• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

”PENANGANAN PASCA PANEN SIMPLISIA UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKU TERSTANDAR MENDUKUNG INDUSTRI MINUMAN

FUNGSIONAL”

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Peneliti/Perekayasa:

1. Ir. Mariyam Januwati, MS. 2. Dr. Molide Rizal

3. Dr. Ireng Darwati

4. Ir. Ekwasita Rini Pribadi 5. Ir. Bagem S. Sembiring

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

2012

(2)

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEKAYAAN INTELEKTUAL , DAN HASIL PENGELOLAANNYA

Identitas Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian dan Pengembangan

Nama Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian dan Pengembangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

Pimpinan Dr. Agus Wahyudi

Alamat Jl. Tentara Pelajar No. 03 Cimanggu Bogor 16111 Tlp. (0251) 8321879, Fax. (0251) 8327010

Identitas Kegiatan

Judul Penanganan pasca panen simplisia untuk

menghasilkan bahan baku terstandar mendukung industri minuman fungsional

Abstraksi Pemanfaatan herbal sebagai Obat Bahan Alam

(OBA) di dunia medis meningkat tajam di seluruh dunia. Kesadaran dalam menempuh upaya kesehatan preventif dan pencarian obat yang aman dengan efek samping sekecil mungkin, mendorong untuk "kembali ke alam". Oleh karena itu, dunia medis menginginkan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia pada tahun 2008 memiliki data menarik, bahwa persentase pertumbuhan obat herbal dari tahun ke tahun meningkat terus dan berada di atas rata-rata pertumbuhan obat modern. Kemanjuran obat herbal ternyata setara dengan obat sintetis. Dalam keamanan, obat herbal dipersepsikan lebih baik dari "obat sintetis" dan ada peningkatan produk yang dijual bebas

over the counter (OTC). Hasil survei Omnibus

menunjukkan bahwa saat ini kata "herbal" ternyata sangat ampuh, daya tarik herbal cukup tinggi. Masyarakat mempunyai persepsi bahwa obat herba lebih aman bagi kesehatan dan lebih manjur dibanding jamu dan obat sintetis. Contoh pasar produk (jahe sebagai bahan baku) untuk masuk angin, tahun 1990 sekitar 3 juta sachet, tahun 2008 mencapai 50-60 juta. Dua tahun ke depan diperkirakan bisa mencapai 120 juta. Temulawak, kencur, jahe, sambiloto kumis kucing dan pegagan, menjadi andalan Indonesia yang

(3)

diketahui berkhasiat meningkatkan nafsu makan dan stamina serta membantu menyembuhkan berbagai penyakit seperti penyakit hati, reumatik dan radang, juga menurunkan koleterol. Krisis ekonomi 1997 telah membuat biaya produksi farmasi meningkat dan harga obat menjadi mahal. Situasi ini mendorong masyarakat menggunakan bahan alami. Budaya bangsa Indonesia telah mewariskan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta rehabilitasi kesehatan. Guna meningkatkan pangsa pasar obat tradisional (Obat Asli Indonesia) dalam negeri dengan jumlah penduduk lebih dari 211 juta jiwa, dan adanya ancaman dari produk impor mendorong keinginan di tingkat regional menuju harmonisasi di bidang standar dan mutu obat tradisional, maka langkah untuk antisipasi standarisasi bahan baku harus diupayakan secara maksimal. Standarisasi simplisia diperlukan untuk mendapat efek yang terulangkan (reproducable). Mutu sediaan herbal sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan, oleh karena itu sumber simplisia, cara pengolahan dan penyimpanan harus dilakukan dengan cara yang baik, berpedoman pada GAP (Good Agriculture Practices). Peranan SOP budidaya untuk menjadikan bahan baku sebagai sumber bahan tanaman yang lebih bermutu merupakan aspek penting. Kualitas bahan baku tanaman obat dipengaruhi oleh faktor intrinsik (genetik) dan ekstrinsik (lingkungan, budidaya, cara panen, proses pasca panen dan lain-lain). Melalui GAP, yang merupakan tahapan menuju bahan baku terstandar, variasi mutu yang besar dalam tanaman dikurangi melalui modifikasi teknologi dan fitofarmasi sehingga mutu produk lebih stabil. Kandungan kimia yang merupakan metabolit sekunder, digunakan sebagai standar petanda (marker). Dengan demikian diharapkan dapat memenuhi tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (Mutu-Aman-Khasiat). Bahan baku yang sudah distandarisasi tersebut, mempunyai perbedaan zat aktif sangat kecil, demikian juga yang terdapat dalam setiap sediaan (tablet, kapsul, sirup). Dengan standarisasi ini, diharapkan ada korelasi kuat antara dosis dan efek obat dapat dicapai. Komoditas pegagan Centella asiatica L. Urbandan

(4)

kumis kucing ), (Orthosipon aristatus Miq), mempunyai potensi yang dapat diandalkan karena dapat dibudidayakan, dengan produktivitas sesui yang diharapkan. Mutu distandarisasi BPOM berdasar kadar asiatikosida dan sinesitin.

Pegagan dan kumis kucing merupakan komoditas yang bersifat multi guna, dikenal juga dapat menjadi bahan minuman fungsional yang menyehatkan, bahkan akhir-akhir ini telah menjadi fitofarmaka. Beberapa produk yang menggunakan pegagan dan kumis kucing adalah anti stroke, anti kembung, anti asma, anti kolesterol, anti hipertensi, anti inflamasi, antitusive, anti migrain, penurun kadar asam urat, fungsi analgesik, dan lain-lain.

Sop pasca panen telah dimilki, tetapi belum banyak diterapkan, sehingga mutu simplisia belum seperti yang diharapkan, industri minuman fungsional kesulitan dapat memperoleh bahan baku secara kontinu, kualitas dan kuantitasnya. Sehingga harga jual produksi dari petani menjadi rendah.

Maksud dan Tujuan penelitian:

Maksud dan tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan SOP pasca panen simplisia pegagan dan kumis kucing untuk memudahkan standarisasi bahan baku, dapat meningkatkan nilai ekonomi, dan membantu pelestarian industri minuman fungsional.

Hasil yang diharapkan:

SOP pasca panen akan memperbaiki mutu bahan baku, memudahkan melakukan standarisasi untuk meningkatkan mutu produk. Kegiatan dilakukan di lahan petani kooperator di sentra produksi, sehingga diharapkan teknologi pasca panen akan dipercepat adopsinya. Teknologi yang dihasilkan dapat meningkatkan mutu produk, dan dapat memperluas peluang usaha baru "industri pembuatan produk minuman fungsional berbasis pegagan dan kumis kucing".

(5)

Tahap pelaksanaan:

Penelitian SOP pasca panen ini merupakan kegiatan lapang yang dilaksanakan di lokasi sentra produksi pegagan dan kumis kucing (Kabupaten Sukabumi). Penelitian akan dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi yang dihasilkan. Pada tahun pertama (2012) dilakukan pendampingan pelaksaan mulai bididaya sampai pasca panen. Pengamatan produktivitas, dan analisa mutu serta akan dilakukan kajian usaha tani. Kemudian dilakukan evaluasi pelaksanaan serapan teknologi yang dianjurkan. Pada tahun ke-dua dan ke-tiga dilakukan kegiatan untuk melihat kontinuitas serapan teknologi, melalui parameter produksi dan mutu penerapan SOP pasca panen.

Pada tahun kedua (2013) dan ketiga (2014) akan dilakukan pengamatan terhadap peubah produksi dan peubah mutu tanaman pegagan dan kumis kucing. Pengamatan mutu produk dilakukan berdasar standar mutu MMI dan marker kadar asiatikosida dan sinesitin.

Metodologi yang digunakan :

Metode Demplot dan Pelatihan digunakan untuk melakukan sosialisasi SOP budidaya sampai pasca panen di sentra produksi pegagan dan kumis kucing, disertai melaksanakan kajian usahatani untuk melihat dampak ekonomi dari pemanfaatan teknologi. Pada lokasi Demplot, diterapkan pelaksanaan Demplot budidaya Kumiskucing dan Pegagan dengan menerapkan beberapa polatanam untuk mendukung pengembangan, meliputi (1) Polatanam monokultur, (2) Polatanam Tumpangsari dengan Jagung, dan (3) Polatanam Tumpangsari dengan Ketela pohon. Selain itu akan dilakukan menerapan SOP Budidaya (SOP Pemupukan dengan “Dosis rekomendasi Balittro”) dan Dosis Pemupukan Petani.

Hasil Penelitian :

(6)

meningkatkan produktivitas dan mutu simplisia kumis kucing dan pegagan. Polatanam monokultur memberikan hasil terbaik, sedang produktivitas polatanam tumpangsari dipengaruhi oleh jenis tanaman tumpangsarinya. Pada tingkat naungan yang lebih berat, akan menurunkan produktivitas dan mutu. Hasil kajian usahatani kumis kucing dan pegagan, dilakukan pada lahan utama adalah lahan kebun, dengan menggunakan polatanam tumpangsari. Tanggap petani terhadap kegiatan demplot menunjukkan dengan SOP budidaya tidak sulit dalam pelaksanaan, tetapi tetap diperlukan pendampingan. Demikian juga pengendalian harga supaya stabil, sangat diperlukan. Pengeringan kumis kucing dan pegagan dengan menggunakan sinar matahari ditutup kain hitam menghasilkan simplisia dengan mutu yang lebih baik, dan berwarna hijau, sedangkan yang dikeringkan dibawah sinar matahari langsung, akan menghasilkan simplisia yang dihasilkan berwarna kecoklatan. Produk yang dihasilkan berupa leaflet SOP Budidaya dan Pasca Panen untuk Pegagan dan Kumis kucing, sebagai panduan pelaksanaan budidaya dan penanganan pasca panen, agar diperoleh produktivitas dan mutu yang tinggi.

Keluaran :

Penerapan SOP pasca panen untuk pegagan dan kumiskucing, serta kajian ekonomi dan penerapan teknologi

Tim Peneliti

1. Nama Koordinator/ Peneliti Utama (PU) 2. Alamat

Koordinator/PU 3. Nama Anggota

Peneliti

Ir. Mariyam Januwati, MS.

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Dr. Molide Rizal

Dr. Ireng Darwati

Ir. Ekwasita Rini Pribadi Ir. Bagem S. Sembiring

(7)

Waktu Pelaksanaan 15 Februari 2012 – Oktober 2012

Publikasi Leaflet Budidaya dan Pasca Panen Pegagan (Centella asiatica Urban.) dan leaflet Budidaya dan Pasca Panen Kumis Kucing (Orthosiphon

stamineus Benth), Tahun 2012, Balittro

Identitas Kekayaan Intelektual dan Hasil Litbang

Ringkasan Kekayaan Intelektual

Perlindungan Kekayaan Intelektual

1. Paten Waktu Pendaftaran : 2. Hak cipta Waktu Pendaftaran : 3. Merek Waktu Pendaftaran : 4. Disain Industri Waktu Pendaftaran : 5. Disain Tata Letk Sirkuit

Terpadu

Waktu Pendaftaran : 6. Varietas tanaman Waktu Pendaftaran :

 Nama Penemuan Baru -

 Nama Penemuan Baru Non Komersial

-

 Cara Alih Teknologi 1. Lisensi 2. Kerjasama

3. Pelayanan Jasa Iptek 4. Publikasi

Ringkasan Hasil Penelitian dan Pengembangan

1. Hasil Penelitian dan Pengembangan

Teknologi SOP budidaya yang dapat meningkatkan produktivitas dan mutu simplisia kumis kucing dan pegagan. Polatanam monokultur memberikan hasil terbaik, sedang produktivitas polatanam tumpangsari dipengaruhi oleh jenis tanaman tumpangsarinya. Pada tingkat naungan yang lebih berat, akan menurunkan produktivitas dan mutu.

(8)

Hasil kajian usahatani kumis kucing dan pegagan, dilakukan pada lahan utama adalah lahan kebun, dengan menggunakan polatanam tumpangsari. Tanggap petani terhadap kegiatan demplot menunjukkan dengan SOP budidaya tidak sulit dalam pelaksanaan, tetapi tetap diperlukan pendampingan. Demikian juga pengendalian harga supaya stabil, sangat diperlukan.

Pengeringan kumis kucing dan pegagan dengan menggunakan sinar matahari

ditutup kain hitam menghasilkan simplisia dengan mutu yang lebih baik, dan

berwarna hijau, sedangkan yang dikeringkan dibawah sinar matahari langsung, akan menghasilkan simplisia yang dihasilkan berwarna kecoklatan

2. Produk, spesifikasi dan pemanfaatanya

Produk yang dihasilkan berupa leaflet SOP Budidaya dan Pasca Panen untuk Pegagan dan Kumis kucing, sebagai panduan pelaksanaan budidaya dan penanganan pasca panen, agar diperoleh produktivitas dan mutu yang tinggi

3. Gambar /photo produk hasil penelitian dan pengembangan

Pengelolaan

1. Sumber Pembiayaan Penelitian dan Mitra Kerja a. APBN : Rp. 250.000.000,-

(9)

- Gaji dan upah Rp 106.790.000,- - Bahan Rp 69.330.000,- - Perjalanan Rp 46.900.000,- - Operasional Rp 26.980.000,- b. APBD : Rp. c. Mitra Kerja : Rp. - Dalam Negeri : Rp. Mitra - Luar Negeri : Rp. Mitra

-Mtra Kerja : Petani Sarana dan Prasarana

a. Sarana

b. Prasarana

. Lahan petani untuk demplot kumis kucing di Desa Klaparea Kec. Nagrak dan Pegagan, di Desa Nangerang Kec. Cicurug, Kabupaten Sukabumi.

2. Bibit pegagan, kumis kucing, pupuk kandang dan pupuk buatan. 3. Laboratorium, Balittro

: 1. Cangkul, garpu, selang air,

2. Alas penjemur berupa terpal dan tampah

3. Kain hitam 4. ATK, dll c. Pendokumentasian Foto

Bogor, 23 September 2012 Mengetahui Penanggung Jawab

Kepala Balai Penelitian Kegiatan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

Dr. Ir. Agus Wahyudi, MS. Ir. Mariyam Januwati, MS. NIP. 196001211985031003 NIP. 19480101 198406 2001

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Dikarenakan masih banyak UMKM Batam yang belum menerapkan sistem pencatatan akuntansi yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku, maka penulis berminat

Di ajukan untuk menyelesaikan tugas Ujian akhir semester dalam mata kuliahS. Hukum

Hasil pre-test dan post-test subjek penelitian sebagaimana gambar 1 di atas, menunjukkan bahwa seluruh anggota kelompok yang terdiri dari 8 siswa yang

- Pada waktu dan tempat tersebut di atas, berawal adanya laporan dari masyarakat bahwa di rumah kontrakan tersebut sering ada orang yang melakukan

Berdasarkan perbandingan yang dilakukan, maka didapat nilai-nilai threshold terbaik untuk berbagai algoritma metode frame differences dengan menggunakan citra RGB dan

[r]

Pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT-PS, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan penalaran tinggi sama baiknya dengan siswa yang mempunyai

Intermoda Transportasi adalah Pengangkutan barang atau penumpang dari tempat asal sampai.. ketempat tujuan dengan menggunakan lebih dari satu moda transport tanpa terputus