IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN
INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SAMBRAMA WACANA PADA MASA
PANDEMI COVID 19 (SISWA KELAS XI SMAN 1
BATURITI)
Oleh I Gede Sudiarta SMA Negeri 1 Baturiti Email: dagets@gmail.comI Nengah Juliawan STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Email: juliawan@gmail.com
abstrak
Aspek sosial budaya dalam pendidikan dalam mata pelajaran Bahasa Bali, yang dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan siswa yakni materi tentang
sambrama wacana. Pandemi Covid 19 ini membuat kualitas pendidikan di
Indonesia terasa kian hari kian menurun. Pandemi Covid-19 memaksa para pelaku pendidikan turut mengejar dan mengembangkan diri agar tidak tertinggal jauh dibelakang. Kendala ini menyebabkan penurunan dalam kemampuan siswa untuk memahami nilai-nilai dari sambarama wacana, baik dalam ranah teori maupun praktek, hal tersebut didapat melalui jumlah 34 siswa yang ada, namun hanya 20 siswa tuntas dan sisanya tidak tuntas. Hal ini menunjukkan secara klasikal hanya 58,82% siswa tuntas. ini guru atau pendidik wajib mampu merancang sebuah pembelajaran yang benar-benar dapat membekali siswa baik pengetahuan secara teoritis maupun praktik. Salah satu alternatif jawaban permasalahan di atas, guru dapat memilih metode pembelajaran Inkuiri dengan penelitian tindakan Kelas yang sangat mendukung program peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah yang muaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan yang reliabilitasnya memungkinkan guru dapat mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi di kelas XI SMAN 1 Baturiti.
Kata Kunci: Pandemi Covid 19,metode inkuiri, sambrama wacana, Pendidikan.
abstract
Socio-cultural aspects of education in Balinese language subjects, which can improve students' abilities and skills, namely material about discourse sambrama. The Covid 19 pandemic has made the quality of education in Indonesia seem to be decreasing every day. The Covid-19 pandemic forces education actors to also pursue and develop themselves so as not to be left far behind. This obstacle causes a decrease in the ability of students to understand the values of discourse, both in the realm of theory and practice, this is obtained through the number of 34 students, but only 20 students complete and the rest are incomplete. This shows
that classically only 58.82% of students completed. This teacher or educator must be able to design a lesson that can truly equip students with both theoretical and practical knowledge. One of the alternative answers to the above problems, the teacher can choose the Inquiry learning method with Classroom Action Research which strongly supports the program of improving the quality of learning in schools, which results in improving the quality of education whose reliability allows teachers to identify and formulate hypotheses convincingly, develop strategies which can be applied to situations in class XI SMAN 1 Baturiti.
Keywords: Pandemic Covid 19, inquiry method, sambrama wacana, education.
I. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan dasar dalam mengembangkan pengetahuan dan kualitas kemampuan individual, berdasarkan hal tersebut artinya pendidikan merupakan kunci utama dalam meningkatkan kualitas suatu bangsa. Melalui dukungan terhadap pentingnya kontribusi pendidikan dalam membangun bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar, sesungguhnya telah tertuang di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yang mengamanatkan bahwa, pendidikan merupakan hak dan kewajiban bagi seluruh warga Indonesia, maka pendidikan wajib menjadi prioritas utama dalam proses keseluruhan pembangunan nasional. Berangkat dari pondasi pendidikan yang kokoh dan tepat, akan dapat diwujudkan cita-cita mulia suatu bangsa dalam berbagai sektor dan apek kehidupan termasuk kedisiplinan, etos kerja, nilai, dan moral suatu bangsa.
Pendidikan di Indonesia mulai berangsur-angsur mengalami kemajuan,baik dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai bentuk upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas unggul, pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin dalam mengembangkan pembangunan kualitas pendidikan yang lebih baik, namun di tengah-tengah proses
pembangunan kualitas pendidikan ini, pada bulan maret 2020 lalu adanya pandemi covid 19 membuat pembangunan ini terasa terhenti. Bahkan Pandemi Covid 19 ini membuat kualitas pendidikan di Indonesia terasa kian hari kian menurun. Pandemi Covid-19 memaksa para pelaku pendidikan turut mengejar dan mengembangkan diri agar tidak tertinggal jauh dibelakang. Pembangunan bidang pendidikan yang merupakan salah satu pembangunan aspek sosial dan budaya merupakan bagian yang sangat penting dan tidak dapat ditawar lagi dan menjadi suatu keharusan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan/ketrampilan yang tinggi, moral dan budi pekerti yang luhur serta cerdas dan kreatif.
Salah satu aspek sosial budaya dalam pendidikan terkait mata pelajaran Bahasa Bali, yang tentunya dapat meningkatkan kemampuan maupun ketrampilan dari siswa yakni materi tentang
sambrama wacana. Penerapan
materi sambrama wacana terhadap siswa kelas XI SMAN 1 Baturiti, mengalami kendala pada awal-awal pembelajaran jarak jauh (online), hal ini disebabkan karena dalam materi sambrama wacana lebih di tuntut dalam konteks praktek. Kendala ini
menyebabkan penurunan dalam kemampuan siswa untuk memahami nilai-nilai dari sambarama wacana, baik dalam ranah teori maupun praktek, hal tersebut didapat melalui jumlah 34 siswa yang ada, namun hanya 20 siswa tuntas dan sisanya tidak tuntas. Hal ini menunjukkan secara klasikal hanya 58,82% siswa tuntas. Ketuntasan klasikal tersebut sangat jauh dari apa yang diharapkan sekolah. Satuan standar sekolah menetapkan bahwa secara klasikal siswa yang tuntas adalah minimal sebesar 75%.
Berangkat dari hasil ketuntasan klasikal siswa, maka dalam kondisi Pandemi Covid-19 saat ini guru atau pendidik wajib mampu merancang sebuah pembelajaran yang benar-benar dapat membekali siswa baik pengetahuan secara teoritis maupun praktik. Salah satu alternatif jawaban permasalahan di atas, guru dapat memilih metode pembelajaran Inkuiri. Keunggulan dalam menggunakan metode pembelajaran Inkuiri, yakni guru dalam proses pembelajaran tidak banyak menjelaskan teoritis tetapi menekankan proses aktif dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran secara daring/online (Zoom, WhatsApp, Google Meet, Google Clasroom). Berdasarkan pemahaman serta keresahan yang terjadi saat ini, peneliti akan melaksanakan penelitian yang berjudul “Implementasi metode pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar
sambrama wacana pada masa
pandemi covid 19 (siswa kelas XI SMAN 1 Baturiti)”.
II. METODE
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK sangat mendukung program peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah yang muaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan yang reliabilitasnya memungkinkan guru dapat mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelas, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis tindakannya.
Pelaksanaan penelitian melalaui daring/online menggunakan beberapa analisa, antara lain :
1. Lembar observasi (daring/online) Lembar observasi guru digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran antara lain contoh lembar observasi seperti pada lampiran. 2. Soal tes (googleform)
Berupa tes hasil belajar berbentuk soal pilihan ganda dan uraian. Soal tes dikerjakan secara invidu oleh siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, tes diadakan setiap akhir siklus. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual.
3. Angket/Kuisioner (googleform/WhatsApp)
Angket diberikan setelah proses pembelajaran berakhir pada akhir siklus. Tujuannya untuk mengetahui respon siswa tentang kekurangan, kelebihan atau kendala yang ada serta saran
siswa terhadap proses pembelajaran. Contoh angket dapat dilihat dalam lampiran. Data aktivitas siswa adalah data kegiatan siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya diobservasi dengan mengkaitkannya dalam kategori; Baik apabila tercatat ≥ 100 Sedang apabila tercatat ≥ 75 Rendah apabila tercatat ≤ 75
Tes belajar siswa dilakukan selama 2 (dua) kali, pada setiap siklus yang dilakukan. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua nantinya akan dibandingkan sehingga dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa melalui daring (googleform) pada Pandemi Covid-19 digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual.
Adapun rumusan yang digunakan di dalam ketuntasan belajar adalah sebagai berikut;
Ketuntasan secara individu Rumus persentase
Jumlah skor yang diperoleh X 100 %
Jumlah skor maksimal Ketuntasan secara klasikal Rumus persentase ketuntasan : Jumlah siswa yang tuntas X 100 %
Jumlah seluruh siswa
Ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tingkat persentase ketuntasan minimal mencapai 75 %, sedangkan untuk tingkat klasikal minimal mencapai 85 %.
III. PEMBAHASAN
Metode inkuiri merupakan suatu cara menyampaikan pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis, dan argumentative (ilmiah) dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju kesimpulan (Usman, 1993:124). Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Upaya
mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibutuhkan siswa untuk membantu memecahkan masalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memperoleh jawaban atas dasar rasa ingin tahu merupakan bagian proses inkuiri. Keterlibatan aktif secara mental dalam kegiatan belajar yang sebenarnya. Inkuiri secara kooperatif memperkaya cara berpikir siswa dan mendorong mereka hakekat timbulnya pengetahuan tentative dan berusaha menghargai penjelasan. Metode inkuiri memberikan perhatian dalam mendorong diri siswa mengembangkan masalah.
Vygotsky menegaskan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak belajar menangani tugastugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu berada dalam jangkauan kemampuannya (zone of proximal
development). Scaffolding, yaitu
pemberian bantuan pada anak selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian mengurangi dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar setelah anak dapat melakukannya. Siswa melalui refleksi secara aktif informasi baru untuk membentuk ide-ide mereka sendiri melalui proses pembelajaran yang secara bertahap
menyebabkan pemahaman mendalam. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar bisa menemukan pangalaman belajarnya sendiri, berimplikasi pada strategi yang dikembangkan oleh guru.
Kreativitas yang berkembang dengan baik akan melahirkan pola pikir yang solutif yaitu ketrampilan dalam mengenali permasalahan yang ada, serta kemampuan membuat perencanaan-perencanaan dalam mencari pemecahan masalah. Proses pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh minat siswa itu sendiri disamping cara belajar siswa tersebut misalnya: minat siswa kurang dalam pelajaran yang didapat, maka hasil yang mereka dapatkan akan berkurang juga dan begitu juga sebaliknya bila minat siswa itu tinggi terhadap suatu pelajaran, maka hasilnya akan baik juga. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Melalui proses pembelajaran yang terdiri dari tiga aspek yaitu nilai kognitif, afektif, dan psikomotor dari hasil latihan maupun dari hasil pengalaman individu itu sendiri serta hasil interaksi dengan lingkungannya. Tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan
merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Sambrama wacana
merupakan bagian komunikasi yang memegang peranan vital serta berfungsi sebagai pengantar peserta untuk masuk dalam sebuah acara. Penerapan secara teori tentang sambrama wacana, dibedakan menjadi tiga jenis, diantaranya : 1. Sambrama wacana tutur (lisan),
yang pelaksanaanya secara lisan tanpa naskah.
2. Sambarama wacana sasuratan (membaca teks), pelaksanaannya menggunakan teks atau memberikan sambutan dengan membaca naskah.
3. Sambrama wacana ardatur
(memakai skema), dalam pelaksanaanya terdapat struktur atau bagian dari inti-inti acara yang ditegaskan dan mempergunakan naskah.
Tantangan ditengah kondisi Covid-19 ini pembelajaran
sambrama wacana dilaksanakan
secara daring dan tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka di kelas. Kondisi tersebut menuntut tenaga pengajar untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran melalui daring (dalam jaringan). Harapan dalam pembelajaran dengan model daring adalah menjadi sebuah solusi yang dapat membantu pembelajaran di tengah pandemi Covid-19.
1. Pengamatan tindakan (observing) daring/online
Pengamatan dilakukan pada setiap pelaksanaan tindakan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan instrumen yaitu: pengamatan terhadap kreativitas siswa, evaluasi hasil siswa, angket untuk mengetahui implementasi
metode pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar
sambrama wacana pada masa
pandemi covid 19 (siswa kelas XI SMAN 1 Baturiti). Berikut dipaparkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dari pelaksanaan tindakan pada setiap siklus sebagai berikut:
a. Hasil pengamatan terhadap kreativitas siswa
Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan 7 (tujuh) indikator yang meliputi keseriusan siswa, inisiatif siswa, partisipasi siwa dalam pembelajaran, kemampuan siswa menyebutkan fakta, kemampuan siswa menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri, berdiskusi, kemampuan siswa memahami perintah guru.
No Indikator Hasil Observasi Siklus I Siklus II A B C K A B C K 1. Keseriusan siswa - - - - - - 2. Inisiatif bertanya - - - - - -
3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran - - - - - 4. Kemampuan siswa menyebutkan fakta - - - - - 5. Kemampuan siswa menjelaskan
konsep dengan kata-kata sendiri - - - - - -
6. Berdiskusi - - - - - -
7. Kemampuan siswa memahami
perintah guru - - - -
Sumber : Hasil pengamatan dan data diolah
Keterangan : A = sangat baik , B = baik, C = cukup baik, K = kurang baik Tabel. 1 Pengamatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran
b. Hasil penilaian berdasarkan test formatif yang diberikan
kepada siswa
(googleform/WhatsApp) Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif I. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
N0 Nama Siswa
Siklus I Siklus II Nilai Keterangan Nilai Keterangan
T TT T TT
1 I Gede Kresna Adi Putra 75 80
2 I Gede Supartika 55 85
3 I Gusti Made Widi Murdana 50 60
4 I Kadek Dita Yasa 50 70
5 I Kadek Sukma Arta 60 80
6 I Made Muliarta 60 80
8 I Nyoman Cimpo Garjita 75 90
9 I Putu Mahendra Adinata 75 80
10 I Putu Nova Pranata 70 80
11 I Putu Oky Soma Dipta 70 90
12 I Putu Rangga Birawa Putra 80 80
13 Linda Amelia Sari 50 60
14 Naomi Chistina Uttama 70 80
15 Ni Kadek Deliya Apriliani 85 100
16 Ni Kadek Wulan Dari 90 100
17 Ni Kadek Wulan Wahyuningsih 60 70
18 Ni Ketut Diantari 75 75
19 Ni Komang Ayu Agustia Dewi 75 80
20 Ni Luh Ari Dian Kristiani 80 90
21 Ni Luh Ari Santiani 80 80
22 Ni Luh Dita Ulandari 75 95
23 Ni Luh Putu Anggi Saraswati 80 90
24 Ni Luh Putu Sarini Eka Putri 60 80 25 Ni Luh Putu Wisma Ayu Oktaviani 70 80
26 Ni Luh Sri Windiani 75 90
27 Ni Luh Wayan Eka Lestari 65 80
28 Ni Made Dania Sekarini 65 80
29 Ni Made Nia Putri Damayanti 75 80
30 Ni Made Widya Arini 70 80
31 Ni Putu Crosita Vitri Ardiani 80 80
32 Ni Wayan Sri Dewi 60 80
33 Ni Kadek Dea Berliana Putri 80 90
34 Ni Putu Cornelia Julianda Sari 75 75
Jumlah 2395 18 16 2770 30 4
Jumlah Skor 2395 2770
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400 3400
% Skor Tercapai 70,44 81,47
Sumber data: hasil nilai tes formatif Siklus I dan II siswa dan data diolah Tabel 2. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I dan Siklus II
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
SIKLUS I SIKLUS II
Jumlah siswa yang tuntas : 18 30
Jumlah siswa yang belum tuntas : 16 4
Klasikal : Belum Tuntas Tuntas
No Uraian Hasil Siklus I Hasil Siklus II
1 2
Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar
70,44 18
81,47 30
3 Persentase ketuntasan belajar 52,94 88,23 Sumber data: hasil nilai tes
formatif Siklus I dan II siswa dan data diolah.
Tabel 3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I dan Siklus II Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran berbasis inkuiri diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I adalah 70,44 dan ketuntasan belajar mencapai 52,94% atau ada 18 siswa dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 52,94% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih canggung dengan diterapkannya metode pembelajaran berbasis
inkuiri. Nilai rata-rata tes
formatif Siklus II sebesar 81,47 dan dari 34 siswa yang telah tuntas sebanyak 30 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,23% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran berbasis inkuiri. Disamping
itu peningkatan kemampuan guru dalam metode pembelajaran berbasis inkuiri semakin baik.
c. Refleksi (Zoom Meeting) Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran berbasis inkuiri. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan dan kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
3. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa merespon penerapan metode pembelajaran berbasis inkuiri selama proses belajar berlangsung.
IV. SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama 2 siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi metode
meningkatkan hasil belajar
sambrama wacana pada masa
pandemi covid 19, dilakukan dalam II (dua) siklus dengan tanpa hambatan berarti dan membuktikan terdapat adanya peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran siswa. 2. Pembelajaran dengan penerapan
metode pembelajaran inkuiri pada Pandemi Covid-19 memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus meningkat dari siklus I dan II yaitu masing-masing 52,50% dan 88,23%. Maka telah terjadi kenaikan sekitar 35,73% hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa penerapan metode pembelajaran
inkuiri pada Pandemi Covid-19
dapat dikatakan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai 3. Respon siswa terhadap
penerapan metode pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi
sambrama wacana dapat
diterima dengan baik dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru melalui daring.
Pelaksanaan metode pembelajaran
inkuiri memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode pembelajaran berbasis inkuiri dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh kreativitas siswa yang optimal. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya, dan guru sebaiknya sebagai fasilitator.
DAFTAR PUSTAKA
Andri Anugrahana, Hambatan,
Solusi dan Harapan:
Pembelajaran Daring Selama Masa Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar: Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 10 No.3 3 September 2020.
Diari, Komang Puteri Yadnya & Luh Ketut Suciarini. Permainan Tradisional majaran-Jaranan Dan Makering Endut Sebagai Pendidikan Karakter: Nilai Luhur Dalam Tradisi Lisan Desa Banyuning Singaraja. Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali. Vol 1, No 2 (2020)
Windia,I Gede. Penerapan Metode
Pembelajaran Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkatkan Hasil
Besar Pendidikan Agama
Hindu (PTK). Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Banjar Baru Semester Genap Tahun Pelajaran 2015.2016. Tulang Bawang, 2016.
I Nengah Juliawan, I. N. (2020/12/16). Wawasan Sosiokultural Terhadap Peningkatan Mutu Siswa Dalam Pendidikan Karakter.
PINTU: Jurnal Penjaminan Mutu, 7-8.
Komnas Ham, Petikan Pembelajaran
inkuiri nasional membuka
jalan bagi Penyelesaian
Pelanggaran Hak asasi
manusia. Jakarta, 2016
Widana, I Nengah Adi. 2020. Peran Guru Dalam Pemertahanan Ragam Bahasa Bali. Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali. Vol 1, No 1 (2020)