• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENTLE BIRTH VOLUME 2 NO.1 JAN-JUN 2019 ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GENTLE BIRTH VOLUME 2 NO.1 JAN-JUN 2019 ISSN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA FISIOTERAPI STIKes SITI HAJAR MEDAN TAHUN 2018

Maryaningsih1, Dewi Agustina1,, Yeni Vera1

1

Staf Pengajar STIKes Siti Hajar Medan

ABSTRACT

The role of motivation is very important in the activities of student teaching and learning activities. The success of students in completing the curriculum is marked by academic achievement achieved, indicated by the Grade Point Average (GPA). Of the 10 students of the 2016 Siti Hajar Medan STIKes students, the second semester GPA consists of students 1, 3, 4, 5, and 6 above the standard GPA, and students 2, 7, 8, 9 and 10 GPAs are below the standard, which is below 2, 75 allegedly due to learning motivation is still low. This study aims to analyze the factors that influence learning motivation with the cumulative grade point of Physiotherapy students at STIKes Siti Hajar Medan Force 2016.

This study uses a type of survey research with a cross sectional approach. The population was Physiotherapy students who were active in college, namely 97 people. The sample is a student having an IKP below 00 3.00 as many as 60 with a simple random sampling technique. Data collection using a questionnaire. Data analysis consisted of univariate and bivariate with product moment correlation test at 95% significance level.

The results showed that students had a high enough motivation of 43.3% and an average grade point average of 2.6 so that learning motivation needed to be increased to be even stronger. There is a positive and significant relationship between learning motivation and student GPA including a strong category with rxy 0.568. The contribution of learning motivation affects the GPA of 32.2%.

There is a correlation between learning motivation and student's Physiotherapy GPA in 2016. It is recommended to STIKES Siti Hajar Medan Educational Institutions to provide motivation to students, so students can be active and diligent in participating in academic activities through continuous lecturer guidance to students, especially unsatisfactory GPA, availability of books in a complete library and a comfortable and calm atmosphere of the learning environment.

The output plan of this study is scientific publications in national journals (ISSN). Then the Abdominal Streching Exercise and Warm Compress Module in dealing with menstrual pain.

(2)

Pendahuluan

STIKes Siti Hajar Medan merupakan salah satu Perguruan Tinggi Swasta yang membuka Program Studi Fisioterapi di Kota Medan. Didirikan sejak tahun 1997 yang pada saat itu masih Akademi Fisioterapi, adanya perubahan dari Akademi menjadi STIKes Siti

Hajar merupakan tantangan untuk

perkembangan ilmu fisioterapi saat ini. Salah satunya dengan meningkatkan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Pencapaian mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor. Sejathi (2012) menyatakan ada 5 faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan yaitu: (a) faktor tujuan, (b) Faktor Dosen (pendidik), (c) Faktor Siswa, (d) Faktor Alat, dan (e) Faktor Lingkungan/ Masyarakat. Dari pernyataan ahli tersebut, salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan adalah motivasi belajar mahasiswa itu sendiri sebagai pembelajar. Dalam Sistem Kredit Semester (SKS), ada beberapa elemen motivasi belajar yang harus dikembangkan oleh setiap mahasiswa, yaitu: (1) motivasi belajar di tatap muka (di dalam kelas), (2) motivasi belajar melaksanakan tugas terstruktur, dan (3) motivasi belajar mandiri.

Tinggi rendahnya motivasi belajar mahasiswa ditentukan oleh faktor internal dan eksternal mahasiswa. Faktor internal mahasiswa berarti dorongan yang datang dari diri siswa itu sendiri, sedang faktor eksterna merupakan dorongan yang datang dari luar mahasiswa, seperti; ketersediaan perpustakaan, wifi, taman belajar, dan lainya. Hasil penelitian Pujadi (2007) menyimpulkan dari 6 variabel yang diteliti, 4 diantaranya, yaitu: faktor intrinsik dalam diri mahasiswa, kualitas dosen, bobot materi kuliah, dan metode perkuliahan terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi belajar mahasiswa.

Penelitian Kiswoyowati (2011), tingkat motivasi belajar siswa pada usia 16 tahun dan 17 tahun terkategori sangat tinggi. Responden sudah memiliki tingkat motivasi intrinsik untuk belajar sebesar 84,95% dan terkategori sangat tinggi serta sudah memiliki tingkat motivasi ekstrinsik untuk belajar sebesar 78,80% dan terkategori tinggi. Penelitian tersebut melibatkan siswa SMK Negeri 1 Losarang sebanyak 53 sampel.

Menurut Santrock (2007), motivasi merupakan proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku, artinya perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang

penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Brophy (2004) mengatakan, motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut dengan memperoleh prestasi belajar yang baik.

Nasution (1987) mengatakan prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target ketiga kriteria tersebut.

Kemampuan akademik berbanding lurus dengan prestasi yang didapatkan. Semakin baik kemampuan akademik seseorang, maka semakin baik juga prestasi yang didapatkan. Keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan kurikulum ditandai dengan prestasi akademik yang dicapai, ditunjukkan melalui Indeks Prestasi (IP) maupun Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Prestasi belajar dan motivasi belajar merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan, keduanya harus seimbang karena akan berpengaruh terhadap prestasi belajar (Daruyani, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Afzal (2010) di Universitas Islamabad dan Lahore Pakistan, menunjukan hubungan yang sangat kuat antara motivasi belajar mahasiswa dengan prestasi akademik, prestasi akademik akan meningkat 34% karena motivasi ekstrinsik dan prestasi akademik akan meningkat 23% karena motivasi intrinsik.

Begitu juga penelitian yang dilakukan Pinyopornpanish, dkk, (2014) di Fakultas Kedokteran Universitas Chiang Mai, Thailand, faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi akademik mahasiswa adalah faktor individu (79,3%). Salah satu faktor individu yang dimaksud adalah kurangnya motivasi belajar.

Mahasiswa memutuskan untuk kuliah sambil bekerja karena beragam alasan, antara lain: untuk membiayai kuliah, mencari pengalaman kerja, atau memperluas relasi. Di sisi lain sebagian pekerja atau karyawan ingin melanjutkan studi tanpa harus meninggalkan pekerjaan mereka. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah seberapa baik prestasi akademik mahasiswa yang bekerja dan mahasiswa yang

(3)

tidak bekerja. Mahasiswa semestinya memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan mampu menerapkan strategi belajar yang baik, sehingga akan berdampak baik pada prestasi akademiknya (Kurniawati, 2010).

STIKes Siti Hajar Medan saat ini terus

berupaya melakukan

pengembangan-pengembangan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang salah satunya dalam pembelajaran yakni dengan menambah metode pembelajaran skillabs yang diharapkan dapat menigkatkan motivasi mahasiswa dalam belajar agar tidak merasa bosan denga metode pembelajaran ysang selama ini sudah berjalan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memunculkan hal-hal apa saja yang bisa diketahui untuk memotivasi mahasiswa agar lebih semangat untuk belajar.

Dalam kaitan ini, hasil observasi awal dan wawancara kepada 15 mahasiswa Fisioterapi, menunjukan pada umumnya (73,2%) dari mereka memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti perkuliahan di kelas, 69,4% memiliki motivasi yang cukup tinggi dalam melakukan tugas terstruktur, namun mereka pada umumnya (62,6%) rendah dalam motivasi belajar mandiri. Kondisi seperti ini apabila tidak mendapat perhatian dari akan memiliki dampak terhadap hasil belajar mereka yang pada giliranya akan menurunkan mutu pendidikan di STIKes Siti Hajar Medan.

Hasil wawancara terhadap 10 orang mahasiswa dari angkatan 2016, didapatkan IPK pada semester II dari ke 10 mahasiswa tersebut adalah: mahasiswa 1, 3, 4, 5, dan 6 IPKnya di atas standar, sedangkan mahasiswa 2, 7, 8, 9 dan 10 IPKnya dibawah standar yakni dibawah 2,75. Mahasiswa yang mendapatkan IPK sangat memuaskan, menyatakan bahwa motivasi belajarnya tinggi, ia belajar dengan giat dikarenakan adanya dorongan yaitu ingin membahagiakan kedua orang tuanya dan mahasiswa yang mendapatkan IPK rendah motivasi belajarnya juga rendah. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian akademis, menunjukkan bahwa beberapa mahasiswa angkatan 2016 yang mendapatkan IPK tinggi pada semester I, namun mengalami penurunan IPK pada semester II dan semester selanjutnya.

Penurunan IPK pada beberapa

mahasiswa angkatan 2016 tersebut, kemungkinan dikarenakan adanya penurunan motivasi belajar. Penurunan motivasi belajar tersebut dapat dilihat dengan adanya durasi kegiatan belajar yang berkurang, frekuensi

belajar yang berkurang, ketekunan dalam mengulang kembali materi yang diberikan oleh dosen berkurang. Berdasarkan latar belakang diatas, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dengan indeks prestasi belajar mahasiswa Fisioterapi STIKes Siti Hajar Medan Angkatan 2016.

Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dengan indeks prestasi mahasiswa Fisioterapi STIKes Siti Hajar Medan.

Metode Penelitian

Jenis penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di STIKes Siti Hajar Medan dilakukan pada bulan April-September 2018. Populasi adalah seluruh mahasiswa Fisioterapi yang aktif kuliah sebanyak 97 orang. Jumlah sampel adalah 60 mahasiswa memiliki nilai IKP ≤ 3.00 ditentukan dengan tehnik simple random sampling. Metode pengumpulan data dengan menggunakan penyebaran kuesioner. Analisis data menggunakan univariat, bivariat menggunakan uji korelasi product moment pada taraf kemaknaan 95%.

Hasil Penelitian Analisis Univariat Motivasi Belajar

Motivasi belajar dalam meningkatkan IPK yaitu 25% berada pada kategori motivasi tinggi, 43,3% termasuk kategori cukup tinggi dan 31,7% termasuk kategori rendah.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar No. Motivasi Belajar F (%) 1 Tinggi 15 25,0 2 Cukup tinggi 26 43,3 3 Rendah 19 31,7 Jumlah 60 100,0

Indeks Pretasi Kumulatif

Mahasiswa memiliki IPK yaitu 25% mahasiswa di atas 2,75, 75% berada pada IPK antara 2,74-2,00, dan tidak ditemukan IPK di bawah 2,00. Kondisi ini menjelaskan bahwa

(4)

mahasiswa pada umumnya memiliki prestasi belajar yang kurang memuaskan.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Indeks Prestasi Kumulatif No. Indeks Prestasi Kumulatif F (%) 1 ≥ 2,75 15 25,0 2 2,74-2,00 45 75,0 3 <2,00 0 0,0 Jumlah 60 100,0 Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi menggunakan product moment diperoleh ry1,2 sebesar 0,568, dan rtabel (n=60) 0,254, sehingga rxy hitung (0,568>rxytabel (0,254). Berdasarkan kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif menurut Colton dalam kategori hubungan kuat. Dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar mahasiswa Fisioterapi dengan indeks prestasi kumulatif adalah teruji kebenarannya.

Kontribusi motivasi belajar siswa terhadap indeks prestasi kumulatitf dihitung dengan menggunakkan rumus korelasi determinan sebagai berikut: (rxy)2 x 100 = (0,568) x 100, sehingga diperoleh nilai 32,3%. Ini menunjukkan bahwa motivasi belajar berkontribusi (menyumbang) sebesar 32,3% terhadap indeks prestasi kumulatitf mahasiswa Fisioterapi tahun 2018. Sisanya sebesar 67,7% dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel 3. Korelasi antara Motivasi Belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif

Korelasi Nilai r, N = 60, α = 0,05 Nilai p, α = 0,05 rhitung rhitung p α ry 1,2 0,568 0,254 0,000 0,05 Pembahasan

Motivasi merupakan dorongan untuk membangkitkan kegiatan, menumbuhkan perasaan, pengambilan prakarsa dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Seseorang akan berhasil dalam belajar, apabila

dalam dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar itulah yang disebut motivasi. Dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik yang bersumber dari dalam diri mahasiswa maupun dari lingkungannya sangat menentukan keberhasilan memperoleh IPK. Motivasi bagi mahasiswa akan dapat mengembangkan aktivasi, inisiatif, kreatif dan dapat memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan proses belajar mengajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan variabel motivasi belajar mahasiswa cukup tinggi. Hal ini terlihat berdasarkan jawaban-jawaban responden dari angket motivasi belajar yang diberikan diperoleh 43,3% mahasiswa dalam kategori cukup tinggi menyatakan motivasi belajar kuat dapat meningkatkan indeks prestasi kumulatif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Afzal dkk, (2010) di Universitas Islamabad dan Lahore Pakistan, menunjukan hubungan yang sangat kuat antara motivasi belajar mahasiswa dengan prestasi akademik, prestasi akademik akan meningkat 34% karena motivasi ekstrinsik dan prestasi akademik akan meningkat 23% karena motivasi intrinsik.

Berdasarkan temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif (signifikan) motivasi belajar mahasiswa dengan indeks prestasi mahasiswa Fisioterapi STIKes Siti Hajar Medan. Hubungan yang signifikan tersebut dinyatakan dengan koefisien korelasi sebesar 0,548 dan koefisien determinasi sebesar 32,2% (kontribusi). Hasil ini berarti semakin tinggi motivasi belajar yang diperoleh mahasiwa baik dari dalam diri sendiri atau lingkungannya, maka semakin tinggi pula indeks prestasi kumulatif atau sebaliknya.

Hasll penelitian ini sejalan dengan penelitian Bakar, dkk (2010) di Fakultas Pendidikan Universitas Putra Malaysia, temuan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa prestasi akademik siswa berkorelasi secara signifikan dengan sikap mereka terhadap belajar dan sikap mereka terhadap pengaruh teman sebaya. Selanjutnya pendapat Salam (2002) mengatakan mahasiswa yang didorong oleh motivasi, sanggup mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar, memperoleh pengertian, pengetahuan, sikap yang baik terhadap penguasaan kecakapan seperti hasil belajar.

Menurut penulis bahwa motivasi yang dimiliki mahasiwa Fisioterapi yang tergolong

(5)

rendah mengakibatkan indeks prestasi kumulatif yang rendah yaitu di bawah 2,75. Berdasarkan rata-rata nilai IPK mahasiswa yang diperoleh dengan rata-rata sebesar 2,6 atau dibawah standar minimal IPK akademik yaitu 2,75. Bila dikaitkan dengan pernyataan motivasi belajar mahasiswa, maka dapat dijelaskan bahwa seorang mahasiswa Fisioterapi tidak cukup menyatakan setuju bahwa motivasi belajar dapat menigkatkan prestasi belajar tetapi harus menyatakan sangat setuju agar IPK di masa mendatang lebih memuaskan lagi.

Motivasi sebagai prediktor dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai kesuksesan belajar, sehingga semakin besar motivasinya maka akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Motivasi yang bersumber dari dalam diri mahasiswa kurang dikelola dengan baik seperti rasa kurang menarik mengikuti pelajaran, tidak bertanya kepada dosen, rendahnya motivasi karena tugas dikumpulkan terlambat, merasa keberatan bila diberikan tugas lainnya. Mahasiswa juga merasa menerima nilai baik/buruk dari dosen tanpa harus berusaha meningkatkan semangat belajar sehingga kurang yakin dapat menguasai materi pelajaran bidang Fisioterapi. Mahasiswa merasa tidak malu atau bersalah bila tidak mengerjakan tugas mendapat hukuman.

Demikian juga pernyataan mahsiswa tentang motivasi belajar bersumber dari luar diri mahasiswa seperti orang tua belum tentu memberikan bimbingan agar mahasiswa memiliki prestasi yang baik. Mahasiswa juga merasa peran dosen di kampus belum dapat meningkatkan motivasi agar memperoleh prestasi belajar yang memuaskan. Ada kesan mahasiswa hanya mengikuti pendidikan untuk memperoleh gelar kesarjanaan tanpa harus memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi dunia kerja di masa mendatang. Hal lainnya juga seperti pembagian buku kepada mahasiswa yang diberikan untuk mempermudah proses belajar dan menambah wawasan materi yang disampaikan dosen jarang dibaca di rumah. Mahasiswa perlu diberikan arahan dan bimbingan secara kontinyu agar memiliki motivasi yang kuat sehingga memperoleh IPK yang memuaskan.

Temuan hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Daryono (2003) bahwa seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau

semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Kuat lemahnya motivasi belajar mahasiswa sangat mempengaruhi keberhasilannya.

Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi akan tetapi memiliki IKP belum memuaskan dapat disebabkan fasilitas belajar seperti perpustakaan yang belum memadai cenderung dan bimbingan dan arahan dari dosen masih kurang menarik (monoton) dan tidak kontinyu. Maka perlu di masa mendatang para pihak manajemen lembaga pendidikan terutama dosen yang sering berinteraksi dengan mahasiswa lebih memperhatikan proses belajar belajar mahasiswa khsusunya memiliki IPK kurang memuaskan dengan memberikan bimbingan atau membuka konseling di luar jam pelajaran dan melengkapi berbagai referensi buku-buku di perpustakaan sebagai sarana mahasiswa Fisioterapi mempermudah menguasai materi pelajaran.

Kesimpulan

1. Mahasiswa memiliki motivasi cukup tinggi tetapi belum dapat menjamin memperoleh indeks prestasi kumulatif yang memuaskan (43,3%).

2. Mahasiswa memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif dengan rata-rata 2,6 sehingga perlu meningkatkan motivasi belajar yang lebih kuat.

3. Terdapat hubungan yang positif yang berarti (signifikan) antara motivasi belajar dengan IPK mahasiswa dengan kategori kuat dengan rxy 0,568. Kontribusi motivasi belajar mempengaruhi IPK sebesar 32,2% Saran

1. Lembaga Pendidikan STIKES Siti Hajar Medan

Diharapkan untuk selalu memberikan motivasi kepada mahasiswa, agar mahasiswa dapat giat dan rajin mengikuti kegiatan akademik melalui bimbingan dosen secara kontrinyu terhadap mahasiswa terutama IPK belum memuaskan, ketersediaan buku-buku di perpustakaan yang lengkap dan suasana lingkungan belajar yang nyaman dan tenang.

2. Mahasiswa

Hendaknya mahasiswa lebih meningkatkan kualitas diri dengan cara menerapkan kegiatan belajar baik sendiri maupun berkelompok yang dilaksanakan secara disiplin dan teratur.

(6)

Daftar Pustaka

Sejathi. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2108569-faktor-faktor yang-mempengaruhi-mutu/.

Pujadi, Arko. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa: Studi Kasus pada Fakultas Ekonomi Bunda Mulia. Busines & Management Journal Bunda Mulia, 3 (2): 41-51.

Kiswoyowati, Amin., (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Dan Kegiatan Belajar Siswa Terhadap Kecakapan Hidup Siswa., Edisi Khusus No. 1 Agustus 2011.

Brophy, J. 2004. Motivating Students to Learn. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Nasution, S. 1987. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Santrock JW. 2017. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group; 2017

Daruyani S, Yuciana Wilandari dan Hasbi Yasin. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Prestasi Mahasiswa FSM Universitas Diponegoro Semester Pertama dengan Metode Regresi Logistik Biner. Jurnal. FSM Undip.

Afzal H, Imran Ali, Muhammad Aslam Khan dan Kashif Hamid. 2010. A Study of University Students Motivation and Its Relathionship With Their Academic Performance. International Journal of Business and Management.

Pinyopornpanish M, Pongruk S, Vudthichai B, et al. 2014. Factors Affecting Low Academic Achievement Of Medical Students In The Faculty Of Medicine, Chiang Mai University. Fakulty of

medicine Chiang Mai

UniversityThailand.

Kurniawati, A.F., & Nurjanah, 2010. Hubungan Antara Status Kerja, Motivasi Berprestasi dan Strategi Belajar dengan Prestasi Akademik (Studi Kasus pada Mahasiswa STBA Methodist Palembang), Jurnal Ilmiah Volume 11 Nomor 2.

Bakar KA, Rohani Ahmad Tarmizi, Rahil Mahyuddin, et al. 2010. Relationship

Between University Students

Achievement Motivation, Attitude and Academic Performance in Malaysia. Fakultas Pendidikan Universitas Putra Malaysia.

Salam, P. 2002. Pengantar Pedagogik, Jakarta: Rineka Cipta.

Daryono. 2003.belajar dan pembelajaran. Semarang: IKIP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Buku Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2015 ini merupakan Data dan Informasi yang dituangkan dalam Tabel Permenhut

Terkait dengan upaya peningkatan pengetahuan kader mengenai kesehatan gigi dan mulut balita, perlu dikaji lebih lanjut pengaruh pelatihan dengan metode collaborative

Keberadaan madrasah ini menjadi pelita tanah air di tengah gelapnya akses pendidikan bagi kaum pribumi pada masa pemerintahan kolonial. Misbahul Wathan merupakan wujud

Tokoh cerita (Character), menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2007: 165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca

4.1 Data Manfaat Hasil Belajar Inovasi Busana Etnik Ditinjau Dari Penguasaan Pengetahuan Pemahaman Konsep dan Karakteristik Inovasi Busana Etnik Sebagai

(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) tidak mengambil keputusan bersama dengan Bupati terhadap rancangan peraturan

Supriharti (2007) menjelaskan bahwa ada dua gambaran kromosom set dari suatu spesies yaitu: (a) Karyogram, merupakan fotomikrograf kromosom dari gambaran tunggal

 Perilaku Manajemen yang semakin profesional Pemilihan tools HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control) digunakan untuk mengidentifikasi risiko