• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspresi Struktur pada Perancangan Museum Reptil Nusantara di Kota Baru Parahyangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ekspresi Struktur pada Perancangan Museum Reptil Nusantara di Kota Baru Parahyangan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Ekspresi Struktur pada Perancangan Museum Reptil

Nusantara di Kota Baru Parahyangan

Aldi Budiyaman

Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung

Email: [email protected]

ABSTRAK

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tinggi, dengan berbagai jenis hewan dapat ditemukan khususnya reptil. Akan tetapi, seiring perubahan jaman banyak hewan ditemukan terancam punah. Oleh karena itu, perlu adanya pelestarian yang dapat memberikan informasi kepada generasi selanjutnya, sehingga diadakan proyek museum sebagai wadah untuk menampung informasi terkait hewan jenis reptil. Pada proyek ini Kota Baru Parahyangan merupakan lokasi yang akan dibangunnya Museum Reptil ini. Dalam pandangan masyarakat museum masih dianggap membosankan, apresiasi masyarakat kepada museum masih kurang. Selain itu, museum-museum di Indonesia masih mempertahankan gaya arsitektur lama tanpa meningkatkan isi kualitas dan tampilan museum menambah kurangnya daya tarik museum. Oleh karena itu, perencanaan bangunan yang menampilkan struktur adalah salah satu upaya yang akan menunjang penampilan arsitektur bangunan. Dengan penerapan struktur akan mewujudkan bentuk visual sehingga menjadi elemen utama dalam tercapainya estetika, dan ornamen pada bangunan. Sistem struktur rangka akan diekspresikan untuk memperkuat konsep struktural, dalam hal ini bangunan akan menghasilkan bentuk yang dapat memberikan kesan bagi pengguna bangunan.

Kata kunci: Museum, Reptil, Ekspresi Struktur.

ABSTRACT

Indonesia has a high biodiversity, with various types of animals to be found especially reptiles. However, as the era changed many animals were found to be endangered. Therefore, there needs to be preservation that can provide information to the next generation, so that a museum project is held as a container to accommodate information related to reptiles. In this project Kota Baru Parahyangan is the location that will be built by this Reptile Museum. In the view of the museum community is still considered boring, the public's appreciation to the museum is still lacking. In addition, museums in Indonesia still maintain the old architectural style without improving the quality and appearance of the museum adding to the lack of museum appeal. Therefore, the planning of buildings featuring structures is one of the efforts that will support the architectural appearance of the building. With the application of the structure will realize the visual form so that it becomes the main element in achieving aesthetics, and ornaments on the building. The skeletal structure system will be expressed to strengthen the structural concept, in which case the building will produce a shape that can give an impression for the user of the building.

(2)

1. PENDAHULUAN

Seiring berjalannya waktu frekuensi orang yang berkunjung untuk mempelajari sejarah hewan di museum menjadi berkurang, dikarenakan pandangan masyarakat yang menganggap citra museum adalah sesuatu yang membosankan dan tidak menyenangkan. Selain itu, museum di Indonesia yang masih mempertahankan gaya arsitektur lama tanpa meningkatkan isi kualitas dan tampilan museum menambah kurangnya daya tarik museum sebagai wadah edukasi. Padahal jika ditelaah lebih jauh, Indonesia memiliki jumlah 755 jenis reptil dari 10.970 jenis reptil yang terdapat di dunia sehingga membuat Indonesia menempati peringkat ke-4 dalam jumlah kekayaan jenis reptil di dunia dan mendapat julukan Mega Biodiversity Country [1]. Akan tetapi seiring perubahan jaman banyak jenis hewan reptil yang ditemukan di Indonesia langka dan bahkan terancam punah, sehingga perlu adanya sebuah bangunan museum yang menarik dari segi visual dan dapat menjadi perhatian masyarakat sebagai wadah edukasi mengenai kekayaan fauna reptil di Indonesia terkait keanekaragaman, perilaku, dan ekosistemnya. Selain itu, lokasi museum yang berada di Kota Baru Parahyangan, dimana mengusung misi sebagai kota pendidikan, serta menerapkan fasilitas kota dengan skala dan standar internasional akan membuat museum menjadi daya tarik utama mengingat museum adalah bangunan dengan fungsi edukasi dan rekreasi [2]. Oleh karena itu, perencanaan bangunan yang menampilkan struktur adalah salah satu upaya yang dapat menunjang penampilan arsitektur bangunan. Dalam hal ini, penerapan struktur akan sepenuhnya bertanggung jawab mewujudkan bentuk visual bangunan, sehingga menjadi elemen utama dalam tercapainya estetika, dan ornamen pada bangunan. Elemen ekspresi struktur pada bangunan akan ditampilkan pada main entrance, dimana ekspresi yang ditampilkan merupakan upaya untuk menyambut pengunjung, ekspresi struktur juga ditampilkan pada tiap kantilever bangunan sehingga menciptakan sebuah ruang dibawahnya. Sedangkan untuk bagian interior, struktur ditampilkan pada ruang pameran museum dengan tetap memperhatikan kenyamanan pengguna.

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN

2.1 Museum Reptil Nusantara

Museum Reptil Nusantara adalah museum yang menyimpan, merawat, mengoleksi, dan memamerkan berbagai jenis reptil asli Nusantara Indonesia dalam berbagai bentuk awetan, replika maupun hewan yang masih hidup. Nama Nusantara sendiri digunakan untuk memperkenalkan kekayaan reptil di Indonesia, sehingga dengan adanya proyek museum ini diharapkan pengunjung dapat lebih mengenal kekayaan reptil dan meningkatkan kepedulian serta kecintaan masyarakat akan hewan reptil Nusantara.

2.2 Lokasi

Lokasi Museum Reptil Nusantara berada di Kota Baru Parahyangan, jalan Panyawangan No.427, Kertajaya, Padalarang, Kab. Bandung barat. Keadaan tapak merupakan lahan hijau yang berkontur cukup curam. Lokasinya mudah diakses karena dekat dengan Bandara Husein Sastra, Terminal Cimahi, Stasiun Padalarang dan Gerbang Tol Padalarang (lihat Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi Museum Reptil Nusantara

Sumber: https://www.google.com/maps/search/Jalan+panyawangan+kotabaru+parahyangan/, diakses tanggal 08 Maret 2020 dan diolah

(3)

2.3 Ekspresi Struktur

Ekspresi Struktur yang diterapkan pada desain museum mengekspresikan elemen-elemen pemikul beban yang saling terikat agar dapat menunjang penampilan arsitektur bangunan, menurut Cornelis Van De Ven dalam buku “Ruang dalam arsitektur” [3], model ekspresionis adalah proses mengungkapkan atau mengekspresikan perasaan kepada sebuah bangunan yang dapat memberikan kesan tersendiri, baik dari segi struktur maupun arsitektur. Menurutnya model ekspresionis adalah model yang sepenuhnya monumental [3].

Sedangkan menurut Andrew W.Charleson dalam bukunya “Structure as Architecture”[4], "bentuk struktural yang digunakan sebagai sistem struktural utama bangunan akan menjadi paling dominan secara visual"[4]. Dalam hal ini, fungsi lain dari struktur dapat hadir sebagai elemen estetika bangunan. Selain mengambil rujukan dari pemaparan diatas, dalam menerjemahkan tema ekspresi struktur kedalam suatu karya arsitektur, perancang merujuk juga kepada penjelasan yang dikemukakan oleh Angus J. MacDonald dalam bukunya “Structure and Architecture”[5], dimana hubungan struktur dengan arsitektur dapat digolongkan menjadi :

1. Struktur yang diekspos dan struktur yang disembunyikan dari tampilannya.

2. Struktur yang dihargai, dimana bentuk yang diambil dinilai baik berdasarkan kriteria teknis dan struktur yang tidak dapat dihargai, dimana bentuknya ditentukan dengan perhitungan persyaratan struktur yang kurang

Dalam perancangan museum ini, ekspresi yang ditampilkan pada bangunan adalah sebuah struktur yang diekspos dan termasuk yang tidak dihargai pada bangunan, dimana ekspresi struktur yang ditampilkan berupa struktur sebagai ornamen pada bangunan (lihat Gambar 2). Dalam kategori ini elemen struktur lebih dipentingkan sebagai elemen visual bangunan, sehingga proses desain lebih dikendalikan oleh pertimbangan visual dibandingkan pertimbangan teknis. Akibatnya kinerja struktur ini jauh dari ideal jika dinilai oleh kriteria teknis [5].

Gambar 2. Bagan Hubungan Struktur dengan Arsitektur

Struktur sebagai ornamen pada bangunan museum, perancang menerapkan dua penerapan untuk digunakan kedalam desain bangunan, yaitu :

1. Struktur digunakan sebagai simbolik

Struktur digunakan sebagai perbendaharaan visual yang dimaksudkan untuk menyampaikan ide desain, dalam hal ini struktur akan menggunakan sistem rangka pada bangunan museum yang terinspirasi dari kerangka hewan reptil.

2. Struktur diekspresikan untuk menghasilkan bangunan yang menarik

Struktur diekspresikan untuk menghasilkan bangunan yang menarik, dimana tujuan visual yang diinginkan tidak cocok dengan logika strukturalnya.

Dari pemaparan diatas, penerapan ekspresi struktur pada desain museum reptil akan menampilkan elemen kolom dan balok yang menjadi kesatuan membentuk sistem kerangka struktur yang terekspos. Dalam hal ini, sistem kerangka struktur akan digunakan sebagai simbolik bangunan, dimana struktur yang terekspos akan mewakili penampilan bangunan sehingga pemilihan tekstur, warna dan karakter material akan diperhatikan agar menjadi nilai utama pada bangunan. Elemen- elemen struktur pada bangunan juga akan ditampilkan pada main entrance, dimana ekspresi yang ditampilkan merupakan

(4)

-upaya untuk menyambut pengunjung, ekspresi struktur juga ditampilkan pada tiap kantilever bangunan sehingga menciptakan sebuah ruang dibawahnya. Sedangkan untuk bagian interior, struktur ditampilkan pada ruang pameran museum.

2.4 Proses penerapan ekspresi struktur pada desain bangunan museum

Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan, perancang merumuskannya kedalam sebuah bagan yang merupakan proses penerapan suatu tema kedalam perancangan Museum Reptil Nusantara (lihat

Gambar 3).

Gambar 3. Proses penerapan ekspresi struktur kedalam desain bangunan Struktur sebagai ornamen

diterapkan dua penerapan terhadap desain bangunan, yaitu:

Ekspresi Struktur

a. Kerangka bangunan yang disusun dan terekspos pada fasad bangunan sebagai simbol bangunan museum reptil

b. Kerangka bangunan keseluruhan yang memungkinkan bangunan berdiri. c. Struktur bangunan yang dapat membuat sebuah space pada bangunan

d. Struktur bangunan yang mewujudkannya bentuk visual sebagai elemen estetika

Diterjemahkan kepada bangunan Museum Reptil nusantara

Bentuk dasar bangunan persegi panjang (sesuai dengan bentuk tapak yang memanjang) dengan ide dasar perancangan struktur terinspirasi dari kerangka hewan reptil (simbolik)

Implementasi tema terhadap desain perancangan Ekspos struktur

Bagian depan Bagian belakang

Struktur digunakan sebagai simbolik

Struktur diekspresikan untuk menghasilkan bangunan yang menarik (visual/ estetika) Struktur yang diekspos

Dijabarkan

Ide dasar struktur Modifikasi Implementasi dasar pada gubahan

(5)

3. HASIL RANCANGAN

3.1 Konsep dan rancangan fasad

Desain fasad Museum Reptil Nusantara berkaitan dengan tema yang diusung yaitu ekspresi struktur. Fasad utama menghadap ke arah selatan sebagaimana hasil dari analisa tapak terkait orientasi terhadap jalan utama. Penempatan elemen struktur pada bagian main entrance ditujukan untuk menyambut pengunjung datang ke museum. Sedangkan elemen struktur dengan bentuk diagonal digunakan sebagai sirkulasi pejalan kaki yang terbentuk oleh struktur tersebut. Untuk pemilihan material yang di tekankan pada bangunan adalah penggunaan Unfinish-Look Raw material, texture add caracter pada elemen dasar seperti lantai, kayu lapuk, beton, baja sebagai elemen material yang di terapkan kepada bangunan sehingga menampilkan ekspresi pada bangunan yang memperkuat tema perancangan (lihat Gambar 4).

Gambar 4. Ekspresi struktur pada fasad bagian tampak depan bangunan

Elemen vertikal berupa beton dengan kombinasi material perforated metal dan WCP (wood composit

panel) diterapkan sebagai upaya untuk memperkuat tema perancangan. Pada bagian sisi kanan bangunan

juga dipasang struktur baja yang dilapisi ACP (alumunium composit panel) yang menjulang dari lantai dasar sampai menuju atap yang kemudian membentuk ruang dimana difungsikan sebagai area makan semi outdoor (lihat Gambar 5).

Gambar 5. Ekspresi struktur pada fasad tampak samping bangunan

3.2 Tatanan struktur pada ruang luar museum

Struktur pada main entrance ditampilkan sebagai upaya untuk menyambut pengunjung datang ke museum. Kombinasi Struktur grid baja ringan diekspos pada plafond yang disokong kolom beton diagonal dengan pemilihan warna berbeda, yang membuat aksen pada ruangan. Sehingga tercipta elemen estetika ruangan (lihat Gambar 6).

Gambar 6. Ekspresi struktur pada main entrance

Struktur beton diagonal

Unfinish-Look Raw material Metal sheet secondary skin

WCP ( wood composit panel) Perforated Metal

Baja finishing ACP

(6)

Elemen struktur membentuk ruang yang diperuntukan sebagai ruang makan semi outdoor, penggunaan kolom dan balok yang saling mengikat diekspresikan pada ruang ini. Penggunaan secondary skin pada kolom akan menimbulkan efek bayangan sinar matahari sehingga terciptalah elemen visual dari struktur (lihat Gambar 7).

Gambar 7. Ekspresi struktur pada ruang makan semi outdoor

Pada taman reptil, terdapat tempat berteduh pengunjung, struktur kolom pipa baja diekspos dilapisi cat warna putih, kemudian dikombinasikan dengan rangka atap baja ringan dengan finishing atap menggunakan kaca. Ditambah peletakan pohon palm pada sekitar bangunan akan memiliki visual keindahan bagi pengguna taman (lihat Gambar 8).

Gambar 8. Ekspresi struktur pada taman reptil

3.3 Implementasi struktur terhadap bangunan museum

Dalam memperkuat tema perancangan yaitu ekspresi struktur, perancang membuat bagan yang dapat menjelaskan hubungan struktur terhadap karya arsitektur. Dimana hubungan yang terkait akan saling berkontribusi untuk mewujudkan desain bangunan sesuai tema perancangan (lihat Gambar 9).

Gambar 9. Hubungan struktur terhadap arsitektur

Penerapan struktur pada bangunan membentuk sebuah space yang difungsikan menjadi sebuah ruang dibawahnya seperti ruang makan outdoor, area komunal ataupun sirkulasi, Dengan penerapan struktur pada bangunan menggunakan sistem struktur rangka, dimana material kolom dan balok utama menggunakan struktur beton composit yang dikombinasikan dengan struktur baja yang dilapisi ACP

(alumunium composit panel) pada bagian luar untuk menghindari pengkaratan pada material. Selain itu

struktur yang ada pada bangunan membentuk sebuah atap yang terikat dengan struktur luar (lihat

(7)

Gambar 10. Penerapan struktur terhadap fasad bangunan

3.4 Interior Museum Reptil Nusantara

Interior bangunan didominasi oleh warna-warna natural alam seperti warna kayu dan beton. Pada lantai

bangunan menggunakan finishing lantai dengan tekstur. Sedangkan pada plafond menggunakan wood

plank dengan penggunaan warna natural. Untuk interior ruang pameran struktur yang ditampilkan

dilapisi dengan finishing cat berwarna putih (lihat Gambar 11).

Gambar 11. Ekspresi struktur pada interior Museum Reptil Nusantara

3.5 Eksterior Museum Reptil Nusantara

Bangunan mempunyai satu massa yang berorientasi ke jalan utama Panyawangan. Pada bagian arah datangnya pengunjung dari kota Bandung (arah barat daya) bangunan mempunyai bidang daya tangkap berupa nama bangunan museum pada bidang yang diperbesar. Pada bagian depan museum juga disediakan laybay kendaraan umum yang sejajar dengan main entrance bangunan, dimana diterapkan elemen struktur sebagai upaya menyambut datangnya pengunjung (lihat Gambar 12).

(8)

Gambar 12. Perspektif eksterior ekspresi bangunan Museum Reptil Nusantara

Pada eksterior bangunan juga terdapat taman reptil, dimana ditempati jenis hewan reptil yang tidak berbahaya dan dapat di sentuh pengunjung. Pada taman ini beberapa ekspresi struktur ditampilkan, berupa kolom- kolom yang disusun linear membentuk sebuah sirkulasi dan tempat teduh bagi pengunjung taman. Kolom- kolom tersebut juga akan hadir sebagai fungsi lain yaitu menciptakan estetika visual taman (lihat Gambar 13).

Gambar 13. Ekspresi struktur pada taman reptil

4. SIMPULAN

Museum Reptil Nusantara merupakan museum yang mengoleksi, merawat dan memamerkan jenis hewan reptil asli Nusantara Indonesia, lokasi pembangunan museum berada di Kota Baru Parahyangan. Museum dengan menerapkan ekspresi struktur sebagai tema perancangan menjadikan bangunan secara garis besar menampilkan struktur pada bagian eksterior maupun interior. Ketika biasanya struktur merupakan hal yang tidak ingin ditampilkan pada bangunan karena dianggap menggangu sebuah estetika visual, maka pada perencanaan museum ini struktur merupakan sebuah elemen utama yang dapat tercapainya estetika visual pada bangunan, dimana struktur juga sekaligus menjadi sebuah aksen dan ornamen pada fasad bangunan, sehingga akan menghasilkan bentuk yang dapat memberikan kesan bagi pengguna bangunan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia., (2019). “Panduan Identifikasi Jenis Satwa Liar Dilindungi” : Herpetofauna.

[2] Kotabaruparahyangan.com, “Tentang visi dan misi Kota Baru Parahyangan” dalam <https://kotabaruparahyangan.com/tentang-kbp/visi-misi> [diakses tanggal 07 Maret 2020]

[3] Ven, Cornelis Van de., (1991). Ruang dalam Arsitektur, PT. Gramedia. Jakarta.

[4] Charleson, Andrew W., (2005). Structure as Architecture, Oxford : Architectural press.

[5] MacDonald, Angus J., (2001). Structure and Architecture – 2nd ed. London: The Architectural Press.

Gambar

Gambar 2.  Bagan Hubungan Struktur dengan Arsitektur
Gambar 3. Proses penerapan ekspresi struktur kedalam desain bangunanStruktur sebagai ornamen
Gambar 4. Ekspresi struktur pada fasad bagian tampak depan bangunan
Gambar 7.  Ekspresi struktur pada ruang makan semi outdoor
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat saat proses belajar mengajar berlangsung, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa pada saat

Tujuan dari dibuatnya sistem ini untuk mengidentifikasi jenis – jenis kedip tegangan ( voltage sag ) melalui penurunan tegangan Vrms dan Voltage Severity Index

Fakultas MIPA Pemanfaatan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Program Studi di Universitas Sesuai Minat Bakat Untuk Siswa SMKIT Informatika HIBAH PENGABDIAN GRUP RISET 2020 1 1

NGLIMUT GONOHARJO BOJA KENDAL” ini akan dirancang papan petunjuk arah berupa sign system yang komunikatif, sehingga dapat membantu pengunjung untuk mencari

guna mencapai tujuan, dan membangun hubungan yang produktif dan dapat meraih keberhasilan.Sementara itu Bar-On (2000) menyebutkan bahwa kecerdasan emosiadalah suatu

Berdasarkan pemodelan ALOHA, hasil konsekuensi yang didapat paling besar adalah pada simulasi kejadian BLEVE butana yaitu jangkauan 325 m dengan &gt; 10 kw/(m 2 )

Hendaknya sebuah organisasi pemerintah tetap memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan koordinasi seperti: organisasi kerja, metode kerja,

Proses data nilai siswa diambil dari nilai komponen ulangan harian, ulangan tengah semester, ujian akhir semester oleh guru diberikan kebagian tata usaha (TU) untuk