• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dosis Pupuk Majemuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Feri Kurniawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Dosis Pupuk Majemuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Feri Kurniawan"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL AGRONOMI

Pangan Bukan Segalanya Tetapi Tanpa Pangan Segalanya Tidak Ada Artinya

VOLUME 3, NOMOR 1, NOVEMBER 2015

Pengaruh Dosis Pupuk Majemuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga

Varietas Tanaman Padi (Oryza Sativa L.)

Feri Kurniawan

Kajian Kemampuan Lahan Terhadap Potensi Produksi Tanaman Pangan Di Wilayah

Kota Cirebon

Dr. Amran Jaenudin, Ir., MS dan Maryuliyanna

Pengaruh Bobot Bibit dan Dosis Pupuk Kalium terhadap Serapan K, Pertumbuhan

dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Bima

Lies Ernawati

Pengaruh Aplikasi Beberapa Pupuk Organik Pabrikan dan Jumlah Bibit Per Lubang

Terhadap Serapan N, Pertumbuhan, dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.)

Varietas Inpari 19

Nurkholis Khasan

Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Chitosan terhadap Bintil Akar,

Pertumbuhan, dan Hasil Tiga Kultivar Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill)

Rachmat Indrianto

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Auksin Golongan NAA dan Waktu

Penyiangan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata L.)

Lina Dwi Agustina

Pengaruh Konsentrasi ZPT GA3 dan Lamanya Perendaman Benih terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus Vulgari) Varietas Sriti

Linda Permasi Dewi

PROGRAM STUDI AGRONOMI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

Jurnal

Agroswagati

Volume

3

Nomor

1

Halaman

1 – 85

Cirebon,

November 2015

ISSN

2339-0085

AGROSWAGATI

(2)

Jurnal Agronomi terbit berskala setiap 4 bulan, merupakan media komunikasi ilmiah bagi

semua pihak yang berminat di bidang pertanian

Pelindung:

Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

Prof. Dr. Rochanda Wiradinata., MP

Penanggung Jawab:

Direktor Program Pasca Sarjana

Dr. H. Harwan Sutomo, Ir., MP

Pemimpin Redaksi:

Dr. Amran Jaenudin, Ir., MS

Anggota Dewan Redaksi:

Dra. A. Faqih. Ir.,MM

Prof. Dr. Ir. Tadjudin Surawinata, MS

Dr. Alfandi, Ir., M.Si

Umi Trisnaningsih, Ir., MP

Mitra Bestari:

Prof. Dr. Jajang Sauman Ir., MS (Dosen UNPAD BAndung)

Prof. Dr. Ai Komariah, Ir., MS(Dosen UNWIM Sumedang)

Dr. Mustadjab Hary Kusnadi, Ir., MS (Dosen UVN Jogjakarta)

Dr. H. Tohidin, Ir., MP (Dosen UNWIR Indramayu)

Dr. H. Djoni, Ir., MS (Dosen UNSIL Tasikmalaya)

Distributor:

Agus Supriyadi, S.Pd.,M.Si

Aan Anisah, SE., M.Pd

Yeyen Herarusanti, A.Md

PENERBIT

PROGRAM STUDI AGRONOMI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNSWAGATI CIREBON

ALAMAT PENERBIT

Sekretariat Prodi Agronomi Program Pasca Sarjana

Unswagati Jl. Terusan Pemuda No.1, Cirebon Telp. (0231) 488924 ex 64.

E-mail: agroswagati@yahoo.com

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Pengaruh Dosis Pupuk Majemuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil

1 – 11

Tiga Varietas Tanaman Padi (Oryza Sativa L.)

Feri Kurniawan

Kajian Kemampuan Lahan Terhadap Potensi Produksi Tanaman Pangan

13 – 26

Di Wilayah Kota Cirebon

Dr. Amran Jaenudin, Ir., MS dan Maryuliyanna

Pengaruh Bobot Bibit dan Dosis Pupuk Kalium terhadap Serapan K,

27 - 39

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Varietas Bima

Lies Ernawati

Pengaruh Aplikasi Beberapa Pupuk Organik Pabrikan dan Jumlah Bibit

41 – 48

Per Lubang Terhadap Serapan N, Pertumbuhan, dan Hasil Tanaman Padi

(Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 19

Nurkholis Khasan

Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Chitosan terhadap Bintil

49 - 60

Akar, Pertumbuhan, dan Hasil Tiga Kultivar Tanaman Kedelai

(Glycine Max L. Merrill)

Rachmat Indrianto

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Auksin Golongan NAA

61 - 71

dan Waktu Penyiangan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau

(Vigna radiata L.)

Lina Dwi Agustina

Pengaruh Konsentrasi ZPT GA3 dan Lamanya Perendaman Benih

73 - 85

terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus Vulgari)

Varietas Sriti

Linda Permasi Dewi

PROGRAM STUDI AGRONOMI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Jurnal Agroswagati Prodi

Agronomi Program Pasca Sarjana Unswagati Volume 1, Nomor 1, Maret 2015 dapat

diterbitkan. Pada penerbitan jurnal pertama ini dikemukakan hasil penelitian dari

komoditas gedong gincu, mangga arumanis, nenas, kedelai, tomat, dan ubi jalar. Bahan

tulisan tersebut selain diisi oleh para Dosen dan Mahasiswa dari Prodi Agronomi

Program Pascasarjana, para peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat,

serta Dosen Universitas lainnya.

Pada penerbitan ini, kami berupaya memberikan sistem penulisan dan kualitas

penulisan terbaik, sehingga hasil penelitian-penelitian tersebut dapat tersampaikan

dengan baik dan dapat bermanfaat bagi para peneliti dan masyarakat, khususnya para

petani. Seperti tujuan awal dari penerbitan media ini untuk memberikan ruang bagi para

dosen, mahasiswa, dan peneliti instansi lain untuk secara rutin dapat menerbitkan hasil

penelitiannya. Media ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan ilmu

dan teknologi di bidang pertanian pada umumnya. Melalui upaya yang sederhana ini,

kami turut berembuk dalam menghadapi swasembada pangan nasional. Alasan jurnal ini

sesuai dengan motto kami, “pangan bukan segalanya tetapi tanpa pangan tidak ada artinya”.

Selanjutnya, masukan dari pihak luar maupun dari dosen dibutuhkan guna memperbaiki

dan meningkatkan substansi maupun kualitas penulisan.

Akhirnya kami sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung

penerbitan jurnal ini, khususnya kepada bapak rektor unswagati yang selalu memberikan

dorongan dan dukungannya.

Cirebon, November 2015

(5)

Pedoman Penulisan Naskah

Ketentuan Umum:

Makalah yang dibuat merupakan laporan hasil penelitian empat tahun terakhir atau

makalah suntingan yang belum pernah dipublikasikan dan tidak dalam proses

penerbitan.

Bidang kajian di bidang pertanian meliputi budidaya tanaman serta bidang pertanian

lainnya mencakup aspek tanah, OPT, mekanisasi, pemuliaan, dan ilmu dasar

tanaman.

Penulis adalah peneliti dari suatu perguruan tinggi, lembaga penelitian atau industri

(swasta dan pemerintah).

Naskah di dalam jurnal Agroswagati dapat ditulis dalam bahasa indonesia dan

bahasa Inggris dengan gaya bahasa efektif dan ilmiah.

Naskah berupa hasil penelitian yang informatif untuk menunjang pengembangan

pertanian.

Naskah diketik pada kertas HVS ukuran A4 dengan jarak 1 spasi, bentuk huruf

Times New Roman, dengan ukuran 11 (program pengolahan kata Microsoft Word).

Ketentuan Khusus:

Susunan naskah, sebagai berikut:

Judul harus singkat dan menunjukkan identitas subjek, indikasi tujuan studi,

memuat kata kunci, dan maksimal 20 kata.

Nama Penulis disebutkan, disertai dengan profesi, dan instansi tempat kerja.

Abstark (Abstract), merupakan uraian singkat asli yang bersifat informatif (bukan

abstrak indikasi), yang menyajikan data pokok dan informasi penting serta

kesimpulan yang dimuat dalam naskah asli.

Pendahuluan, berisi latar belakang alasan pentingnya dilakukan penelitian, kerangka

pemikiran, telusuran literatur, serta hubungan dari masing-masing teori/evidensi

(yang diperhatikan termasuk relevansi dan kemutakhiran), hipotesis yang mendasari

pendekatan umum dan tujuan diadakannya penelitian.

Metode Penelitian, berisi penjelasan mengenai bahan, alat, waktu, tempat, teknik,

dan rancangan percobaan, atau model penelitiannya.

Hasil dan Pembahasa, disajikan secara singkat dapat dibantu dengan tabel, grafik,

dan foto. Pembahasan merupakan tinjauan terhadap hasil penelitian secara singkat

tetapi jelas dan merujuk terhadap literatur yang terkait.

Kesimpulan dan Saran, merupakan hasil konkrit ataupun keputusan dari penelitian

yang dilakukan dan saran tindak lanjut untuk bahan pengembangan penelitian

berikutnya.

Daftar Pustaka, mencantumkan semua pustaka berikut semua keterangan yang lazim

dengan tujuan jika ada pembaca yang membutuhkan dapat dengan mudah

menelusurinya. Daftar pustaka ditulis dengan menggunakan sistem nama, tahun,

dan disusun secara abjad.

(6)

Beberapa contoh:

Buku:

Buol, S.W., F.D. Hole and R.J. Mc Craken. 1980. Soil Genesis and Classification. 2nd ed. Iowa

State Univ. Press. Ames.

Artikel dalam buku:

Epton, H.A.S., M.Wilson, S.L. Nicholas dan D.C. Siegee. 1984. Biological Control of

Erwinia amylovoria with erwinia herbicola. P 333-352 In Blakeman, J.P. dan B.

Wiliamson (Eds.) Ecofty of Plant Patogens. CAB. Internal. Wallingford, UK.

Prosiding:

Ida Ayu Mayun. 2007. Efek Mulsa Jerami Padi dan Pupuk Kandang Sapi terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah di Daerah Pesisir. Agritrop, 26 (1) : 33 - 40.

Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali.

Publikasi Internet:

Wayan Sudana., Nyak Ilham., Dewa Ketut Sandra, S. dan Rita Nur Suhaeti. 1999. Metode

Penelitian dan Pengkajian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Jakarta. Dalamhttp://www.deptan.go.id/. Diakses

tanggal 28 Juli 2009.

Penulis dimohon membatasi tulisanya hingga 14 halaman A4, lengkap dengan tabel

dan gambar dan diserahkan dalam bentuk print out dan soft copy dalam CD atau di

email ke alamat:

agroswagati@yahoo.com

Redaksi berhak menyusun naskah sedemikian sehingga sesuai dengan pemuatan

naskah atau mengembalikannya untuk diperbaiki, atau menolak naskah yang

bersangkutan.

Naskah yang dimuat dikenankan biaya pencetakan sebesar Rp 150.000,00 (Seratus

Lima Puluh Ribu Rupiah) per naskah. Penulisan akan menerima 2 kopi naskah termuat

dengan cuma-cuma. Permintaan lebih dari 2 kopi akan dilayani dengan biaya tambahan

dari penulis sebesar Rp 50.000,00.

(7)

HASIL TIGA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

Dose Effect of Compound Fertilizer NPK on growth and Results Three Rice Varieties (Oryza sativa L.)

Feri Kurniawan

Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi Agronomi, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) mengetahui pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas tanaman padi (Oryza sativa L.) (2) mengetahui kombinasi dosis pupuk majemuk NPK dan varietas mana yang menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa L.) terbaik, dan (3) mengetahui korelasi antara komponen pertumbuhan dengan hasil pada tiga varietas tanaman padi (Oryza sativa L.). Penelitian dilaksanakan di Desa Panggasari Kecamatan Losari, Cirebon, dari bulan Mei sampai dengan bulan September 2014. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Percobaan ini terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi yang masing-masing diulang tiga kali, sehingga terdapat 27 petak percobaan. Kombinasi perlakuan yang diuji di lapangan adalah : A (200 kg/ha dan Varietas Ciherang), B (200 kg/ha dan Varietas Situbagendit), C (200 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1), D (250 kg/ha dan Varietas Ciherang), E (250 kg/ha dan Varietas Situbagendit), F (250 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1), G (300 kg/ha dan Varietas Ciherang), H (300 kg/ha dan Varietas Situbagendit), dan I (300 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat pengaruh yang nyata antara kombinasi dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi terhadap parameter rata-rata tinggi tanaman umur 45 dan 60 HST, jumlah anakan per rumpun umur 45 dan 60 HST,

Shoot Root Ratio umur 45 dan 60 HST, Laju Pertumbuhan Tanaman umur 30 sampai 45 HST

dan umur 45 sampai 60 HST, dan gabah kering panen per rumpun dan per petak, (2) gabah kering panen per petak tertinggi terdapat pada perlakuan F (250 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) yang menghasilkan 8,03 kg/petak atau setara dengan 10,71 ton/ha dengan asumsi 80 % lahan efektif, (3) terdapat korelasi yang nyata antara komponen pertumbuhan tinggi tanaman umur 30, 45, dan 60 HST, jumlah anakan per rumpun umur 30 dan 45 HST, dan Laju Pertumbuhan Tanaman umur 30 sampai 45 HST dan umur 45 sampai 60 HST dengan gabah kering panen per petak.

(8)

ABSTRACT

This study aimed to determine: (1) determine the effect of NPK fertilizer on growth and yield of three varieties of rice plants (Oryza sativa L.) (2) determine the combination of NPK compound fertilizers and varieties which produce the growth and yield of rice (Oryza sativa L.) best, and (3) determine the correlation between the growth components results in three varieties of rice plants (Oryza sativa L.). The experiment was conducted in the village of the District Panggasari Losari, Cirebon, from May until the month of September 2014. The method used in this study is the experimental method. The experimental design used was a randomized block design (RBD). This experiment consisted of nine treatment NPK compound fertilizer and rice varieties, each of which was repeated three times, so there are 27 experimental plots. The combination treatment was tested in the field are: A (200 kg / ha and Varieties Ciherang), B (200 kg / ha and Varieties Situbagendit), C (200 kg / ha and Hybrid Varieties DG-1), D (250 kg / ha and varieties Ciherang), E (250 kg / ha and varieties Situbagendit), F (250 kg / ha and Hybrid Varieties DG-1), G (300 kg / ha and varieties Ciherang), H (300 kg / ha and varieties Situbagendit ), and I (300 kg / ha and Hybrid Varieties DG-1). The results showed that: (1) there is a real effect between the combination of NPK compound fertilizers and rice varieties to the average parameters of plant height between 45 and 60 days after planting (DAP), the number of tillers per hill age of 45 and 60 DAP, Shoot Root Ratio of age 45 and 60 DAP, Plant Growth ages 30 to 45 DAP and age 45 to 60 DAP, and harvesting of dry grain per panicle and per plot, (2) dried grain harvested per plot was highest in treatment F (250 kg / ha and Hybrid Varieties DG-1) which produces 8.03 kg / plot, equivalent to 10.71 tons / ha assuming 80% effective land, (3) there is a significant correlation between high growth component of plant age 30, 45, and 60 DAP, the number of tillers per clump ages of 30 and 45 DAP, and Plant Growth aged 30 to 45 DAP and age 45 to 60 DAP to harvest of dry grain per plot

(9)

PENDAHULUAN

Padi merupakan tanaman pangan utama yang dikonsumsi oleh sekitar setengah penduduk dunia. Di masa mendatang, diperkirakan banyak negara akan mengalami bencana kekurangan pangan. Menurut Prasetyo (2003) lebih dari 88 negara di dunia mengalami krisis pangan, diantaranya Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan semakin berkurangnya luas lahan padi, tenaga kerja semakin sedikit, dan ketersediaan air semakin berkurang. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan pangan semakin tinggi, produksi pangan, khususnya beras harus ditingkatkan, mengingat beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan mampu memberi kontribusi dan solusi yang tepat, dalam menghadapi tantangan tersebut.

Rendahnya hasil yang diperoleh dari usahatani tanaman padi disebabkan antara lain oleh penggunaan benih yang kurang unggul dan bermutu, adanya gangguan hama dan penyakit, pengaruh saingan dengan tumbuhan pengganggu dan teknik bercocok tanam kurang baik. Menurut Iwan Juhardi (1999), rendahnya hasil bukan hanya disebabkan oleh penggunaan benih yang kurang unggul dan bermutu, kurang tepatnya pengendalian hama dan penyakit, tetapi juga masih kurangnya pengetahuan petani tentang pemupukan yang tepat dalam penyediaan unsur hara terutama nitrogen, fosfat, dan kalium secara seimbang.

Lubis et al. (1999), menyatakan varietas unggul baru merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan hasil dan mengantisipasi kegagalan usahatani padi sawah di tingkat petani, dimana varietas unggul yang beredar sekarang pada suatu saat hasilnya akan menurun dan ketahanannya terhadap hama dan penyakit tertentu akan berkurang. Sebagai contoh varietas padi Ciherang dan Situbagendit merupakan varietas yang paling populer di beberapa sentra produksi padi sawah di Losari, namun hasilnya sudah menurun dan peka

terhadap serangan hama/penyakit utama, seperti ulat grayak dan wereng coklat. Serangan hama kresek menjadi ancaman utama pertanian tanaman pangan di Losari selain tikus dan wereng, dihimbau petani mengganti varietas padi dengan jenis tahan jamur dan penyakit seperti hibrida DG-1.

Padi hibrida merupakan teknologi alternatif yang dapat meningkatkan produksi padi hingga 15-20% dibandingkan dengan padi inbrida. Penggunaan padi hibrida diharapkan dapat memenuhi kebutuhan beras nasional di tengah keterbatasan lahan pertanian. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan padi hibrida saat ini yaitu ketersediaan benih padi hibrida berkualitas tinggi dengan harga terjangkau belum mencukupi kebutuhan petani. Hal ini terkait dengan masalah produksi dan penyimpanan benih.

Program Pemupukan Berimbang adalah suatu upaya peningkatan produktivitas padi dan kualitas gabah yang dihasilkan (Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan, 2004). Untuk memperoleh produksi gabah yang optimal dengan mutu yang baik dan memperhatikan kelestarian kesuburan lahan, maka pemupukan berimbang perlu disosialisasikan sampai ke petani sebagai pelaksana usahatani. Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk (hara) sesuai dengan kebutuhan tanaman baik dalam jumlah maupun jenis pupuk (hara) yang dikaitkan dengan sifat tanah, status hara tanah, kebutuhan tanaman serta keadaan lingkungan. Hal itu dapat dicapai tidak hanya melalui penambahan unsur hara yang kurang, tetapi juga dapat mengurangi pemberian unsur hara yang berlebihan. Ditambahkan oleh Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan (2004), dalam aplikasi pemupukan berimbang di lapangan, selain memperhatikan asas 6 tepat (tepat waktu, jumlah, jenis, harga, mutu, dan penggunaan) juga disesuaikan dengan kondisi wilayahnya (spesifik lokasi).

(10)

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Panggasari Kecamatan Losari, Cirebon.Terletak pada ketinggian 10 m di atas permukaan laut (dpl), jenis tanah aluvial. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan September 2014.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah benih padi varietas Ciherang, Situbagendit, dan Hibrida DG-1, pupuk kandang kambing, pupuk majemuk NPK, fungisida, dan insektisida.

Percobaan dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Percobaan ini terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi yang masing-masing diulang tiga kali, sehingga akan terdapat 27 petak percobaan. Kombinasi perlakuan yang diuji di lapangan adalah sebagai berikut :

1.

A = 200 kg/ha dan Varietas Ciherang

2.

B = 200 kg/ha dan Varietas Situbagendit

3.

C = 200 kg/ dan Varietas Hibrida

DG-1

4.

D = 250 kg/ha dan Varietas

Ciherang

5.

F = 250 kg/ha dan Varietas Situbagendit

6.

E = 250 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1

7.

G = 300 kg/ha dan Varietas

Ciherang

8.

H = 300 kg/ha dan Varietas

Situbagendit

9.

I = 300 kg/ha dan Varietas Hibrida

DG-1

Ukuran petak 3 m x 2 m, jarak antar petak 30 cm, jarak antar ulangan 100 cm, dan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Pelaksanaan percobaan di lapangan akan meliputi kegiatan persiapan tanam (pengolahan tanah, penyiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan pemungutan hasil atau panen).

Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, Shoot Root Ratio, Laju Pertumbuhan Tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah malai per rumpun, jumlah butir padi per malai, dan gabah kering panen per rumpun dan per petak.

Analisis data dilakukan menggunakan sidik ragam dan uji lanjutan dengan Uji Gugus Scott Knott pada taraf 5 %. Setelah itu dilakukan Uji Korelasi dengan analisa Uji t Product Moment antara komponen pertumbuhan dengan hasil tanaman padi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman (cm)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata tinggi tanaman pada umur 45 dan 60 HST. Sedangkan pada tinggi tanaman umur 30 HST perlakuan kombinasi dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Tabel 1. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Varietas Padi Terhadap Tinggi Tanaman Umur 30, 45, dan 60 HST

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

30 HST 45 HST 60 HST A (200 kg/ha dan Varietas Ciherang) 64,29 a 85,93 a 101,07 a B (200 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 64,17 a 83,50 a 96,09 a C (200 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 70,09 a 101,22 c 108,11 b D (250 kg/ha dan Varietas Ciherang) 65,24 a 89,88 b 106,75 b E (250 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 62,82 a 82,7 a 94,89 a F (250 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 72,71 a 103,44 c 113,48 b G (300 kg/ha dan Varietas Ciherang) 67,48 a 91,21 b 106,83 b H (300 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 64,23 a 85,19 a 95,87 a

(11)

Perlakuan 30 HST Tinggi Tanaman (cm) 45 HST 60 HST I (300 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 69,98 a 96,66 c 103,27 b

Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf sama pada kolom sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5%. Tinggi tanaman pada umur 30 HST

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada setiap perlakuannya. Dari analisa tanah yang dilakukan sebelum percobaan menunjukkan bahwa N-Total dalam tanah sangat rendah (0,08 %). Hal ini menyebabkan dalam segi pertumbuhan khususnya tinggi tanaman umur 30 HST perlakuan dosis pupuk majemuk NPK tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Fungsi N untuk tanaman yaitu untuk pertumbuhan pucuk tanaman dan menyuburkan pertumbuhan vegetatif (Campbell, 2000).

Tinggi tanaman pada umur 45 dan 60 HST menunjukkan perbedaan yang nyata pada setiap perlakuannya. Hal ini disebabkan karena pupuk majemuk memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk tunggal, yaitu mengandung lebih dari jenis 2 hara, lebih praktis dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan, dan aplikasinya di lapangan. Keuntungan lain penggunaan pupuk majemuk tersebut adalah lebih homogen dalam penyebaran pupuk (Achorn dan Balay, 1997 dalam J. Purnomo,

2008). Padi hibrida merupakan salah satu inovasi yang meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Fatiwati et al., 2008).

Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata jumlah anakan pada umur 30 dan 45 HST. Sedangkan pada jumlah anakan umur 60 HST perlakuan kombinasi dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Peningkatan hasil padi akibat pemberian pupuk NPK berhubungan erat dengan kenaikan jumlah anakan (Abdurrachman, 2004). Keunggulan dari padi hibrida antara lain hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan padi inbrida dan keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti anakan yang lebih banyak (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007).

Tabel 2. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Varietas Padi Terhadap Jumlah Anakan per Rumpun Umur 30, 45, dan 60 HST

Perlakuan

Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)

30

HST 30 HST 30 HST A (200 kg/ha dan Varietas Ciherang) 16,32 a 16,32 a 16,32 a B (200 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 16,15 a 16,15 a 16,15 a C (200 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 18,38 a 18,38 a 18,38 a D (250 kg/ha dan Varietas Ciherang) 16,94 a 16,94 a 16,94 a E (250 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 15,86 a 15,86 a 15,86 a F (250 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 22,67 b 22,67 b 22,67 b G (300 kg/ha dan Varietas Ciherang) 18,20 a 18,20 a 18,20 a H (300 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 12,79 a 12,79 a 12,79 a I (300 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 20,98 b 20,98 b 20,98 b

Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf sama pada kolom sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5%

(12)

Shoot Root Ratio (SSR)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi memberikan pengaruh yang nyata terhadap

rata-rata Shoot Root Ratio pada umur 45 dan 60 HST. Sedangkan pada Shoot Root

Ratio umur 30 HST perlakuan kombinasi

dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Tabel 3. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Varietas Padi Terhadap Shoot

Root Ratio Umur 30, 45, dan 60 HST Perlakuan

Shoot Root Ratio 30

HST 30 HST 30 HST

A (200 kg/ha dan Varietas Ciherang) 1,46 a 1,40 a 1,55 b

B (200 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 1,60 a 1,32 a 1,26 a

C (200 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 1,78 a 1,70 b 1,24 a

D (250 kg/ha dan Varietas Ciherang) 1,71 a 1,71 b 1,21 a

E (250 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 1,68 a 1,70 b 1,77 b

F (250 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 1,36 a 1,69 b 1,83 b

G (300 kg/ha dan Varietas Ciherang) 1,94 a 1,24 a 1,27 a

H (300 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 2,18 a 1,07 a 1,39 a

I (300 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 1,64 a 1,29 a 1,60 b

Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf sama pada kolom sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5%. Unsur nitrogen yang terkandung

dalam pupuk majemuk NPK berfungsi dalam meningkatkan kadar protein dalam tanaman (Mul Mulyani Sutejo, 1997). Padi varietas hibrida memiliki intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat lebih tinggi (Fatiwati et al., 2008). Padi varietas unggul merupakan hasil persarian antara dua spesies yang memiliki sifat-sifat unggul dimana produksinya masih di bawah padi hibrida, tapi bila padi hibrida tersebut dirawat

dengan benar produksinya bisa menyamai padi hibrida (Wirajaswadi, 2008).

Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata Laju Pertumbuhan Tanaman pada umur 30 sampai 45 HST dan umur 45 sampai 60 HST.

Tabel 4. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Varietas Padi Terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman pada umur 30 sampai 45 HST dan umur 45 sampai 60 HST

Perlakuan

Laju Pertumbuhan Tanaman 30 sampai

45 HST

45 sampai 60 HST A (200 kg/ha dan Varietas Ciherang) 63,31 a 148,22 a B (200 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 101,93 b 171,47 b C (200 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 78,89 a 161,66 b D (250 kg/ha dan Varietas Ciherang) 45,61 a 148,86 a E (250 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 94,89 b 177,87 b F (250 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 118,35 b 197,50 b

(13)

G (300 kg/ha dan Varietas Ciherang) 66,30 a 116,01 a H (300 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 71,21 a 137,13 a I (300 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 55,85 a 193,87 b

Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf sama pada kolom sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5%. Menurut Salisbury (1995), bila

tumbuhan dicabut dan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 70 - 80ºC selama 1 - 2 hari, maka hampir seluruh hampir seluruh air yang terdapat pada tumbuhan tersebut telah menguap, bahan yang tertinggal disebut dengan bahan kering. Komponen utamanya adalah polisakarida dan lignin yang berasal dari dinding sel, sedang protein, lipid, asam amino, asam organik berasal dari sitoplasma. Kesemua ini adalah hasil dari fotosintesis yang bersumber dari unsur hara yang diserap oleh akar yang diproses di daun dengan bantuan sinar matahari yang dikenal dengan hasil fotosintat yang merupakan indikasi dari Laju Pertumbuhan Tanaman.

Jumlah Malai per Rumpun (malai)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata jumlah malai per rumpun.

Tabel 5. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Varietas Padi Terhadap Jumlah Malai per Rumpun

Perlakuan

Jumlah Malai per

Rumpun (malai) A (200 kg/ha dan Varietas

Ciherang) 17,33 a

B (200 kg/ha dan Varietas

Situbagendit) 17,83 a C (200 kg/ha dan Varietas

Hibrida DG-1) 18,50 a D (250 kg/ha dan Varietas

Ciherang) 16,92 a

E (250 kg/ha dan Varietas

Situbagendit) 17,83 a F (250 kg/ha dan Varietas

Hibrida DG-1) 19,17 a

G (300 kg/ha dan Varietas

Ciherang) 17,90 a

H (300 kg/ha dan Varietas

Situbagendit) 16,67 a I (300 kg/ha dan Varietas

Hibrida DG-1) 18,52 a Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai

huruf sama pada kolom sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5%. Jumlah malai per rumpun menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada setiap perlakuannya. Hal ini disebabkan karena dari hasil analisa tanah yang dilakukan sebelum percobaan menunjukkan kandungan P2O5 yang

tersedia dalam tanah rendah. Sehingga perlu ditambah lagi dosis pemupukan khususnya pupuk fosfor. Unsur fosfor mempercepat masa pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah serta dapat meningkatkan hasil biji-bijian (Mul Mulyani Sutejo, 1997).

Jumlah Butir Padi per Malai (butir)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata jumlah butir padi per malai.

Tabel 6. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Varietas Padi Terhadap Jumlah Butir Padi per Malai

Perlakuan Jumlah Butir Padi per Malai (butir) A (200 kg/ha dan Varietas Ciherang) 145,67 a B (200 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 157,83 a C (200 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 165,83 a D (250 kg/ha dan Varietas Ciherang) 147,67 a

(14)

E (250 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 151,17 a F (250 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 172,67 a G (300 kg/ha dan Varietas Ciherang) 145,67 a H (300 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 147,33 a I (300 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 172,50 a Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai

huruf sama pada kolom sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5%. Jumlah malai per rumpun menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada setiap perlakuannya. Hal ini disebabkan karena dari hasil analisa tanah yang dilakukan sebelum percobaan menunjukkan kandungan P2O5 yang

tersedia dalam tanah rendah. Sehingga perlu ditambah lagi dosis pemupukan khususnya pupuk fosfor. Kekurangan fosfor umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi lebih kecil dan menjadi lebih gelap dan pucat (Mul Mulyani Sutejo, 1997). Varietas padi hibrida memiliki keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti anakan lebih banyak, jumlah butir padi per malai lebih banyak, dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi (Fatiwati

et al., 2008).

Gabah Kering Panen per Rumpun (g) dan per Petak (kg)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata gabah kering panen per rumpun dan per petak.

Tabel 7. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Varietas Padi Terhadap Gabah Kering Panen per Rumpun dan per Petak

Perlakuan

Gabah Kering Panen per Rumpun (g) per Petak (kg) A (200 kg/ha dan Varietas Ciherang) 74,18 a 6,42 a B (200 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 79,85 a 7,09 b C (200 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 84,68 b 7,87 b D (250 kg/ha dan Varietas Ciherang) 74,77 a 6,01 a E (250 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 86,25 b 6,89 b F (250 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 91,98 b 8,03 c G (300 kg/ha dan Varietas Ciherang) 82,66 b 6,90 b H (300 kg/ha dan Varietas Situbagendit) 74,06 a 6,04 a I (300 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) 88,53 b 7,33 b Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai

huruf sama pada kolom sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Gugus Scott-Knott pada taraf nyata 5%. Di dalam tanaman P memberikan pengaruh melalui kegiatan-kegiatan yaitu pembentukan buah, bunga, dan biji, mempercepat masaknya buah, dan meningkatkan kualitas hasil tanaman (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 1991). Padi hibrida merupakan teknologi alternatif yang dapat meningkatkan produksi padi hingga 15-20% dibandingkan dengan padi inbrida.

(15)

Analisis Korelasi Antara Komponen Pertumbuhan dan Hasil

Hasil perhitungan analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi/ hubungan antara tinggi tanaman dengan hasil gabah kering panen per petak. Unsur hara N yang terkandung dalam pupuk majemuk NPK lebih banyak berfungsi untuk meningkatkan kadar karbohidrat dan gula dalam buah, menambah bobot biji tanaman menjadi lebih berisi dan padat, dan meningkatkan kualitas buah (Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono, 2002).

Tabel 8. Hubungan Tinggi Tanaman Umur 30, 45, dan 60 HST dengan Gabah Kering Panen per Petak Uraian Tinggi Tanaman 30 HST 45 HST 60 HST Koefisien Korelasi (r) 0,500 0,645 0,437 Kategori r Sedang Sedang Sedang Koefisien Determinasi (r2) 0,250 0,416 0,191 Nilai thitung 2,885 4,218 2,428 Nilai t0,025(25) 2,060 2,060 2,060 Kesimpulan Nyata Nyata Nyata

Hasil perhitungan analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi/ hubungan antara jumlah anakan per rumpun umur 30 dan 45 HST dengan hasil gabah kering panen per petak. Hal ini sesuai dengan pendapat Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono (2002), bahwa fungsi N terhadap pertumbuhan tanaman yaitu dapat menaikkan pertumbuhan jaringan meristem. Serta tidak terdapat korelasi/ hubungan antara jumlah anakan per rumpun umur 60 HST dengan hasil gabah kering panen per petak. Hal ini dikarenakan unsur nitrogen lebih terlihat peranannya terhadap hasil tanaman dibandingkan pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan pendapat Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono (2002), bahwa salah satu fungsi nitrogen adalah membentuk dan mengangkut karbohidrat.

Tabel 9. Hubungan Jumlah Anakan per Rumpun Umur 30, 45, dan 60 HST dengan Gabah Kering Panen per Petak

Uraian

Jumlah Anakan per Rumpun 30 HST 45 HST 60 HST Koefisien Korelasi (r) 0,481 0,511 0,320 Kategori r Sedang Sedang Rendah

Koefisien

Determinasi (r2) 0,232 0,261 0,102 Nilai thitung 2,745 2,970 1,688 Nilai t0,025(25) 2,060 2,060 2,060 Kesimpulan Nyata Nyata Nyata Tidak

Hasil perhitungan analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi/ hubungan antara Shoot Root

Ratio dengan hasil gabah kering panen

per petak. Hal ini disebabkan karena di dalam tanaman P lebih banyak berfungsi sebagai pembentukan buah, bunga, dan biji, mempercepat masaknya buah, dan meningkatkan kualitas hasil tanaman (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 1991).

Tabel 10. Hubungan Shoot Root Ratio Umur 30, 45, dan 60 HST dengan Gabah Kering Panen per Petak

Uraian

Shoot Root Ratio

30 HST

45 HST HST 60 Koefisien

Korelasi (r) -0,265 0,182 0,258 Kategori r Berkorelasi Tidak Rendah Sangat Rendah

Koefisien Determina si (r2) 0,070 0,033 0,066 Nilai thitung -1,371 0,927 1,333 Nilai t0,025(25) 2,060 2,060 2,060 Kesimpula n Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata Sedangkan hasil perhitungan analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi/ hubungan antara Laju Pertumbuhan Tanaman dengan hasil gabah kering panen per petak. Hal ini disebabkan karena semakin cepat Laju

(16)

Pertumbuhan Tanaman yang ada pada tanaman akan membuat semakin banyak pula proses fotosintesis yang terjadi. Marschner (1986) dalam Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono (2002) mengemukakan bahwa penyerapan unsur hara dilakukan melalui daun yaitu pada stomata.

Tabel 11. Hubungan Laju Pertumbuhan Tanaman dengan Gabah Kering Panen per Petak

Uraian Laju Pertumbuhan Tanaman Umur 30 - 45 HST Umur 45 - 60 HST Nilai r 0,468 0,419

Kategori r Sedang Sedang

Nilai r² 0,219 0,176

Nilai t 2,648 2,307

Nilai

t₀,₀₂₅₍25₎ 2,032 2,032

Kesimpulan Nyata Nyata

KESIMPULAN

1. Terdapat pengaruh yang nyata antara kombinasi dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi terhadap parameter rata-rata tinggi tanaman umur 45 dan 60 HST, jumlah anakan per rumpun umur 45 dan 60 HST, Shoot Root Ratio umur 45 dan 60 HST, Laju Pertumbuhan Tanaman umur 30 sampai 45 HST dan umur 45 sampai 60 HST, dan gabah kering panen per rumpun dan per petak.

2. Gabah kering panen per petak tertinggi terdapat pada perlakuan F (250 kg/ha dan Varietas Hibrida DG-1) yang menghasilkan 8,03 kg/petak atau setara dengan 10,71 ton/ha dengan asumsi 80 % lahan efektif. 3. Terdapat korelasi yang nyata antara

komponen pertumbuhan tinggi tanaman umur 30, 45, dan 60 HST, jumlah anakan per rumpun umur 30 dan 45 HST, dan Laju Pertumbuhan Tanaman umur 30 sampai 45 HST dan umur 45 sampai 60 HST dengan gabah kering panen per petak.

SARAN

1. Pemberian pupuk majemuk NPK dengan dosis 250 kg/ha dapat menjadi alternatif cara dalam upaya meningkatkan hasil tanaman padi varietas Hibrida DG-1.

2. Untuk mendapatkan rekomendasi yang lebih tepat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terutama untuk beberapa daerah, jenis tanah yang berbeda, dan musim yang berbeda (penelitian multi lokasi).

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, S. 2004. Teknologi Budidaya Padi Tipe Baru. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengembangan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) Fatmawati dan VUB Lainnya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. Hal 32. Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya

Yuwono. 2002. Ilmu

Kesuburan Tanah.Kanisius, Yogyakarta.

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Padi. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. 37 hal. Campbel, N.A.2000. Biologi.Erlangga,

Jakarta.

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 1991. Kesuburan Tanah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan. 2004. Pemupukan Berimbang. Fatiwati, A.Y., M.D. Mario, R.H. Anasiru,

A. Zubair dan Y. Antu. 2008. Petunjuk Teknis Budidaya Padi Hibrida. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 23 Hal.

Iwan Juhardi. 1999. Reaksi Beberapa Varietas dan Galur Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Hawar Daun Jingga. Makalah pada Kongres PFI X. Denpasar. Hal 6. J Purnomo. 2008. Pengaruh Pupuk Npk

(17)

Varietas Ciherang dan Sifat Kimia Tanah Inceptisol. Bogor.

Lubis, E. Suwarno, & M. Bustaman. 1999. Genetik Ketahanan Beberapa Varietas Lokal Padi Gogo terhadap Penyakit Blas. Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi. Penelitian Pertanian Tanaman pangan V. 18:2:1999. Puslitbangtan Mul Mulyani Sutejo. 1997. Pupuk dan

Cara Pemupukan. Rineke Cipta, Jakarta. Hal 42.

Prasetyo, Y, T. 203. Bertanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah.Penebar Swadaya. Jakarta.

Salisbury, F, B, and C, W, Rose. 1995.

Plant Physicology. Corolade State

University.Hal. 27.

Wirajaswadi, L. 2008. Mempercepat Adopsi Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Melalui Pemilihan Varietas Secara Partisipatif.

(18)

PANGAN DI WILAYAH KOTA CIREBON Oleh :

Dr. Amran Jaenudin, Ir., MS.1

dan Maryuliyanna2

ABSTRAK

Untuk menghindari dan mencegah akibat dari kekurangan pangan diperlukan adanya potret wajah potensi pangan Kota Cirebon. Seberapa besar potensi lahan pertanian Kota Cirebon dalam mengupayakan ketersediaan pangan khusunya bagi masyarakat Kota Cirebon. Sejauh mana berdampak langsung terhadap tinggi rendahnya tingkat ketahanan pangan di Kota Cirebon tersebut. Maka dilakukan penelitian Kajian Kemampuan Lahan Terhadap Potensi Produksi Tanaman Pangan Di Wilayah Kota Cirebon. Lokasi studi kegiatan kajian ini dilaksanakan di lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Kejaksan, Lemahwungkuk, Harjamukti, Pekalipan dan Kesambi. Metode penelitian studi ini menggunakan pendekatan penelitian triangulasi, yaitu gabungan antara metode kuantitatif (teknik pengambilan datanya adalah non survei) dengan kualitatif (teknik pengambilan datanya menggunakan teknik survei). Berdasarkan hasil penelitian potensi lahan pertanian terhadap potensi produksi pertanian di Kota Cirebon, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) luas lahan untuk kegiatan pertanian di Kota Cirebon meliputi areal seluas 781 ha terdiri dari sawah 261 ha, kebun/tegalan 309 ha, ditanami pohon atau hutan rakyat 297 ha, pekarangan seluas 147 ha serta 8 ha kolam, 2) luas areal tanam yang semakin sempit berdampak pada produksi tanaman pangan yang semakin menurun pada tiap tahunnya, produksi tanaman pangan pada tahun 2013 yang terdiri dari padi 2.826 ton, Jagung 18 ton, ubi kayu 194 ton dan ubi jalar 68 ha, dan 3) potensi pengembangan produksi pangan dapat dilihat dari jumlah kelompok tani yang memadai, tetapi hal ini tidak didukung oleh luasan lahan. Dibuktikan dengan Luas lahan baku sawah di Kota Cirebon dalam 6 (enam) tahun terakhir yang dilihat pada Indeks Pertanaman (IP) terus mengalami penurunan seiring dengan kecenderungan alih fungsi lahan sawah dan tegalan ke penggunaan lain terutama pemukiman dan perdagangan.

Kata Kunci: Kemampuan lahan, potensi produksi, tanaman pangan dan Kota Cirebon

PENDAHULUAN1

Thomas2 Robert Malthus menyebutkan dalam teorinya bahwa pertumbuhan penduduk akan selalu mengikuti deret ukur, sedangkan ketersediaan pangan akan mengikuti deret hitung. Teori tersebut terkenal dengan teori ledakan penduduk di wilayah perkotaan yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan. Meskipun teori tersebut tidak

1 Dosen Program Studi Agronomi Pascasarjana Universitas

Swadaya Gunung Jati, Cirebon

2 Mahasiswa Program Studi Agronomi Pascasarjana

Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

seluruhnya benar dan mendapat banyak sekali bantahan dan kelemahan. Kelemahan dari teori yang kemukakan oleh Malthus tersebut, salah satunya adalah tidak mempertimbangkan kemajuan teknologi pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian.

Untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional, diperlukan implementasi kebijakan teknikal dan politik-ekonomi secara sinergis. Menurut UU No.18/2002, “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya

pangan bagi setiap individu warga negara, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata,

(19)

dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budayamasyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secaraberkelanjutan”. Dari definisi tersebut,

jelas bahwa dalam ketahanan pangan, asal bahan pangan bisa dari produksi dalam negeri atau impor. Sedangkan, kedaulatan pangan mengandung arti bahwa pasok pangan, khususnya bahan pangan pokok, mesti berasal dari produksi dalam negeri.

Wilayah Kota Cirebon yang luas wilayah administrasi ± 37,35 km2 atau 3.735,8 hektar. Menurut hasil Sensus Penduduk Tahun 2012 jumlah penduduk Kota Cirebon telah mencapai jumlah 301.720 ribu jiwa. Dengan komposisi penduduk laki-laki 151.273 jiwa dan perempuan 150.447 jiwa, dan ratio jenis kelamin sekitar 100,55. Penduduk Kota Cirebon tersebar di lima kecamatan, kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Pekalipan sebesar 18,88 ribu jiwa/km², terpadat kedua adalah Kecamatan Kejaksan 11,89 ribu jiwa/km², kemudian kecamatan Kesambi 8,86 ribu jiwa/km², Kecamatan Lemahwungkuk 8,25 ribu jiwa/km², dan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Harjamukti hampir 5,9 ribu jiwa/km² (BPS Kota Cirebon, 2014).

Permasalahan pangan yang dihadapi baik secara global, nasional, maupun lokal dapat dipilah menjadi masalah produksi, distribusi, dan konsumsi. Masalah tersebut selain bersifat teknis maka juga terkait dengan dimensi sosial ekonomi dan budaya. Kegiatan riset di bidang pangan tentu perlu pula didukung adanya penelitian dengan riset dan pengembangan sains dasar. Masalah yang terkait dengan produksi pangan dapat disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari beberapa faktor produksi, termasuk kinerja petani, ketersediaan dan kualitas lahan produksi, ketersediaan dan keterjangkauan harga sarana produksi, serta kondisi iklim selama periode tanam atau selama siklus produksi.

Permasalahan pangan pada tahap produksi, distribusi, dan konsumsi dapat saling terkait satu sama lain. Oleh sebab itu, penanganan masalah pangan tidak dapat dilakukan secara parsial. Untuk panduan operasional, permasalahan pangan dipilah menjadi:

(a) Kekurangan pangan pokok, sebagai akibat kebutuhan yang lebih tinggi dari kapasitas produksi dalam negeri;

(b) Pengurangan luas lahan pertanian produktif akibat konversi penggunaannya untuk keperluan non-pertanian;

(c) Kecilnya marjin usaha tani yang berakibat pada rendahnya motivasi petani untuk meningkatkan produksi; (d) Kendala dalam distribusi pangan sebagai

akibat keterbatasan jangkauan jaringan transportasi;

(e) Beberapa produk pangan tidak dapat tersedia sepanjang tahun karena belum berkembangnya teknologi pengolahan/pengawetan;

(f) Pola konsumsi yang baku sehingga upaya diversifikasi pangan sering terhambat;

(g) Masih sering dijumpai produk pangan yang tidak memenuhi standar kesehatan pangan, termasuk kurang gizi dan tidak memenuhi standar keamanan pangan, sehingga sulit menerapkan SNI untuk produk pangan;

(h) Belum semua rumah tangga secara ekonomi mampu memenuhi kebutuhan pangan pokoknya.

Untuk menghindari dan mencegah hal yang tidak diinginkan diperlukan adanya potret wajah potensi pangan Kota Cirebon yang memuat beberapa variable penting. Variabel tersebut tentunya yang mudah diukur dan dianalisa sehingga kondisi dan potensi produksi pangan Kota Cirebon dapat diketahui dengan jelas. Seberapa besar potensi lahan pertanian Kota Cirebon dalam mengupayakan ketersediaan pangan khusunya bagi masyarakat Kota Cirebon. Sejauh mana berdampak langsung terhadap tinggi rendahnya tingkat ketahanan pangan di Kota Cirebon tersebut. Maka dilakukan penelitian Kajian Kemampuan Lahan Terhadap Potensi Produksi Tanaman Pangan Di Wilayah Kota Cirebon.

Sebagaimana diuraikan pada rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk memberikan gambaran obyektif mengenai potensi lahan pertanian.

(20)

2) Untuk memberikan gambaran obyektif mengenai potensi produksi tanaman pangan.

3) Untuk memberikan gambaran obyektif mengenai kemampuan lahan terhadap potensi produksi tanaman pangan.

METODE PENELITIAN

Lokasi Studi Kegiatan Kajian Kemampuan Lahan Terhadap Potensi Produksi Tanaman Pangan Di Wilayah Kota Cirebon dilaksanakan di 22 (dua puluh dua) kelurahan di lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Kejaksan, Lemahwungkuk, Harjamukti, Pekalipan dan Kesambi.

Studi ini menggunakan pendekatan penelitian triangulasi, yaitu gabungan antara metode kuantitatif (teknik pengambilan datanya adalah non survei) dengan kualitatif (teknik pengambilan datanya menggunakan teknik survei). Penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif secara bersamaan ini diperlukan dalam rangka mengungkap fenomena-fenomena mikro dan makro daerah penelitian.

Analisis data dilakukan dengan mengkompilasikan semua aspek yakni meliputi semua aspek fisik wilayah, demografis, sosio ekonomi, kelembagaan atau pengaturan, dan aspek lingkungan. Hasil analisis yang diperoleh kemudian dijadikan rekomendasi. Rekomendasi disusun baik bersifat generasi maupun spesiifik menyangkut aspek-aspek yang dianalisis.

Sebagaimana diuraikan dalam Term Of Reference, kegiatan studi ini Cirebon meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Data potensi lahan dan produksi pangan di Kota Cirebon, yakni meliputi : o Luas sawah o Luas kebun/tegalan o Luas pekarangan o Tambak/pantai o Kolam

o Produksi tanaman pangan

2. Data pemasaran hasil produksi pangan, meliputi :

o Industri rumah tangga : o Rumah makan/toko makanan o Pasar tradisional

o Pasar modern/swalayan.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Kondisi Fisik Lingkungan

Seperti yang kita ketahui bahwa Kota Cirebon merupakan daerah yang terletak di pantai utara Propinsi Jawa Barat bagian timur, sehingga Kota Cirebon berada di daerah dataran rendah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108,330 BT dan 6,420 LS. Kota Cirebon

memanjang dari barat ke timur ± 8 kilometer, utara selatan ± 11 kilometer dengan ketinggian tempat ± 20 meter dari permukaan laut (m dpl). Luas wilayah administrasi Kota Cirebon adalah ± 37,35 km2 atau 3.735,8 Ha.

Wilayah Kota Cirebon merupakan dataran rendah dengan ketinggian bervariasi yaitu antara 0 – 20 m dpl. Peningkatan ketinggian bermula dari daerah pantai menuju ke arah Selatan dengan ketinggian maksimal 20 m dpl yaitu di Kelurahan Argasunya yang berada di Kecamatan Harjamukti.

Sebagaian besar wilayah Kota Cirebon merupakan dataran rendah dengan kemiringan lereng antara 0-18%. Berdasarkan presentase kemiringan, wilayah kota Cirebon sebagian besar merupakan lahan datar (kelerengan 0-8%). Hal ini menjadi keuntungan sendiri karena pengelohan tanah untuk usaha pertanian lebih mudah dari pada dilahan yang memiliki kemiringan tinggi. Dengan kondisi kemiringan lereng yang rendah penggunaan teknologi seperti traktor dapat digunakan dengan efisien. Sehingga seharunsnya dapat menjadi potensi yang baik untuk usaha pertanian terutama untuk mengusahakan budidaya tanaman pangan. Selain faktor kondisi kemeringan tanah yang datar letak geografis Kota Cirebon yang sangat strategis dapat memudahan pemasaran hasil pertanian.

(21)

Gambar 1 Curah Hujan Per Bulan di Kota Cirebon 2010-2012

Gambar 2 Temperatur Kota Cirebon Tahun 2012

Wilayah Kota Cirebon termasuk dalam iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin muson. Suhu minimum rata-rata Kota Cirebon adala 25,430C dan maksimum

rata-rata 30,480C. Musim penghujan jatuh pada

bulan Oktober - April/Mei, dan musim kemarau jatuh pada bulan Juni - September. Musim pancaroba terjadi pada bulan April dan November. Rata-rata curah hujan tahunan di Kota Cirebon ± 1.624,2 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 71 hari. Dengan kondisi iklim seperti ini Kota Cirebon termasuk daerah yang cukup panas dan tidak banyak memiliki hari hujan. Sehingga tanaman yang tahan akan penyiraman sangat baik dibudidayakan. Salah satunya adalah untuk tanaman tahunan. Grafik data curah hujan dan tempertur suhu Kota Cirebon dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 di atas.

Faktor iklim ini merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi

pertumbuhan dan hasil tanaman budidaya. Jika kondisi iklim di wilayah sekitar cukup baik atau mendukung untuk tumbuhanya tanaman pangan maka potensi hasil tanaman pangan juga semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan apabila kondisi rata-rata curah hujan di Kota Cirebon per tahunnya rendah maka petani mengalami kekeringan dan banyak petani yang tidak menanam lahannya, sehingga luas panen pun akan berkurang yang seiring dengan jumlah produksi yang semakin menurun. Produksi padi dan palawija mengalami naik turun sejalan dengan perubahan kondisi prasarana terutama ketersediaan air yang terjadi setiap tahun. Fluktuasi ketersediaan air secara langsung berpengaruh terhadap perkembangan luas tanam dan indeks pertanaman.

B. Potensi Lahan Pertanian

Luasan lahan pertanian berdasarkan penggunaan lahan di Kota Cirebon pada tahun 2013 hanya terdapat di Kecamatan Kejaksan, Kelurahan Kesenden dengan luasan lahan 1,75 ha yang dimanfaatkan untuk lahan tambak, Kecamatan Lemahwungkuk Kelurahan Pegambiran dengan luasan lahan 1,50 ha, Kecamatan Harjamukti dengan luasan lahan 327,45 ha seluruh kelurahannya memiliki lahan pertanian dan Kecamatan Kesambi dengan luasan lahan 83,65 ha seluruh kelurahannya memiliki lahan pertanian kecuali Kelurahan Kesambi.

Sedangkan sebaran penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian di Kota Cirebon berdasarkan jenis penggunaan lahan per-kecamatan terdapat pada Tabel 1. Kecamatan Harjamukti merupakan kecamatan dengan luasan lahan pertanian terluas terutama untuk yag digunakan untun lahan sawah yang tersebar pada lima kelurahan.

Tabel 1. Penggunaan Lahan untuk Kegiatan Pertanian Per-Kecamatan Pada Tahun 2013

No. Jenis Penggunaan Lahan

Luas Per- Kecamatan (Ha) Harja

mukti

Lemah-wungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah I Lahan Pertanian

(22)

No. Jenis Penggunaan Lahan

Luas Per- Kecamatan (Ha) Harja

mukti

Lemah-wungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah a. Irigasi b. Tadah Hujan c. Rawa Pasang Surut d. Rawa Lebak 15 177 - - - 28 - - - - - - 18 23 - - - - - - 33 228 - -

Jumlah Lahan Sawah 192 28 - 41 - 261

I.2. Lahan Bukan Sawah : a. Tegal / Kebun b. Ladang / Huma c. Perkebunan d. Ditanami pohon / hutan rakyat e. Padang penggembalaan / rumput f. Sementara tidak diusahakan g. Lainnya (pekarangan yang ditanami tanaman pertanian, dll. 256 - - 295 5 10 42 14 - - - 5 10 24 - - - - - - 1 33 - - - - - 28 6 1 - 2 - - 52 309 1 - 297 10 20 147

Jumlah Lahan Pertanian

Bukan Sawah 608 53 1 61 61 784

Ii Lahan Bukan Pertanian

995 586 155 704 271 2.711

Total (Luas wilayah) 1.795 667 156 806 332 3.756

Sumber : SP- Lahan, Data Statistik DKP3 Kota Cirebon, 2014

Berdasarkan tabel di atas bahwah penyebaran luas lahan pertanian terbagi di tiga kecamatan yang berada dibeberapa kawasan pertanian, yaitu:

a. Kecamatan Kesambi

Luas lahan sawah di Kecamatan Kesambi adalah 18 ha menggunakan sistem irigasi dan 23 ha sawah tadah hujan, untuk lahan tegalan 33 ha. Luasan ini tersebar di Kawasan Majasem. Kawasan majasem terletak di bagian utara Jalan Perjuangan, membentang dari Barat ke Timur.

Prasarana irigasi yang ada di Kawasan Majasem sudah mendukung untuk irigasi primer tetapi debit air terkadang tidak dapat mengalir hingga ke

kawasan ini. Jenis tanaman pangan yang dibudidayakan di kawasan majasem adalah tanaman padi dan palawija (jagung dan kacang-kacangan) dengan pola tanam Padi – Padi atau Padi – Palawija. Rata-rata hasil padi per ha di kawasan ini adalah 5,2 ton/ha dengan potensi hasil keseluruhan 431,08 ton. Kemudian ada sebagian tanaman sayuran ditanaman di kawasan ini dengan memanfaatkan lahan tegalan. Tanaman sayuran yang dibudidayakan adalah kangkung, bayam, cabe, kacang panjang dan mentimun. Di kawasan ini terdapat 4 (empat) kelompok tani yaitu Bangkit, Jaya Mulya, Sipeti dan Sedayu. Lahan pertanian yang ada di kawasan ini tidak bisa dipertahankan karena semakin banyaknya kegiatan ahli fungsi lahan.

(23)

b. Kecamatan Lemahwungkuk

Luas lahan sawah di Kecamatan Lemahwungkuk adalah 28 ha sawah tadah hujan, untuk lahan tegalan 14 ha. Luasan ini tersebar di Kawasan Pegambiran. Pengairan dari Barat ke Timur. Jumlah lahan pertanian di kawasan ini adalah 59,6 ha. Jeni tanaman pangan yang biasa diusahakan adalah tanaman padi dengan pola tanam Padi – Padi – Padi. Rata-rata hasil padi per ha di kawasan ini adalah 5,8 ton/ha dengan potensi hasil keseluruhan 1.037,04 ton. Di kawasan ini terdapat 3 (tiga) kelompok tani yaitu Tani Mukti, Sirandu Jaya dan Sipawon. Lahan pertanian yang ada di kawasan ini tidak bisa dipertahankan karena semakin banyaknya kegiatan ahli fungsi lahan.

c. Kecamatan Harjamukti

Lahan pertanian di Kecamatan Harjamukti terbagi menjadi beberapa kawasan, yaitu kawasan larangan menuju kalijaga, kawasan penggung menuju katiyasa, dan kawasan sitopeng. Luas lahan sawah di Kecamatan Harjamukti adalah 15 ha sawah irigasi dan 177 ha sawah tadah hujan, untuk lahan tegalan 256 ha. Luasan ini terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu:

1. Kawasan Belakang SMP depan kantor pengairan (larangan) menuju Kalijaga Terletak di bagian utara jalan Perjuangan, membentang dari Barat ke Timur. Pengairan dari Barat ke Timur. • Luas lahan pertanian 77,05 ha • Jenis tanaman pangan yang biasa

diusahakan Padi

• Pola Tanam Padi-Padi-Padi • Rata-rata hasil per ha 5 ton/ha • Potensi hasil keseluruhan 1155,75

ton

• Jumlah dan nama kelompok tani 3 (Kecapi, Sekarmaju dan Makmur Jaya)

• Lahan pertanian di kawasan ini tidak bisa dipertahankan

2. Kawasan Penggung menuju Katiyasa Terletak di bagian utara jalan Perjuangan, membentang dari Barat ke Timur. Pengairan dari Barat ke Timur. • Luas lahan pertanian 12 ha

• Jenis tanaman pangan yang biasa diusahakan Padi

• Pola Tanam padi-padi-bera

• Rata-rata hasil per ha = 5 ton/ha • Potensi hasil keseluruhan 120 ton • Jumlah dan nama kelompok tani 1

(Makmur Jaya)

• Lahan pertanian di kawasan ini tidak bisa dipertahankan

3. Kawasan Sitopeng

Lahan pertanian di kawasan Sitopeng letaknya membentang dari belakang perumahan Sitopeng menuju kampung Kopi Luhur, membentang dari Barat ke Timur. Pengairan dari Barat ke Timur. • Luas lahan pertanian 70,26 ha • Jenis tanaman pangan yang biasa

diusahakan Padi

• Pola Tanam Padi-Padi-bera • Rata-rata hasil per ha 5 ton/ha • Potensi hasil keseluruhan 702.6 ton • Jumlah dan nama kelompok tani 5

(Pandan Wangi, Kedung Mendeng, Kopi luhur, Sumber Hidup dan Sidemung)

• Lahan pertanian di kawasan ini tidak bisa dipertahankan

Ada sebagian tanaman sayuran ditanaman di kawasan ini dengan memanfaatkan lahan tegalan. Tanaman sayuran yang dibudidayakan adalah kangkung, bayam, cabe, kacang panjang dan mentimun.

Sebagian prasaran pertanian berada di kawasan Kecamatan Harjamukti. Pada tiga kawasan tersebut yang menjadi kendala adalah pengairannya bergantung pada hujan sehingga pada musim kemarau menjadi lahan kering. Agar petani tetap dapat melakukan budidaya maka dibuat semur resapan disekitar lahan pertanian. Selain itu banyak kegiatan alih fungsi lahan.

C. Potensi Produksi Tanaman Pangan

Potensi produksi tanaman pangan merupakan acuan pemenuhan kebutuhan pangan di suatu daerah. Jika produksi tanaman pangan di daerah tersebut sudah mencukupi kebutuhan konsumen maka disebut mandiri pangan. Sedangkan apabila jumlah produksi tanaman pangan belum mencukupi maka pemenuhan konsumsi pangan berasal dari luar daerah tersebut. Potensi produksi tanaman pangan di Kota Cirebon terdapat pada Tabel 2.

(24)

Tabel 2. Produksi Tanaman Pangan di Kota Cirebon Tahun 2013

Kecamatan/Kelurahan Padi (ton) Jagung (ton) Ubi Kayu (ton) Ubi Jalar (ton) Kejaksan - - - -  Kejaksan - - - -  Sukapura - - - -  Kesenden - - - -  Kebonbaru - - - - Kesambi 510 - 26 58  Drajat 65 - - -  Pekiringan - - - -  Kesambi - - - -  Karyamulya 343 - 20 -  Sunyaragi 102 - 6 - Pekalipan - - - -  Pekalipan - - - -  Pulasaren - - - -  Jagasatru - - - -  Pekalangan - - - - Lemahwungkuk 474 - - -  Panjunan - - - -  Lemahwungkuk - - - -  Kesepuhan - - - -  Pegambiran 474 - - - Harjamukti 1.842 18 168 10  Harjamukti 58 - 13 -  Kalijaga 374 - 21 -  Argasunya 1198 17 107 10  Kecapi 212 0 27 -  Larangan - 1 - - Kota Cirebon 2.826 18 194 68

Sumber : Kompilasi Data DKP3 Kota Cirebon (2014) dan Monografi Kelurahan (2014)

Produksi sayuran di Kota Cirebon didominasi jenis tanaman sayuran berumur pendek yakni mentimun dan kangkung serta sayuran berumur sedang

yakni kacang panjang dan cabe. Gambaran produksi komoditas sayuran utama secara lengkap disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Keadaan Produksi Sayuran Pada Tahun 2013

No Kecamatan / Kelurahan

Komoditas Kacang

Panjang Cabe Mentimun Kangkung Harjamukti 1 Harjamukti - 1 - 7 2 Kalijaga - 4 8 12 3 Argasunya 8 15 12 23 4 Kecapi - 1 1,5 8 5 Larangan - - - - Jumlah I 8 21 21,5 50 Lemahwungkuk 6 Panjunan - - - -

(25)

No Kecamatan / Kelurahan

Komoditas Kacang

Panjang Cabe Mentimun Kangkung

7 Lemahwungkuk - - - - 8 Kesepuhan - - - - 9 Pegambiran - - - 30,8 Jumlah II - - - 30,8 Pekalipan 10 Pekalipan - - - - 11 Pulasaren - - - - 12 Jagasatru - - - - 13 Pekalangan - - - - Jumlah III - - - - Kesambi 14 Drajat - - - 2 15 Pekiringan - - - - 16 Kesambi - - - - 17 Karyamulya 32 - 31 28 18 Sunyaragi - - 4,3 11 Jumlah IV 32 - 35,3 41 Kejaksan 19 Kejaksan - - - - 20 Sukapura - - - - 21 Kesenden - - - - 22 Kebonbaru - - - - Jumlah V - - - - Jumlah Seluruh 40 21 56,8 121,8

Sumber : Kompilasi Data DKP3 Kota Cirebon (2014) dan Monografi Kelurahan (2014)

Produksi buah-buahan di Kota Cirebon selama empat tahun terakhir didominasi oleh mangga meskipun produksinya mengalami fluktuasi. Jenis tanaman buah-buahan lainnya yang banyak diusahakan yakni pisang, Nangka, dan pepaya. Gambaran produksi buah-buahan secara lengkap disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Realisasi Produksi Buah-Buahan Di Kota Cirebon Tahun 2012-2013

No Komoditas Produksi (ton) 2012 2013 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Alpukat Belimbing Duku/Langsat Durian Jambu Biji Jambu Air Jeruk Mangga Manggis Nangka 6 80 - - 169 126 2 1.647 - 548 - 449 - - 539 670 - 639 - 585

No Komoditas Produksi (ton) 2012 2013 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Srikaya Pepaya Pisang Rambutan Sawo Sirsak Sukun Melinjo Petai 427 40 623 20 40 26 122 70 144 163 440 591 20 236 350 2.355 888 1.633 J u m l a h 4.090 9.558

Sumber : RKSP-BST, Data Statistik DKP3 Kota Cirebon, 2014

Berdasarkan tabel di atas komoditas mangga merupakan produksi buah-buahan paling banyak di Kota Cirebon dari pada buah-buahan lainnya pada Tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2013 produksi buah mangga mengalami penurunan dari pada tahun sebelum. Kemudian pada tahun 2013

(26)

komoditas sukun merupakan produksi buah-buahan paling banyak.

D. Pemasaran Hasil Pertanian

Distribusi dan pemasaran bahan pangan di Kota Cirebon tidak hanya dalam bentuk bahan mentah namun juga dalam bentuk bahan olahan. Sebagian besar komoditas pertanian yang diperdagangkan

berasal dari luar, kecuali komoditas ikan laut yang banyak dihasilkan oleh nelayan Kota Cirebon. Ikan hasil tangkapan nelayan dipasarkan melalui tempat pelelangan (TPI) yang ada di Kota Cirebon. Sebaran tempat pelelangan ikan (TPI) dan prasarana tata niaga lainnya di Kota Cirebon sebagaimana Tabel 5.

Tabel 5. Jenis Sarana Prasarana Tata Niaga Bahan Pangan

No Kecamatan / Kelurahan

Jenis Pengolahan (Pabrik)

Toko Makanan Pasar Tradisional Masar Modern TPI Harjamukti 1 Harjamukti - 1 4 - 2 Kalijaga - - 2 - 3 Argasunya - - 1 - 4 Kecapi - 1 4 - 5 Larangan 2 - 4 - Jumlah I 2 2 15 - Lemahwungkuk 6 Panjunan 2 - 5 7 Lemahwungkuk 5 1 2 - 8 Kesepuhan - - 3 - 9 Pegambiran - - 1 Jumlah II 7 1 11 Pekalipan 10 Pekalipan - - 11 Pulasaren - 1 - - 12 Jagasatru 1 - 3 - 13 Pekalangan - - - - Jumlah III 1 3 5 Kesambi 14 Drajat - 1 4 - 15 Pekiringan - 1 - 16 Kesambi - - - - 17 Karyamulya - - 7 - 18 Sunyaragi - - 7 - Jumlah IV - 2 21 - Kejaksan 19 Kejaksan 15 1 4 - 20 Sukapura 5 - - 21 Kesenden - 1 1 22 Kebonbaru 2 - 6

(27)

No Kecamatan / Kelurahan

Jenis Pengolahan (Pabrik)

Toko Makanan Pasar Tradisional Masar Modern TPI

Jumlah V 22 2 15

Jumlah Seluruh 32 10 67

Sumber : Kompilasi Data Primer (2014) dan Monografi Kelurahan (2014)

Seperti yang kita ketahui bahwa Kota Cirebon merupakan sentra dari perdagangan, maka banyak sekali dibangun pusat perbelanjaan di Kota Cirebon. Begitu banyaknya pusat perbelanjaan di Kota Cirebon, kadang pusat perbelanjan tersebut saling bersebelahan satu sama lain. Sebagai contoh adalah Asia Plaza dan Surya Plaza saling bersebelahan, di seberangnya terdapat Grand Yogya Grand Plaza tidak jauh dari Pusat Grosir Cirebon (PGC) terdapat Plaza Yogya Siliwangi. Grage Mall Cirebon bertetanggaan dengan Gunungsari Trade Center dan juga Cirebon Superblock. Kemudian Cirebon Mall hanya berjarak beberapa langkah dari Plaza Index Cirebon. Hal ini dapat

dijadikan sebagai tempat pemasaran yang bagus.

Secara umum distribusi komoditas pangan dari produsen ke masyarakat (konsumen) dilakukan melalui pasar baik pasar tradisional maupun pasar modern (super market dan minimarket). Di Kota Cirebon terdapat beberapa pasar tradisional yang memperdagangkan bahan pangan pokok dan kebutuhan pangan lainnya. Jenis dan volume beberapa jenis bahan pokok yang diperdagangkan baik di pasar tradisional sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 4.5.3. Sedangkan volume ketersediaan bahan makanan pokok yang dipasarkan di beberapa TPI yang ada di Kota Cirebon sebagaimana disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Ketersediaan Bahan Makanan Pokok yang Ada Di Pasar-Pasar Kota Cirebon Pada Tahun 2013

No. Sumber Data

Ketersediaan

per tahun per bulan per minggu per hari

(ton) (ton) (ton) (ton)

1 Padi-padian a. Beras 130.722 10.893,5 2.513,88 358,14 b. Jagung 205 17,08333 3,94 0,56 Padi-padian 130.927 10.910,58 2.517,83 358,70 2 Makanan Berpati a. Ubi Jalar 1.815 151,25 34,91 4,97 b. Ubi Kayu 1.029 85,75 19,79 2,82 c. Tepung sagu 1.702 141,83 32,73 4,66 Makanan Berpati 4.546 378,83 87,42 12,45 3 Gula a. Gula Pasir 2.152 179,33 41,38 5,90 b. Gula Merah 1.870 155,83 35,96 5,12 Gula 4.022 335,17 77,35 11,02 4 Buah/Biji Berminyak a. Kacang Tanah 1.525 127,08 29,33 4,18 b. Kedelai 1.687 140,58 32,44 4,62 c. Kacang Hijau 67 5,58 1,28 0,18 d. Kelapa/Kopra 515 42,92 9,90 1,41 Buah/Biji Berminyak 3.794 316,17 72,96 10,39 5 Buah-buahan a. Adpokat 28 2,33 0,53 0,08 b. Jeruk 194 16,17 3,73 0,53 c. Jambu 221 18,42 4,25 0,61

Gambar

Tabel  1.  Pengaruh  Kombinasi  Dosis  Pupuk  Majemuk  NPK  dan  Varietas  Padi  Terhadap  Tinggi Tanaman Umur 30, 45, dan 60 HST
Tabel 3. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Varietas Padi Terhadap Shoot  Root Ratio Umur 30, 45, dan 60 HST
Tabel  10.  Hubungan  Shoot  Root  Ratio  Umur  30,  45,  dan  60  HST  dengan  Gabah  Kering  Panen  per Petak
Tabel 4. Realisasi Produksi Buah-Buahan  Di Kota Cirebon Tahun 2012-2013  No  Komoditas  Produksi (ton)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Arus kedatangan kapal merupakan banyaknya kapal yang datang untuk melakukan aktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) setiap harinya dari

PERLINDUNGAN PENGGUNA DI MALAYSIA: KPDNKK SEbAGAI INSTITUSI UTAMA PERLINDUNGAN PENGGUNA DI MALAYSIA Kementerian Perdagangan Dalam Negeri, Koperasi dan Kepenggunaan (KPDNKK)

Tulisan ini akan mengkaji salah satu bentuk atau bagian pluralitas yang ada di Indonesia yakni kajian tentang agama atau kepercayaan lokal, lebih spesifiknya adalah kajian

Penelitian ini dilakukan untuk menilai pengetahuan pasien tentang antibiotik generik, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik generik dan pengaruh

F 0,000 pada Tabel 1 memiliki arti bahwa variabel Customer Value dan Word of Mouth secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan Berkunjung atau

Pembantuan pasif ( passieve medeplichttigheid ) bahwa terjadinya delik disebabkan atas kewajiabn yang terdapat dalm peristiwa tersebut. Artinya orang yang dianggap

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi Lurah dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban di Kelurahan

karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan penelitian dengan judul “ Pengukuran Kinerja Lembaga Pengelola Zakat Dengan Metode