• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP

TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN

PERANAKAN ONGOLE (PO) – SIMENTAL

(Effect of Surge Feeding on the Reproductive Performance

of PO x Simmental Cross Beef Cow)

Y.N.ANGGRAENY danL.AFFANDHY

Loka Penelitian Sapi Potong, Jl. Pahlawan No. 2, Grati, Pasuruan 67184

ABSTRACT

This research was done at Probolinggo Region on farm research. The purpose of the research was to know the effect of surge feeding on reproduction performance of PO X Simmental cross cow. The number of research used 20 heads of crossing PO x Simmental cow were divided into two treatments (P1 = surge feeding treatment and P2 = as control). Surge feeding treatment was 2 kg of concentrate offered to cow during 4 months (2 months at 7 month pregnancy and continued untill 2 month post partus). Parameters observed were: average daily gain (ADG) score of body condition at partus, score of body condition of 2 month post partus, service per conception and anoestrus post partus. Data was analysed by T test. Average daily gain on P1 was higher (-271.7 g per day) than that of P2 (-471.6 g). Score of body condition at partus on P1 (6) was higher (P< 0.05) than that of P2 (5.8). Service per conception on P1 (1.4) was better (P < 0.05) than that of P2 (1.9). It was concluded that surge feeding increased reproductive performance on PO x Simmental Cross cow because the value of S/C was better than control.

Key Words: Sapi PO – Simental, Surge Feding, Reproduction Performance

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan secara on farm di Kabupaten Probolinggo bertujuan untuk mengetahui pengaruh surge feeding terhadap tampilan reproduksi sapi induk yang merupakan silangan antara sapi PO dan sapi Simental. Penelitian ini menggunakan materi sebanyak 20 ekor sapi induk silangan PO X Simmental dibedakan menjadi dua perlakuan yaitu yang mendapatkan perlakuan surge feeding (P1, n = 10) dan perlakuan kontrol (P2, n = 10). Perlakuan Surge feeding berupa penambahan konsentrat sebanyak 2 kg per ekor/hari selama 4 bulan yaitu pada usia kebuntingan 7 bulan hingga 2 bulan setelah partus. Parameter yang diamati adalah pertambahan bobot hidup harian (PBHH), score body condition sesaat setelah partus, score body condition setelah selesai perlakuan, service per conception serta anoestrus post partus. Data diuji menggunakan uji T. PBHH pada P1 adalah – 271,7 g secara nyata lebih tinggi (P < 0,05) dibandingkan pada P2 (-471,6 g). Score body condition sesaat setelah partus pada P1 adalah 6 secara nyata lebih tinggi (P < 0,05) dibandingkan pada P2 (5,8). Service per conception pada P1 adalah 1,4 secara nyata lebih tinggi (P < 0,05) dibandingkan pada P2 (1,9). Perlakuan surge feeding tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot hidup sesaat setelah partus, bobot hidup setelah penyapihan, score body condition setelah penyapihan dan anoestrus post partus. Disimpulkan bahwa perlakuan surge feeding dapat meningkat reproduksi sapi induk silangan PO x Simmental karena mempunyai nilai service per conception lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol.

Kata Kunci: Surge Feeding, Tampilan Reproduksi Induk, Induk Silangan PO x Simmental

PENDAHULUAN

Peranan ternak sapi potong dalam pembangunan peternakan cukup besar di dalam pengembangan misi peternakan yaitu sebagai

(a) sumber pangan hewani asal ternak, berupa daging dan susu, (b) sumber pendapatan masyarakat, (c) penghasil devisa, (c) menciptakan angkatan kerja, (d) sasaran konservasi lingkungan terutama lahan, (f)

(2)

pemenuhan sosial budaya masyarakat dalam ritus adat (SOEHADJI, 1991). Sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan bakalan sapi potong yang diperlukan untuk menghasilkan daging salah satunya adalah dengan menggunakan teknologi inseminasi buatan yang pada saat ini telah banyak menghasilkan sapi F1 antara induk sapi lokal dengan sapi pejantan Simmental, Limousin dan Angus (SIREGAR, 1999).

Dalam usaha pembibitan, produktivitas induk yang optimal adalah kunci utama keberhasilan usaha. Kurang lebih 95% variasi internal kelahiran dan reproduksi ditentukan oleh faktor non genetik, faktor lingkungan terutama manajemen dan pemberian pakan serta peranan dokter hewan dalam menanggulangi penyakit reproduksi (TOELIHERE, 1983).

Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk menghadapi program swasembada daging adalah peningkatan populasi dan produktivitas baik melalui kenaikan angka kelahiran, penggemukan sapi lokal, kombinasi peningkatan kelahiran dan intensifikasi penggemukan dan pelaksanaan program SPAKU (SOETIRTO, 1997). Selanjutnya YUSDJA et al. (2003) menyatakan bahwa pembibitan merupakan prioritas utama yang harus diselesaikan dalam menghadapi swasembada daging terutama daging sapi. Penyelesaian masalah tersebut diatas dihadapkan pada pola pemeliharaan ternak yang umumnya secara sambilan dengan ketersediaan pakan tergantung musim (CHANIAGO, 1993) yang pada akhirnya berpengaruh pada aktivitas reproduksi induk. Padahal kecukupan nutrisi sangat diperlukan untuk normalnya aktifitas reproduksi (WINUGROHO, 2002).

Angka anoestrus post partus, service per conception dan calving interval sapi induk FI turunan sapi Peranakan Ongole (PO) dan Simental adalah 117, 18 hari, 1,78 dan 434,64 hari. Kurang idealnya aktivitas reproduksi tersebut disebabkan oleh tidak terpenuhinya tuntutan terhadap kualitas dan kuantitas ransum (ARYOGI, 2005). Menurut WINUGROHO

(2002) teknik pemberian pakan tambahan pada pre partum dan post partum atau kombinasinya dapat memperbaiki kinerja reproduksi induk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan tambahan (surge feeding) pada pre partum dan post partum

terhadap kinerja reproduksi sapi induk silangan Peranakan Ongole (PO) – Simental.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan kerjasama penelitian antara Lolit Sapi Potong dengan Litbang Bappeda Kota Probolinggo dan Dinas Pertanian Kota Probolinggo serta peternak rakyat. Penelitian merupakan on farm reseach. Materi penelitian adalah sapi induk yang merupakan turunan F1 Peranakan Ongole (PO) dan Simental sebanyak 20 ekor yang dibagi menjadi dua perlakuan yaitu P1 merupakan kelompok perlakuan (dengan surge feeding) dan P2 yaitu kelompok kontrol (pola peternak/tanpa surge feeding). Jenis pakan basal yang diberikan pada ternak selama pengamatan adalah berupa jerami jagung segar, rumput lapangan, rumput gajah. Perlakuan Surge feeding berupa penambahan konsentrat sebanyak 2 kg per ekor/hari selama 4 bulan yaitu pada usia kebuntingan 7 bulan hingga 2 bulan setelah partus. Parameter yang diamati adalah bobot hidup sesaat setelah partus, bobot hidup setelah penyapihan, kehilangan bobot hidup selama laktasi (4 bulan), score body condition sesaat setelah partus, score body condition setelah penyapihan, service per conception serta anoestrus post partus. Data diuji menggunakan uji T.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Skor kondisi tubuh

Hasil pengamatan terhadap konsumsi bahan kering, protein kasar, rasio konsumsi – kebutuhan bahan kering dan rasio konsumsi – kebutuhan protein kasar serta produktivitas ternak selama 2 bulan sebelum beranak hingga 2 bulan post partus ditampilkan pada Tabel 1.

Konsumsi pakan

Konsumsi bahan kering (BK) tidak dipengaruhi secara nyata (P > 0,05) oleh perlakuan. Konsumsi BK pada kedua kelompok perlakuan surge feeding adalah 6,14 kg/hari sedangkan pada perlakuan kontrol

(3)

Tabel 1. Konsumsi zat nutrisi sapi induk turunan F1 PO x Simental selama perlakuan surge feeding.

No. Uraian Surge feeding (P1) Kontrol (P2)

1. - Konsumsi bahan kering (kg/hari) - Kebutuhan bahan kering (kg/hari) rasio konsumsi – kebutuhan BK (%)

6,14 8,11 76,23 6,03 9,40 65,03 2. - Konsumsi protein kasar (kg/hari)

- Kebutuhan protein kasar (kg/hari) rasio konsumsi – kebutuhan PK (%)

0,669b 0,771 89,48b 0,510a 0,90 57,59a 3. a. - Bobot hidup post partus

- Skor kondisi tubuh (SKT) post partus b. - Bobot hidup 2 bulan post partus - SKT 2 bulan post partus c. PBHH 346,80 6 320,40 5,5b -271,70a 395,13 5,8 357,40 5a -471,63b 4. Biaya pakan (Rp) 7.302 6.351

Huruf yang berbeda pada baris yang sama, menunjukkan perbedaan nyata

adalah 6,03 kg/hari, namun konsumsi BK pada kedua perlakuan tidak mampu memenuhi kebutuhan BK. Konsumsi BK hanya mampu memenuhi 76,23% kebutuhan BK pada perlakuan surge feeding, sedangkan pada perlakuan kontrol adalah 65,03%.

Konsumsi protein kasar (PK) tidak dipengaruhi secara nyata (P > 0,05) oleh perlakuan. Konsumsi PK pada kedua kelompok perlakuan surge feeding adalah 0,669 kg/hari sedangkan pada perlakuan kontrol adalah 0,510 kg/hari, namun konsumsi PK pada kedua perlakuan tidak mampu memenuhi kebutuhan PK. Konsumsi PK hanya mampu memenuhi 89,48% kebutuhan BK pada perlakuan surge feeding, sedangkan pada perlakuan kontrol adalah 57,59%.

Berat badan dan skor kondisi tubuh

Berat badan dan kondisi tubuh ternak saat beranak serta tingkat konsumsi pakan merupakan faktor fisiologis yang mempunyai hubungan dengan periode APP. Pada awal laktasi biasanya konsumsi pakan rendah sebaliknya produksi susu dalam tingkatan tinggi, sehingga tidak cukup untuk mempertahankan kondisi tubuh akan menyebabkan terhambatnya sintesis dan pelepasan hormon gonadotropin di kelenjar

pitueteri dan berakibat aktivitas ovarium akan terganggu.

Skor kondisi tubuh post partus dipengaruhi secara nyata (P < 0,05) oleh perlakuan pakan. Berdasarkan Tabel 1, skor kondisi tubuh sapi induk turunan F1 PO x Simental pada penelitian ini sedang yaitu 6 (perlakuan surge feeding) dan 5,8 (perlakuan kontrol). Sedangkan Menurut MULVANY (1977) yang dikutip oleh BALCH (1984) menyatakan bahwa skor kondisi tubuh saat beranak yang ideal adalah 3,5.

Skor kondisi tubuh 2 bulan post partus tidak dipengaruhi secara nyata (P > 0,05) oleh perlakuan pakan. Skor kondisi tubuh 2 bulan post partus mengalami penurunan. Skor kondisi tubuh pada perlakuan surge feeding adalah 5,5 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol (5). Penurunan skor kondisi tubuh pada awal laktasi disebabkan oleh penurunan berat badan. Pada awal laktasi tingkat konsumsi pakan menurun sebaliknya produksi susu tinggi menyebabkan ternak akan memobilisasi cadangan makanan dalam tubuh untuk memenuhi nutrisi untuk produksi susu.

Sapi induk mengalami pertambahan berat badan harian (PBHH) negatif pada kedua kelompok perlakuan pakan. Penurunan berat badan harian kelompok ternak yang mendapat perlakuan surge feeding lebih rendah secara nyata (P < 0,05) yaitu -271,7 g dibandingkan kelompok ternak kontrol (471,63 g). Hasil

(4)

penelitian ini sama dengan yang diperoleh pada penelitian PASAMBE et al. (2000) yaitu perbaikan pakan pada induk sapi Bali laktasi mengakibatkan penurunan PBHH yang terlalu tajam (- 0,046 vs 0,047 dan 0,086). TILLMAN et al. (1998) menyatakan bahwa induk sapi yang menyusui pedetnya akan terlebih dahulu memanfaatkan nutrien yang ada di dalam tubuhnya untuk mencukupi kebutuhan pedetnya sebelum untuk kebutuhan dirinya sendiri, sehingga induk yang menyusui pedetnya akan mengalami penurunan berat badan yang cukup besar.

Surge feeding sebelum dan sesudah induk partus bertujuan untuk mencegah terjadinya skor kondisi tubuh minimum yang disebabkan karena secara fisiologis pada induk laktasi akan meyalurkan energi tubuh untuk produksi susu. Selain itu menurut WINUGROHO (2002) surge feeding juga bertujuan untuk mempertahan siklus normal ovarium.

Kinerja reproduksi

Hasil pengamatan terhadap kinerja reproduksi sapi potong induk silangan PO x Simental ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kinerja reproduksi sapi induk turunan F1 (PO) x Simmental Uraian Surge feeding (P1) Kontrol (P2) Service per conception (S/C) 1,4a 1,9b Anoestrus post partus (APP) 83,4 90,7

Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan

Service per conception

Service per conception (S/C) adalah banyaknya perkawinan yang dibutuhkan untuk mendapatkan satu kebuntingan. Nilai service per conception (S/C) pada kedua kelompok ternak perlakuan hampir memiliki kesamaan yaitu diatas 1. Hal tersebut berarti terjadi perkawinan berulang. Nilai S/C pada kelompok ternak mendapat perlakuan surge feeding

adalah 1,4 lebih rendah secara nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan kelompok ternak kontrol (1,9). AFFANDHY et al. (2003) menyatakan bahwa nilai S/C sapi silangan PO x Simental adalah 2,1. Nilai S/C yang rendah mempunyai arti ekonomi yang baik pada sebuah usaha peternakan. ACHMAD (1983) menyatakan rendahnya nilai energi sebelum dan sesudah partus berakibat rendahnya tingkat konsepsi dan calving interval yang panjang. Periode awal terjadinya pembuahan hingga plasentasi yang berlangsung sampai 22 hari merupakan periode rawan terjadinya kebuntingan, sehingga untuk mencegah terjadinya kegagalan sapi induk harus dihindarkan dari stres kekurangan pakan dan kelelahan secara fisik.

Anoestrus post partus

Salah satu ukuran derajat efisiensi reproduksi yang penting adalah lama periode Anoestrus post partus (APP). APP adalah suatu periode dimana tidak terjadi estrus setelah terjadinya partus. YUSRAN et al. (1990) menunjukkan bahwa lama periode APP berperan nyata menentukan jarak beranak. WIJONO et al. (2005) menyatakan bahwa perbaikan pakan pada sapi bunting 7 bulan hingga 3 bulan dapat mencegah terjadinya penurunan berat badan yang lebih rendah. Penurunan berat badan yang lebih rendah akan berdampak positif terjadinya birahi pertama setelah melahirkan. Pada penelitian nilai APP pada kedua kelompok perlakuan dipengaruhi secara tidak nyata oleh perlakuan surge feeding yaitu 83,4 hari (surge feeding) vs 90,7 hari (kontrol). Nilai APP pada sapi induk silangan PO x Simental dengan perlakuan surge feeding pada penelitian ini lebih pendek dibandingkan pada hasil yang diperoleh WIJONO et al. (2005) yaitu 129 (surge feeding) dan 143 (kontrol). Sedangkan menurut ARYOGI (2005) nilai anoestrus post partus pada induk silangan PO X Simental adalah 117, 18 hari. Panjangnya nilai APP diduga karena tidak terpenuhinya kualitas dan kuantitas ransum.

KESIMPULAN

Perlakuan surge feeding pada sapi induk peranakan PO X Simmental dapat mencegah penurunan bobot hidup induk lebih rendah

(5)

(-271,71 g) sehingga berdampak pada rendahnya nilai S/C yaitu 1, 4 (perlakuan surge feeding) dan 1, 6.

DAFTAR PUSTAKA

ACHMAD, P. 1983. Problema Reproduksi pada Ruminansia Besar di Yogyakarta. Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 139 – 143. ARYOGI. 2005. Pengaruh Interaksi genetik dan

Lingkungan Terhadap Performans Sapi Potong Silangan Peranakan Ongole di Jawa Timur. Thesis. Univesitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

AFFANDHY,L., P. SITUMORANG,P.W. PRIHANDINI, D.B. WIJONO dan AINUR RASYID. 2003. Performans Reproduksi dan Pengelolaan Sapi potong Induk pada Kondisi Peternakan Rakyat. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29 – 30 Septemer 2003. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 37 – 41. BALCH,C.C. 1984. Meeting the dietary need of high

producing cows in intesively farmed peri-urban areas. In Milk Production in Developing Countries. Univ. of Edinburgh. Smith (EDS). CHANIAGO,T.D.,A.BAMUALIM and C.LIEM. 1993.

Draught animal system in Nusa Tenggara Timur. In Draught animal system and management: An Indonesian study ACIAR monograph. 19: 4 – 10.

SIREGAR,A.R.,J.BESTARI., R.H.MATONDANG,Y. SANI dan H. PANJAITAN. 1999. Penentuan breeding sapi potong program IB di Propinsi Sumatra Barat. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 – 19 September 1999. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 113 – 121.

SOEHADJI. 1991. Kebijaksanaan Pengembangan Ternak Potong di Indonesia. Seminar Nasional Sapi Bali. 2 – 3 September 1991. Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin, Udjung Pandang.

SOETIRTO, E. 1997. Pemberdayaan Peternakan Rakyat dan Industri Peternakan Rakyat Menuju Pasar Bebas.

TILLMAN A.D.,H.HARTADI,S.REKROHADIPRODJO, S.PRAWIROKUSUMO dan S.LEBDOSOEKOTJO. 1998. Ilmu Makanan Ternak dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

TOELIHERE, M. 1983. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa. Bandung.

VANDEPLASCCHE.1982. Reproductive efficiency in cattle. A guadeline for project in developing countries. Food and Agricultural Organization of The United Nations. Rome.

WIJONO,D.B. dan MARIYONO. 2005. Review hasil penelitian model low external input di Loka Penelitian Sapi Potong Tahun 2002 – 2004. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 – 13 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 43 – 56. WINUGROHO M. 2002. Strategi Pemberian Pakan

Tambahan untuk memperbaiki Efisiensi Reproduksi Induk Sapi. J. Litbang Pertanian. 21(1).

YUSDJA,Y.,ILHAM dan W.K.SEJATI. 2003. Profil dan permasalahan peternakan. Forum Penelitian Agro-Ekonomi. 21(21).

DISKUSI

Pertanyaan:

Judul yang dibuat harus ada kesinambungan antara atau dengan tujuan dan kesimpulan, karena sepertinya antara judul dan kesimpulan bertolak belakang.

Jawaban:

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berjenis studi kasus, yaitu mempelajari secara mendalam interaksi guru dan siswa tunanetra sehingga dapatdigambarkan

fitur mode error yang berada pada level 1 (initial ad hoc: sudah mulai ada penyusunan sistem komputerisasi yang lebih terarah, tetapi pengelolaan tidak

Šia pra- sme nestandartiniams darbuotojams gali priklausyti ne tik sudarę nestandartinę sutartį, bei ir visai neturintys jokios sutarties (pavyzdžiui, savarankiškai dirbantieji

DAS Blorong merupakan Daerah Aliran Sungai yang melintasi 2 kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Kendal dan Kabupaten Kota Semarang. Perubahan penggunaan DAS Blorong, dimana

Data dalam penelitian ini diolah menggunakan analisis regresi logistik multinomial, yaitu untuk mengetahui peluang dari seorang lulusan perguruan tinggi untuk dapat

buku/laporan b.Sistem melakukan pengecekan data peminjaman, dan menampilkan pesan bahwa penon-aktifan anggota gagal, dikarenakan anggota sedang melakukan peminjaman

Perancangan form ini digunakan untuk permohonan perubahan daya listrik, apabila ada pemohon yang ingin melakukan perubahan daya maka staff pp mengakses form ini dan menginputkan

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa pada penelitian ini menggunakan 3 variabel dengan variabel kompensasi, kepuasan kerja, dan kinerja karyawan dimana semua variabel