• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Joni Martin, SH, MH Peneliti Pertama Bidang Kepakaran Kebijakan Publik Tenaga Ahli Dr. Ahmad Subhan. SIP, M.Si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Joni Martin, SH, MH Peneliti Pertama Bidang Kepakaran Kebijakan Publik Tenaga Ahli Dr. Ahmad Subhan. SIP, M.Si"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Joni Martin, SH, MH

Peneliti Pertama Bidang Kepakaran Kebijakan Publik Tenaga Ahli

Dr. Ahmad Subhan. SIP, M.Si

PENDAHULUAN

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Pengadaan air bersih untuk keperluan air minum, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan secara fisika, mikrobiologi, kimia, dan radioaktif. Pada kenyataannya kualitas air minum yang diproduksi oleh depot air minum sering bermasalah karena belum memenuhi standar air minum, hal ini didukung oleh beberapa penelitian. Seperti hasil analisis terhadap sampel air minum isi ulang di 10 kota besar di Indonesia (Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Cikampek, Medan, Denpasar, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya) menyatakan 34% sampel tidak memenuhi sedikitnya satu parameter kualitas air minum berdasarkan Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002, 16% sampel tercemar bakteri coliform.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian, menunjukkan bahwa, pengawasan yang dilakukan oleh instansi terkait, masih belum optimal dan menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terdapat peningkatan rumah tangga yang menggunakan air isi ulang sebagai sumber air minum dari 13,8% pada tahun 2010 meningkat menjadi 21% pada tahun 2013. Berdasarkan jenis sumber air minum yang digunakan, presentase terbesar berasal dari sumur galian.

Hasil observasi awal Peneliti ke bebepara Depot Air Minum isi ulang pada bulan April tahun 2017, ditemukan ada depot air minum yang belum

memiliki izin, bahkan ada izin atas nama orang lain, dengan alasan bahwa peralatan Depot hasil dibeli dari pemilik izin sebelumnya. Disisi lain sumber air yang dikelola berasal dari sumur galian milik pribadi. Begitu juga ketika ditanyakan tentang pengawasan oleh dinas kesehatan, pemilik depot mengatakan pernah 1 kali pada tahun 2016, dan disuruh membuat izin tapi si pemilik tidak mengikuti dan tidak ada sanksi yang diterapkan.

Padahal dalam Keputusan Menkes No:907/Menkes/SK/VII/2002, jelas disebutkan bahwa perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan secara terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air minum yang ada, terjamin kualitasnya, sesuai dengan persyaratan kualitas air minum yang layak.1 Dan berdasarkan Pasal 1 Angka 6 Permenkes Nomor 43 Tahun 2014 disebutkan bahwa Tim Pemeriksa Depot Air Minum adalah tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan yang bertugas untuk melakukan penilaian pemenuhan persyaratan teknis usaha DAM.

Dari beberapa hasil penelitian dan hasil observasi, perlu kiranya dilakukan pengkajian

1 Theo Kharismajaya, Pengawasan Dinas

Kesehatan Pemerintah Kabupaten Banyumas Terhadap Kualitas Air Minum Usaha Depot Air Minum Isi Ulang (Tinjauan Yuridis Pasal 10

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

736/Menkes/Per/Vi/2010), Skripsi, Fakultas

(2)

untuk melihat bagaimana pola pengawasan terhadap Depot Air Minum, dan Kendala apa saja yang dihadapi Tim pengawas dalam melaksanakan pengawasan, karena air merupakan kebutuhan pokok utama bagi setiap manusia, sehingga diperlukan peran dan tanggung jawab dari pemerintah.

METODE PENELITIAN

Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe pendekatan penelitian Mitc Metode (Sugiono,2014). dengan maksud untuk melihat dan meneliti secara langsung bagaimana penerapan peraturan yang berlaku dengan fakta dan kenyataan dari masyarakat. Sampel penelitian adalah Pemerintah daerah (Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian perdagangan) serta Masyarakat Pelaku usaha Depot Air Minum dengan jumlah sampel Responden 10 Instansi yang berada di 5 Daerah (Kerinci, Bungo, Tanjab Barat, Kota Jambi) dan 100 Depot Air yang ada di Kota Jambi yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara Wawancara dan penyebaran Kuisioner. Hasil pengumpulan data kemudian dianalisis secara kualitatif dan untuk kuisioner digunakan program SPSS sebagai alat analisis sederhana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Sumber Air Minum Masyarakat

Terkait dengan air sebagai kebutuhan untuk minum, ada berbagai sumber yang digunakan oleh masyarakat khusus untuk kebutuhan minum, sumber-sumber tersebut antara perhatikan gambar berikut:

Gambar 2.1. Sumber Air untuk minum masyarakat

Sumber data: Podes,2014

2.2 Pelaksanaan Pengawasan Oleh Pemerintah

Berdasarkan hasil analisis, pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap pengelolaan Air untuk minum bagi masyarakat masih belum optimal, hal ini terlihat dari jumlah pengawasan yang hanya 15,65% (Statistik Kesehatan,2015) dari sumber air minum yang ada.

2.2.1 Kelengkapan Administrasi usaha Peraturan Menteri Perdagangan nomor 651 tahun 2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum Dan Perdagangannya, pada Pasal 2 telah telah diatur mengenai persyaratan usaha Depot Air Minum isi ulang, antara lain adanya tanda daftar usaha, kepemilikan Surat Jaminan Pasok Air Baku dari PDAM, wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang dihasilkan dari laboratorium.

Kepemilikan Tanda daftar usaha

Tanda daftar merupakan salah satu bukti dokumentasi ketika suatu perusahaan akan didirikan. Tanda daftar usaha ini dapat berbentuk SIUP dan SITU. Berdasarkan hasil observasi terhadap 100 Depot air minum, 80% pengusaha tidak memiliki Surat tanda daftar usaha, hanya 20% yang memiliki.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata pengusaha Depot keberatan untuk mengurus izin usaha karena modal yang kecil sementara hasil usahanya belum tentu nampak. Seperti yang disampaikan oleh Ahmad syaikoni yang mengatakan:

”usaha Depot kami baru berjalan 1,5 tahun dengan pendapatan rata-rata sekitar 50-100 galon (saat ramai) perhari, pada saat sepi bisa-bisa dalam 1 hari hanya hanya 10 galon. Modal usaha kami hanya 20 juta, sehingga untuk mengurus SIUP/SITU kami belum mampu, tapi kalau usaha kami lancar kana segera diurus”(wawancara, 21 November 2017). 2,83 22,58 10,23 1,13 1,38 29,5 15,01 2,47 0,98 4,04 9,85 0 5 10 15 20 25 30 35 Air

kemasan Air isiulang sampaiLeding rumah

leding

eceran Pompaterlindungisumur terlindungisumur takterlindungimata air mata airtak terlindungi

(3)

Pendapat yang mendukung juga didapatkan dari hasil analisis hasil wawancara dengan beberapa petugas yang didapat bahwa “petugas sulit untuk memaksa pengusaha melengkapi administrasi seperti izin usaha produksi dan tanda daftar usaha”. Dari dua kasus ini terindikasi bahwa banyak sekali usaha-usaha yang dijalankan oleh masyarakat tidak memiliki izin atau terdaftar.

Kepemilikan Surat Jaminan Pasok Air Baku dari PDAM

Persyaratan administrasi lain ketika Depot air minum akan didirikan adalah, surat Jaminan Pasok Air Baku dari PDAM. Berdasarkan berbagai referensi menyebutkan, sumber air baku Depot air minum berasal dari PDAM, dan Sumur. Hasil observasi ke beberapa depot air, diketahui bahwa 59.8 persen sumber air untuk Depot berasal dari PDAM, 18.3 persen berasal dari air sumur dan 22 persen dari pembelian dengan pihak swasta.

Dari 59.8 persen pengusaha yang menggunakan PDAM sebagai sumber air untuk usaha produksinya, hanya 2 persen yang memiliki surat jaminan pasok air baku dari PDAM, sementara 98 persennya tidak memiliki surat jaminan pasok air baku dari PDAM.

Laporan Hasil Uji Air Minum Yang Dihasilkan Dari Laboratorium

Undang-undang telah menetapkan, untuk air yang akan diproduksi dan dimanfaatkan untuk dijual kemasyarakat harus memenuhi standar baku melalui uji kelayakan dari Laboratorium yang telah ditunjuk oleh pemerintah. berdasarkan hasil observasi terhadap Depot Air, diketahui bahwa hanya 77 persen pengusaha yang melaksanakan uji laboratorium, dan ada 22 persen yang tidak melakukan uji laboratorium.

Kengganan pengusaha untuk melakukan uji laboratorium, disebabkan pemahaman pengusaha yang sangat minim terhadap pentingnya standar baku kualitas air. Seperti yang dikemukakan oleh Ria, yang mengatakan “ kami enggan untuk mengecek standar baku air kelaboratorium, karena harus mengeluarkan uang yang besar, sementara

sumber air kamikan berasal dari PDAM”. Sumber air dari PDAM atau tidak pada prinsipnya terletak pada kualitas alat/mesin yang digunakan untuk memproses air. Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo menemukan, beberapa depot air berasal dari PDAM masih ada yang tidak layak dan memenuhi standar air baku, begitu juga halnya dengan Sumber air yang berasal dari sumur.

2.2.2 Kepemilikan sertifikat laik sehat Kepemilikan sertifikat laik sehat, aan sangat tergantung pada kepemilikan laporan hasil uji air minum yang dihasilkan dari laboratorium. Sertifikat laik sehat Sertifikat yang dikeluarkan oleh dinas kesehatan, merupakan bukti penting yang harus dimiliki oleh pengusaha depot dalam proses produksi.

Untuk mendapatkan sertifikat laik sehat, beberapa daerah memberikan secara gratis dan sudah tercakup semua biaya ketika membuat hasil uji air minum. Akan tetapi berdasarkan hasil observasi, 77persen pengusaha memiliki sertifikat laik sehat, 2 persen dalam proses dan 21 persen tidak memiliki sertifikat laik sehat. Dari 77 persen yang memiliki sertifikat, 23 persennya sudah tidak berlaku lagi karena sudah lewat dari masa berlaku sertifikat yakni 3 tahun.

2.2.3 Pengawasan

Sebagaimana telah dipaparkan pada landasan teori bahwa, pengawasan terdiri atas 2 bagian yakni pengawasan internal dan pengawasan eksternal. Pengawasan internal dilakukan sendiri oleh pengusaha Depot sementara pengawasan eksternal dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan/atau Tim yang dibentuk.

Pengawasan internal berdasarkan Permenkes Nomor 43 tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum Pasal 15 dan 16, pengusaha wajib melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap Depot mulai dari peralatan/mesin sampai dengan Penjamah/ pelaku usaha. Berdasarkan hasil observasi,

(4)

diketahui bahwa 94 persen pengusaha melaksanakan pemeriksaan terhadap Depot airnya, mulai dari penggantian filter, pemeriksaan kualitas air secara berkala minimal 6 bulan 1 kali, dan pembersihan wadah penampungan. Namun ada juga pengusaha yang tidak melakukan penggantian secara rutin terutama pada filter. Temuan dinas kesehatan kabupaten bungo terhadap ketidak layakan kualitas air hasil pengecekan laboratorium ditemukan pada filter penyaring dan ultraviolet yang tidak layak digunakan lagi, sementara harga 1 unit ultraviolet sangat mahal.

Pengawasan eksternal berdasarkan permenkes nomor 43 tahun 2014 dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Hasil observasi dan wawancara dengan beberapa dinas kesehatan kabupaten, diketahui bahwa kunjungan ke depot sangat sulit untuk dilaksanakan secara berkelanjutan jika merujuk pada permenkes, karena disamping jumlah depot yang besar, anggaran dan SDM yang tersedia juga masih sangat minim. Sehingga pengawasan dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung, secara langsung dilakukan dengan mendata dan melakukan inspeksi mendadak kedepot dengan jadwal yang disepakati dan disesuaikan dengan anggaran serta laporan, sementara pengawasan tidak langsung dilaksanakan dengan mengupdate jumlah depot terdaftar dan melakukan pengecekan air.

Berdasarkan hasil observasi ke Depot, informasi yang serupa juga diketemukan, karena 74.4 persen kunjungan oleh petugas dilaksanakan diatas 6 bulan, bahkan 12.2 persen kunjungan hanya dilaksanakan di awal pendaftaran Depot.

2.3. Kendala yang dihadapi oleh Pemerintah dalam melaksanakan pengawasan terhadap Depot air minum isi ulang Setiap program yang dilaksanakan pasti akan mengalami kendala atau hambatan dalam pelaksanaannya. Tidak berbeda dengan pelaksanaan pengawasan oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian Perdagangan dalam melaksanakan tugasnya mengawasi beredarnya produksi air minum ke masyarakat.

Dari hasil analisis didapatkan 4 kendala utama bagi pemerintah dalam melakukan pengawasan antara lain: Regulasi, Ketersediaan Anggaran, SDM dan kesadaran masyarakat.

Regulasi

Berdasarkan hasil observasi, ditemukan hanya 2 kabupaten yang memiliki aturan pelaksana lanjutan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap Depot air minum, yakni Kota Jambi (Perda nomor 14 tahun 2015 tentang Pemeriksaan Kualitas Air) dan Kabupaten Bungo melalui Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan. Sementara beberapa wilayah lain belum memiliki regulasi yang kuat, sehingga menjadi kendala ketika ditemukan pelanggaran dalam pengelolaan. Seperti pendapat Kasi PP OR kab merangin:

“kendala utama dalam melakukan pengawasan ada pada regulasi yang belum terbentuk di kabupaten merangin sehingga dalam untuk memberikan tindakan tegas kepada pengusaha yang tidak mempunyai izin tidak bias dilakukan”2.

Ketersediaan Anggaran

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa ketersediaan anggaran untuk melakukan pengawasan menjadi suatu kendala dalam pelaksanaan pengawasan. Dinas kesehatan kabupaten kerinci salah satu contohnya, anggaran kegiatan pengawasan terkhusus untuk pengawasan Depot air minum tidak tersedia sehingga untuk melakukan pengawasan atau membentuk tim pengawas menjadi riskan. Begitu juga halnya dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang mengatakan bahwa anggaran untuk pengawasan tahun 2018 tidak tersedia, bahkan sub unit pelaksana pengawasan dan perlindungan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat akan dilebur atau dihilangkan.

(5)

Sumber Daya Manusia

Kendala lainnya ketika akan dilaksanakan pengawasan adalah ketersediaan Sumber daya manusia. Permasalahan ketersediaan sumber daya manusia merupakan masalah klasik dalam tubuh pemerintah. Permasalahan ini muncul akibat adanya pengurangan pegawai, sementara penerimaan pegawai masih tidak terlaksana. Dikaitkan dengan pengawasan terhadap Depot, beberapa instansi pemerintah mengatakan bahwa SDM untuk melakukan pemeriksaan dan pengawasan sangat minim. Bahkan dibeberapa wilayah, kasus sama terjadi pada penempatan program yang tidak jelas dan terbagi-bagi tanpa ada unit khusus yang menangani, sehingga untuk memenuhi kebutuhan SDM sulit untuk dilaksanakan.

Kesadaran Masyarakat

Kesadaran masyarakat untuk mengikuti aturan yang telah diberikan, baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai kasus yang terjadi masih sangat minim. Masyarakat baru akan menyadari kesalahannya ketika telah terjadi kasus atau timbul masalah.

Tidak berbeda dengan pelaku usaha, Purba dalam menguraikan konsep hubungan pelaku usaha dan konsumen mengemukakaan sebagai berikut:

“Kunci pokok perlindungan hukum bagi konsumen adalah bahwa konsumen dan pelaku usaha saling membutuhkan. Produksi tidak ada artinya kalau tidak ada yang mengkonsumsinya dan produk yang dikonsumsi secara aman dan memuaskan, pada gilirannya akan merupakan promosi gratis bagi pelaku usaha”3

3 Kartini Elisabet Purba, 2011. Perlindungan

Hukum Terhadap Konsumen Dalam Mengkonsumsi Air Minum Depot Isi Ulang Di Kota Medan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/Sk/Vii/2002 Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

Dari pendapat diatas, sebenarnya sangat membantu pengusaha ketika administrasi telah dilengkapi oleh Depot. Namun dari hasil observasi diatas, pengusaha seakan enggan untuk melengkapi adminstrasi yang akan membantunya ketika terjadi masalah.

Begitu juga halnya dengan masyarakat pengguna/konsumen Air Minum Isu ulang, beberapa instansi pemerintah seperti BPOM telah memberikan anjuran agar masyarakat memperhatikan kelayakan air yang digunakan untuk konsumsi, namun keengganan masyarakat masih sangat besar, masyarakat biasanya akan meminum langsung air isi ulang tanpa memperhatikan kelayakan air dan sumber air yang akan diminum.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

a. Pengawasan terhadap Depot air minum isi ulang di Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi secara umum masih kurang optimal, hal ini ditunjukkan dengan jumlah kunjungan dan masih banyaknya depot yang tidak memiliki izin operasional (SIUP, SLS, HPL).

b. Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pengawasan terhadap Depot air minum isi ulang rata-rata sama di tiap wilayah Kabupaten/kota, yakni tidak adanya regulasi terutama untuk pemberian sanksi seperti pemberhentian usaha, serta minimnya anggaran guna melakukan pembinaan, bahkan beberapa wilayah tidak tersedia anggaran untuk hal tersebut. Disamping itu beberapa wilayah yang masih menganggap DAMIU belum

Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.2011

(6)

menjadi permasalahan yang genting untuk diselesaikan.

Saran

Berdasarkan hasil temuan melalui observasi dapat direkomendasikan sebagai berikut:

1. Membentuk Regulasi tingkat Provinsi dan/atau tingkat Kabupaten dan kota tentang DAMIU, yang memuat persyaratan, pengawasan, pembinaan dan sanksi terhadap pelanggaran.

2. Membentuk Asosiasi Pengusaha Depot Air Minum Isi Ulang terutama ditingkat Kabupaten/Kota.

3. Membentuk Sub Bidang/Tim Khusus Pengawas DAMIU baik tingkat Provinsi, Kabupaten/kota yang dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan beserta Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

4. Melakukan pembinaan/pengawasan terhadap DAMIU minimal 6 Bulan sekali sesuai dengan Permenkes nomor 43 Tahun 2014. 5. Membuat database digital terpadu khusus

DAMIU guna memudahkan pengawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus Yustisia Sembiring.2008. Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang kota Batam. e-Repository. Universitas Sumatera Utara.

I.H. Borts.1949.Water borne Diseases. Amaerican Journal Of Public Health diakses melalui. http://ajph.aphapublications.org/doi/abs/10.2 105/ AJPH.39.8.974. paa tanggal 29 November 2017.

Imelda Gernauli Purba.2015. Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Depot Air Minum Dalam Menjamin Kualitas Air Minum Isi Ulang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Volume 6 nomor 2 Juli 2015.

Lepun, Aaron Cassidy. 2011. Pelaksanaan Pengawasan Kualitas Air Pada Depot Air Minum Isi Ulang Wilayah Kota Bogor Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum. Thesis, Universitas Tarumanagara.

Mia, eka fonda. 2015. Pengawasan Dinas Kesehatan Kota Padang Terhadap Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Padang. Thesis, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Andalas. Pivit Septiary Chandra, Tuti Khairani

Harahap, Meyzi Heriyanto.2016. Evaluasi Pengawasan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru (Studi Kasus di Kecamatan Tampan). Jurnal Sorot Volume 11, Nomor 2, Oktober 2016: 101 – 110.

Riki Saputra.2017. Pengawasan Terhadap Izin Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Kuranji Kota Padang Akultas Hukum Universitas Andalas Padang Satmoko Yudo, P. Nugro Rahardjo.2005.

Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang di DKI Jakarta. Jurnal Administrasi Indonesia Volume 1 Nomor 3 Tahun 2005. Theo Kharismajaya. 2013. Pengawasan Dinas

Kesehatan Pemerintah Kabupaten Banyumas Terhadap Kualitas Air Minum Usaha Depot Air Minum Isi Ulang (Tinjauan Yuridis Pasal 10 Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor

736/Menkes/Per/Vi/2010). Fakultas Hukum. Universitas Jenderal Soedirman.

Gambar

Gambar 2.1. Sumber Air untuk minum  masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

maka Pejabat Pengadaan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika Aceh Tahun Anggaran 2014 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut

Berdasarkan nilai undulasi yang diperoleh dari perhitungan berdasarkan titik referensi PPS02 Belawan dan TTG 540 diketahui bahwa perbedaan tinggi undulasi antar masing-masing

11 Metode yang dapat digunakan untuk pengajaran bioetika antara lain dengan studi kasus, role play , kuliah.. konvensional, menulis narasi dan

Tepat dibawah grafik terdapat tabel yang menampilkan rata-rata data CPU Load dan juga terdapat tabel yang menampilkan data CPU Load berdasarkan waktu dengan interval 1

2 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 3 Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP 4 Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang

Sebaliknya Hasil pengujian secara eksperimen menunjukkan bahwa balok bambu dengan penghubung geser 45 ⁰ , walaupun mempunyai bidang geser yang besar, namum tidak memberikan

[r]