Konsep Dasar Clinical
Governance dan
Latar belakang: Inggris
Clinical governance muncul karena “putus-asanya” thd
pendekatan total quality management (TQM) atau
continuous quality improvement (CQI) untuk pelayanan
kesehatan
Clinical governance memberikan aturan yang jelas
untuk meningkatkan mutu pelayanan klinis, dengan intervensi yang minimal dari manajemen.
Clinical governance menyediakan petunjuk
pelaksanaan yang jauh lebih detail dan terintegrasi
Latar belakang: Indonesia
ISO 9000 menjadi alternatif RS di
Indonesia untuk meningkatkan mutu
Clinical Governance belum digunakan
secara optimal untuk meningkatkan mutu
klinik
Masih terbatasnya pedoman peningkatan
mutu klinik
Pengertian
Pendekatan sistematis untuk mengelola jaminan mutu dan pengendalian mutu pelayanan klinis,
Clinical Governance menjamin sustainabilitas quality assurance dan quality improvement dalam pelayanan klinis (Diana Sale, 2006)
Pendekatan sistematis dan terintegrasi untuk menjamin dan menilai tanggung jawab dan tanggung gugat klinis melalui peningkatan mutu dan keselamatan yang
membawa hasil outcome klinis yang optimal (Information series No.1.2, Western Australian Clinical Governance, 2003)
Pada dasarnya clinical governance merupakan
Puspose (tujuan)
Menjamin bahwa pasien memperoleh “the
best quality of clinical care”
Patient focus
Consumer value
Clinical Performance & evaluation Clinical Risk
Professional Development & Management 4 Pilar Clinical Governance Clinical Effectiveness 6 elements of clinical effectiveness: 1. Cost effectiveness 2. Critical appraisal 3. Clinical guideline 4. Evidence based practice 5. Integrated pathway 6. Good practice idea
10 Basic rules for improving quality
of care
Pelayanan berbasis hubungan penyembuhan (pasien dan praktisi klinis) yang harmonis
Penyesuaian-penyesuaian dilakukan berbasis kebutuhan dan tata nilai pasien
Pasien adalah sumber pengendali
Berbagi pengetahuan dan arus informasi yang bebas
Pengambilan keputusan berbasis evidens
Keamanan terintegrasi dalam sistem pelayanan
Keterbukaan
Kebutuhan pelanggan diantisipasi
Mengatasi pemborosan
4 pilar clinical governance
Nilai pelanggan (Consumer value)
Kinerja Klinis dan Evaluasi (Clinical
performance and evaluation)
Risiko klinis (Clinical risk)
Manajemen dan pengembangan
profesional (Professional Development
and Management)
Pilar 1. Nilai pelanggan
Pilar ini bertujuan melibatkan pelanggan dan masyarakat dalam:
memelihara dan meningkatkan kinerja
perencanaan ke depan untuk perbaikan pelayanan rumahsakit
Upaya yang dilakukan meliputi:
Kepentingan pasien:
Manajemen komplain, survei kebutuhan dan kepuasan pelanggan,
ketersediaan informasi yang mudah diakses masyarakat/pasien/keluarga, dan keterlibatan pelanggan dalam pengambilan keputusan klinis
Kepentingan rumahsakit:
Keterlibatan pelanggan dalam merencanakan pengembangan pelayanan
Pilar 2.Kinerja Klinis dan Evaluasi
Bertujuan untuk menjamin pengenalan yang progresif, penggunaan, monitoring dan evaluasi standar yang berbasis evidens
Budaya untuk melakukan audit klinis dan penilaian
kinerja klinis pada tiap-tiap unit pelayanan klinis
Untuk dapat melakukan audit klinis dan penilaian kinerja klinis perlu disusun:
Standar pelayanan klinis
Audit klinis
Pilar 3. Risiko klinis
Pilar ini bertujuan untuk meminimalkan risiko
dan meningkatkan keselamatan pasien
Aspek manajemen risiko klinis meliputi:
Monitoring dan analisis kecenderungan terjadinya KTD dan insidens
Analisis profil risiko: analisis terhadap potensi terjadinya risiko klinis
Pilar 4. Manajemen dan
pengembangan profesional
Pilar ini bertujuan untuk mendukung dan
mendokumentasi pengembangan profesionalisme
pelayanan klinis dan memelihara diterapkannya standar profesi.
Inovasi klinis dimonitor dan dikendalikan
Menjamin bahwa prosedur baru diperkenalkan melalui proses audit dan penelitian
Input untuk pengembangan profesional adalah:
Standar kompetensi yang dilakukan melalui penilaian kinerja praktisi klinis, rekrutmen berbasis standar kompetensi, proses credentialling, pengembangan profesi berdasar analisis
kompetensi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan
Struktur – Proses -- Hasil Corporate Governance Clinical governance Pelayanan klinis Self governance Level organisasi Leadership Decision making Information sharing Accountability Clinical setting: Standard setting
Measurement of clinical care Actions to improve care
Professional standards Professional conduct Education and training Professional development Resolution of poor practice Collaboration
Workshop 1
Bagaimana penerapan
4 pilar di rumahsakit
No Pilar Bentuk penerapan Faktor pendukung Faktor penghambat 1 Customer value 2 Clinical Performance & Evaluation 3 Clinical Risk 4 Professional Development & Management
No Pilar Bentuk penerapan (real implementation) Faktor pendukung (policy and structure) Faktor penghambat (policy and structure) 1 Customer value (know me, understand me, serve me)
Need, expectation, value diketahui dan
ditindaklanjuti
2 Clinical
Performance & Evaluation
Kinerja klinis diukur, dimonitor, dievaluasi, ditindaklanjuti
Audit klinis
3 Clinical Risk Risiko diidentifikasi melalui mekanisme yg jelas dan ditindaklanjuti
4 Professional
Development & Management
(terkait dg no2: individual appraissal, credentialling Continuing professional developmen
7 Pilar Clinical Governance (Sale,
2006)
Patient & community involvement
Risk management
Clinical audit
Clinical effectiveness programs
Staffing & staff management
Education, training & Continuing
Professional Development
Penerapan clinical governance
7 garis besar penerapan konsep dasar
clinical governance:
Membangun kepemimpinan yang efektif Menyusun quality action plan
Fokus pada pasien (it is all about patients)
Informasi, analisis, pemahaman, dan tindak lanjut Orang biasa mengerjakan hal yang luar biasa
Merancang pelayanan yang baik (best practice) Memastikan efektifitas pelayanan klinis (clinical
effectiveness)
1. Membangun kepemimpinan
yang efektif
Membangun visi, nilai, dan mengembangkan metode peningkatan mutu klinis sosialisasi ke seluruh staf klinis Team-work Culture: Keterbukaan Mencari kebenaran Memastikan:
terlaksana dalam kegiatan sehari-hari
2. Menyusun rencana mutu
Clinical governance tidak dapat dilakukan
hanya dengan mengerjakan apa yang
“kelihatan/kira-kira” benar.
RS harus memiliki rencana untuk
meningkatkan mutu pelayanan klinisnya,
Rencana mutu klinis, mempertimbangkan:
Penilaian yang objektif akan kebutuhan pasien,
Risiko klinis,
Persyaratan dari regulasi yang ada,
Kemampuan staf, kebutuhan pelatihan,
Penilaian kinerja pelayanan klinis yang telah
diberikan selama ini dengan standar kinerja yang terbaik.
3. Fokus kepada pasien
Informasi dan umpan balik dari pasien
Patient involvement
Patient empowerment
Pemberdayaan pasien
digunakan untuk dasar dalam mengukur
dan meningkatkan mutu pelayanan.
4. Informasi, analisis, pemahaman
Mengelola, dan menggunakan secara efektif
informasi dan data untuk mendukung
keputusan yang terkait dengan kebijakan dan
proses pelayanan klinis.
Informasi dan data:
valid,
up to date,
5. Orang biasa yang mengerjakan
hal luar biasa
Pendidikan dan pelatihan.
Penghargaan pada staf, pemberdayaan staf dalam pengambilan keputusan
Dukungan tehnis yang tepat, misalnya akses kepada
evidance based
Budaya:
Bebas dari budaya saling menyalahkan
Penilaian terbuka terhadap kesalahan dan kegagalan bukan untuk menyalahkan tetapi untuk perbaikan sistem
6. Merancang pelayanan yang baik
(best practice)
Evaluasi thd proses pelayanan klinis
Kebutuhan dan harapan pasien diperlakukan
sebagai persyaratan yang harus dipenuhi
Tanpa menyampingkan persyaratan
operasional, standar dan peraturan
Koordinasi dalam perencanaan dan pelayanan
Uji coba.
7. Memastikan adanya
keberhasilan (clinical effectiveness)
Kemampuan untuk mengukur mutu dari
pelayanan yang dilakukan adalah hal
penting dalam implementasi clinical
governance
misalnya mengukur waktu tunggu, jumlah test
yang terpaksa harus diulang, dan indikator
strategis seperti jumlah inovasi, efektifitas dari
inovasi dan sebagainya.
Bagaimana
Komite CG Steering komite Cross functional CG groups CG groups Pd unit kerja Unit penunjang CG Internal drivers: CPG CPD R&D Outcome klinis EBP Manajemen-risik External drivers: External audit Akreditasi Counsumer Driver Org Profesi dsb
Organizing clinical governance
Clinical Governance Committee or
subcommittee (di bawah staf direksi, atau
di bawah direktur secara langsung)
Clinical Governance steering committee
Clinical Governance leaders forum
Clinical Governance groups:
Cross-functional groups
Peran CG committee
Membari arah strategik dan dukungan untuk pelaksanaan CG pada direktur dan pemilik
Menjamin terjadi integrasi yang efektif dengan strategi rumahsakit yang lain
Menyediakan forum pendukung untuk membahas isu-isu yang sensitif dan confidential dalam organisasi
Memberikan persetujuan terhadap rencana
pengembangan CG (framework) dan menerima laporan secara periodik untuk memastikan bahwa rencana
dijalankan dalam bentuk action plan tiap unit kerja dan menunjukkan kemajuan
Menerima dan mengkaji laporan tahuan dari unit-unit kerja dan menyediakan forum untuk membahas secara independen
Mengkaji efektifitas respons terhadap rekomendasi yang diberikan oleh auditor eksternal
Memberships of committee
Lead by clinician
Member include chief executive,
non-executive directors,
Peran clinical governance steering
committee
Monitor dan mendukung pengembangan
berkelanjutan dalam penerapan clinical
governance
Menjamin terjadinya kerja multidisiplin dalam
menetapkan agenda CG
Koordinasi dan dukungan terhadap
kegiatan-kegiatan CG pada unit-unit kerja
Review terhadap pedoman-pedoman eksternal
dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang perlu
dilakukan
Mengembangkan strategi untuk monitoring
kinerja dan kemajuan upaya perbaikan
Peran cross-functional and
departmental groups
Melakukan assesment terhadap kapabilitas dan kapasitas tiap-tiap unit kerja dan unit terkait
Identifikasi kelemahan dan kekurang pelayanan klinis yang ada sekarang
Memastikan integrasi berbagai upaya perbaikan dan sistem dalam dan antar unit
Menyusun rencana pengembangan kinerja/mutu pelayanan klinis tiap-tiap unit kerja dan unit terkait
Menyelenggarakan dan memimpin rapat dalam unit kerja dan unit terkait
Memastikan terjadi komunikasi yang efektif dan disesminasi informasi tentang CG dalam unit kerja dan unit terkait
Mengupayakan peran serta multidisiplin dan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan staff klinis
Bagaimana pengorganisasian di
RSUD ?
CG tidak hanya dokter, tetapi semua
praktisi klinis di rumah sakit
Komite/subkomite CG
Steering Committee
Cross-functional groups
Intradepartemental groups
Langkah penerapan clinical
governance pada tiap unit kerja
1. Tiap unit kerja harus menyediakan waktu
untuk membahas implikasi penerapan CG
(dipimpin oleh para klinisi dan mengikut
sertakan staf senior):
What is the situation now in the department ?
What are the areas of improvement within existing resources ? How can such improvement be achieved ?
What structure and what realistic support does each department need for clinical governance ?
How can effective multidisciplinary involvement be achieved ?
2. Pimpinan klinis dari unsur perawat dan dokter
harus dipilih dari tiap unit kerja
3. Dilakukan kesepakatan ttg waktu pertemuan
CG dan topik pembahasan. Adanya kejelasan
peran dan tanggung jawab dari masing-masing
klinisi
4. Tiap unit kerja menyusun dan melaksanakan
program-program CG dengan tujuan dan target
yang jelas yang menunjukkan local priorities
5. Dilakukan review thd program unit kerja oleh
steering komite, meskipun pada prinsip CG
adalah self-regulation dan penekanan pada
keterbukaan dan pelaporan yang jelas
6. Pelatihan dan pengembangan kepemimpinan
dan keterampilan klinis diidentifikasi dan ditindak
lanjuti pada tiap unit kerja
7. Pertemuan bulanan yang membahas CG ada
tiap unit kerja