanggaran lingkungan hidup. Isu strategis yang terjadi di Bali dapat diuraikan dalam penjelasan berikut:

1. Terjadinya Penurunan Kualitas Air (Sungai, Danau, Laut dan Mata Air)

Pencemaran adalah masuknya zat atau energi ke media lingkungan yang mengakibatkan kualitas lingkungan menjadi menurun. Di Bali saat ini telah terjadi indikasi pencemaran ke media air terutama sungai-sungai lintas kabupaten maupun danau-danau yang merupakan kawasan strategis nasional. Tingkat pencemaran sudah melebihi baku mutu lingkungan, sehingga sungai maupun danau tidak mampu lagi mengabsorbsi buangan limbah yang disebabkan oleh aktivitas manusia sehingga media air tidak mampu lagi memurnikan dirinya sebagai air baku untuk diminum.

Bali memiliki sungai 401 buah, diantaranya 162 sungai memiliki aliran menetap yaitu berair pada musim kemarau dan musim hujan dan 22 sungai merupakan sungai lintas kabupaten. Kondisi sungai lintas kabupaten pada umumnya telah mengalami tekanan yang cukup berat terutama di tengah dan di hilir, yang disebabkan oleh adanya pembuangan limbah komersial, domestic dan kegiatan pertanian, sehingga beberapa parameter seperti BOD, COD, amoniak, beberapa logam dan bakteri ecoli melampaui baku mutu air. Sungai-sungai ini kewenangan pemantauannya dilakukan oleh provinsi.

Di samping sungai, Bali juga memiliki 4 buah danau tersebar di Kabupaten Buleleng, Tabanan dan Bangli, yang memiliki fungsi sebagai cek dam yaitu pengalirannya melalui peresapan dalam bentuk mata air-mata air dan

(8)

kondisinya 3 danau sudah mengalami tekanan seperti Batur, Beratan dan Buyan beberapa parameter mengalami peningkatan seperti BOD, COD, pH, TSS, penggumpalan dan sedimentasi. Bila danau ini tidak dilakukan pengelolaan maka danau ini akan menjadi danau mati yaitu airnya tidak bisa berfungsi menjadi peruntukan diperkirakan 30 s.d 40 tahun danau ini akan mengalami degradasi fungsi.

Bali dengan luas yang relatif kecil memiliki panjang pantai seluas 430 km dan sebagian besar 181,3 km terindikasi mengalami abrasi, 87 km di antaranya rusak berat). Kondisi air pantai di kawasan-kawasan pariwisata di Bali sudah ada indikasi terjadinya pencemaran seperti amoniak, BOD, COD dan Fe, hal ini diperkirakan disebabkan oleh aktifitas perhotelan, restoran dan kegiatan-kegiatan lain sehingga air pantai tidak mampu lagi melakukan self purification.

2. Terjadinya Penurunan Kualitas Udara

Kualitas udara di Bali pada umumnya relatif baik namun pada daerah-daerah tertentu seperti terminal, pusat-pusat kota dan pusat-pusat pemukiman beberapa parameter kualitas udara mengalami penurunan. Hasil penelitian terhadap daerah-daerah yang padat lalu lintas, daerah pemukiman dan daerah pariwisata menunjukan bahwa telah terjadi penurunan kualitas udara terutama untuk parameter FM10, hal ini disebabkan karena beberapa aktifitas di dalam perkotaan yang secara nyata tidak pernah dilakukan penyiraman dan begitu juga terjadinya padat lalu lintas. Untuk daerah terminal pernah terjadi peningkatan parameter CO dan SO2 hal ini disebabkan karena adanya pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor sehingga emisi gas buangnya melebihi baku mutu. Dampak dari meningkatnya FM10 akan menyebabkan terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) dan CO maupun SO2 akan berdampak pada pengikatan hemoglobin darah yang menyebabkan terjadinya lemas dan syaraf terganggu.

Dengan meningkatnya aktifitas kendaraan bermotor, industri, dan kegiatan lainnya berpotensi menghasilkan gas emisi ke udara. Masih beredar dan dimanfaatkannya referigrant yang tidak ramah lingkungan (Bahan Perusak

(9)

Ozon) pada penggunaan pendingin ruangan, kulkas, dan sebagainya. Berdasarkan analisis baseline data dari tahun 2010 sampai dengan 2020 ditemukan bahwa total emisi kumulatif dari lima sektor kegiatan (pertanian, kehutanan, energi, transportasi dan limbah) adalah sebesar 121.416.108 t eq dengan total emisi setelah dilakukan mitigasi sebesar 106.495.534 t CO2-eq. Dengan demikian jumlah emisi GRK yang dapat dikurangi hingga tahun 2020 diperkirakan sebesar 14.920.575 t CO2-eq atau sebesar 12,29%. Fenomena tersebut membutuhkan berbagai program prioritas untuk meningkatkan upaya mitigasi terhadap GRK.

3. Menurunnya Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan

Mengubah perilaku bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Apa dampaknya jika dalam proses mengubah perilaku itu juga dilakukan dengan cara penegakan hukum? Penegakan hukum bukanlah hal yang sulit untuk dibicarakan, hanya saja merupakan hal yang sulit untuk dikerjakan.

Lingkungan hidup yang baik dapat diwujudkan melalui peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Saat ini kualitas lingkungan Bali mengalami tekanan yang disebabkan karena perilaku masyarakat dalam pengelolaan limbah maupun pentaatan hukum lingkungan masih relatif rendah sehingga pada tempat-tempat tertentu masih ditemukan pembuangan limbah yang dibuang ke lingkungan tanpa dikelola begitu juga terjadinya pembuangan sampah tidak pada tempatnya, sehingga estetika lingkungan semakin rusak dan bila leacatenya bersentuhan dengan tanah akan mengakibatkan tanah tersebut akan tercemar dan tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannnya.

Jumlah produksi sampah di Bali Tahun 2015 hampir 10.500 m³ per hari, hampir 60% atau 6.300 m³ di antaranya adalah sampah perkotaan. Tingginya produksi sampah ini disebabkan karena perilaku masyarakat di rumah tangga tidak melakukan pemilahan dan composting, sehingga sampah yang dihasilkan langsung dibuang ke TPA dan menjadi beban menumpuknya sampah di TPA.

Penegakan hukum yang kurang berpihak terhadap lingkungan akan menimbukan terjadinya pelanggaran pada tempat-tempat tertentu dan hal ini

(10)

bila tidak dilakukan secara serius akan menjadi preseden terhadap pemerintah itu sendiri dan kerusakan lingkungan akan semakin parah. Di pihak lain keterlibatan perusahaan dalam mengkontribusikan CSR-nya melalui bina lingkungan masih relatif kecil sedangkan di Bali sampai saat ini terdapat 68 perusahaan yang cukup besar, namun hanya sebagian kecil yang terlibat di dalam kontribusi CSR.

4. Terjadinya Penurunan Tingkat Tutupan Lahan

Index Kualitas Lingkungan Hidup Bali Tahun 2015 yaitu 59,87%, hal ini dilihat dari index kualitas air, index kualitas udara dan tingkat tutupan lahan. Tingkat tutupan lahan di Bali 38,86% dan luas Pulau Bali (21.888.516 ha). Tingkat tutupan lahan ini dihitung dari luas hutan, ruang terbuka hijau, kawasan budi daya pertanian.

Alih fungsi lahan yang terjadi di Bali dalam 12 tahun terakhir rata-rata sekitar 380-400 ha per tahun dan apabila dilihat lima tahun terakhir terjadi penurunan alih fungsi lahan sawah sebesar 0,18% per tahun. Alih fungsi lahan sawah ini terutama terjadi di kabupaten yang memiliki pembangunan yang pesat akibat perkembangan pariwisata, seperti di Kabupaten Badung, Gianyar dan Kota Denpasar.

Konflik pemanfaatan lahan terjadi pada tahun ini terutama yang terkait dengan ruang yang diperuntukkan bagi masyarakat banyak (public). Konflik pemanfaatan ruang terbuka hijau, konflik pemanfaatan ruang pesisir/pantai. Masyarakat memanfaatkan ruang tersebut untuk berbagai kepentingan yang telah berjalan secara turun temurun, sedangkan investor memanfaatkan untuk fasilitas pariwisata. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi kerancuan pemanfaatan ruang yang diklaim masyarakat dan investor.

Secara totalitas Bali pernah mengalami alih fungsi lahan yang cukup besar yaitu di tahun 1987 s.d tahun 2003 pernah terjadi alih fungsi lahan rata-rata 1000 hektar per tahun, dan hasil pencatatan di tahun 2010 sampai tahun 2014 sebesar 338 hektar dan hal ini sudah mengalami penurunan yang sangat drastis. Bila dilihat tingkat tutupan lahan di Bali masih sangat kecil seperti luas hutan baru 22,7% masih di bawah batas minimal 30%, ruang terbuka hijau baru

(11)

15% baik itu publik maupun privat. Akibat tingkat tutupan lahan yang belum memenuhi persyaratan, udara di perkotaan terasa semakin panas dan pengap.

1.6 Permasalahan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup telah menjadi salah satu isu utama yang banyak diperbincangkan berbagai pihak. Bukan hanya di Bali, tetapi lingkungan hidup dalam 1 (satu) dekade terakhir juga menjadi topik yang hangat di Indonesia bahkan di dunia. Hal ini sangat wajar, pasalnya dampak yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan kian terasa nyata di tengah masyarakat.

Perubahan iklim, bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, penurunan kualitas air, udara dan pelanggaran tata ruang adalah persoalan lingkungan yang timbul karena kondisi lingkungan yang sudah tidak lagi seperti semula. Manusia adalah tokoh sentral di balik berbagai kerusakan yang terjadi di media lingkungan hidup.

Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang sangat kompleks dan tidak dapat dilihat sebagai suatu yang berdiri sendiri, malahan memiliki kaitan yang erat dengan berbagai dimensi kehidupan manusia. Menyadari hal itu pada Tahun 2010 lalu, Gubernur Bali mencanangkan Program Bali Green Province dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu Green Culture, Green Economy dan Clean and Green.

Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali melalui penyusunan Buku Status Lingkungan Hidup 2015 dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan lingkungan hidup di Bali sebagai berikut :

a. Kualitas air sungai, air laut, air danau dan mata air di beberapa lokasi di Bali telah terindikasi terjadi pencemaran oleh bahan-bahan organik dan anorganik yang ditunjukkan oleh terlampauinya baku mutu parameter BOD, COD, Phospat, Nitrat dan Total Coliform, serta meningkatnya intrusi air laut.

(12)

c. Masih rendahnya sosialisasi dan upaya gerakan aksi mitigasi/adaptasi perubahan iklim.

d. Masih tingginya status terumbu karang dalam kategori buruk.

e. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. f. Belum optimalnya pengawasan dan pelaporan terhadap pelaksanaan kegiatan

yang wajib dokumen lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, dan SPPL).

g. Rendahnya jumlah dan kapasitas sumber daya manusia penilai AMDAL yang berlisensi, Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup (PPNSLH).

h. Belum optimalnya keberadaan Pos Pengaduan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup (P3SLH) di Kabupaten/ Kota.

i. Belum optimalnya pengendalian tata ruang.

j. Belum adanya laboratorium lingkungan yang terakreditasi.

k. Belum optimalnya sistem informasi data, pelaporan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

1.7 Ruang Lingkup Penyusunan LAKIP

Ruang lingkup Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 yang merupakan bahan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, disusun berdasarkan pelaksanaan program kegiatan pemerintahan dan pembangunan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Tahun 2015.

1.8 Sistematika Penyusunan LAKIP

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, disusun dalam 4 (empat) bab sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, memuat tentang latar belakang, maksud dan tujuan, dasar

hukum, struktur organisasi, tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, isu strategis, permasalahan, ruang lingkup dan sistematika penyusunan LAKIP.

(13)

Bab II Perencanaan Kinerja, memuat tentang rencana strategis, indikator kinerja utama dan rencana kinerja tahunan.

Bab III Akuntabilitas Kinerja, berisi tentang pengukuran kinerja dan pencapaian sasaran strategis, akuntabilitas penggunaan anggaran, realisasi anggaran, keberhasilan dan reward yang diterima, dan cascading Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali.

(14)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis

Rencana kerja program/kegiatan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali 2015, mengacu kepada Renstra 2014-2018 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali. Rumusan Rencana Strategis tersebut dijabarkan kedalam rincian kegiatan tahunan dalam kurun waktu 2014-2018 dan direalisasikan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali dalam pengelolaan lingkungan khususnya yang berkaitan dengan upaya-upaya pembinaan, koordinasi, dan memberikan motivasi serta memfasilitasi kegiatan-kegiatan pengelolaan lingkungan.

2.1.1 Visi, Misi, Strategi, Tujuan dan Sasaran. 1. Visi

Untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Bali yang sejahtera lahir bathin, dirumuskan Visi pembangunan Daerah Bali adalah : Bali yang Maju, Aman, Damai, dan Mandara.

Berdasarkan kondisi, potensi, dan permasalahan lingkungan yang dihadapi Provinsi Bali, serta mengantisipasi perubahan yang sangat cepat dimasa depan, maka Visi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali adalah ”Terwujudnya Lingkungan Hidup Yang Bersih, Asri, Lestari, Nyaman dan Indah”.

2. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut dan memberikan arah serta tujuan yang ingin dicapai serta untuk memberikan fokus terhadap program yang akan dilaksanakan dan untuk menumbuhkan partisipasi semua pihak, maka Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali mempunyai Misi pokok sebagai berikut :

1. Mewujudkan kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sampah dan limbah;

2. Mewujudkan pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan.

3. Mewujudkan lingkungan hidup yang bersih dan hijau (Clean and Green).

(15)

3. Strategi

Strategi yang ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Bali tahun 2013-2018 berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yaitu Penataan Ruang dan Pengendalian Lingkungan Hidup sebagai upaya untuk mendukung capaian sasaran yang akan dilakukan pada tujuan Misi 2 yaitu ”Mewujudkan Bali yang aman, damai, tertib, harmonis serta bebas dari berbagai ancaman”.

Strategi penataan ruang memiliki prioritas penting karena akan menjadi pedoman dalam implementasi program pembangunan pemanfaatan ruang dan program kewilayahan. Strategi ini mengedepankan pemetaan berbagai potensi pengembangan kawasan sehingga arah pembangunan daerah dapat ditentukan jauh-jauh hari dengan mempertimbangkan sentra-sentra pengembangan wilayah.

Strategi ini juga mengedepankan pengendalian lingkungan hidup sebagai syarat pembangunan berkelanjutan, dengan mengikutsertakan peran serta masyarakat dan penangguang jawab usaha dan/atau kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup untuk mencapai ”Terwujudnya Lingkungan Hidup Yang Bersih, Asri, Lestari, Nyaman dan Indah”. 4. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan Renstra Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali sampai akhir tahun 2018 adalah terwujudnya index kualitas lingkungan hidup yang baik.

Indeks kualitas lingkungan dapat dimanfaatkan untuk mengukur keberhasilan program-program pengelolaan lingkungan. Selain sebagai sarana untuk mengevaluasi efektifitas program-program pengelolaan lingkungan, indeks kualitas lingkungan mempunyai peranan dalam hal: 1. Membantu perumusan kebijakan

2. Membantu dalam mendisain program lingkungan 3. Mempermudah komunikasi dengan publik

Sehubungan dengan kondisi lingkungan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah antara lain mengamanatkan

(16)

bahwa urusan lingkungan hidup merupakan salah satu urusan yang diserahkan kepada daerah.

Dengan adanya indeks kualitas lingkungan, terutama yang berbasis daerah, diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pengambil keputusan baik di tingkat pusat maupun daerah untuk menentukan arah kebijakan pengelolaan lingkungan di masa depan.

Maksud disusunnya indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) adalah:

1. Memberikan informasi kepada para pengambil keputusan di tingkat pusat dan daerah tentang kondisi lingkungan di daerah sebagai bahan evaluasi kebijakan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

2. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang pencapaian target program-program pemerintah di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

5. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan Renstra Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali sampai akhir tahun 2018 yaitu:

1. Terwujudnya kualitas lingkungan hidup.

2. Terwujudnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.

3. Terwujudnya kepuasan pelayanan masyarakat di bidang lingkungan hidup.

Berdasarkan Renstra 2014-2018 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali memiliki target kinerja sebagai berikut:

(17)

Laporan Kinerja BLH Provinsi Bali Tahun 2015 17

SASARAN/CAPAIAN PROGRAM TARGET

Uraian Indikator 2014 2015 2016 2017 2018 1 2 3 4 5 6 7 1 Terwujudnya kualitas lingkungan hidup

1 Baku mutu air 5,35 % 7,15 % 9,15 % 12,26 % 15,70 %

2 Persentase

menurunnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2 % 2% 2 % 2 % 2%

3 Persentase

meningkatnya tutupan lahan di luar kawasan hutan

1% 1% 2% 2% 2%

4 Jumlah pengelolaan

pesisir dan laut terpadu

5 site 6 site 7 site 8 site 9 site

5 Jumlah dokumen

perencanaan lingkungan yang disusun dan jumlah rekomendasi dokumen lingkungan yang diterbitkan 32 32 31 32 31 2 Terwujudnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup 1 Persentase

terbentuknya desa sadar lingkungan

40% 50% 60% 70% 80%

2 Persentase kemitraan dengan swasta yang terbangun 16% 22% 27% 33% 41% 3 Persentase kab/kota/kelompok masyarakat yang berprestasi di bidang lingkungan hidup 33% 33% 55% 66% 88% 3 Terwujudnya kepuasan pelayanan masyarakat di bidang lingkungan hidup 1 Persentase kepuasan masyarakat di dalam pelayanan pengaduan lingkungan hidup, penilaian dokumen lingkungan dan uji laboratorium

80 % 85 % 87.5 % 90 % 90 %

(18)

Indikator kinerja utama Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali merupakan tolak ukur pencapaian tugas-tugas pokok Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup. Penetapan indikator kinerja utama ini didasarkan pada rencana pembangunan jangka menengah Daerah Provinsi Bali dan Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali tahun 2014 – 2018, dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi yang diemban Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali. Indikator kinerja utama Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali adalah ”Peningkatan Mutu Lingkungan Hidup”, antara lain :

1. Baku mutu air

2. Persentase menurunnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 3. Persentase meningkatnya tutupan lahan di luar kawasan hutan 4. Persentase terbentuknya desa sadar lingkungan

5. Persentase kemitraan dengan swasta yang terbangun

6. Persentase kab/kota/kelompok masyarakat yang berprestasi di bidang lingkungan hidup

7. Persentase kepuasan masyarakat di dalam pelayanan pengaduan lingkungan hidup, penilaian dokumen lingkungan dan uji laboratorium

(19)

Tabel 1 Indikator Kinerja Utama Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Tahun 2015 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA FORMULA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA 1 2 3 4 5 1 Terwujudnya kualitas lingkungan hidup

1 Baku mutu air Jumlah paramater kualitas air yang melebihi

baku mutu dibagi dengan jumlah parameter kualitas air yang diuji dikali 100%

Bidang Pengawasan dan Pengendalian Badan Lingkungan Hidup 2 Persentase menurunnya

emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

Jumlah emisi GRK yang diturunkan dibagi dengan jumlah emisi GRK yang ada dikali 100%

Bidang Konservasi Badan

Lingkungan Hidup

3 Persentase meningkatnya

tutupan lahan di luar kawasan hutan

Jumlah lahan di luar kawasan hutan yang tertanami dibagi dengan total lahan yang ada dikali 100%

Bidang Konservasi Badan

Lingkungan Hidup

(20)

1 2 3 4 5 2 Terwujudnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup 1 Persentase terbentuknya desa sadar lingkungan

Jumlah desa sadar lingkungan yang

memenuhi kriteria DSL dibagi jumlah desa pakraman yang sudah dibina dikali 100%

Bidang Pemberdayaan Masyarakat Badan Lingkungan Hidup 2 Persentase kemitraan

dengan swasta yang terbangun

Jumlah kemitraan dengan swasta yang terbangun dibagi jumlah BUMN/ BUMD yang ada di Bali dikali 100%

3 Persentase kab/kota/kelompok masyarakat yang berprestasi di bidang lingkungan hidup

Jumlah kab/kota/kelompok masyarakat yang beprestasi dibagi jumlah kab/kota/kelompok masyarakat yang ada dikali 100%

3 Terwujudnya kepuasan pelayanan masyarakat di bidang lingkungan hidup 1 Persentase kepuasan masyarakat di dalam pelayanan pengaduan lingkungan hidup, penilaian dokumen lingkungan dan uji laboratorium

Jumlah masyarakat/perusahaan yang mendapat pelayanan pengaduan lingkungan hidup, penilaian dokumen lingkungan dan uji laboratorium dibagi dengan jumlah kasus yang diadukan, dokumen lingkungan yang masuk, dan jumlah sampel yang diuji dikali 100%

Bidang Penegakan Badan Lingkungan Hidup

UPT Laboratorium Badan

Lingkungan Hidup

(21)

2.3 Rencana Kinerja Tahunan

Untuk mencapai sasaran strategis pada periode 2014-2018, setiap tahun dalam periode tersebut Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali menyusun Rencana Kinerja Tahunan yang bersifat sinambung dari tahun ke tahun dan diharapkan di akhir periode telah dapat mencapai sasaran strategis yang ingin dicapai. Rencana Kinerja Badan Lingkungan Hidup pada tahun 2015 disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 2 Rencana Kinerja Tahunan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Tahun 2015

Sasaran Indikator Target

1 2 4

1 Terwujudnya kualitas lingkungan hidup

1 Baku mutu air 7,15 %

2 Persentase menurunnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2%

3 Persentase meningkatnya tutupan lahan di luar kawasan hutan

1%

4 Jumlah pengelolaan pesisir dan laut

terpadu

6 site

5 Jumlah dokumen perencanaan

lingkungan yang disusun dan jumlah rekomendasi dokumen lingkungan yang diterbitkan 32 2 Terwujudnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup

1 Persentase terbentuknya desa sadar lingkungan

50%

2 Persentase kemitraan dengan swasta yang terbangun

22%

3 Persentase kab/kota/kelompok

masyarakat yang berprestasi di bidang lingkungan hidup 33% 3 Terwujudnya kepuasan pelayanan masyarakat di bidang lingkungan hidup

1 Persentase kepuasan masyarakat di dalam pelayanan pengaduan lingkungan hidup, penilaian dokumen lingkungan dan uji laboratorium

(22)

2.4 Penetapan Kinerja

Untuk mencapai sasaran strategis pada periode 2014-2018, setiap tahun dalam periode tersebut Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali menyusun Rencana Kinerja Tahunan yang bersifat sinambung dari tahun ke tahun dan diharapkan di akhir periode telah dapat mencapai sasaran strategis yang ingin dicapai. Rencana Kinerja Badan Lingkungan Hidup pada tahun 2015 disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 3 Penetapan Kinerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Tahun 2015

Sasaran Indikator Target

1 2 4

1 Terwujudnya kualitas lingkungan hidup

1 Baku mutu air 7,15 %

2 Persentase menurunnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

2%

3 Persentase meningkatnya tutupan lahan di luar kawasan hutan

1%

4 Jumlah pengelolaan pesisir dan laut

terpadu

6 site

5 Jumlah dokumen perencanaan

lingkungan yang disusun dan jumlah rekomendasi dokumen lingkungan yang diterbitkan 32 2 Terwujudnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup

1 Persentase terbentuknya desa sadar lingkungan

50% 2 Persentase kemitraan dengan swasta

yang terbangun

22%

3 Persentase kab./kota/kelompok masyarakat yang berprestasi di bidang lingkungan hidup 33% 3 Terwujudnya kepuasan pelayanan masyarakat di bidang lingkungan hidup

1 Persentase kepuasan masyarakat di dalam pelayanan pengaduan lingkungan hidup, penilaian dokumen lingkungan dan uji laboratorium

(23)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Capaian Kinerja

Pengukuran kinerja ini dilakukan dengan cara membandingkan antara rencana kinerja tahunan dengan realisasi yang dicapai, yang pada hakekatnya merupakan kontrak kinerja antara Gubernur Bali sebagai pemberi mandat dengan Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali selaku penerima mandat. Sesuai dengan apa yang digariskan dalam Penetapan Kinerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali tahun 2015 yang diturunkan dari Rencana Strategis Badan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali tahun 2014-2018, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali mengemban 1 (satu) tujuan yaitu “Terwujudnya indeks kualitas lingkungan hidup yang baik” yang masing-masing diuraikan kembali menjadi 3 (tiga) sasaran dan diuraikan dalam target-target yang lebih spesifik. Pengukuran terhadap pencapaian sasaran strategis serta uraian targetnya tersebut secara lengkap disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4 Capaian Kinerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Tahun

2015

No SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR TARGET CAPAIAN

PERSENTASE PROGRES (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Terwujudnya kualitas lingkungan hidup

1 Baku mutu air 7,15 % 7,55% 106%

2 Persentase menurunnya emisi GRK 2% 2% 100% 3 Persentase meningkatnya tutupan lahan di luar kawasan hutan

1% 1,14% 114%

4 Jumlah pengelolaan

pesisir dan laut terpadu

(24)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

5 Jumlah dokumen

perencanaan lingkungan yang disusun dan jumlah rekomendasi dokumen lingkungan yang diterbitkan 32 38 119% 2 Terwujudnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup 1 Persentase terbentuknya desa sadar lingkungan

50% 50% 100%

2 Persentase kemitraan

dengan swasta yang terbangun 22% 22% 100% 3 Persentase kab/kota/kelompok masyarakat yang berprestasi di bidang lingkungan hidup 33% 33% 100% 3 Terwujudnya kepuasan pelayanan masyarakat di bidang lingkungan hidup 1 Persentase kepuasan masyarakat di dalam pelayanan pengaduan lingkungan hidup, penilaian dokumen lingkungan dan uji laboratorium

85% 85% 100%

3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

Sesuai dengan rencana strategis Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali periode 2014-2018 dan RPJMD Provinsi Bali Tahun 2013-2018 terdapat 3 (tiga) sasaran pembangunan pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali di tahun 2015, yaitu (1) Terwujudnya kualitas lingkungan hidup; (2) Terwujudnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup; (3) Terwujudnya kepuasan pelayanan masyarakat di bidang lingkungan hidup.

(25)

Sasaran 1: Terwujudnya Kualitas Lingkungan Hidup

No SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR TARGET CAPAIAN

PERSENTASE PROGRES (1) (2) (2) (3) (4) (5) 1. Terwujudnya kualitas lingkungan hidup

1 Baku mutu air 7,15 % 7,55% 106%

2 Persentase menurunnya emisi GRK 2% 2% 100% 3 Persentase meningkatnya tutupan lahan di luar kawasan hutan

1% 1,14% 114%

4 Jumlah pengelolaan

pesisir dan laut terpadu

6 site 6 site 100%

5 Jumlah dokumen

perencanaan lingkungan yang disusun dan jumlah rekomendasi dokumen lingkungan yang diterbitkan

32 38 119%

Tolok ukur dari sasaran terwujudnya kualitas hidup yaitu: 1. Baku Mutu Air

Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Untuk itu program yang dilakukan dalam rangka mewujudkan kualitas lingkungan sesuai dengan baku mutu adalah (1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup melalui kegiatan Pengendalian Pencemaran Limbah B3, Pemantauan Kualitas Air; (2) Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber daya Alam dan Lingkungan Hidup melalui kegiatan Pengembangan data dan Informasi Lingkungan.

(26)

2. Persentase Menurunnya Emisi Gas Rumah Kaca

Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011, Pasal 6 telah mengamanatkan agar daerah menindak lanjuti Perpres tersebut dengan menyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca (GRK). Untuk itu fokus target penurunan emisi di Provinsi Bali pada 6 (enam) bidang yaitu kehutanan, pertanian, energy, transportasi, industri dan pengelolaan limbah. Untuk itu program yang dilakukan dalam mendukung persentase penurunan emisi gas rumah kaca yaitu (1) Program Pengendalian Pencemaran Perusakan Lingkungan Hidup melalui kegiatan Pemantauan Kualitas Udara di Wilayah Perkotaan yang ersifat Strategis Nasional dan Pemantauan Kualitas Udara; (2) Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam melalui kegiatan Perlindungan Konservasi Keanekaragaman Hayati (KEHATI), Flora dan Fauna melalui kegiatan Sosialisasi RAD-GRK.

3. Persentase Meningkatnya Tutupan Lahan di Luar Kawasan Hutan

Tutupan lahan merupakan salah satu aspek dari index kualitas lingkungan hidup, oleh karena itu tingkat tutupan lahan di Bali perlu dioptimalkan untuk mendukung dan menampung kegiatan manusia. Untuk itu program yang dilakukan dalam mendukung persentase tutupan lahan di luar kawasan hutan yaitu Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam melalui kegiatan (a) Perlindungan Konservasi Keanekaragaman Hayati (KEHATI), Flora dan Fauna; (b) Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Lahan dan Air; (c) Pengendalian Pencemaran Lapisan Ozon.

4. Jumlah Pengelolaan Pesisir dan Laut Terpadu

Bali memiliki panjang pantai ± 430 Km, di mana kondisi pantai ini telah mengalami tekanan yang sangat serius seperti abrasi pantai, kerusakan mangrove, kerusakan terumbu karang, kerusakan padang lamun dan sedimentasi. Tekanan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu konflik kepentingan antara berbagai sektor seperti pariwisata, pelabuhan,

(27)

pemukiman, Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA), industri, dan lain-lain. Untuk itu program yang dilakukan adalah Integrated Coastal Management (ICM), rehabilitasi terumbu karang, pembinaan masyarakat pesisir, analisis kualitas air laut, pengendalian pembuangan limbah dan pengendalian poluasi udara.

5. Jumlah dokumen perencanaan lingkungan yang disusun dan rekomendasi dokumen lingkungan yang diterbitkan

Dokumen perencanaan lingkungan adalah instrument lingkungan yang merupakan kajian secara ilmiah tentang kesesuaian dan pemanfaatan lokasi serta dampak penting dan besar yang disebabkan oleh rencana kegiatan. Hasil kajian ini akan memberikan ketegasan bahwa kegiatan itu layak dilaksanakan atau tidak. Untuk itu program yang dilakukan dalam

mendukung penyusunan dokumen KLHS dan rekomendasi dokumen

lingkungan yang diterbitkan yaitu Program Pemanfaatan Ruang melalui kegiatan Pengawasan Pelanggaran Pemanfaatan Ruang.

Sasaran 2 : Terwujudnya Kepedulian Masayarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

No SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR TARGET CAPAIAN

PERSENTASE PROGRES 2 Terwujudnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup 1 Persentase terbentuknya desa sadar lingkungan 50% 50% 100% 2 Persentase kemitraan

dengan swasta yang terbangun 22% 22% 100% 3 Persentase kab/kota/kelompok masyarakat yang berprestasi di bidang lingkungan hidup 33% 33% 100%

(28)

Membangun perilaku peduli lingkungan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, selama ini index perilaku dan peduli lingkungan di Bali masih relatif rendah yaitu 0,49% dari angka mutlak 1%. Ini membuktikan bahwa kepedulian masyarakat Bali terhadap lingkungan dapat dikatakan sangat kurang, walaupun beberapa program-program telah dikembangkan oleh pemerintah untuk mendorong masyarakat berperilaku dan peduli terhadap lingkungan. Untuk itu program yang dilakukan dalam mendukung sasaran terwujudnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup yaitu program pengembangan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Pengembangan Desa Sadar Lingkungan, Pengembangan SDM Pengelola Lingkungan Hidup dan Kemitraan Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup.

Sasaran 3 : Terwujudnya Kepuasan Pelayanan Masyarakat di Bidang Lingkungan Hidup

No SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR TARGET CAPAIAN

PERSENTASE PROGRES 3 Terwujudnya kepuasan pelayanan masyarakat di bidang lingkungan hidup 1 Persentase kepuasan masyarakat di dalam pelayanan pengaduan lingkungan hidup, penilaian dokumen lingkungan dan uji laboratorium

85% 85% 100%

Pelayanan masyarakat di bidang lingkungan adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan terhadap pengaduan lingkungan hidup, penilaian dokumen lingkungan dan uji laboratorium. Untuk itu program yang dilakukan dalam mendukung terwujudnya kepuasan pelayanan masyarakat di bidang lingkungan hidup yaitu (1) Program pemberdayaan kelembagaan dan penegakan hukum dalam pelestarian lingkungan hidup melalui kegiatan penegakan hukum lingkungan dan penataan hukum lingkungan; (2) Program

(29)

peningkatan kapasitas laboratorium melalui kegiatan pembinaan laboratorium lingkungan.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan menegaskan bahwa untuk mendukung upaya pengelolaan lingkungan hidup dilakukan pemantauan kualitas lingkungan secara berkelanjutan melalui pengujian parameter kualitas lingkungan yang dilakukan oleh laboratorium lingkungan. Kemampuan laboratorium lingkungan dalam melakukan pengujian parameter kualitas lingkungan sesuai dengan standar SNI/ISO sangat bergantung pada sarana dan prasarana seperti peralatan dan gedung laboratorium, serta sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam melakukan pengujian/analisis parameter kualitas lingkungan. Beberapa laboratorium lingkungan seperti BLH Provinsi Bali, BLH Kota Denpasar, BLH Kabupaten Buleleng, BLH Kabupaten Tabanan, BLH Kabupaten Gianyar dan BLH Kabupaten Bangli, telah mampu melakukan pengujian beberapa parameter kualitas air secara in situ. Kemampuan laboratorium lingkungan dalam melakukan uji paramater kualitas air khususnya pH dan COD, memperoleh hasil yang memuaskan (inlier) pada saat mengikuti Uji Profisiensi (Uji Banding Laboratorium) yang diselenggarakan oleh Pusarpedal – KLH.

3.3 Realisasi Anggaran

Dalam rangka mengimplementasikan Program Bali Green Province yang menjadi prioritas keenam Pemerintah Provinsi Bali di bidang lingkungan hidup telah diimplementasikan 3 (tiga) pilar untuk menuju Bali yang Bersih, Aman, Lestari dan Indah.

Untuk mendorong percepatan Bali Green Province, Pemerintah Provinsi Bali melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Badan Lingkungan Hidup Tahun 2015 sebesar Rp. 6.263.066.354,- (Enam milyar dua ratus enam puluh tiga juta enam puluh enam ribu tiga ratus lima puluh empat rupiah).

Belanja Tidak Langsung diperuntukkan untuk membiayai gaji pegawai Badan Lingkungan Hidup. Sedangkan anggaran Belanja Langsung digunakan

(30)

untuk membiayai pelaksanaan program-program/ kegiatan di bidang lingkungan hidup dengan rincian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5 Realisasi Fisik dan Keuangan Pelaksanaan Program Badan

Lingkungan Hidup Tahun 2015

No Progran

Anggaran Realisasi Realisasi

(Rp) (Rp) F (%) K (%) 1 2 3 4 5 6 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 2.105.586.750 1.916.622.438 100 90,20 2 Program Peningkatan

Sarana dan Prasarana Aparatur

850.484.434 563.289.885 100 85,20

3 Program Peningkatan

Kapasitas Sumber Daya Aparatur 343.542.640 333.440.020 100 97,06 4 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 600.091.080 556.212.180 100 89,73 5 Program Perlindungan

dan Konservasi Sumber Daya Alam

627.700.000 405.899.474 100 59,60

6 Program Peningkatan

Kualitas dan Akses Informasi Sumber daya Alam dan Lingkungan Hidup

198.575.000 181.839.500 100 91,57

7 Program Pengelolaan dan

Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan laut

193.022.700 174.494.950 100 90,40

8 Program Pemberdayaan

Kelembagaan dan Penegakan Hukum dalam Pelestarian Lingkungan Hidup 440.900.000 405.553.435 100 91,94 9 Program Pengembangan Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat 464.145.000 354.792.677 100 76,92 10 Program Peningkatan Kapasitas Laboratorium Lingkungan 50.000.000 44.912.530 100 89,83 11 Program Pemanfaatan Ruang 389.018.750 341.599.530 100 87,81

(31)

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut pada tahun anggaran 2015 penyerapan realisasi fisik di Badan Lingkungan Hidup sebesar 100% dan realisasi keuangan sebesar 87,07%. tidak tercapainya target keuangan 100% di Tahun 2015 disebabkan karena efisiensi penggunaan anggaran, efisiensi perjalanan luar daerah dan dalam daerah, efiesiensi dari pengadaan barang dan jasa.

3.4 Keberhasilan dan Reward yang Diterima Badan Lingkungan Hidup

Keberhasilan adalah tolak ukur dari capaianyang melebihi dari target yang ditetapkan, untuk itu keberhasilan ini sudah menjadi suatu kewajiban untuk diberikan penghargaan.

Penghargaan-penghargaan yang telah didapatkan oleh Badan Lingkungan Hidup dalam upaya pelestarian lingkungan sebagai berikut:

1. Adipura.

Penghargaan Adipura diberikan kepada kota-kota yang mampu mengelola kebersihan dengan baik, mulai dari aspek perencanaan, pengorganisasian, implementasi dan pengawasan. Adipura ini diberikan kepada 3 (tiga) kabupaten di Bali yaitu Kota Denpasar di Denpasar, Kota Amlapura di Kabupaten Karangasem, Kota Negara di Kabupaten Jembrana. 2. Status Lingkungan Hidup Daerah

Status Lingkungan Hidup merrupakan kumpulan data-data/ informasi di bidang lingkungan yang berisikan kondisi, tekanan, dan langkakh-langkah penanggulangan. Data dan informasi ini disusun dengan data yang up to date dan akuntabel yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai alat pengambil keputusan (decicion maker). Untuk Tahun 2015 penghargaan SLHD didapatkan oleh 3 (tiga) kabupaten yaitu Kabupaten Buleleng, Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar.

3. Adiwiyata

Penghargaan Adiwiyata diberikan kepada sekolah-sekolah yang mampu menerapkan kurikulum yang berbasis lingkungan, kebijakan lingkungan di sekolahnya serta memadukan antara budaya yang berbasis

(32)

lingkungan. Penghargaan Adiwiyata dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu Adiwiyata Mandiri, Adiwiyata Tingkat Nasional, Adiwiyata tingkat Provinsi dan Adiwiyata Tingkat Kabupaten.

Pada Tahun 2015 Bali menerima Penghargaan Adiwiyata sebanyak 59 sekolah yang terdiri dari 3 sekolah Adiwiyata Mandiri, 7 Adiwiyata Nasional, 14 Adiwiyata Provinsi dan 35 Adiwiyata Kabupaten.

4. Kalpataru

Penghargaan Kalpataru diberikan kepada kelompok/ perorangan/ tokoh/ Pegawai Negeri Sipil yang berhasil dalam melakukan upaya-upaya pelestarian lingkungan. Bali telah mendapat Penghargaan Kalpataru sebanyak 21, yang terdiri dari Perintis, Pengabdi, Penyelamat dan Pembina Lingkungan.

5. Mendapat MURI di bidang Gerakan Kebersihan

Dalam rangka mengimplementasikan Clean and Green diadakan gerakan kebersihan di seluruh kabupaten se-Bali pada jam, hari yang sama dengan melibatkan hamper 15.000 orang. Untuk itu MURI memberikan penghargaan kepada Pemerintah Provinsi Bali di bidang lingkungan karena mampu menggerakkan orang lebih dari 10.000 orang.

3.5 Cascading Badan Lingkungan Hidup

Cascading adalah urutan kinerja yang ingin dicapai oleh SKPD dikaitkan dengan kebutuhan struktural di dalam organisasi tersebut. Untuk itu cascading SKPD Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali disajikan dalam bagan berikut ini :

(33)

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas serta memperhatikan cascading yang telah disusun dari level yang paling atas sampai level yang paling bawah, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Capaian kinerja Badan Lingkungan Hidup terhadap program/ kegiatan telah menunjukan kemajuan yang cukup berarti, hal ini ditunjukan oleh tingkat realisasi fisik sebesar 100% dan keuangan sebesar 87,07%.

2. Dari capaian fisik 100% itu telah menghasilkan efisiensi sebesar 12,93% yang bersumber dari efisiensi di bidang perjalanan dinas dan pengadaan alat-alat tulis serta pengadaan barang dan jasa.

3. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Provinsi Bali pada posisi 59,87%, ini menunjukan bahwa kualitas lingkungan hidup di Bali sudah cukup baik. 4. Indeks perilaku dan peduli masyarakat terhadap lingkungan hidup Bali

(IPPLH) adalah 0,49 dari angka mutlak 1, ini menunjukan bahwa tingkat kepedulian dan perilaku masyarakat masih relatif rendah terhadap lingkungan, namun mengalami peningkatan dari Tahun 2013 sebesar 0,44.

4.2 Saran

Berdasarkan uraian tersebut di atas serta langkah-langkah yang harus dilakukan untuk perbaikan lingkungan, beberapa saran yang disampaikan sebagai berikut:

1. Dalam rangka meningkatkan kepedulian masyarakat di bidang lingkungan hidup terutama yang berkaitan dengan sampah dan limbah perlu ada langkah-langkah yang nyata baik oleh pemerintah, akademisi, pelaku usaha dan masyarakat melalui: komitmen, keberanian dalam penerapan sanksi serta melakukan perubahan perilaku.

2. Perlu ada gerakan revolusi mental dalam meningkatkan IPPLH (Indeks Perilaku dan Peduli Lingkungan Hidup) sehingga permasalahan lingkungan dapat ditanggulangi secara preventif dan refresif.

(34)

3. Terhadap pencapaian keuangan yang masih belum optimal perlu ada pengawasan intern dari struktural sehingga Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dapat bekerja dengan baik yang diikuti dengan juknis dan SOP.

Gambar

Tabel 1  Indikator Kinerja Utama Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Tahun 2015
Tabel 2  Rencana  Kinerja  Tahunan  Badan  Lingkungan  Hidup  Provinsi  Bali  Tahun 2015
Tabel 3  Penetapan  Kinerja  Badan  Lingkungan  Hidup  Provinsi  Bali  Tahun  2015
Tabel 4  Capaian Kinerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Tahun  2015
+2

Referensi

Dokumen terkait

• Memahami dan menjelask an hubungan antara Bahasa Indonesia 3.7 Menguraikan konsep-konsep yang saling berkaitan pada teks nonfiksi 4.7 Menyajikan konsep-konsep

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Seni musik siswa dengan menerapkan modelpembelajaran kooperatif Time Token, pada setiap pelaksanaan tindakan

Oleh karena itu pada proyek akhir ini dibuat suatu sistem informasi yang dapat memudahkan dalam pencatatan KWH Meter dan dapat mematikan peralatan-peralatan elektronik tersebut

Ini kerana latihan akan membantu setiap warga memahami cara atau budaya kerja baru di latihan akan membantu setiap warga memahami cara atau budaya kerja baru di samping menambah

Pada dasarnya, sebuah chatbot adalah sebuah kecerdasan buatan yang dapat digunakan untuk menyimulasikan percakapan dengan pengguna dalam natural language yang bisa

Nilai koefisien variabel utusan atau wakil sebesar 0,007, dengan nilai signifikan 0,951 hal ini menyatakan peran penyuluh sebagai utusan dan wakil tidak

untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut secara cepat dan tepat. Keadaaan di lapangan seringkali tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan dalam

Adalah benar sebagai lembaga yang memiliki kredibilitas dan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan masyarakat, dan dianggap layak mengajukan dana bantuan Penguatan