• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAMBRAMA WACANA PADA MASA PANDEMI COVID 19 (SISWA KELAS XI SMAN 1 BATURITI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAMBRAMA WACANA PADA MASA PANDEMI COVID 19 (SISWA KELAS XI SMAN 1 BATURITI)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN

INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SAMBRAMA WACANA PADA MASA

PANDEMI COVID 19 (SISWA KELAS XI SMAN 1

BATURITI)

Oleh I Gede Sudiarta SMA Negeri 1 Baturiti Email: dagets@gmail.com

I Nengah Juliawan STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Email: juliawan@gmail.com

abstrak

Aspek sosial budaya dalam pendidikan dalam mata pelajaran Bahasa Bali, yang dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan siswa yakni materi tentang

sambrama wacana. Pandemi Covid 19 ini membuat kualitas pendidikan di

Indonesia terasa kian hari kian menurun. Pandemi Covid-19 memaksa para pelaku pendidikan turut mengejar dan mengembangkan diri agar tidak tertinggal jauh dibelakang. Kendala ini menyebabkan penurunan dalam kemampuan siswa untuk memahami nilai-nilai dari sambarama wacana, baik dalam ranah teori maupun praktek, hal tersebut didapat melalui jumlah 34 siswa yang ada, namun hanya 20 siswa tuntas dan sisanya tidak tuntas. Hal ini menunjukkan secara klasikal hanya 58,82% siswa tuntas. ini guru atau pendidik wajib mampu merancang sebuah pembelajaran yang benar-benar dapat membekali siswa baik pengetahuan secara teoritis maupun praktik. Salah satu alternatif jawaban permasalahan di atas, guru dapat memilih metode pembelajaran Inkuiri dengan penelitian tindakan Kelas yang sangat mendukung program peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah yang muaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan yang reliabilitasnya memungkinkan guru dapat mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi di kelas XI SMAN 1 Baturiti.

Kata Kunci: Pandemi Covid 19,metode inkuiri, sambrama wacana, Pendidikan.

abstract

Socio-cultural aspects of education in Balinese language subjects, which can improve students' abilities and skills, namely material about discourse sambrama. The Covid 19 pandemic has made the quality of education in Indonesia seem to be decreasing every day. The Covid-19 pandemic forces education actors to also pursue and develop themselves so as not to be left far behind. This obstacle causes a decrease in the ability of students to understand the values of discourse, both in the realm of theory and practice, this is obtained through the number of 34 students, but only 20 students complete and the rest are incomplete. This shows

(2)

that classically only 58.82% of students completed. This teacher or educator must be able to design a lesson that can truly equip students with both theoretical and practical knowledge. One of the alternative answers to the above problems, the teacher can choose the Inquiry learning method with Classroom Action Research which strongly supports the program of improving the quality of learning in schools, which results in improving the quality of education whose reliability allows teachers to identify and formulate hypotheses convincingly, develop strategies which can be applied to situations in class XI SMAN 1 Baturiti.

Keywords: Pandemic Covid 19, inquiry method, sambrama wacana, education.

I. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan dasar dalam mengembangkan pengetahuan dan kualitas kemampuan individual, berdasarkan hal tersebut artinya pendidikan merupakan kunci utama dalam meningkatkan kualitas suatu bangsa. Melalui dukungan terhadap pentingnya kontribusi pendidikan dalam membangun bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar, sesungguhnya telah tertuang di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yang mengamanatkan bahwa, pendidikan merupakan hak dan kewajiban bagi seluruh warga Indonesia, maka pendidikan wajib menjadi prioritas utama dalam proses keseluruhan pembangunan nasional. Berangkat dari pondasi pendidikan yang kokoh dan tepat, akan dapat diwujudkan cita-cita mulia suatu bangsa dalam berbagai sektor dan apek kehidupan termasuk kedisiplinan, etos kerja, nilai, dan moral suatu bangsa.

Pendidikan di Indonesia mulai berangsur-angsur mengalami kemajuan,baik dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai bentuk upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas unggul, pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin dalam mengembangkan pembangunan kualitas pendidikan yang lebih baik, namun di tengah-tengah proses

pembangunan kualitas pendidikan ini, pada bulan maret 2020 lalu adanya pandemi covid 19 membuat pembangunan ini terasa terhenti. Bahkan Pandemi Covid 19 ini membuat kualitas pendidikan di Indonesia terasa kian hari kian menurun. Pandemi Covid-19 memaksa para pelaku pendidikan turut mengejar dan mengembangkan diri agar tidak tertinggal jauh dibelakang. Pembangunan bidang pendidikan yang merupakan salah satu pembangunan aspek sosial dan budaya merupakan bagian yang sangat penting dan tidak dapat ditawar lagi dan menjadi suatu keharusan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan/ketrampilan yang tinggi, moral dan budi pekerti yang luhur serta cerdas dan kreatif.

Salah satu aspek sosial budaya dalam pendidikan terkait mata pelajaran Bahasa Bali, yang tentunya dapat meningkatkan kemampuan maupun ketrampilan dari siswa yakni materi tentang

sambrama wacana. Penerapan

materi sambrama wacana terhadap siswa kelas XI SMAN 1 Baturiti, mengalami kendala pada awal-awal pembelajaran jarak jauh (online), hal ini disebabkan karena dalam materi sambrama wacana lebih di tuntut dalam konteks praktek. Kendala ini

(3)

menyebabkan penurunan dalam kemampuan siswa untuk memahami nilai-nilai dari sambarama wacana, baik dalam ranah teori maupun praktek, hal tersebut didapat melalui jumlah 34 siswa yang ada, namun hanya 20 siswa tuntas dan sisanya tidak tuntas. Hal ini menunjukkan secara klasikal hanya 58,82% siswa tuntas. Ketuntasan klasikal tersebut sangat jauh dari apa yang diharapkan sekolah. Satuan standar sekolah menetapkan bahwa secara klasikal siswa yang tuntas adalah minimal sebesar 75%.

Berangkat dari hasil ketuntasan klasikal siswa, maka dalam kondisi Pandemi Covid-19 saat ini guru atau pendidik wajib mampu merancang sebuah pembelajaran yang benar-benar dapat membekali siswa baik pengetahuan secara teoritis maupun praktik. Salah satu alternatif jawaban permasalahan di atas, guru dapat memilih metode pembelajaran Inkuiri. Keunggulan dalam menggunakan metode pembelajaran Inkuiri, yakni guru dalam proses pembelajaran tidak banyak menjelaskan teoritis tetapi menekankan proses aktif dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran secara daring/online (Zoom, WhatsApp, Google Meet, Google Clasroom). Berdasarkan pemahaman serta keresahan yang terjadi saat ini, peneliti akan melaksanakan penelitian yang berjudul “Implementasi metode pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar

sambrama wacana pada masa

pandemi covid 19 (siswa kelas XI SMAN 1 Baturiti)”.

II. METODE

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK sangat mendukung program peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah yang muaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan yang reliabilitasnya memungkinkan guru dapat mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelas, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis tindakannya.

Pelaksanaan penelitian melalaui daring/online menggunakan beberapa analisa, antara lain :

1. Lembar observasi (daring/online) Lembar observasi guru digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran antara lain contoh lembar observasi seperti pada lampiran. 2. Soal tes (googleform)

Berupa tes hasil belajar berbentuk soal pilihan ganda dan uraian. Soal tes dikerjakan secara invidu oleh siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, tes diadakan setiap akhir siklus. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual.

3. Angket/Kuisioner (googleform/WhatsApp)

Angket diberikan setelah proses pembelajaran berakhir pada akhir siklus. Tujuannya untuk mengetahui respon siswa tentang kekurangan, kelebihan atau kendala yang ada serta saran

(4)

siswa terhadap proses pembelajaran. Contoh angket dapat dilihat dalam lampiran. Data aktivitas siswa adalah data kegiatan siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya diobservasi dengan mengkaitkannya dalam kategori; Baik apabila tercatat ≥ 100 Sedang apabila tercatat ≥ 75 Rendah apabila tercatat ≤ 75

Tes belajar siswa dilakukan selama 2 (dua) kali, pada setiap siklus yang dilakukan. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua nantinya akan dibandingkan sehingga dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa melalui daring (googleform) pada Pandemi Covid-19 digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual.

Adapun rumusan yang digunakan di dalam ketuntasan belajar adalah sebagai berikut;

Ketuntasan secara individu Rumus persentase

Jumlah skor yang diperoleh X 100 %

Jumlah skor maksimal Ketuntasan secara klasikal Rumus persentase ketuntasan : Jumlah siswa yang tuntas X 100 %

Jumlah seluruh siswa

Ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tingkat persentase ketuntasan minimal mencapai 75 %, sedangkan untuk tingkat klasikal minimal mencapai 85 %.

III. PEMBAHASAN

Metode inkuiri merupakan suatu cara menyampaikan pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis, dan argumentative (ilmiah) dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju kesimpulan (Usman, 1993:124). Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan

penyelidikan. Upaya

mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibutuhkan siswa untuk membantu memecahkan masalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memperoleh jawaban atas dasar rasa ingin tahu merupakan bagian proses inkuiri. Keterlibatan aktif secara mental dalam kegiatan belajar yang sebenarnya. Inkuiri secara kooperatif memperkaya cara berpikir siswa dan mendorong mereka hakekat timbulnya pengetahuan tentative dan berusaha menghargai penjelasan. Metode inkuiri memberikan perhatian dalam mendorong diri siswa mengembangkan masalah.

Vygotsky menegaskan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak belajar menangani tugastugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu berada dalam jangkauan kemampuannya (zone of proximal

development). Scaffolding, yaitu

pemberian bantuan pada anak selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian mengurangi dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar setelah anak dapat melakukannya. Siswa melalui refleksi secara aktif informasi baru untuk membentuk ide-ide mereka sendiri melalui proses pembelajaran yang secara bertahap

(5)

menyebabkan pemahaman mendalam. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar bisa menemukan pangalaman belajarnya sendiri, berimplikasi pada strategi yang dikembangkan oleh guru.

Kreativitas yang berkembang dengan baik akan melahirkan pola pikir yang solutif yaitu ketrampilan dalam mengenali permasalahan yang ada, serta kemampuan membuat perencanaan-perencanaan dalam mencari pemecahan masalah. Proses pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh minat siswa itu sendiri disamping cara belajar siswa tersebut misalnya: minat siswa kurang dalam pelajaran yang didapat, maka hasil yang mereka dapatkan akan berkurang juga dan begitu juga sebaliknya bila minat siswa itu tinggi terhadap suatu pelajaran, maka hasilnya akan baik juga. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Melalui proses pembelajaran yang terdiri dari tiga aspek yaitu nilai kognitif, afektif, dan psikomotor dari hasil latihan maupun dari hasil pengalaman individu itu sendiri serta hasil interaksi dengan lingkungannya. Tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan

merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Sambrama wacana

merupakan bagian komunikasi yang memegang peranan vital serta berfungsi sebagai pengantar peserta untuk masuk dalam sebuah acara. Penerapan secara teori tentang sambrama wacana, dibedakan menjadi tiga jenis, diantaranya : 1. Sambrama wacana tutur (lisan),

yang pelaksanaanya secara lisan tanpa naskah.

2. Sambarama wacana sasuratan (membaca teks), pelaksanaannya menggunakan teks atau memberikan sambutan dengan membaca naskah.

3. Sambrama wacana ardatur

(memakai skema), dalam pelaksanaanya terdapat struktur atau bagian dari inti-inti acara yang ditegaskan dan mempergunakan naskah.

Tantangan ditengah kondisi Covid-19 ini pembelajaran

sambrama wacana dilaksanakan

secara daring dan tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka di kelas. Kondisi tersebut menuntut tenaga pengajar untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran melalui daring (dalam jaringan). Harapan dalam pembelajaran dengan model daring adalah menjadi sebuah solusi yang dapat membantu pembelajaran di tengah pandemi Covid-19.

1. Pengamatan tindakan (observing) daring/online

Pengamatan dilakukan pada setiap pelaksanaan tindakan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan instrumen yaitu: pengamatan terhadap kreativitas siswa, evaluasi hasil siswa, angket untuk mengetahui implementasi

(6)

metode pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar

sambrama wacana pada masa

pandemi covid 19 (siswa kelas XI SMAN 1 Baturiti). Berikut dipaparkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dari pelaksanaan tindakan pada setiap siklus sebagai berikut:

a. Hasil pengamatan terhadap kreativitas siswa

Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan 7 (tujuh) indikator yang meliputi keseriusan siswa, inisiatif siswa, partisipasi siwa dalam pembelajaran, kemampuan siswa menyebutkan fakta, kemampuan siswa menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri, berdiskusi, kemampuan siswa memahami perintah guru.

No Indikator Hasil Observasi Siklus I Siklus II A B C K A B C K 1. Keseriusan siswa -  - - -  - - 2. Inisiatif bertanya - -  - -  - -

3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran - -  - -  - 4. Kemampuan siswa menyebutkan fakta - - -  -   - 5. Kemampuan siswa menjelaskan

konsep dengan kata-kata sendiri - - -  - -  -

6. Berdiskusi - -  - -  - -

7. Kemampuan siswa memahami

perintah guru -  -  - -

Sumber : Hasil pengamatan dan data diolah

Keterangan : A = sangat baik , B = baik, C = cukup baik, K = kurang baik Tabel. 1 Pengamatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran

b. Hasil penilaian berdasarkan test formatif yang diberikan

kepada siswa

(googleform/WhatsApp) Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif I. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

N0 Nama Siswa

Siklus I Siklus II Nilai Keterangan Nilai Keterangan

T TT T TT

1 I Gede Kresna Adi Putra 75  80 

2 I Gede Supartika 55  85 

3 I Gusti Made Widi Murdana 50  60 

4 I Kadek Dita Yasa 50  70 

5 I Kadek Sukma Arta 60  80 

6 I Made Muliarta 60  80 

(7)

8 I Nyoman Cimpo Garjita 75  90 

9 I Putu Mahendra Adinata 75  80 

10 I Putu Nova Pranata 70  80 

11 I Putu Oky Soma Dipta 70  90 

12 I Putu Rangga Birawa Putra 80  80 

13 Linda Amelia Sari 50  60 

14 Naomi Chistina Uttama 70  80 

15 Ni Kadek Deliya Apriliani 85  100 

16 Ni Kadek Wulan Dari 90  100 

17 Ni Kadek Wulan Wahyuningsih 60  70 

18 Ni Ketut Diantari 75  75 

19 Ni Komang Ayu Agustia Dewi 75  80 

20 Ni Luh Ari Dian Kristiani 80  90 

21 Ni Luh Ari Santiani 80  80 

22 Ni Luh Dita Ulandari 75  95 

23 Ni Luh Putu Anggi Saraswati 80  90 

24 Ni Luh Putu Sarini Eka Putri 60  80  25 Ni Luh Putu Wisma Ayu Oktaviani 70  80 

26 Ni Luh Sri Windiani 75  90 

27 Ni Luh Wayan Eka Lestari 65  80 

28 Ni Made Dania Sekarini 65  80 

29 Ni Made Nia Putri Damayanti 75  80 

30 Ni Made Widya Arini 70  80 

31 Ni Putu Crosita Vitri Ardiani 80  80 

32 Ni Wayan Sri Dewi 60  80 

33 Ni Kadek Dea Berliana Putri 80  90 

34 Ni Putu Cornelia Julianda Sari 75  75 

Jumlah 2395 18 16 2770 30 4

Jumlah Skor 2395 2770

Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400 3400

% Skor Tercapai 70,44 81,47

Sumber data: hasil nilai tes formatif Siklus I dan II siswa dan data diolah Tabel 2. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I dan Siklus II

Keterangan:

T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

SIKLUS I SIKLUS II

Jumlah siswa yang tuntas : 18 30

Jumlah siswa yang belum tuntas : 16 4

Klasikal : Belum Tuntas Tuntas

No Uraian Hasil Siklus I Hasil Siklus II

1 2

Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar

70,44 18

81,47 30

(8)

3 Persentase ketuntasan belajar 52,94 88,23 Sumber data: hasil nilai tes

formatif Siklus I dan II siswa dan data diolah.

Tabel 3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I dan Siklus II Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran berbasis inkuiri diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I adalah 70,44 dan ketuntasan belajar mencapai 52,94% atau ada 18 siswa dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 52,94% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih canggung dengan diterapkannya metode pembelajaran berbasis

inkuiri. Nilai rata-rata tes

formatif Siklus II sebesar 81,47 dan dari 34 siswa yang telah tuntas sebanyak 30 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,23% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran berbasis inkuiri. Disamping

itu peningkatan kemampuan guru dalam metode pembelajaran berbasis inkuiri semakin baik.

c. Refleksi (Zoom Meeting) Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran berbasis inkuiri. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

2. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan dan kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

3. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa merespon penerapan metode pembelajaran berbasis inkuiri selama proses belajar berlangsung.

IV. SIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama 2 siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi metode

(9)

meningkatkan hasil belajar

sambrama wacana pada masa

pandemi covid 19, dilakukan dalam II (dua) siklus dengan tanpa hambatan berarti dan membuktikan terdapat adanya peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran siswa. 2. Pembelajaran dengan penerapan

metode pembelajaran inkuiri pada Pandemi Covid-19 memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus meningkat dari siklus I dan II yaitu masing-masing 52,50% dan 88,23%. Maka telah terjadi kenaikan sekitar 35,73% hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa penerapan metode pembelajaran

inkuiri pada Pandemi Covid-19

dapat dikatakan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai 3. Respon siswa terhadap

penerapan metode pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi

sambrama wacana dapat

diterima dengan baik dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru melalui daring.

Pelaksanaan metode pembelajaran

inkuiri memerlukan persiapan yang

cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode pembelajaran berbasis inkuiri dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh kreativitas siswa yang optimal. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya, dan guru sebaiknya sebagai fasilitator.

DAFTAR PUSTAKA

Andri Anugrahana, Hambatan,

Solusi dan Harapan:

Pembelajaran Daring Selama Masa Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar: Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 10 No.3 3 September 2020.

Diari, Komang Puteri Yadnya & Luh Ketut Suciarini. Permainan Tradisional majaran-Jaranan Dan Makering Endut Sebagai Pendidikan Karakter: Nilai Luhur Dalam Tradisi Lisan Desa Banyuning Singaraja. Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali. Vol 1, No 2 (2020)

Windia,I Gede. Penerapan Metode

Pembelajaran Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkatkan Hasil

Besar Pendidikan Agama

Hindu (PTK). Siswa Kelas VII

SMP Negeri 1 Banjar Baru Semester Genap Tahun Pelajaran 2015.2016. Tulang Bawang, 2016.

I Nengah Juliawan, I. N. (2020/12/16). Wawasan Sosiokultural Terhadap Peningkatan Mutu Siswa Dalam Pendidikan Karakter.

(10)

PINTU: Jurnal Penjaminan Mutu, 7-8.

Komnas Ham, Petikan Pembelajaran

inkuiri nasional membuka

jalan bagi Penyelesaian

Pelanggaran Hak asasi

manusia. Jakarta, 2016

Widana, I Nengah Adi. 2020. Peran Guru Dalam Pemertahanan Ragam Bahasa Bali. Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali. Vol 1, No 1 (2020)

Referensi

Dokumen terkait

(3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika pembelajaran daring bahasa Arab di masa pandemi covid-19 siswa kelas XI MAN 1 oleh guru mata pelajaran

Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian tentang Implementasi Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di SMAN 6 Kota Bandung pada Masa Pandemi Covid 19, dapat

Skripsi yang berjudul “Peran Guru Penjaskes dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa terhadap Pembelajaran PJOK pada Masa Pandemi Covid-19 di SMK YP Gajah Mada

Yaitu bagaimana guru dapat membuat media animasi pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran di masa pandemi covid 19 sehingga menarik para siswa untuk

Upaya Guru dalam Proses Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 adalah Guru melihat bagaimana kharakteristik peserta didik di kelas tersebut sangat

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode door to door di masa pandemi Covid-19 ini dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa di

maka akan dilakukan penelitian dengan judul “PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DARING PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI SD NEGERI BINTORO 4

Hasil survey menyatakan bahwa pembelajaran di beberapa sekolah daerah Kabupaten Bogor selama pandemic Covid-19 dengan kondisi geografis yang kurang mendukung seperti lingkungan