• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KELAHIRAN PEMERINTAHAN ORDE BARU

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK – KTSP 2006 dan K-13

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menganalisis perjuangan sejak Orde Baru sampai dengan masa reformasi.

2.1 Menganalisis perkembangan pemerin-tahan Orde Baru.

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kelahiran Orde Baru.

2. Memahami ciri politik dalam dan luar negeri pada masa Orde Baru. 3. Memahami dampak Revolusi Hijau pada masa Orde Baru.

A. Kelahiran Orde Baru

1. Latar Belakang Kelahiran Orde Baru

a. Konsep Pemerintahan Orde Baru

Masa Orde Baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebutkan

masa kekuasaan Presiden Soeharto yang menggantikan pemerintahan Presiden Soekarno atau Orde Lama. Kebijakan pemerintahan Soekarno terutama pada masa Demokrasi Terpimpin menimbulkan ketidakpercayaan rakyat Indonesia karena berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh Orde Lama. Oleh sebab itu, tujuan

Sejarah

Kelas

XII

Kurikulum 2006/2013

(2)

2

dari pemerintahan Orde Baru secara umum adalah mengoreksi dan memperbaiki penyimpangan kebijakan yang dilakukan oleh Orde Lama agar sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan pemerintahan Orde Baru adalah sebagai berikut.

a. Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. b. Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara

Indonesia.

c. Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

d. Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan.

b. Latar Belakang Kelahiran Orde Baru

Setelah G30S/PKI berhasil ditumpas kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Soekarno menurun. Ketidaktegasan pemerintahan Soekarno menindak pelaku G30S/PKI membawa dampak negatif pada pemerintah.

Rakyat Indonesia menginginkan penyelesaian politis terhadap pihak yang terlibat dalam G30S/PKI.

Ketidakpuasan rakyat makin meningkat karena ekonomi makin terpuruk dan keamanan rakyat juga tidak terjamin. Akibatnya, terjadi gelombang demonstrasi yang dipelopori oleh kesatuan-kesatuan aksi. Beberapa kesatuan aksi yang terlibat dalam demonstrasi adalah sebagai berikut.

1.) Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). 2.) Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI).

3.) Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI). 4.) Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI).

Di samping kesatuan aksi tersebut, ada banyak kesatuan aksi lainnya yang di kemudian hari menggabungkan diri dalam Front Pancasila. Kelompok ini kemudian akan dikenal sebagai Angkatan 66. Pada 12 Januari 1966, Front Pancasila mengeluarkan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) di halaman gedung DPR-GR. Berikut isi Tritura.

1.) Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya.

2.) Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI. 3.) Turunkan harga barang.

(3)

3

Menanggapi hal tersebut, pada 15 Januari 1966 diadakan rapat Paripurna Kabinet Dwikora di Istana Bogor yang dihadiri juga oleh wakil mahasiswa. Menurut Presiden Soekarno aksi demonstrasi didalangi oleh biro intelijen dari Amerika Serikat atau CIA.

Pemerintahan Soekarno tidak menuruti tuntutan para demonstran melakukan reshuffl e Kabinet Dwikora menjadi Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan atau yang lebih dikenal sebagai Kabinet Seratus Menteri. Pembentukan kabinet ini membuat rakyat makin tidak puas karena masih banyak tokoh yang diduga terlibat peristiwa G30S/PKI yang dilibatkan dalam kabinet baru tersebut.

Untuk menggagalkan pelantikan kabinet, pada 24 Februari 1966 para mahasiswa memblokir jalan yang akan dilalui para menteri. Akibat dari tindakan mahasiswa tersebut, terjadilah bentrokan dengan pasukan Cakrabirawa.

Dalam bentrokan tersebut, seorang mahasiswa yang bernama Arief Rahman

Hakim gugur.

Untuk mengatasi krisis politik, pada 11 Maret 1966 di Istana Negara diadakan sidang Pleno Kabinet, namun gagal karena para menteri yang akan menghadiri sidang tersebut dihadang oleh para demonstran. Akibatnya, Presiden Soekarno bersama dengan Wakil Perdana Menteri I (Waperdam) Soebandrio dan Waperdam III Chairul Saleh, mengungsi ke Istana Bogor. Pemimpin sidang diserahkan kepada Waperdam II Dr. J. Leimena.

Pada saat Presiden Soekarno berada di Istana Bogor, Presiden Soekarno didatangi oleh tiga perwira Angkatan Darat yang diutus oleh Mayor Jenderal Soeharto untuk berdiskusi mengenai keadaan negara. Pertemuan ini menghasilkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Dalam surat tersebut Mayor Jenderal Soeharto ditugaskan untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk menjaga kestabilan politik Indonesia. Melalui Supersemar tersebut Mayor Jenderal Soeharto mampu mendapatkan kepercayaan untuk menumpas PKI.

2. Supersemar

Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dikeluarkan Presiden Soekarno karena keadaan negara sudah genting. Oleh sebab itu, diambil langkah-langkah strategis untuk menjaga kestabilan negara. Supersemar dimandatkan kepada Mayor Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib).

(4)

4

Supersemar diawali dari pengutusan tiga perwira tinggi Angkatan Darat (AD) oleh Mayor Jenderal Soeharto untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor pada 11 Maret 1966. Ketiga perwira Angkatan Darat tersebut, yaitu:

a. Mayjen Basuki Rahmat,

b. Brigjen M.Yusuf, dan

c. Brigjen Amir Mahmud.

Kedatangan ketiga perwira tinggi AD didasarkan pada situasi negara yang makin gawat dan kewibawaan pemerintah yang makin merosot. Pertemuan itu menghasilkan suatu konsep surat perintah kepada Mayor Jenderal Soeharto yang diberi kewenangan untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu dalam rangka memulihkan keamanan dan kewibawaan pemerintah. Surat ini kemudian dikenal sebagai Supersemar.

Pengukuhan Supersemar disahkan melalui Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 tentang Pengesahan dan Pengukuhan Supersemar. Melalui Supersemar inilah kemudian mengantarkan Soeharto menjadi Presiden Indonesia dan Indonesia pun memasuki masa Orde Baru.

Berdasarkan Supersemar, Mayor Jenderal Soeharto sebagai pengemban Supersemar mengambil beberapa langkah berikut.

a. Terhitung 12 Maret 1966, PKI dan ormas-ormasnya dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang. Kemudian diperkuat dengan Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966 yang intinya melarang penyebaran ajaran komunis dan sejenisnya di Indonesia. b. Mengamankan 15 orang menteri Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan yang diduga

terlibat dalam peristiwa G30S/PKI, yaitu:

1.) Subandrio yang pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri I, Menteri Departemen Luar Negeri, Menteri Luar Negeri/Hubungan Ekonomi Luar Negeri.

2.) Chaerul Saleh yang pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri III, Ketua MPRS.

3.) Setiadi Reksoprodjo yang pernah menjabat sebagai Menteri Urusan Listrik dan Ketenagaan.

4.) Sumardjan yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan.

5.) Oei Tju Tat yang pernah menjabat sebagai Menteri Negara diperbantukan kepada presidium kabinet

6.) Surachman yang pernah menjabat sebagai Menteri Pengairan dan Pembangunan Desa.

(5)

5

7.) Jusuf Muda Dalam yang pernah menjabat sebagai Menteri Urusan Bank Sentral, Gubernur Bank Negara Indonesia.

8.) Armunanto yang pernah menjabat sebagai Menteri Pertambangan. 9.) Sutomo Martopradoto menjabat sebagai Menteri Perburuhan. 10.) Astrawinata, S.H menjabat sebagai Menteri Kehakiman.

11.) Achmadi menjabat sebagai Menteri Penerangan di bawah presidium kabinet. 12.) Moh. Achadi menjabat sebagai Menteri Transmigrasi dan Koperasi.

13.) Imam Sjafei menjabat sebagai Menteri Khusus Urusan Pengamanan. 14.) K. Tumakaka menjabat sebagai Menteri/Sekretaris Jenderal Front Nasional. 15.) Dr. Soemarno menjabat sebagai Menteri/Gubernur Jakarta Raya.

c. Membersihkan MPRS dan lembaga negara yang lain dari unsur-unsur PKI dan menempatkan peranan lembaga-lembaga itu sesuai dengan UUD 1945.

Langkah-langkah yang diambil Mayor Jenderal Soeharto untuk melaksanakan Supersemar mendapat dukungan rakyat. Langkah tersebut dinilai baik untuk menyelesai-kan masalah G30S/PKI dengan cara membubarmenyelesai-kan PKI dan organisasi di bawahnya serta membersihkan unsur PKI di pemerintahan. Dampak dari dikeluarkannya Supersemar adalah sebagai berikut.

a. Ideologi Komunis dilarang di Indonesia.

b. Terjadinya dualisme kekuasaan antara Presiden Soekarno yang memegang kekuasaan dan Mayor Jenderal Soeharto yang menjalankan pemerintahan melalui Supersemar.

c. Tergerusnya kekuasaan Presiden Soekarno terlihat dari dicabutnya status presiden seumur hidup dan pidato pembelaan Soekarno ditolak oleh MPRS.

Dengan mengacu pada Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, Presiden Soekarno membubarkan Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan dan menyerahkan wewenang kepada Mayor Jenderal Soeharto untuk membentuk Kabinet Ampera. Akan tetapi Kabinet Ampera belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik karena terganjal persoalan "Dualisme Kepemimpinan Nasional", yaitu Presiden Soekarno selaku pemimpin negara serta pemerintahan dan Mayor Jenderal Soeharto selaku pelaksana pemerintahan.

Konfl ik itu berakhir setelah timbul tekanan dan desakan agar Presiden Soekarno segera mengundurkan diri dari jabatannya. Oleh karena itu, MPRS mengeluarkan Ketetapan No. XXXIII/MPRS/ 1967 tentang pencabutan kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat Mayor Jenderal Soeharto sebagai pejabat

(6)

6

Presiden hingga dipilihnya Presiden oleh MPR hasil pemilu. Akhirnya, pada Sidang Umum MPRS V pada 21 – 30 Maret 1967 Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai Presiden RI untuk masa jabatan 1968 – 1973.

3. Kabinet Ampera

Pada 28 Juli 1966, kabinet baru dibentuk dan dikenal dengan nama Kabinet Ampera yang sebelumnya telah dikukuhkan melalui Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966. Adapun tugas pokok Kabinet Ampera adalah dikenal dengan nama Dwi Dharma.

Program Kabinet Ampera disebut dengan Catur Karya, yaitu sebagai berikut.

a. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan.

b. Batas waktu hingga 5 Juli 1968.

c. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional.

d. Melanjutkan perjuangan anti-imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya.

Dwi Dharma Kabinet Ampera, yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi

sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional.

Pada 1968 usai sidang, MPRS menetapkan Soeharto sebagai presiden untuk masa jabatan lima tahun dan dibentuklah kabinet baru dengan nama Kabinet Pembangunan untuk membantu Presiden Soeharto dalam menjalankan tugas sebagai Presiden.

Tugas Kabinet Pembangunan disebut dengan Pancakrida. Isi Pancakrida adalah sebagai berikut.

1. Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi.

2. Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap pertama. 3. Pelaksanaan Pemilihan Umum.

4. Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 30 September.

5. Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari pengaruh PKI.

Gambar 9.1 Presiden Soeharto

(7)

7

B. Ciri Politik Dalam Negeri Masa Orde Baru

1. Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)

Program pemerintah pada masa Orde Baru berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat infl asi, penyelamatan keuangan negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Oleh karena itu, pemerintah menggalakkan pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap, yaitu:

a. jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun,

b. jangka pendek mencakup periode 5 tahun atau Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Pelaksanaan Pelita selalu saling berkaitan. Selama masa Orde Baru terdapat enam Pelita, yaitu sebagai berikut.

a. Pelita I

1.) Pelaksanaannya pada 1 April 1969 - 31 Maret 1974.

2.) Tujuannya meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya.

3.) Sasaran Pelita I adalah pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.

b. Pelita II

1.) Pelaksanaannya pada 1 April 1974 - 31 Maret 1979.

2.) Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, menyejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja dengan program transmigrasi.

3.) Dalam pelaksanaannya Pelita II cukup berhasil. Pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju infl asi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju infl asi turun menjadi 47%. Selanjutnya, pada tahun keempat Pelita II, infl asi turun menjadi 9,5%.

c. Pelita III

1.) Pelaksanaannya pada 1 April 1979 - 31 Maret 1984.

2.) Sasaran utama adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang mengolah bahan baku. Menekankan bidang industri padat karya untuk meningkatkan ekspor. Kebijakan ekonomi lebih

(8)

8

ditekankan pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:

• pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan perumahan,

• pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan,

• pemerataan pembagian pendapatan, • pemerataan kesempatan kerja, • pemerataan kesempatan berusaha,

• pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan,

• pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air, dan • pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

d. Pelita IV

1.) Pelaksanaannya pada 1 April 1984 - 31 Maret 1989.

2.) Sasaran utamanya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. e. Pelita V

1.) Pelaksanaannya pada 1 April 1989 - 31 Maret 1994.

2.) Sasarannya adalah sektor pertanian dan industri. Indonesia memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8% per tahun. Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya. f. Pelita VI

1.) Pelaksanaannya pada 1 April 1994 - 31 Maret 1999.

2.) Sasaran utamanya adalah pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan.

3.) Peristiwa penting pada masa ini adalah terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia yang juga menandakan berakhirnya pemerintahan Orde Baru.

(9)

9

2. Swasembada Beras

Swasembada beras atau pangan adalah salah satu kebijakan pemerintah Orde Baru dalam rangka meningkatkan kemakmuran rakyat Indonesia.

Swasembada adalah usaha mencukupi kebutuhan sendiri (KBBI).

Swasembada beras didasarkan pada pemikiran tercapainya kebutuhan pangan penduduk yang menjadi syarat utama kestabilan ekonomi dan politik. Oleh sebab itu, pemerintah Orde Baru mendukung sektor pertanian dengan membangun berbagai prasarana pertanian seperti irigasi dan perhubungan. Selain itu, pemerintah juga mengembangkan teknologi pertanian dengan memberikan penyuluhan kepada petani dan mendirikan pabrik pupuk agar hasil panen dapat melimpah.

Pemerintah Orde Baru juga memberikan kepastian pemasaran hasil produksi pertanian melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) yang berfungsi sebagai pengatur kebijakan harga dasar dan kebijakan stok beras. Fokus pemerintah Orde Baru terhadap pembangunan pertanian telah berhasil mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berswasembada beras pada 1984 dan mampu mengurangi kemiskinan di Indonesia.

3. Pemerataan Kesejahteraan Penduduk

Pemerintah Orde Baru berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi disertai pemerataan kesejahteraan penduduk. Hal ini agar kemakmuran rakyat Indonesia tidak hanya terpusat di satu wilayah sehingga dapat menimbulkan kecemburuan di wilayah lain. Kebijakan pemerataan kesejahteraan penduduk pada masa Orde Baru dilakukan melalui program-program berikut.

a. Penyediaan kebutuhan pangan. b. Peningkatan gizi.

c. Pemerataan pelayanan kesehatan. d. Keluarga berencana.

e. Pendidikan dasar. f. Penyediaan air bersih.

g. Pembangunan perumahan sederhana.

Kebijakan ini dilaksanakan secara konsekuen pada tiap Pelita. Hasilnya adalah angka kemiskinan penduduk Indonesia berkurang dari angka 60% pada 1970-an ke angka 15% pada 1990-an. Pendapatan per kapita masyarakat juga naik dari yang hanya 70 USD per tahun pada 1969 meningkat menjadi 600 USD per tahun pada 1993.

(10)

10

Hasil peningkatan pendapatan penduduk Indonesia menyebabkan peningkatan usia harapan hidup, dari 50 tahun pada 1970 menjadi 61 tahun pada 1992. Jumlah penduduk juga berhasil dikendalikan melalui program Keluarga Berencana (KB). Selama 1970-an, laju pertumbuhan penduduk mencapai 2,3% per tahun. Pada awal tahun 1990-an, angka tersebut dapat diturunkan menjadi 2,0% per tahun.

4. Pembubaran PKI

Pemerintah Orde Baru menganggap pengaruh PKI pada masa Orde Lama menyebabkan ketidakstabilan politik dan keamanan dalam negeri yang puncaknya dengan adanya peristiwa G30S/PKI. Saat pemerintah Orde Lama yang dipimpin Soekarno tidak mampu mengatasi kekecewaan rakyat akibat PKI. Presiden Soekarno memberikan Supersemar kepada Mayor Jenderal Soeharto untuk mengembalikan kestabilan politik dalam negeri. Oleh sebab itu, Mayor Jenderal Soeharto sebagai pengemban Supersemar mengambil langkah-langkah untuk mengembalikan kestabilan dalam negeri dengan cara:

a. membubarkan Partai Komunis Indonesia pada 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan MPRS No IX/MPRS/1966,

b. menyatakan Partai Komunis Indonesia sebagai organisasi terlarang di Indonesia, c. pada 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan

30 September 1965.

5. Penyederhanaan Partai-Partai Politik

Pada 1973, pemerintah Orde Baru melakukan kebijakan fusi partai sebagai upaya dalam menciptakan stabilitas kehidupan politik dalam negeri.

Fusi partai adalah kebijakan pemerintah Orde Baru untuk menggabungkan partai

politik berdasarkan kesamaan program bukan berdasarkan kesamaan ideologi.

(11)

11

Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan politik, yaitu sebagai berikut. a. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan

Perti (kelompok partai politik Islam).

b. Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat nasionalis dan non-Islam).

c. Golongan Karya (Golkar).

Kebijakan fusi partai didasarkan pada pengalaman sejarah pada masa pemerintahan Orde Lama. Salah satu penyebab perpecahan bangsa karena adanya perbedaan ideologi politik dan ketidaksamaan pemahaman mengenai Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia.

6. Pemilihan Umum (Pemilu)

Salah satu wujud demokrasi adalah penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu). Melalui pemilu rakyat diharapkan dapat merasakan hak demokrasi dengan memilih atau dipilih sebagai wakil-wakil yang dipercaya untuk duduk dalam lembaga permusyawaratan/ perwakilan. Wakil-wakil itu senantiasa harus membawa suara hati nurani rakyat yang telah memilihnya agar keinginan mereka terpenuhi.

Asas pemilu di Indonesia pada masa Orde Baru adalah LUBER, yakni Langsung,Umum, Bebas, dan Rahasia.

Pemilu yang telah diselenggarakan di Indonesia semasa Orde Baru antara lain sebagai berikut.

a. Pemilu 1971

Pemilu pada tahun ini diikuti oleh sepuluh organisasi peserta pemilu, di antaranya adalah Golkar (236 kursi), Partai Nahdlatul Ulama (58 kursi), Partai Muslimin Indonesia (24 kusi), Partai Nasional Indonesia (20 kursi), Partai Kristen Indonesia (7 kursi), Partai Katolik (3 kursi), Perti (2 kursi), sedangkan Murba dan IPKI (tak mendapat kursi).

b. Pemilu 1977

Sebelum dilaksanakan Pemilu 1977 pemerintah bersama DPR mengeluarkan UU No. 3 Tahun 1975 yang mengatur mengenai fusi partai sehingga partai politik hanya berjumlah tiga, yaitu PPP, PDI, dan Golkar. Hasil dari Pemilu 1977 adalah 232 kursi untuk Golkar, 99 kursi untuk PPP, dan 29 kursi untuk PDI.

(12)

12

c. Pemilu 1982

Pada masa ini, hasil perolehan suara di antaranya adalah Golkar memperoleh 242 kursi, sementara PPP memperoleh 94 kursi dan PDI memperoleh 24 kursi.

d. Pemilu 1987

Hasil perolehan suara dari Pemilu 1987 adalah PPP memperoleh 61 kursi, Golkar memperoleh 299 kursi, dan PDI memperoleh 40 kursi.

e. Pemilu 1992

Perolehan suara pada Pemilu 1992 adalah Golkar memperoleh 282 kursi, sedangkan PPP memperoleh 62 kursi dan PDI meningkat menjadi 56 kursi.

f. Pemilu 1997

Pada Pemilu 1997 Golkar memperoleh suara mayoritas dengan perolehan kursi 325 kursi, PPP memperoleh 89 kursi, sedangkan PDI mendapat 11 kursi.

Penyelenggaraan pemilu yang teratur selama Orde Baru menimbulkan kesan demokrasi di Indonesia sudah tercipta. Kemenangan Golkar selalu mencolok sejak Pemilu 1971-1997. Akibatnya, Golkar mendominasi pemerintahan pada masa Orde Baru. Dukungan Golkar berasal dari pengusaha sipil dan militer sehingga memungkinkan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode pemilihan.

7. Dwi Fungsi ABRI

Dwi fungsi adalah suatu doktrin di lingkungan militer Indonesia yang menyebutkan

militer memiliki dua tugas, yaitu menjaga keamanan dan ketertiban negara serta memegang kekuasaan dan mengatur negara. Dengan peran ganda ini, militer diizinkan untuk memegang posisi dalam pemerintahan. Pada masa pemerintahan Soeharto, konsep ini mengalami perubahan dan menjadikan militer menduduki jabatan-jabatan strategis di lingkungan pemerintahan, seperti menteri, gubernur, bupati serta lembaga-lembaga legislatif dalam wadah Fraksi ABRI. Kedudukan ABRI di DPR dan MPR didapatkan tanpa melalui pemilu karena berfungsi sebagai stabilisator dan dinamisator pemerintahan Indonesia.

Fungsi ABRI dalam konsep dinamistator adalah sebagai berikut.

a. ABRI untuk secara nyata membimbing, menggugah, dan mendorong masyarakat untuk lebih giat melakukan partisipasi dalam pembangunan. Contohnya program ABRI Masuk Desa (AMD) yang membantu segala hal yang berkaitan dengan pembangunan desa dalam rangka mengabdi kepada masyarakat.

(13)

13

b. ABRI dapat berfungsi sebagai penyalur aspirasi-aspirasi dan pendapat-pendapat rakyat.

c. Penyaluran disiplin ABRI yang bersumber dari Saptamarga sehingga ABRI dapat berbuat banyak dalam rangka pembinaan serta peningkatan disiplin nasional. d. ABRI untuk memelopori usaha-usaha modernisasi karena didukung kemampuan

ABRI dalam penguasaan ilmu dan teknologi serta peralatan canggih. Fungsi ABRI dalam konsep stabilitator adalah sebagai berikut.

a. ABRI menjadi salah satu jalur penting dalam rangka pengawasan sosial karena didukung kemampuan berkomunikasi dan memahami aspirasi rakyat.

b. ABRI sebagai fi lter pengaruh asing yang bersifat negatif karena didukung kesadaran nasional yang tinggi dimiliki oleh setiap Prajurit ABRI.

c. Sifat ABRI yang realistis dan fragmatis dapat mendorong masyarakat agar dalam menanggulangi masalah-masalah secara tepat waktu, menentukan prioritas-prioritas permasalahan dan sasaran-sasaran yang diutamakan.

d. Kemampuan ABRI berbaur dengan masyarakat menyebabkan gejolak-gejolak dan keresahan-keresahan yang melanda masyarakat akan dengan cepat dinetralisir sehingga pembangunan nasional tidak terganggu.

Dengan memanfaatkan Dwi Fungsi ABRI ini, Orde Baru telah berhasil melegitimasi kekuasaan dan mengamankan kestabilan politik dalam negeri sehingga kekuasaan Orde Baru mampu bertahan hingga 32 tahun.

8. Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)

Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dilatarbelakangi oleh usaha penyadaran masyarakat tentang dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Pelaksanaan P4 merupakan gagasan Presiden Soeharto yang ditetapkan sebagai Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 yang selanjutnya menjabarkan Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman pelaksanaan P4.

Pelaksanaan P4 dilakukan melalui Badan Penyelenggara Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7). Materi P4 berisi tentang nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Kebijakan P4 disosialisasikan dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

(14)

14

Tujuan dari pelaksanaan P4 adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara.

Penyeragaman pemahaman mengenai Pancasila makin tampak dengan adanya imbauan pemerintah pada 1985 kepada semua organisasi untuk menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal. Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi sehingga Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial yang harus diterima rakyat Indonesia.

C. Ciri Politik Luar Negeri Masa Orde Baru

1. Kembali dalam PBB

Pada 28 September 1950, Indonesia tercatat sebagai anggota PBB yang ke-60. Keuntungan yang diperoleh Indonesia dari PBB adalah sebagai berikut.

a. Membantu penyelesaian perang antara Indonesia-Belanda pada periode 1945-1949.

b. Penyelesaian sengketa Irian Barat.

Namun, hubungan yang harmonis tersebut terganggu ketika Indonesia pada 7 Januari 1965 keluar dari PBB. Akibatnya pergaulan internasional Indonesia hanya di negara-negara sosialis-komunis sehingga secara tidak langsung Indonesia telah menyalahi politik luar negeri bebas aktif. Selain itu, tindakan Indonesia keluar dari PBB menyebabkan pembangunan Indonesia terhambat dan menyebabkan paham komunisme dari PKI tumbuh subur karena kedekatan Indonesia dengan negara-negara sosialis-komunis.

Alasan Indonesia keluar dari PBB adalah Malaysia diangkat menjadi anggota tidak tetap dewan keamanan PBB. Menurut Indonesia, Malaysia merupakan negara boneka bentukan Inggris.

Setelah kejatuhan Orde Lama, Indonesia berencana memperbaiki hubungan dengan negara-negara yang telah dimusuhi pada masa Orde Lama. Selain itu, Indonesia di bawah masa Orde Baru juga berencana kembali lagi menjadi anggota PBB karena menyadari banyaknya keuntungan yang didapatkan Indonesia terutama dalam hal pembangunan.

Tindakan Indonesia untuk kembali menjadi anggota PBB, berawal dari desakan Komisi C DPR-GR. Pada 3 Juni 1966, panitia musyawarah DPR-GR membahas usulan

(15)

15

Komisi C tersebut. Akhirnya disepakati Indonesia harus kembali menjadi anggota PBB dan organisasi yang bernaung di bawahnya. Akhirnya pada 28 Desember 1966, Indonesia kembali menjadi anggota PBB. Tindakan itu mendapat sambutan baik dari anggota PBB yang lain dengan bukti terpilihnya Adam Malik sebagai Ketua Majelis Umum PBB untuk masa sidang 1974.

2. Normalisasi Hubungan Internasional

a. Singapura

Normalisasi hubungan Indonesia dengan Singapura dilakukan melalui perantara

Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar). Pada 22 Juni 1966, Pemerintah

Indonesia menyampaikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura yang diberikan kepada Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew. Dengan nota pengakuan dari Indonesia, pemerintah Singapura pun membalas dengan menyampaikan nota jawaban berupa kesediaan Singapura untuk mengadakan hubungan diplomatik dengan Indonesia.

b. Malaysia

Konfrontasi dengan Malaysia disebabkan karena adanya anggapan Indonesia mengenai pembentukan federasi Malaysia sebagai negara boneka bentukan Inggris. Akibatnya, ketegangan Indonesia dan Malaysia meningkat di perbatasan Kalimantan dan puncaknya Indonesia keluar dari PBB.

Pada masa Orde Baru, upaya merintis normalisasi hubungan dimulai dengan diselenggarakannya perundingan Bangkok pada 29 Mei – 1 Juni 1966. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik dan delegasi Malaysia dipimpin oleh Perdana Menteri Tun Abdul Razak. Pertemuan tersebut menghasilkan tiga hal pokok sebagai berikut.

1.) Rakyat Sabah dan Serawak diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah diambil mengenai kedudukannya dalam Federasi Malaysia.

2.) Indonesia - Malaysia menyetujui pemulihan hubungan diplomatik. 3.) Tindakan-tindakan permusuhan harus dihentikan.

Hasil perundingan Bangkok ditandatangani pada 11 Maret 1966 di Jakarta oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik dan Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Razak. Tindakan selanjutnya adalah menempatkan perwakilan pemerintahan di masing-masing negara.

(16)

16

c. Republik Rakyat Tiongkok

Pembekuan hubungan antara Indonesia dan Tiongkok dilakukan oleh pemerintah Orde Baru. Pembekuan hubungan Indonesia - Tiongkok diumumkan pada 1 Oktober 1967 setelah sebelumnya terjadi sentimen pribumi terhadap penduduk keturunan Tiongkok di Indonesia dan teror penduduk Tiongkok terhadap kedutaan Indonesia di Peking. Secara resmi pembekuan hubungan Indonesia - Tiongkok terjadi pada 30 Oktober 1967 dengan penutupan kedutaan Indonesia di Peking.

Pembekuan hubungan Indonesia-Tiongkok disebabkan adanya anggapan Tiongkok ikut mendukung PKI yang memberontak dalam peristiwa G30S/PKI.

Dugaan keterlibatan Tiongkok dalam G30S/PKI didasari dengan gagasan tentang pembentukan Angkatan Kelima dari Tiongkok yang disampaikan melalui PKI. Tidak adanya penjelasan resmi dari pihak Tiongkok tersebut menimbulkan kecurigaan di pihak Indonesia dalam peristiwa G30S/PKI.

Dampak pembekuan hubungan Indonesia - Tiongkok adalah Indonesia menjadi lebih dekat dengan negara-negara Barat. Namun, pada 1990 hubungan antara Indonesia dan Tiongkok mencair dengan penandatanganan nota kesepahaman oleh kedua Menteri Luar Negeri, Ali Alatas dan Qian Qichen di Istana Negara, Jakarta pada 8 Agustus 1990.

Sebelum pemulihan hubungan Indonesia-Tiongkok terdapat lima prinsip yang disepakati Indonesia dan Tiongkok antara lain:

1.) sikap saling menghormati integritas masing-masing, 2.) tidak saling melakukan agresi,

3.) tidak saling mencampuri urusan dalam negeri, 4.) persamaan derajat dan kemanfaatan bersama, dan 5.) hidup berdampingan secara damai.

3. Pendirian Association of South East Asian Nations (ASEAN)

Dalam rangka memperkuat persatuan dengan negara-negara tetangga, Indonesia menyadari perlunya organisasi regional di Asia Tenggara. Pada 5 – 8 Agustus 1967 diadakan pertemuan menteri luar negeri dari lima negara Asia Tenggara, yaitu sebagai berikut. a. Adam Malik: menteri luar negeri Indonesia

b. S. Rajaratnam: menteri luar negeri Singapura

c. Narcisco Ramos: menteri luar negeri Filipina

d. Tun Abdul Razak: menteri luar negeri Malaysia

(17)

17

SUPER "Solusi Quipper"

Pertemuan tersebut menghasilkan Deklarasi Bangkok yang ditandatangani pada 8 Agustus 1967. Dalam deklarasi tersebut terdapat kesepakatan untuk membentuk organisasi regional yang diberi nama Association of South East Asian Nations (ASEAN) dengan tujuan sebagai berikut.

a. Mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial budaya di Asia Tenggara b. Memajukan perdamaian dan stabilitas regional.

c. Memajukan kerjasama dan saling membantu kepentingan bersama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Memajukan kerja sama dalam bidang pertanian, industri, perdagangan, pengangkutan, dan komunikasi.

e. Memajukan penelitian bersama mengenai masalah-masalah di Asia Tenggara. f. Memelihara kerja sama yang lebih erat dengan organisasi-organisasi internasional

dan regional.

Dengan demikian, peran Indonesia dalam pembentukan ASEAN merupakan salah satu wujud politik luar negeri bebas aktif Indonesia di wilayah Asia Tenggara.

Untuk mengingat tokoh-tokoh pendiri ASEAN, ingatlah kalimat berikut.

Adam Raja Narcis bersama Abdul Razak di Thaman

4. Integrasi Timor Timur

Sebelum bergabung dengan Indonesia, Timor Timur adalah koloni Portugis, namun dengan adanya perubahan politik di Portugal menyebabkan pemerintahan Portugal memberikan kesempatan bagi semua koloninya untuk mandiri, berkembang, dan bahkan ikut berpolitik.

Latar belakang integrasi Timor-Timur diawali oleh beberapa hal berikut.

a. Revolusi Bunga di Portugal pada 1974. Revolusi ini merupakan kudeta militer yang dipimpin oleh Jenderal De Spinola.

b. Portugal memberikan kebebasan wilayah koloninya untuk mandiri, berkembang, dan ikut berpolitik untuk menentukan nasibnya sendiri.

(18)

18

Akibat adanya kebebasan dari Portugal, di Timor Timur muncul tiga partai dengan tujuan yang berbeda, yaitu sebagai berikut.

a. UDT (Uniao Democratica Timorense atau Uni Demokrasi Timor). UDT menginginkan Timor Timur tetap di bawah Portugal sebagai negara bagian karena UDT menganggap Timor Timur belum mampu sebagai negara merdeka.

b. Fretilin (Frente Revolutionaria de Timor Leste Independente). Fretilin menginginkan agar Timor Timur menjadi sebuah negara merdeka.

c. Apodeti (Associacao Popular Democratica de Timor). Apodeti menginginkan Timor Timur bergabung dengan Indonesia dengan alasan persamaan dan hubungan erat, baik secara historis, etnis, maupun geografi s.

Selain tiga partai besar, terdapat dua Partai kecil, yaitu Kota dan Trabalista. Ketiga partai besar tersebut saling bersaing, bahkan timbul perang saudara.

Konfl ik ini dilatarbelakangi oleh Fretilin yang berideologi komunis sehingga partai-partai lainnya khawatir apabila Fretilin menang akan menyebabkan Timor Timur menjadi komunis. Indonesia pun khawatir Timor-Timur menjadi negara komunis sehingga memengaruhi daerah Indonesia yang berdekatan dengan Timor Leste.

Perebutan kekuasaan di Timor Timur dimulai ketika Fretilin membacakan Proklamasi pada 28 November 1975 dan mengumumkan pembentukan Republik Demokrasi Timor Timur dengan Xavier Do Amaral sebagai Presiden. Pada 30 November 1975, UDT, Apodeti, Kota, dan Trabalista mengumumkan Proklamasi Balibo di Kota Balibo yang isinya keinginan untuk bergabung dengan Indonesia.

Pada 7 Desember 1975, Indonesia melaksanakan operasi Seroja setelah Timor Timur meminta bantuan Indonesia dan untuk menghilangkan ancaman Fretilin di Timor Timur. Keinginan pendukung Proklamasi Balibo akhirnya disahkan oleh pemerintah Indonesia pada 17 Juni 1976 dengan penandatanganan UU No. 7 Tahun 1976 tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam NKRI dan pembentukan Daerah Tingkat I Timor Timur. Pengesahan ini diperkuat melalui Tap MPR Nomor IV/MPR/1978. Sejak saat itu Timor Timur secara resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia.

D. Dampak Revolusi Hijau dan Industrialisasi pada Masa Orde Baru

1. Revolusi Hijau

a. Arti dan Defi nisi

Revolusi Hijau adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional

ke cara modern. Revolusi Hijau didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ketergantungan petani pada cuaca dan alam berkurang.

(19)

19

Revolusi Hijau merupakan keberhasilan pertanian dalam melakukan persilangan antarjenis tanaman tertentu sehingga menghasilkan bibit unggul untuk meningkatkan produksi bahan pangan.

Gagasan Revolusi Hijau dimulai setelah Thomas Robert Malthus (1766–1834) melakukan penelitian dan memaparkan hasilnya. Malthus menyatakan kemiskinan adalah masalah yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Kemiskinan terjadi karena pertumbuhan penduduk dan peningkatan produksi pangan yang tidak seimbang. Pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan hasil pertanian. Oleh sebab itu, pertambahan penduduk harus diimbangi dengan peningkatan produksi pertanian. Upaya peningkatan produksi pertanian digalakkan melalui:

1.) pembukaan lahan pertanian baru, 2.) mekanisasi pertanian,

3.) penggunaan pupuk baru, dan

4.) pencarian metode yang tepat untuk pemberantasan hama.

Revolusi Hijau dilatarbelakangi oleh kehancuran lahan pertanian akibat Perang Dunia I dan II yang mengancam produksi pangan.

Keuntungan Revolusi Hijau bagi pertanian adalah sebagai berikut. 1.) Menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur pendek. 2.) Meningkatkan pendapatan petani.

3.) Merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada umumnya akan pentingnya teknologi.

4.) Merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat karena dengan hasil melimpah dan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula di masyarakat. Pelaksanaan Revolusi Hijau membawa perubahan besar di negara-negara berkembang yang menerapkannya, di antaranya sebagai berikut.

1.) India hampir mampu memenuhi kebutuhan pangannya pada awal 1970-an, 2.) Filipina yang sebelumnya bergantung pada beras impor, pada akhir 1960-an

telah menjadi negara pengekspor beras .

(20)

20

b. Kebijakan Revolusi Hijau di Indonesia

Revolusi Hijau menarik perhatian Indonesia untuk mengatasi masalah kekurangan pangan di Indonesia. Pemerintah Orde baru di Indonesia memasukkan kebijakan Revolusi Hijau dalam Pelita. Kebijakan Revolusi Hijau di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimbingan Masyarakat (Bimas).

Bimas adalah program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya

swasembada beras.

Latar belakang gerakan Bimas adalah anggapan beras merupakan komoditas strategis, baik ditinjau dari segi ekonomi, politik, maupun sosial. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok sebagai berikut.

1.) Penggunaan teknologi yang sering disebut Pancausaha Tani yang tediri dari: • pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varitas unggul,

• pemupukan yang teratur, • pengairan yang cukup,

• pemberantasan hama secara intensif, • teknik penanaman yang lebih teratur.

2.) Penerapan kebijakan harga sarana dan hasil reproduksi. 3.) Adanya dukungan kredit dan infrastruktur.

Untuk meningkatkan produksi pangan dan produksi pertanian, pemerintah Indonesia melakukan upaya yang berdasarkan empat usaha pokok sebagai berikut. 1.) Intensifi kasi, yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan

memberikan penyuluhan, penelitian, dan pencarian bibit unggul.

2.) Ekstensifi kasi, yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan baru termasuk transmigrasi, usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan ternak.

3.) Diversifi kasi, yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan keanekaragaman usaha tani.

4.) Rehabilitasi, yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan kemampuan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis. Seluruh kebijakan ini berhasil mengantarkan Indonesia menjadi negara berswasembada beras pada periode 1984-1989. Pada 1988, Indonesia mendapat penghargaan dari FAO karena berhasil dalam swasembada pangan.

(21)

21

c. Perkembangan Revolusi Hijau di Indonesia

Penduduk Indonesia dikenal sebagai penduduk agraris. Anggapan ini menjadikan pertanian di Indonesia sebagai sektor penting dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini didasarkan pada beberapa hal berikut. 1.) Kebutuhan masyarakat yang meningkat dengan pesat.

2.) Tingkat produksi pertanian yang masih sangat rendah.

3.) Produksi pertanian belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Berdasarkan anggapan tersebut, pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan hasil pertanian melalui ekstensifi kasi dan intensifi kasi. Salah satu upaya pemerintah dalam ekstensifi kasi adalah transmigrasi dari daerah yang padat ke daerah yang sepi.

Tujuan transmigrasi adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat, pemerataan pembangunan, dan meningkatkan produksi pertanian.

Program transmigrasi di Indonesia sudah dimulai sejak 1950-an ke daerah-daerah yang sepi dengan harapan dapat dibangun menjadi lahan-lahan pertanian baru guna mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia tentunya dengan penggunaan bibit-bibit unggul. Hal ini menyebabkan peningkatan hasil pertanian sehingga penghasilan petani pun meningkat. Ketika Indonesia ditimpa krisis ekonomi, sektor pertanian mampu bertahan sebagai penyangga ekonomi negara sehingga banyak yang tergiur membuka usaha di sektor agrobisnis.

2. Industrialisasi

Perkembangan industri makin berkembang pesat sejak penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang mempercepat proses produksi barang-barang kebutuhan manusia.

Industrialisasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengolah bahan mentah menjadi

barang jadi sehingga mempunyai nilai lebih tinggi dalam penggunaannya.

Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang turut menikmati perkembang-an teknologi sehingga kehidupperkembang-an masyarakat Indonesia dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Pada 1984, pemerintah Orde Baru mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1984 tentang industri. Secara garis besar, industri di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu industri pertanian dan nonpertanian.

(22)

22

a. Industri Pertanian

Industri pertanian merupakan suatu upaya untuk mengolah sumber daya hayati

dengan bantuan teknologi industri.

Pemerintah Orde Baru menggalakan industri pertanian karena didasari sektor perekonomian Indonesia masih ditopang dari sektor pertanian. Hasil produksi dari pengolahan sumber daya hayati dalam bentuk industri meliputi:

1.) industri pengolahan hasil tanaman pangan,

2.) industri pengolahan hasil perkebunan seperti minyak kelapa, karet, teh, kopi, dan sawit,

3.) industri pengolahan hasil perikanan seperti pengolahan udang, rumput laut, dan ikan,

4.) industri pengolahan hasil hutan seperti furnitur dan kertas, 5.) industri pupuk,

6.) industri pestisida,

7.) industri mesin dan peralatan pertanian untuk menunjang peningkatan hasil pertanian.

Adapun upaya pemerintah Orde Baru untuk meningkatkan industri pertanian adalah sebagai berikut.

1.) Melakukan pancausaha tani. 2.) Penanganan pascapanen.

3.) Menentukan harga yang layak bagi produsen dan konsumen. 4.) Penyediaan sarana dan prasarana bagi industri pertanian. 5.) Pengembangan dan pemanfaatan teknologi pertanian.

6.) Pemanfaatan lahan kering, pekarangan, dan rawa dalam rangka ekstensifi kasi pertanian.

Pengolahan hasil produksi pertanian didapat melalui proses industrialisasi di pabrik. Pabrik-pabrik yang muncul di Indonesia di antaranya adalah pabrik ban di Bogor, pabrik kina di Bandung, pabrik kertas di Leces dan Padalarang serta pabrik pengolahan udang di Semarang.

(23)

23

b. Industri nonpertanian

Industri nonpertanian adalah industri yang aktivitasnya di luar bidang pertanian,

meliputi industri maritim, elektronika, pariwisata, serta pertambangan dan energi.

Industri nonpertanian bertujuan menopang perekonomian Indonesia yang lemah apabila hanya ditopang dari hasil pertanian. Untuk memperkuatnya, sejak 1984 pemerintah menyusun suatu langkah strategis yang disebut Peta Rangka Landasan bidang industri dengan sistem Pusat Pertumbuhan Industri (Industrial Growth Center). Sebuah proyek percontohan yang diupayakan di Lhokseumawe, Aceh dan dicanangkan sebagai suatu wilayah terpadu dari pusat industri petrokimia, pupuk urea, semen, dan kertas. Upaya ini juga dilaksanakan di Palembang, Gresik, Kupang, dan Kalimantan Timur. Selain itu, beberapa industri juga didirikan seperti: 1.) industri Semen di Gresik, Padang, Cibinong, dan Makassar,

2.) industri peleburan logam di Jakarta dan Cilegon, 3.) industri perkapalan di Surabaya,

4.) industri pesawat terbang di Bandung.

Selain itu, industri pariwisata juga ditingkatkan sebab Indonesia memiliki modal wisata khususnya di Pulau Bali. Keuntungan negara dari industri wisata adalah sebagai berikut.

1.) Memperluas lapangan kerja. 2.) Memacu pembangunan daerah. 3.) Meningkatkan rasa cinta tanah air. 4.) Mengembangkan kerajinan rakyat.

Pada 1985-1986 pemerintah memberlakukan deregulasi atau pengurangan aturan dalam bidang industri dan investasi agar menarik minat investor asing. Ketika aktivitas industri di Indonesia makin meningkat, proses alih teknologi mulai dilakukan melalui pendidikan, penelitian, dan penerapan langsung dalam kegiatan industri. Tujuannya agar bangsa Indonesia dapat mandiri dalam pembangunan industri.

Secara umum industri nonpertanian menyebabkan pendapatan negara meningkat. Selain itu keuntungan yang didapat oleh negara antara lain sebagai berikut.

(24)

24

1.) Banyaknya tenaga kerja terserap ke dalam sektor-sektor industri.

2.) Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai daerah khususnya di kawasan industri.

3.) Tercapainya efi siensi dan efektivitas kerja.

3. Perkembangan Teknologi IPTEK

a. Sistem Informasi Dan Komunikasi

Perkembangan sistem informasi dan komunikasi dimulai dengan penemuan mesin cetak oleh Gutenberg pada abad ke-15. Kemudian perkembangan sistem informasi dan komunikasi makin pesat dengan penggunaan listrik. Hal ini ditandai dengan penemuan-penemuan berikut.

1.) Telegraf oleh Samuel F.B Morse pada 1837. 2.) Telepon oleh Alexander Graham Bell pada 1876. 3.) Radio oleh Marconi pada 1896.

Penemuan ini menyebabkan manusia mulai bisa berkomunikasi jarak jauh dengan waktu yang singkat. Pada abad ke-20, sistem informasi dan komunikasi makin maju dengan penemuan komputer yang digunakan untuk mengontrol alat paling sederhana hingga yang paling rumit. Selanjutnya, penemuan internet dikembangkan oleh Departemen Pertahanan AS pada 1960-an. Penemuan internet sering disebut sebagai revolusi komunikasi. Melalui internet, manusia bisa menerima informasi dari belahan dunia mana pun dalam waktu singkat.

Internet dapat diartikan sebagai suatu jaringan komunikasi antarkomputer.

b. Sistem Komunikasi Satelit Palapa

Penggunaan satelit buatan manusia dimulai pada 4 Oktober 1957 dengan peluncuran Sputnik I oleh Uni Soviet. Kemudian pada 31 Januari 1958, Amerika Serikat meluncurkan Explorer I sebagai satelit pertamanya. Indonesia mulai membangun sistem komunikasi satelit pada 1975 - 1976 dengan pembangunan Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD). Pada 18 Juli 1976, generasi pertama Satelit Palapa adalah Palapa A-1.

Satelit Indonesia diberi nama Satelit Palapa. Pemberian nama Palapa berasal dari nama sumpah Patih Gajah Mada dari Majapahit untuk menyatukan Nusantara.

(25)

25

Satelit Palapa digunakan sebagai satelit komunikasi yang berfungsi sebagai sarana penghubung berbagai aktivitas komunikasi. Selain itu, fungsi SKSD Palapa adalah sebagai berikut.

1.) Hubungan komunikasi antardaerah dan antarnegara lebih mudah. 2.) Mempercepat penyebaran informasi melalui jaringan internet.

3.) Mempermudah komunikasi telepon Sambungan Langsung Internasional (SLI), Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ), dan STO (Sentral Telepon Otomatis). 4.) Sebagai satelit pengulang (repeater).

Jangkauan dari Satelit Palapa C-2 yang diluncurkan pada 1996 meliputi wilayah Papua sampai Vladivostok (Rusia) dan dari Australia sampai Selandia Baru. Dengan demikian, manfaat penggunaan Satelit Palapa tidak hanya digunakan untuk kepentingan dalam negeri, tetapi juga digunakan oleh luar negeri seperti Vietnam, Australia, Papua Nugini, Makau, dan Selandia Baru. Hal ini menyebabkan Satelit Palapa tidak hanya menyatukan seluruh daerah Indonesia, namun juga mempermudah hubungan luar negeri.

c. Komunikasi Media Massa

Media komunikasi merupakan alat penerangan massa berupa informasi mengenai ide, pesan, atau gagasan. Media komunikasi juga dapat digunakan sebagai alat pendidikan massa melalui siaran radio dan televisi untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Dengan demikian, media komunikasi sebagai sarana untuk menyebarkan informasi agar menjadi bangsa yang terbuka dan menghilangkan rasa kesukuan atau fanatisme kedaerahan.

Pada masa Orde Baru, pemerintah menggalakkan program pembangunan. Media komunikasi massa berperan penting dalam penyampaian informasi pembangunan. Peran lain dari media massa dalam pembangunan adalah sebagai berikut.

1.) Alat motivasi rakyat agar ikut berpartisipasi dalam pembangunan. 2.) Memberikan penilaian terhadap hasil pembangunan.

3.) Memberikan informasi mengenai hambatan pembangunan. 4.) Alat informasi tingkat kesejahteraan rakyat.

5.) Alat pengawasan agar pelaksanaan pemerintahan sesuai dengan undang-undang.

Gambar

Gambar 9.1 Presiden Soeharto Sumber: id.wikipedia.org

Referensi

Dokumen terkait

segala usahanya, kesabarannya, kecermatan, ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, semangat, motivasi, petunjuk, serta pemikiran-pemikiran sehingga skripsi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan beberapa teori yang menjawab rumusan masalah “Adakah pengaruh metode drill terhadap kemampuan olah musik anak tunagrahita

Ikan sapu-sapu mengandung komposisi gizi yang lengkap yaitu protein, asam amino dan asam lemak esensial dengan konsentrasi yang bervariasi, sehingga dapat direkomendasikan

Seminar Nasional Peternakan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, Kerjasama, Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang Mangatas, Dinas Peternakan

Pada eksperimen tahap awal Naïve Bayes adalah metode yang baik karena mudah dibuat, tidak membutuhkan skema estimasi parameter perulangan yang rumit, ini

Tesis magister seni ini bertajuk “Tiga Lagu Populer Batak Toba dengan Melodi yang Diadopsi dari Musik Barat: Kajian Komparatif Melodi, Makna Teks, dan Respons Pendengar.”

Model data yang digunakan untuk Sistem Informasi Geografis Pertanian dan Perkebunan di Provinsi Sumatera Selatan Berbasis Web memiliki enam entitas yaitu:

Ketentuan ini mengatur tata cara yang hams ditempuh untuk mengalihkan kepada perseroan hak dan atau tanggung jawab yang timbul dari perbuatan hukum pendiri yang dibuat