• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil perhitungan skor warna kuning telur puyuh disajikan pada Tabel 7.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil perhitungan skor warna kuning telur puyuh disajikan pada Tabel 7."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Skor Warna Kuning Telur

Data hasil perhitungan skor warna kuning telur puyuh disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Skor Warna Kuning Telur Puyuh Selama Penelitian.

Ulangan Perlakuan Total

R0 R1 R2 R3 R4 1 5,43 6,50 6,93 7,86 9,14 35,86 2 5,29 6,43 6,93 8,00 9,29 35,94 3 5,50 6,57 6,93 8,00 9,21 36,21 4 5,36 6,57 6,86 7,93 9,00 35,72 Total 21,58 26,07 27,65 31,79 36,64 143,73 Rataan 5,39a 6,51b 6,91c 7,94d 9,16e

Keterangan : Superskrip hurup yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01).

R0 = ransum dasar + 0% tepung daun lamtoro; R1 = ransum dasar + 2% tepung daun lamtoro; R2 = ransum dasar + 4% tepung daun lamtoro; R3 = ransum dasar + 6% tepung daun lamtoro dan R4 = ransum dasar + 8% tepung daun lamtoro.

Pengukuran skor warna kuning telur dilakukan dengan cara mencocokkan warna kuning telur dengan warna standar yang terdapat pada kipas kuning telur atau egg yolk colour fan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap skor warna kuning telur puyuh. Hal ini terkait dengan kandungan xantofil dalam ransum yang dibutuhkan untuk memberikan warna pada kuning telur. Berdasarkan uji Duncan, level penambahan tepung daun lamtoro 2% (R1), 4% (R2), 6% (R3) da 8% (R4) sangat nyata (P<0,01) meningkatkan skor warna kuning telur puyuh dibandingkan dengan kontrol (R0). Hasil tertinggi dari semua perlakuan yaitu pada perlakuan R4 yang menghasilkan skor 9,16 dan kemudian R3 dengan 7,94; R2 dengan 6,91; R1 dengan 6,51 serta R0 dengan 5,39.

Hasil uji polinomial orthogonal terlihat bahwa pengaruh penambahan tepung daun lamtoro dalam ransum terhadap skor warna kuning telur adalah sampai tertik, namun demikian persamaan yang logis dan lebih tepat menggunakan model linier, dengan persamaan y = 0,41x +

(2)

5,548 (Gambar 2). Pengaruh level penambahan tepung daun lamtoro terhadap warna kuning telur puyuh menunjukkan adanya peningkatan seiring dengan meningkatnya tepung daun lamtoro dalam ransum. Peningkatan skor warna kuning telur puyuh pada penelitian ini disebabkan oleh meningkatnya kandungan xantofil yang ada pada tepung daun lamtoro. Pernyataan Garcia et al. (1996) bahwa daun lamtoro mengandung karotenoid yaitu xantofil 753.00 mg/kg bahan kering.

Gambar 2. Pengaruh Level Penambahan Tepung Daun Lamtoro dalam Ransum Terhadap Skor Warna Kuning Telur puyuh.

Keterangan : tanda panah menunjukkan nilai kualitas optimum

Dalam penelitian ini level penambahan tepung daun lamtoro untuk menghasilkan skor warna kuning telur kualitas yang baik yaitu 6% dalam ransum puyuh dengan nilai skor 8. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Amrullah (2003) jika warna kuning telur mencapai skor 7-8, maka telur akan digolongkan ke dalam kualitas baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan R3 memberikan skor warna kuning telur yang digolongkan kualitas baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penggunaan jagung kuning sampai 51% dalam ransum puyuh petelur tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan xantofil untuk mencapai

(3)

kualitas warna kuning telur yang baik, oleh karena itu perlu penambahan tepung daun lamtoro dalam ransum.

Torrisen (2000) menyatakan bahwa konsumsi karotenoid untuk pigmentasi pada produk temak biasanya berbentuk hydroxyl- atau ketocarotenoid. Daun lamtoro mengandung karotenoid dalam bentuk hydroxyl-, seperti dinyatakan oleh Garcia et al. (1996), daun lamtoro mengandung karotenoid yaitu Xanthophyll 753.00 mg/kg BK, lutein 543,00 mg/kg BK, Zeaxanthin 128,00 mg/kg BK, Carotene 237,50 mg/kg BK.

B. Indeks Kuning Telur

Data rataan indeks kuning telur puyuh selama penelitian disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh Penambahan Tepung Daun Lamtoro dalam Ransum Terhadap Rataan Indeks Kuning Telur Puyuh.

Ulangan Perlakuan Total

R0 R1 R2 R3 R4 1 0,40 0,44 0,56 0,46 0,38 2,24 2 0,47 0,53 0,57 0,53 0,49 2,59 3 0,49 0,44 0,45 0,36 0,34 2,08 4 0,48 0,52 0,52 0,41 0,49 2,42 Total 1,84 1,93 2,10 1,76 1,70 9,33 Rataan 0,46 0,48 0,53 0,44 0,43

Keterangan : R0 = ransum dasar + 0% tepung daun lamtoro; R1 = ransum dasar + 2% tepung daun lamtoro; R2 = ransum dasar + 4% tepung daun lamtoro; R3 = ransum dasar + 6% tepung daun lamtoro dan R4 = ransum dasar + 8% tepung daun lamtoro.

Indeks kuning telur adalah perbandingan tinggi kuning telur dengan diameter kuning telur. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap indeks kuning telur puyuh. Hal ini disebabkan karena pengukuran indeks kuning telur puyuh dilakukan bersamaan dengan pengukuran skor warna kuning telur yang dilakukan setiap hari selama penelitian. Telur yang diukur dalam keadaan masih segar, sehingga dengan demikian indeks kuning telur puyuh belum mengalami perubahan. Salah satu faktor yang mempengaruhi

(4)

perubahan indeks kuning telur yaitu lama penyimpanan telur. Karena telur yang disimpan lama akan mengalami perubahan kuning telur menjadi air.

Secara statistik semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata tetapi secara numerik indeks kuning telur puyuh memiliki nilai antara 0,43-0,48 yang menunjukkan nilai indeks kuning telur puyuh yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wooton (1978) menyatakan bahwa indeks kuning telur puyuh yang masih segar bervariasi antara 0,30-0,50 dengan rata-rata 0,42. Hal yang sama dinyatakan oleh Romanoff (1963) bahwa indeks kuning telur yang masih baru berkisar antara 0,30-0,50.

Hasil penelitian ini memenuhi standar rata-rata indeks kuning telur yang tinggi (0,47) sesuai dengan yang dikemukakan oleh Winarno dan Koswara (2002) bahwa kriteria indeks kuning telur yang standar adalah sebagai berikut : 0,22 = jelek, 0,39 = rata-rata, dan 0,45 = tinggi. Pernyataan lain yang menyebutkan bahwa beberapa karakteristik kuning telur yang mempengaruhi kualitasnya adalah warna, keadaan spherical (kebulatan) dan kekuatan membran (Hintono, 1995).

(5)

C. Persentase Bobot Kuning Telur

Rataan untuk persentase bobot kuning telur puyuh disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh Penambahan Tepung Daun Lamtoro dalam Ransum Terhadap Rataan Persentase Bobot Kuning Telur Puyuh.

Ulangan Perlakuan Total R0 R1 R2 R3 R4 - (%) ---1 33,06 38,73 36,54 37,24 34,74 180,31 2 39,05 42,28 36,08 38,44 35,28 191,13 3 39,84 36,19 39,73 33,07 36,47 185,30 4 38,31 34,67 35,29 33,32 34,44 176,03 Total 150,26 151,87 147,64 142,07 140,93 732,77 Rataan 37,57 37,97 36,91 35,52 35,23

Keterangan : R0 = ransum dasar + 0% tepung daun lamtoro; R1 = ransum dasar + 2% tepung daun lamtoro; R2 = ransum dasar + 4% tepung daun lamtoro; R3 = ransum dasar + 6% tepung daun lamtoro dan R4 = ransum dasar + 8% tepung daun lamtoro.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase bobot kuning telur puyuh. Persentase bobot kuning telur puyuh masing-masing sebesar 37,57% (R0), 37,97% (R1), 36,91% (R2), 35,52% (R3) dan 35,23% (R4).

Perlakuan tidak berpengaruh nyata disebabkan karena kandungan protein kasar pada tepung daun lamtoro hanya dapat memenuhi kebutuhan protein yang sama dengan bahan pakan lain, juga merupakan sumber protein dalam ransum untuk pembentukan kuning telur puyuh. Selain itu kandungan protein dan lemak yang ada pada tepung daun lamtoro, diperkirakan memiliki kecernaan protein dan lemak yang sama dengan bahan pakan lain. Sehingga peningkatan tepung daun lamtoro dalam ransum tidak dapat meningkatkan bobot kuning telur puyuh.

Penambahan tepung daun lamtoro pada penelitian paling tinggi 8% belum melewati batas toleransi penggunaan pada unggas. Penggunaan tepung daun lamtoro melebihi 10% dalam

(6)

ransum belum mengakibatkan toksin pada puyuh. Mimosin dapat menyebabkan defisiensi vitamin dan protein yang larut dalam lemak, sehingga asupan vitamin dan protein yang dibutuhkan untuk pembentukan kuning telur tidak terpenuhi secara maksimal.

Kuning telur merupakan bagian yang paling penting pada isi telur. Bagian kuning telur mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan albumen serta sebagian besar lemak terdapat pada bagian kuning telur. Tinggi rendahnya persentase bobot kuning telur yang dihasilkan tergantung dari konsumsi ransum dan tingkat kecernaan terhadap ransum tersebut terutama kandungan protein dan lemak.

Bobot kuning telur yang relatif sama tidak terlepas dari pengaruh berat telur yang juga relatif sama untuk semua perlakuan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Amrullah (2003) bahwa ukuran telur lebih banyak terkait dengan kuning telur dibandingkan dengan jumlah albumen, walaupun sebenarnya jumlah albumen tetap penting dalam menentukan ukuran telur.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ternyata ransum yang mengandung tepung daun lamtoro sampai 8% tidak memberikan efek negatif terhadap bobot kuning telur puyuh.

(7)

D. Bobot Telur Puyuh

Data rataan bobot telur puyuh selama penelitian disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Bobot Telur Puyuh selama Penelitian.

Ulangan Perlakuan Total

R0 R1 R2 R3 R4 -- (g/butir) ---1 8,74 8,41 8,19 8,19 8,50 42,03 2 8,19 8,33 8,36 8,16 8,27 41,31 3 8,14 8,26 7,80 8,46 8,03 40,69 4 8,28 8,37 8,55 8,18 8,51 41,89 Total 33,35 33,37 32,90 32,99 33,31 165,92 Rataan 8,34 8,34 8,22 8,25 8,33

Keterangan : R0 = ransum dasar + 0% tepung daun lamtoro; R1 = ransum dasar + 2% tepung daun lamtoro; R2 = ransum dasar + 4% tepung daun lamtoro; R3 = ransum dasar + 6% tepung daun lamtoro dan R4 = ransum dasar + 8% tepung daun lamtoro.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung daun lamtoro dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot telur puyuh. Hal ini terkait dengan bobot kuning telur yang relatif sama untuk semua perlakuan. Kandungan protein tepung daun lamtoro hanya dapat mensuplai kebutuhan protein sama dengan bahan pakan lain yang ada dalam ransum, seperti tepung ikan, tepung kedelei dan bungkil kelapa. Sehingga tidak dapat menambah bobot kuning telur dan albumen, pada akhirnya tidak meningkatkan bobot telur. Karena sebagian besar bobot telur ditentukan dengan bobot kuning telur dan albumen.

Bobot telur puyuh tidak hanya dipengaruhi oleh kuantitas ransum yang dikonsumsi akan tetapi kualitas ransum berperan penting, khususnya pada kandungan proteinnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amrullah (2003) bahwa begitu pentingnya kebutuhan telur akan protein, sehingga berbagai kekurangan protein akan mengakibatkan menurunnya besar telur dan albumen telur, sehingga akan berpengaruh juga pada bobot telur puyuh yang dihasilkan.

(8)

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bobot telur puyuh semua perlakuan antara 8,22-8,34 gram per butir. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1995) bahwa telur puyuh mempunyai berat 7-8% dari berat induk yaitu berkisar antara 7-11 gram per butir. Namun demikian bobot telur yang diperoleh pada penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Nugoroho dan Mayun (1990) bahwa telur puyuh pada masa produksi 4 minggu pertama adalah 8,9 gram dan berat telur yang maksimal adalah 10,8 gram pada periode bertelur 28 minggu.

Gambar

Tabel 7.  Rataan Skor Warna Kuning Telur Puyuh Selama Penelitian.
Gambar 2. Pengaruh Level Penambahan Tepung Daun Lamtoro  dalam Ransum Terhadap Skor  Warna Kuning Telur puyuh.
Tabel 8.  Pengaruh Penambahan Tepung Daun Lamtoro dalam Ransum Terhadap Rataan  Indeks Kuning Telur Puyuh.
Tabel 9.  Pengaruh Penambahan Tepung Daun Lamtoro dalam Ransum Terhadap Rataan  Persentase Bobot Kuning Telur Puyuh.
+2

Referensi

Dokumen terkait

oligosporus yang digunakan dalam ransum diharapkan tidak berpengaruh negatif terhadap kualitas telur puyuh (bobot telur, bobot dan persentase kerabang, bobot dan

Pemberian tepung daun lamtoro pada puyuh selama penelitian tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan dan konversi ransum, tetapi berpengaruh nyata pada

Konsumsi ransum dan provitamin A yang tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian 5% tepung daun katuk dan 5% tepung daun murbei dalam ransum puyuh petelur

Pemberian tepung daun lamtoro pada puyuh selama penelitian tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan dan konversi ransum, tetapi berpengaruh nyata pada

Berdasarkan kualitas telur pertama burung puyuh pemberian tepung daun pepaya (Carica papaya) dalam ransum terhadap telur burung puyuh (Coturnix coturnix javonica) ,

Puyuh yang diberi ransum kontrol memiliki skor warna kuning telur yang lebih rendah dibandingkan dengan ransum yang menggunakan tepung daun mengkudu dan dedak

Pemberian bungkil biji jarak pagar (BBJP) fermentasi dalam ransum sampai taraf 12% tidak nyata meningkatkan bobot jantung.. Hasil ini menunjukkan bahwa

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji peningkatan kadar omega-6 telur dan intensitas warna kuning telur puyuh yang diberi air minum dengan penambahan kombinasi vitamin, mikromineral,