• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL PADA PEMAHAMAN AKUNTANSI DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN KECERDASAN SPIRITUAL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL PADA PEMAHAMAN AKUNTANSI DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN KECERDASAN SPIRITUAL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMAHAMAN AKUNTANSI DENGAN KECERDASAN

EMOSI DAN KECERDASAN SPIRITUAL SEBAGAI

VARIABEL PEMODERASI

NYOMAN SUADNYANA PASEK NIM: 1291661021

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

ii

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NYOMAN SUADNYANA PASEK NIM: 1291661021

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(3)

iii

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL ……….

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi, Ak. Dr.I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi. NIP. 19641223 199303 1 001 NIP. 19670501 199203 2 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Dr. Dewa Wirama, SE, MSBA., Ak NIP. 19641224 199103 1 002

Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof.Dr.dr,A.A Raka Sudewi,Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001

(4)

iv

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No: ……….., Tanggal ………...

Ketua : Dr.A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi, Ak. Anggota :

1. Dr.I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi. 2. Dr. Drs. I Made Sukartha, Msi., AK

3. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi. 4. Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak

(5)

v

NIM : 1291661021

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada Pemahaman Akuntansi dengan Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual sebagai Variabel Pemoderasi.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah ini bebas dari plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, …………

(6)

vi

akhirnya tesis yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada Pemahaman Akuntansi dengan Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual sebagai Variabel Pemoderasi”, dapat terselesaikan.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD sebagai Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi Sp.S(K) sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan terimakasih juga ditunjukkan kepada Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., sebagai Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan moral, pikiran dan tenaga selama proses pendidikan dan memberikan arahan serta bimbingan selama penelitian sampai pada penyelesaian tesis ini.

Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr.A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi, Ak., selaku pembimbing I dan Dr.I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE, MSi., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi dan dorongan untuk penyelesaian tesis ini. Tidak lupa pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada para tim Penguji tesis lainnya yaitu,Dr. Drs. I Made Sukartha, Msi., AK, Dr. Made Gede Wirakusuma SE., Msi, Dr. I Made Sadha Suardika, SE., M.Si., Ak., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan serta koreksi demi penyempurnaan tesis ini.

(7)

vii

proses pendidikan sampai pada penyelesaian tesis ini. Rekan-rekan mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana Angkatan X, yang tidak berhenti-hentinya saling memberikan motivasi dan memacu semangat serta doa selama menempuh proses pendidikan hingga akhir studi dapat dilalui dengan baik. Keluarga serta teman-teman yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dari awal proses pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.

Denpasar, April 2015 Penulis

(8)

viii kecerdasan spritual.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research, yang akan menjelaskan hubungan kausal antara variabel independen tersebut terhadap variabel dependen dengan dua variabel pemoderasi. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan data sekunder. Sedangkan analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, uji asumsi klasik dan analisis verifikatif dengan menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA).

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa (1) kecerdasan intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman akuntansi. Artinya dengan kecerdasan intelektual yang baik maka mahasiswa akan lebih mudah memahami tentang pemahaman akuntansi, (2) kecerdasan emosional dapat meningkatkan pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi secara positif dan signifikan. (3) kecerdasan spiritual dapat meningkatkan pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi secara positif dan signifikan.

Kata Kunci: Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Pemahaman Akuntansi.

(9)

ix intelligence.

The method used in this research is explanatory research, which would explain the causal relationship between the independent variable on the dependent variable that is reinforced by moderating variables through hypothesis testing. Data collected through questionnaires and secondary data. While the data analysis includes descriptive analysis, the classical assumption test and verification analysis using Moderated Regression Analysis (MRA).

Based on the results of this research is that (1) the intellectual positive and significant impact on the understanding of accounting. This means that with good intelligence quotient, the student will be easier to understand about the understanding of accounting, (2) emotional intelligence can enhance intellectual influence on the level of understanding of accounting is positive and significant. (3) spiritual intelligence can enhance intellectual influence on the level of understanding of accounting is positive and significant. Therefore, someone who has a high spiritual intelligence will also motivate students to study harder and have higher creativity.

Keywords: Intellectual Intelligence, Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence, Understanding Accounting.

(10)

x

PRASYARAT GELAR... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 9 1.3 Tujuan Penelitian ... 10 1.4 Manfaat Penelitian ... 10 1.4.1 Manfaat Teoritis ... 10 1.4.2 Manfaat Praktis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Landasan Teori ... 12 2.1.1 Teori Kecerdasan ... 12 2.1.2 Konsep... 13 2.1.2.1 Pemahaman Akuntansi... 13 2.1.2.2 Kecerdasan Intelektual... 19 2.1.2.3 Kecerdasan Emosional... 21 2.1.2.4 Kecerdasan Spiritual ... 25

(11)

xi

3.3 Hipotesis... 40

3.3.1 Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada Tingkat Pemahaman Akuntansi... 40

3.3.2 Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada Tingkat Pemahaman Akuntansi Diperkuat oleh Kecerdasan Emosional... 41

3.3.3 Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada Tingkat Pemahaman Akuntansi Diperkuat oleh Kecerdasan Spiritual... 42

BAB IV METODE PENELITIAN ... 43

4.1 Rancangan Penelitian... 43

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

4.3 Ruang Lingkup Penelitian... 44

4.4 Penentuan Sumber Data ... 44

4.4.1 Jenis dan Sumber Data... 44

4.4.2 Populasi dan Sampel ... 44

4.5 Variabel Penelitian... 45

4.5.1 Identifikasi Variabel Penelitian... 45

4.5.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 46

4.6 Instrumen Penelitian... 49

4.7 Prosedur Penelitian... 52

4.8 Analisis Data ... 53

4.8.1 Uji Asumsi Klasik... 53

4.8.2 Analisis Verifikatif dengan Regressi ... 55

4.8.2.1 Analisis Regresi ... 55

(12)

xii

Pemahaman Akuntansi... 58

4.8.3.2 Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) pada Pemahaman Akuntansi yang Dimoderasi oleh Kecerdasan Emosional (EQ)... 59

4.8.3.3 Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ) pada Pemahaman Akuntansi yang Dimoderasi oleh Kecerdasan Spiritual (ESQ) ... 60

BAB V HASIL PENELITIAN ... 62

5.1 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 62

5.1.1 Hasil Uji Validitas... 62

5.1.2 Hasil Uji Reliabilitas... 65

5.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 65

5.3 Hasil Analisis Deskriptif... 68

5.4 Uji Kelayakan Model (Uji F) dan Koefisien Determinasi ... 70

5.5 Hasil Analisis Verifikatif ... 71

5.5.1 Hasil Analisis Moderated Regression Analysis (MRA)... 71

5.5.2 Pengujian Hipotesis... 74

BAB VI PEMBAHASAN... 75

6.1 Pengaruh IQ terhadap PA... 75

6.2 Pengaruh kemampuan IQ pada tingkat PA yang dapat diperkuat oleh EQ ... 76

6.3 Pengaruh kemampuan IQ pada tingkat PA yang dapat diperkuat oleh SQ... 77

(13)

xiii

DAFTAR PUSTAKA... 81 LAMPIRAN... 85

(14)

xiv

Tabel 5.2 Uji Validitas Variabel EQ... 63

Tabel 5.3 Uji Validitas Variabel SQ ... 64

Tabel 5.4 Uji Reliabilitas variabel IQ, EQ, SQ... 65

Tabel 5.5 Hasil Normalitas dengan Kolmogrorov-Smirnow Test (K-S).. 66

Tabel 5.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser... 67

Tabel 5.7 Deskriptif Statistik ... 68

Tabel 5.8 Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F)... 70

Tabel 5.9 Koefisien Determinasi... 71

Tabel 5.10 Analisa Regresi Pengaruh IQ terhadap PA yang dimoderasi oleh EQ dan SQ... 72

(15)

xv

(16)

xvi

Lampiran I Kuisioner Penelitian... 88

Lampiran II Tabulasi Data Hasil Penelitian... 95

Lampiran III Hasil Pengujian Instrumen ... 100

Lampiran IV Hasil Uji Asumsi Klasik ... 123

Lampiran V Hasil Analisis Deskriptif... 127

(17)

1 1.1 Latar Belakang

Pendidikan akuntansi yang diselenggarakan di perguruan tinggi ditujukan untuk mendidik mahasiswa agar memiliki kompetensi sebagai seorang akuntan profesional. Untuk dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas maka perguruan tinggi harus terus meningkatkan kualitas pada sistem pendidikannya (Mawardi, 2011).

Pengetahuan yang dibutuhkan untuk akuntan terdiri dari pengetahuan umum, organisasi, bisnis, dan akuntansi (Hariyoga dan Edi, 2011). Pengetahuan tentang dasar-dasar akuntansi merupakan kunci utama untuk memahami ilmu akuntansi. Dasar-dasar akuntansi ini dipakai sebagai pegangan untuk memahami semua praktik dan teori akuntansi. Namun, kenyataannya pendidikan akuntansi yang selama ini diajarkan di perguruan tinggi hanya terkesan sebagai pengetahuan yang berorientasi pada mekanisme secara umum saja, sangat berbeda apabila dibandingkan dengan praktik sesungguhnya yang dihadapi di dunia kerja. Masalah tersebut tentu saja membingungkan lulusan akuntansi karena pemahaman akuntansi dibangku kuliah ternyata berbeda dengan dunia kerja. Dengan demikian, tingkat pendidikan di perguruan tinggi masih menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, padahal proses belajar mengajar pada pendidikan tinggi akuntansi hendaknya dapat mentranformasikan peserta didik menjadi lulusan yang lebih utuh sebagai manusia (Mawardi, 2011).

(18)

Dwirandra (2013) menyatakan bahwa kalangan pengusaha dan industriawan tidak hanya meragukan kompetensi akuntan tetapi juga sikap etisnya. Keraguan terhadap kompetensi akuntan didasarkan pada kenyataan adanya beberapa kejahatan korperasi besar dan mendunia yang mengaitkan profesi ini. Fakta ini dalam lingkup lokal di dunia pendidikan akuntansi dibenarkan oleh kenyataan kinerja mahasiswa PPAk dan MAKSI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unud. Berdasarkan penelusuran dapat diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang memperoleh nilai A dalam beberapa mata kuliah pokok akuntansi rata-rata tidak lebih dari 33,75% untuk progam PPAk dan 46,63% untuk program MAKSI. Ini berarti bahwa lebih sedikit (kurang dari 50%) persentase mahasiswa yang memiliki tingkat pemahaman akuntansi maksimal (dengan nilai A). Padahal, Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) dan Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unud telah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi yang menerapkan proses pembelajaran dengan strategi dan metode pembelajaran terkini (Dwirandra, 2013).

Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ) saja, padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru. Penelitian-penelitian sebelumnya sependapat bahwa kecerdasan emosional secara serentak berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi (Ludigdo, dkk, 2006), kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi (Mardahlena, 2007), kecerdasan emosional berpengaruh

(19)

positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi (Wirumananggay, 2008) dan kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap pemahaman akuntansi (Yulianto, 2009). Demikian juga dengan penelitian Durgut, dkk (2013) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh pada pemahaman subyek akuntansi.

Dalam memahami akuntansi adanya kecerdasan intelektual merupakan hal yang penting juga untuk dipertimbangkan. Mahasiswa akuntansi yang memiliki kecerdasan intelektual yang baik tentu memiliki pemahaman akuntansi yang baik pula. Penelitian Ludigdo, dkk (2006) menemukan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi yang merupakan dasar untuk berprestasi. Namun penelitian Yulianto (2009) menemukan bahwa kecerdasan intelektual tidak berpengaruh signifikan terhadap pemahaman akuntansi.

Dwijayanti (2009) mengatakan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang di butuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah pada kecerdasan emosional. Menurut Melandy dan Aziza (2006) menyatakan bahwa, kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak yang positif. Kecerdasan emosional dapat membantu membangun hubungan dalam menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Sedangkan kecerdasan spiritual menurut Panangian (2012) kecerdasan spritual adalah kecerdasan yang sudah ada dalam setiap manusia sejak lahir yang membuat manusia menjalani hidup penuh makna,

(20)

selalu mendengarkan suara hati nuraninya, tak pernah merasa sia-sia, semua yang dijalaninya selalu bernilai.

Namun, Rachmi (2010) mengkhawatirkan akan ketidakjelasan pada industri akuntansi yang dihasilkan oleh pendidikan tinggi akuntansi, hal ini dikarenakan banyak perguruan tinggi tidak mampu membuat anak didiknya menguasai dengan baik pengetahuan dan keterampilan hidup. Mahasiswa terbiasa dengan pola belajar menghafal tetapi tidak memahami pelajaran tersebut, sehingga mahasiswa akan cenderung mudah lupa dengan apa yang pernah dipelajari atau kesulitan untuk memahami apa yang diajarkan selanjutnya. Akuntansi bukanlah bidang studi yang hanya menggunakan angka-angka dan menghitung penjumlahan atau pengurangan, akan tetapi akuntansi juga merupakan bidang studi yang menggunakan penalaran yang membutuhkan logika. Hal tersebut didukung oleh temuan penelitian Dwirandra (2013) yang menyebutkan kinerja mahasiswa Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) dan Magister Akuntansi (MAKSI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unud menunjukkan jumlah mahasiswa yang memperoleh nilai A (tingkat pemahaman maksimal) dalam beberapa mata kuliah pokok akuntansi rata-rata tidak lebih dari 33,75% untuk progam PPAk dan 46,63% untuk program MAKSI. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman akuntansi mahasiswa PPAk dan MAKSI masih rendah. Kondisi yang menyebabkan mahasiswa program tersebut sulit memahami akuntansi di dunia kerja.

Kekhawatiran yang di ungkapkan Rachmi (2010) disebabkan karena masih banyak program pendidikan yang berpusat pada kecerdasan intelektual.

(21)

Kecerdasan intelektual ini diukur dari nilai ujian dan indeks prestasi. Nilai rapor yang baik, indeks prestasi yang tinggi, atau sering juara kelas merupakan tolak ukur dari kesuksesan seseorang. Tolak ukur ini tidak salah tetapi tidak seratus persen bisa dibenarkan. Terdapat faktor lain yang menyebabkan seseorang menjadi sukses yaitu adanya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Hasil penelitian Yoseph (2005) dan beberapa Riset di Amerika memperlihatkan bahwa kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 20 persen terhadap kesuksesan hidup seseorang. Sisanya, 80 persen bergantung pada kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritualnya. Faktor lain selain kecerdasan tidak diteliti dalam penelitian ini. Bahkan dalam hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi empat persen. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Amram (2009) dari Institute Transpersonal Psychology yang menemukan bahwa kecerdasan emocional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan seorang Chief Executive Officer (CEO).

Trisnawati dan Suryaningrum (2003) mengidentifikasi salah satu keluaran dari proses pengajaran akuntansi dalam kemampuan intelektual yang terdiri dari keterampilan teknis, dasar akuntansi dan kapasitas untuk berpikir kritis dan kreatif. Selain ini juga kemampuan komunikasi organisasional, interpersonal, dan sikap. Oleh karena akuntan harus memiliki kompetensi ini, maka pendidikan tinggi akuntansi bertanggungjawab mengembangkan keterampilan mahasiswanya untuk memiliki tidak hanya kemampuan dan pengetahuan di bidang akuntansi tetapi juga kemampuan lain yang diperlukan untuk berkarier di lingkungan yang selalu berubah dan ketat persaingannya yakni kecerdasaan emosional.

(22)

Goleman (2003) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya ia menyatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja, selain kecerdasan akal yang dapat mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekerja. Ia juga tidak mempertentangkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, melainkan memperlihatkan adanya kecerdasan yang bersifat emosional, ia berusaha menemukan keseimbangan cerdas antara emosi dan akal. Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, termasuk keterampilan intelektual. Paradigma lama menganggap yang ideal adalah adanya nalar yang bebas dari emosi, paradigma baru menganggap adanya kesesuaian antara kepala dan hati.

Trisnawati dan Suryaningrum (2003) menyatakan bahwa kecerdasan emosional dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dijalani seseorang. Semakin banyak aktifitas atau pengalaman seseorang dalam berorganisasi dan semakin tinggi pengalaman kerja maka kecerdasan emosional mahasiswa akan semangkin tinggi. Sedangkan kualitas lembaga pendidikan tinggi akuntansi tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap kecerdasan emosional seorang mahasiswa.

Ananto (2010) menyatakan bahwa pembelajaran yang hanya berpusat pada kecerdasan intelektual tanpa menyeimbangkan sisi spiritual akan

(23)

menghasilkan generasi yang mudah putus asa, depresi, suka tawuran bahkan menggunakan obat-obat terlarang, sehingga banyak mahasiswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai seorang mahasiswa yaitu belajar. Kurangnya kecerdasan spiritual dalam diri seorang mahasiswa akan mengakibatkan mahasiswa kurang termotivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga mahasiswa akan sulit untuk memahami suatu mata kuliah. Sementara itu, mereka yang hanya mengejar prestasi berupa nilai atau angka dan mengabaikan nilai spiritual, akan menghalalkan segala cara untuk mendapakan nilai yang bagus, mereka cenderung untuk bersikap tidak jujur seperti mencontek pada saat ujian. Oleh karena itu, kecerdasan spiritual mampu mendorong mahasiswa mencapai keberhasilan dalam belajarnya karena kecerdasan spritual merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.

Ginanjar (2007) menyatakan bahwa ketiga bentuk kecerdasan di atas sangat penting dan harus dikembangkan dalam kehidupan seseorang. Hal ini disebabkan karena kecerdasan intelektual dibutuhkan untuk mengatasi masalah-masalah yang kognitif, kecerdasan emosional diperlukan untuk mengatasi masalah afektif, dan kecerdasan spiritual digunakan untuk mengatasi masalah bermakna dalam menjalani kehidupan.

Pada penelitian terdahulu ditemukan beberapa hasil yang berbeda dalam meneliti pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pada pemahaman akuntansi, diantaranya pada kecerdasan intelektual yaitu penelitian Yani (2011) yang menyatakan bahwa kecerdasan intelektual

(24)

berpengaruh pada pemahaman akuntansi. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Veenman, dkk (2004). Namun hasil tersebut tidak konsisten dengan peneliti Dwijayanti (2009). Sedangkan untuk kecerdasan emosional hasil yang berpengaruh pada pemahaman akuntansi ditemukan penelitian Rachmi (2010), Yani (2011), Durgut, dkk (2013) dan Amram (2009). Hasil berbeda ditemukan pada penelitian Trisnawati dan Suryaningrum (2003). Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmi (2010) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian McGhee dan Grant (2008), Oskou (2013) dan Clarken (2010). Namun hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2009) dan Yani (2011).

Dari uraian di atas adanya inkonsistensi hasil penelitian pengaruh langsung kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual baik secara individual maupun secara serentak. Hal ini mendorong dilakukannya penelitian yang menempatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual sebagai variabel pemoderasi dari pemahaman akuntansi. Hal tersebut dikarenakan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual mampu mendorong mahasiswa mencapai keberhasilan dalam belajarnya karena merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif kecerdasan intelektual.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin menguji kembali pengaruh kecerdasan intelektual pada pemahaman akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Peneliti memilih Universitas Udayana Denpasar khususnya Program Pascasarjana Akuntansi merupakan salah satu lembaga

(25)

pendidikan tinggi yang dipandang memiliki potensi besar untuk mencetak tenaga-tenaga profesional di bidang akuntansi sesuai dengan visi misi dan standar kompetensi jurusan yaitu cerdas, berkualitas, bermoral dan berdaya saing tinggi serta memahami dan memiliki kompetensi di bidang akuntansi.

Nilai lebih dari penelitian yang akan dilakukan dibandingkan dengan penelitian terdahulu adalah penempatan variabel kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual sebagai variabel moderator. Jika pada penelitian terdahulu dianalisis pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual baik secara sendiri-sendiri maupun secara serentak terhadap pemahaman akuntansi, maka pada penelitian yang akan dilakukan akan dianalisis pengaruh kecerdasan intelektual pada pemahaman akuntansi. Selanjutnya dianalisis apakah pengaruh kecerdasan intelektual pada pemahaman akuntansi ini diperkuat/diperlemah oleh kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dikemukakan dalam research questions sebagai berikut:

1) Apakah kecerdasan intelektual berpengaruh pada tingkat pemahaman akuntansi ?

2) Apakah kecerdasan emosional dapat memperkuat pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi?

3) Apakah kecerdasan spiritual dapat memperkuat pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi?

(26)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari, menggali, menghubungkan dan memprediksi suatu kejadian. Setiap penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang jelas dan terarah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi.

2) Untuk mengetahui pengaruh kemampuan kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi yang dapat diperkuat oleh kecerdasan emosional.

3) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi yang dapat diperkuat oleh kecerdasan spiritual.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang akuntansi keperilakuan dan dapat memberikan bukti empiris dan konfirmasi konsistensi dengan hasil penelitian sebelumnya serta sebagai referensi dan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang akan mengadakan kajian lebih luas tentang pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi dan tingkat pemahaman etis mahasiswa akuntansi.

(27)

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan tambahan pengetahuan untuk memperluas pandangan atau wawasan mengenai pentingnya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi serta untuk mengembangkan tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi sebagai cikal bakal lahirnya seorang akuntan yang akan terjun ke masyarakat.

(28)

12 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Kecerdasan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010), mengartikan kecerdasan sebagai perihal cerdas (sebagai kata benda), atau kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian dan ketajaman fikiran). Kecerdasan memiliki pengertian yang sangat luas sebagaimana yang dikemukakan oleh Yani (2011: 53), Susanto (2004: 68), Amstrong (2009: 71) dan Lesmana (2010:31). Para ahli psikologis mengartikan kecerdasan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, menguasai dan mempraktekkannya dalam pemecahan suatu masalah (Yani, 2011: 53).

Susanto (2004:68) menyatakan kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melihat suatu masalah lalu menyelesaikannya atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain. Amstrong (2009: 71) menyatakan kecerdasan adalah kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang.

Binet seorang psikologis Prancis, mengatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahan suatu tujuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan untuk untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri (Lesmana, 2010:31). Gardner seorang Psikologis Amerika mengatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu aturan yang bermacam-macam dan situasinya

(29)

yang nyata (Yani, 2011:61). Dengan demikian, dari beberapa pengertian di atas kecerdasan dapat diartikan sebagai kesempurnaan akal budi seseorang yang diwujudkan dalam suatu kemampuan untuk memperoleh kecakapan-kecakapan tertentu dan untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah dalam kehidupan secara nyata dan tepat.

2.1.2 Konsep

2.1.2.1 Pemahaman Akuntansi 1) Pengertian Pemahaman

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 74) Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya pengertian; pengetahuan yang banyak. Jika mendapat imbuhan pe-an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, dan cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak.

Panangian (2012) menyatakan bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.

(30)

Panangian (2012) menyatakan pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom “Here we are using the tern “comprehension“ to include those objectives, behaviors, or responses which represent an understanding of the literal message contained in a communication.“ Artinya : Disini menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain.

Panangian (2012) menyatakan pemahaman sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Menurut suatu terjadinya, pemahaman dapat dibedakan menjadi dua macam:

1) Dengan sengaja ialah dengan sadar dan sungguh-sungguh memahami, hasilnya akan lebih mendalam.

2) Tidak sengaja ialah dengan tidak sadar ia memperoleh suatu pengetahuan, hasilnya tidak mendalam dan tidak teratur.

b. Menurut cara memahaminya, pemahaman dapat dibedakan menjadi dua macam :

(31)

1) Secara mekanis ialah menghafal secara mesin dengan tidak menghiraukan apa artinya, hasil dari pemahaman ini biasanya tidakakan tahan lama dan akan cepat lupa.

2) Secara logis ialah menghafal dan mengenal artinya, hasil dari pemahaman ini akan lebih bertahan lama dan tidak akan cepat lupa.

Dengan demikian jelaslah, bahwa comprehension atau pemahaman merupakan unsur psikologi yang sangat penting dalam belajar. Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah pengertian dan pengetahuan yang mendalam serta beralasan mengenai reaksi-reaksi pengetahuan atau kesadaran untuk dapat memecahkan masalah suatu problem tertentu dengan tujuan mendapatkan kejelasan.

2) Pengertian Akuntansi

Akuntansi memiliki berbagai macam pengertian tetapi pada dasarnya sama, hal tersebut dikarenakan akuntansi telah mengalami perkembangan makna. Ada beberapa pengertian akuntansi, oleh Suwardjono (2001), Baridwan (2004: 1) dan Yusuf (2002: 4).

Suwardjono (2001) menyatakan akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan yang luas dan komplek. Cara termudah untuk menjelaskan pengertian akuntansi dapat dimulai dengan mendefinisikannya. Akan tetapi, pendekatan semacam ini mengandung kelemahan. Kesalahan dalam pendefinisian akuntansi dapat menyebabkan kesalahan pemahaman arti sebenarnya akuntansi. Akuntansi sering diartikan terlalu sempit sebagai

(32)

proses pencatatan yang bersifat teknis dan prosedural dan bukan sebagai perangkat pengetahun yang melibatkan penalaran dalam menciptakan prinsip, prosedur, teknis, dan metoda tertentu.

Baridwan (2004: 1) menyebutkan akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusankeputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan. Yusuf (2002: 4) mengatakan akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran dan penganalisaan data keuangan dari suatu organisasi.

Definisi akuntansi menurut Suwardjono (2005: 10) dibedakan menjadi dua pengertian yaitu sebegai seperangkat pengetahuan (a body of knowledge) dan fungsi (function). Sebagai seperangkat pengetahuan Akuntansi di definisikan sebagai:

Seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan Negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.

Dalam arti sempit sebagai proses, fungsi, atau praktik akuntansi dapat didefinisikan sebagai:

Proses pengindefikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan, pengklasifikasian, penggabungan, peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar (bahan olah akuntansi) yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi, atau kegiatan operasi suatu unit organisasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang berkepentingan.

(33)

3) Pengertian Pemahaman Akuntansi

Pemahaman akuntansi menurut Mawardi (2011) terdiri dari tiga konsep dasar bagian utama yaitu aktiva, hutang dan modal. Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered changes) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible asset) misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya. Pemahaman akuntansi merupakan sejauh mana kemampuan untuk memahami akuntansi baik sebagai seperangkat pengetahuan (body of knowledge) maupun sebagai proses atau praktik. Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh dosen.

Suwardjono (2005: 4) menyebutkan pengetahuan akuntansi dapat dipandang dari dua sisi pengertian yaitu sebagai pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktekkan di dunia nyata dan sekaligus sebagai suatu disiplin pengetahuan yang diajarkan diperguruan tinggi. Akuntansi sebagai objek pengetahuan diperguruan tinggi, akademisi memandang akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu bidang praktek dan teori. Teori akuntansi tidak lepas dari praktik akuntansi karena tujuan utamanya adalah menjelaskan praktik akuntansi berjalan dan memberikan dasar bagi pengembangan praktik. Akuntansi cenderung dikembangkan atas dasar

(34)

pertimbangan nilai (value judgment), yang dipenuhi oleh faktor lingkungan tempat akuntansi dipraktikkan. Belkaoli (2000) menjelaskan bahwa proses penyusunan teori akuntansi sebaiknya dilengkapi pula dengan proses pembuktian verification) dan pengesahan (validation) teori.

Bidang praktek berkepentingan dengan masalah bagaimana praktek dijalankan sesuai dengan prinsip akuntansi. Prinsip akuntansi merupakan suatu pedoman dalam menyusun laporan keuangan yang secara umum dapat diterima oleh semua pihak. Dalam praktik-praktik bisnis biasanya sering dijumpai bahwa laporan keuangan harus disusun dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU), atau di Amerika Serikat disebut dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles).

Bidang teori berkepentingan dengan penjelasan, deskripsi, dan argumen yang dianggap melandasi praktek akuntansi yang semuanya dicakup dalam suatu pengetahuan yang disebut teori akuntansi. Secara umum, fungsi utama teori akuntansi adalah untuk memberikan kerangka pengembangan ide-ide baru dan membantu proses pemilihan akuntansi (Mathews dan Parera, 1993). Teori memiliki karaktristik-karakteristik sebagai berikut: a) memiliki badan pengetahuan, b) biayai secara internal, 3) menjelaskan dan/atau memprediksi fenomena, d) menyajikan hal-hal yang ideal, e) secara ideal mengarah terhadap praktik, f) membahas masalah dan memberikan solusi.

(35)

4) Dimensi Pemahaman Akuntansi

Melandy dan Aziza (2006), pemahaman akuntansi merupakan suatu kemampuan seorang untuk mengenal dan mengerti tentang akuntansi. Pemahaman akuntansi ini dapat di ukur dari nilai mata kuliah yang meliputi Pengantar Akuntansi, Akuntansi Keuangan Menengah 1, Akuntansi Keuangan Menengah 2, Akuntansi Keuangan Lanjutan 1, Akuntansi Keuangan Lanjutan 2, Auditing 1, Auditing 2, Auditing 3, dan Teori Akuntansi. Mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang menggambarkan akuntansi secara umum.

2.1.2.2 Kecerdasan Intelektual

1) Pengertian Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan intelektual (IQ) merupakan pengkualifikasian kecerdasan manusia yang didominasi oleh kemampuan daya pikir rasional dan logika. Lebih kurang 80%, IQ diturunkan dari orangtua, sedangkan selebihnya dibangun pada usia sangat dini yaitu 0-2 tahun kehidupan manusia yang pertama. Sifatnya relatif digunakan sebagai prediktor keberhasilan individu dimasa depan. Implikasinya, sejumlah riset untuk menemukan alat (tes IQ) dirancang sebagai tiket untuk memasuki dunia pendidikan sekaligus dunia kerja (Amran, 2009: 62).

Dwijayanti (2009: 24) menyebutkan kecerdasan intelektual sebagai suatu kemampuan yang terdiri dari tiga ciri yaitu: a) Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan. b) Kemampuan untuk

(36)

mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilakukan. c) Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri.

Robins dan Judge (2008: 57) mengatakan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang di butuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah. Yani (2011) mengatakan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh, memanggil kembali (recall), dan menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep abstrak maupun konkret dan hubungan antara objek dan ide, serta menerapkan pengetahuan secara tepat. Kecerdasan intelektual menurut Sternberg (2008:121) adalah sebagai kemampuan untuk belajar dari pengalaman, berfikir menggunakan prosesproses metakognitif, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan menganalisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan bicara, kecerdasan akan ruang, kesadaran akan sesuatu yg tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berfikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan yg telah ada sebelumnya. (Anastasi, 2007: 220).

(37)

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti berpendapat bahwa kecerdasan intelektual merupakan kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, menguasai dan menerapkannya dalam menghadapi masalah.

2) Dimensi dan Indikator Kecerdasan Intelektual

Dalam penelitian ini kecerdasan intelektual mahasiswa diukur dengan dimensi dan indikator sebagai berikut (Azwar, 2008: 8)

a. Kemampuan memecahkan masalah, yaitu mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukkan fikiran jernih.

b. Intelegensi verbal, yaitu kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin tahu sacara intelektual, menunjukkan keingintahuan.

c. Intelegensi praktis, yaitu tahu situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia sekeliling, menunjukkan minat terhadap dunia luar.

2.1.2.3 Kecerdasan Emosional

1) Pengertian Kecerdasan Emosional

Goleman (2005: 18) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau sebarapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Goleman (2005: 26)

(38)

menyatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja, selain kecerdasan akal yang mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekerja.

Goleman (2005: 43) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Rachmi (2010:31) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut seseorang untuk relajar mengakui, menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat dan menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan seharihari.

Melandy dan Aziza (2006:42) menyatakan bahwa, kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak yang positif. Kecerdasan emosional dapat membantu membangun hubungan dalam menuju kebahagiaan dan kesejahteraan.

Rachmi (2010: 61) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosinya. Emosi manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati,

(39)

naluri yang tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasan emosional akan menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.

Melandy dan Aziza (2006: 44) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti berpendapat bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.

2) Dimensi dan Indikator Kecerdasan Emosional

Goleman (2005: 75) membagi kecerdasan emosional menjadi lima bagian yaitu tiga komponen berupa kompetensi emosional (pengenalan diri, pengendalian diri dan motivasi) dan dua komponen berupa kompetensi sosial (empati dan keterampilan sosial). Lima komponen kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengenalan Diri (Self Awareness)

Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri

(40)

dan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Unsur-unsur kesadaran diri, yaitu kesadaran emosi, penilaian diri, dan percaya diri.

b. Pengendalian Diri (Self Regulation)

Pengendalian diri adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu segera pulih dari tekanan emosi. Unsur-unsur pengendalian diri, yaitu kendali diri, sifat dapat dipercaya, kehati-hatian, adaptabilitas, dan inovasi.

c. Motivasi (Motivation)

Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu dorongan prestasi, komitmen, inisiatif, dan optimisme.

d. Empati (Emphaty)

Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu memahami orang lain, mengembangkan orang lain, orientasi pelayanan, memanfaatkan keragaman, dan kesadaran politis.

(41)

e. Ketrampilan Sosial (Social Skills)

Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelasaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur keterampilan sosial, yaitu pengaruh, komunikasi, manajemen konflik, kepemimpinan, membangun hubungan, kolaborasi dan kooperasi, dan kemampuan tim.

2.1.2.4 Kecerdasan Spiritual

1) Pengertian Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall pada pertengahan tahun 2000. Zohar dan Marshall (2007: 36) menegaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah landasan untuk membangun kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual.

Rachmi (2010: 71) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan yang semua manusia menjadi bagian di dalamnya. Rachmi (2010: 78) menyebutkan kecerdasan spiritual sebagai fakultas dimensi non-material atau jiwa manusia. Kecerdasan spiritual sebagai intan yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Manusia harus mengenali seperti adanya lalu menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar, menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.

(42)

Wahab dan Umiarso (2011: 52) menyatakan kecerdasan spritual adalah kecerdasan yang sudah ada dalam setiap manusia sejak lahir yang membuat manusia menjalani hidup penuh makna, selalu mendengarkan suara hati nuraninya, tak pernah merasa sia-sia, semua yang dijalaninya selalu bernilai.

Ludigdo dkk (2006: 41) menyatakan bahwa Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual mendahului seluruh nilai spesifik dan budaya manapun, serta mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang pernah ada. Namun bagi sebagian orang mungkin menemukan cara pengungkapan kecerdasan spiritual melalui agama formal sehingga membuat agama menjadi perlu.

Ginanjar (2005: 41) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik, serta berprinsip hanya karena Allah. Ginanjar (2005:47) menyebutkan kecerdasan Spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensif.

(43)

Prinsip- prinsip kecerdasan spiritual menurut Rachmi (2010: 44), yaitu: a. Prinsip Bintang

Prinsip bintang adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Semua tindakan yang dilakukan hanya untuk Tuhan dan tidak mengharap pamrih dari orang lain dan melakukannya sendiri. b. Prinsip Malaikat (Kepercayaan)

Prinsip malaikat adalah prinsip berdasarkan iman kepada Malaikat. Semua tugas dilakukan dengan disiplin dan baik sesuai dengan sifat malaikat yang dipercaya oleh Tuhan untuk menjalankan segala perintah Tuhan yang Maha Kuasa.

c. Prinsip Kepemimpinan

Prinsip kepemimpinan adalah pada Agama Islam yaitu prinsip berdasarkan iman kepada Rasullullah SAW. Seorang pemimpin harus memiliki prinsip yang teguh, agar mampu menjadi pemimpin yang sejati. Seperti Rasullullah SAW adalah seorang pemimpin sejati yang dihormati oleh semua orang.

d. Prinsip Pembelajaran

Prinsip pembelajaran adalah prinsip berdasarkan iman kepada kitab. Suka membaca dan belajar untuk menambah pengetahuan dan mencari kebenaran yang hakiki. Berpikir kritis terhadap segala hal dan menjadikan kitab suci sebagai pedoman dalam bertindak.

(44)

e. Prinsip Masa Depan

Prinsip masa depan adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada ”hari akhir”. Berorientasi terhadap tujuan, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, disertai keyakinan akan adanya ”hari akhir” dimana setiap individu akan mendapat balasan terhadap setiap tindakan yang dilakukan.

f. Prinsip Keteraturan

Prinsip keteraturan merupakan prinsip berdasarkan iman kepada ”ketentuan Tuhan”. Membuat semuanya serba teratur dengan menyusun rencana atau tujuan secara jelas. Melaksanakan dengan disiplin karena kesadaran sendiri, bukan karena orang lain.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti berpendapat bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia memaknai bagaimana arti dari kehidupan serta memahami nilai tersebut dari setiap perbuatan yang dilakukan dan kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan seseorang dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan, sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.

2) Dimensi dan Indikator Kecerdasan Spiritual

(45)

a. Kemampuan bersikap fleksibel yaitu mampu menempatkan diri dan dapat menerima pendapat orang lain secara terbuka.

b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi seperti: kemampuan autocritism dan mengetahui tujuan dan visi hidup.

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan seperti: tidak ada penyesalan, tetap tersenyum dan bersikap tenang dan berdoa.

d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit seperti: bersikap ikhlas dan pemaaf.

e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai seperti: prinsip dan pegangan hidup dan berpijak pada kebenaran.

f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu seperti: tidak menunda pekerjaan dan berpikir sebelum bertindak.

g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal yaitu berpandangan holistik seperti: kemampuan berfikir logis dan berlaku sesuai norma sosial.

h. Kecenderungan nyata untuk bertanya mengapa atau bagaimana jika untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar seperti: kemampuan berimajinasi dan keingintahuan yang tinggi.

i. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai bidang mandiri yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi, seperti: mau memberi dan tidak mau menerima.

(46)

2.2 Pembahasan Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh kecerdasan intelektual pada pemahaman akuntansi, diantaranya adalah sebagai berikut:

Dwijayanti (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial terhadap Pemahaman Akuntansi”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial terhadap pemahaman akuntansi baik secara parsial maupun simultan. Penelitian ini menganalisa mahasiswa yang dilaksanakan pada 3 perguruan tinggi swasta di wilayah Jakarta Selatan, dengan kuesioner 133 responden. Penelitian ini terdapat empat variabel independen dan satu variabel dependen yaitu kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan sosial dan pemahaman akuntansi sebagai variabel dependen. Pengolahan data penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions) for windows version 13.0. sedangkan untuk pengujian digunakan uji t,uji F dan Koefisien Determinan (R2).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi sedangkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Sedangkan secara simultan kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman akuntansi.

(47)

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan Dwijayanti (2009) yang diuraikan di atas terletak pada variabel penelitian dan sampel penelitian. Jika pada penelitian Dwijayantai (2009) variabel penelitiannya kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan sosial dan pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi pada 3 Perguruan Tinggi Negeri di jakarta, sedangkan variabel pada penelitian yang akan dilakukan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Zakiah (2013) melakukan penelitian mengenai ”Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Empiris Mahasiswa Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun 2009 di Universitas Jember)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual baik secara parsial maupun simultan berpengaruh positif signifikan terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa jurusan akuntansi angkatan tahun 2009 di Universitas Jember. Selanjutnya disimpulkan juga bahwa kecerdasan intelektual mempunyai pengaruh dominant terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa jurusan akuntansi angkatan tahun 2009 di Universitas Jember.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan Zakiah (2013) yang diuraikan di atas terletak pada sampel penelitian. Jika pada penelitian Zakiah (2013) sampelnya adalah mahasiswa jurusan akuntansi angkatan tahun 2009 di Universitas Jember, sedangkan sampel pada

(48)

penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Kennedy (2013) melakukan penelitian mengenai ”Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Angkatan 2010”. Dalam penelitian Kennedy (2013) mengatakan pembelajaran yang hanya berpusat pada kecerdasan intelektual tanpa menyeimbangkan sisi emosional dan spiritual akan menghasilkan generasi yang mudah putus asa, depresi sehingga banyak mahasiswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai seorang mahasiswa yaitu tugas belajar. Kurangnya kecerdasan emosional dan kecerdasan sepiritual dalam diri seorang mahasiswa akan mengakibatkan mahasiswa kurang termotivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga mahasiswa sulit untuk memahami suatu mata kuliah. Sementara itu mereka yang hanya mengejar prestasi berupa nilai atau angka dan mengabaikan nilai spiritual, akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang bagus, mereka cendrung bersikap tidak jujur seperti mencontek pada saat ujian. Oleh karna itu kecerdasan emosional dan kecerdasan seperitual mampu mendorong mahasiswa mencapai keberhasilan dalam belajarnya karena kecerdasan spiritual merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Angkatan 2010.

(49)

Metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik, uji parsial dan uji simultan.

Hasil analisis yang penulis temukan dalam penelitian ini adalah (a) kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji Angkatan 2010 (b) kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji (c) kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Angkatan 2010.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan Kennedy (2013) yang diuraikan di atas terletak pada variabel penelitian dan sampel penelitian. Jika pada penelitian Kennedy (2013) variabel penelitiannya kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan tingkat pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Angkatan 2010, sedangkan variabel pada penelitian yang akan dilakukan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Fahrianta, dkk (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Akuntansi terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual

(50)

mahasiswa akuntansi terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa pada perguruan tinggi di Banjarmasin. Dimana hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan sistem pendidikan tinggi akuntansi khususnya pengembangan kurikulum akuntansi untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas tidak hanya secara akademis (intelektual), tetapi juga kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang baik.

Secara simultan pengaruh kecerdasan emosional kecakapan pribadi, kecerdasan emosional kecakapan sosial, dan kecerdasan spiritual tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi. Sedangkan secara parsial, bahwa kecerdasan emosional yang berupa kecakapan pribadi mahasiswa akuntansi mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Untuk kecakapan sosial terhadap tingkat pemahaman akuntansi mempunyai pengaruh negatif tetapi tidak signifikan. Selanjutnya, kecerdasan spritual mahasiswa terhadap tingkat pemahaman akuntansi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan Fahrianta, dkk (2012) yang diuraikan di atas terletak pada variabel penelitian dan sampel penelitian. Jika pada penelitian Fahrianta, dkk (2012) variabel penelitiannya kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan tingkat pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa program studi akuntansi di beberapa perguruan tinggi yang ada di Banjarmasin, sedangkan variabel pada penelitian yang akan dilakukan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional,

(51)

kecerdasan spiritual dan pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Rachmi (2010) melakukan penelitian mengenai ”Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Belajar terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mellandy dan Aziza (2006). Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan data primer yang diperoleh dari kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Yogyakartan dan Semarang. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 100 mahasiswa tingkat akhir dari Universitas Gajah Mada dan Universitas Diponegoro. Pengukuran kecerdasan emosional terdiri dari aspek pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial. Pengukuran kecerdasan spiritual terdiri dari aspek ketuhanan, kepercayaan, kepemimpinan, pembelajaran, berorientasi masa depan, dan keteraturan. Sedangkan, pengukuran perilaku belajar terdiri dari aspek kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, dan kebiasaan menghadapi ujian. Hasil pengujian hipotesis mengindikasikan bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

Durgut, dkk (2013) melakukan penelitian ”The Impact of Emotional Intelligence on the Achievement of Accounting Subject”. Penelitian ini dilakukan

(52)

terhadap mahasiswa yang mengikuti kelas akuntansi pada universitas di 2 negara bagian di Turki dengan metode survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman subyek mata kuliah akuntansi.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan Durgut, dkk (2013) yang diuraikan di atas terletak pada variabel penelitian dan sampel penelitian. Jika pada penelitian Durgut, dkk (2013) variabel penelitiannya kecerdasan emosional dan tingkat pemahaman subyek mata kuliah akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa pada universitas di 2 negara bagian di Turki, sedangkan variabel pada penelitian yang akan dilakukan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Amram (2009) melakukan penelitian “The Contribution of Emotional and Spiritual Intelligences to Effective Business Leadership”. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey terhadap 42 Chief Executive Offiver (CEO) dan 210 staf pada perusahaan-perusahaan di California. Hasil penelitian menunjukkan kecerdasan emosional CEO tidak berpengaruh terhadap efektivitas pengawasan, namun kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap efektivitas pengawasan.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan Amram (2009) yang diuraikan di atas terletak pada variabel penelitian dan sampel penelitian. Jika pada penelitian Amram (2009) variabel penelitiannya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual serta efektivitas pengawasan

(53)

manajerial, serta sampelnya adalah 42 Chief Executive Offiver (CEO) dan 210 staf pada perusahaan-perusahaan di California, sedangkan variabel pada penelitian yang akan dilakukan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan pemahaman akuntansi, serta sampelnya adalah mahasiswa akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

(54)

38 3.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah hasil dan sintesis teori serta kajian pustaka yang dikaitkan dengan masalah yang dihadapi dalam perumusan masalah penelitian ini. Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia selalu berdasarkan suatu motivasi dan minat tertentu, yang nantinya akan mempengaruhi kinerja individu tersebut. Menurut Sugiyono (2012: 45) dalam membentuk kelompok teori yang perlu dikemukakan dalam penyusunan kerangka berpikir dalam membuat suatu hipotesis harus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya. Dalam penelitian ini, terdapat 4 variabel terdiri dari kecerdasan intelektual sebagai variabel bebas, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual sebagai variabel moderating serta tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi sebagai variabel terikat yang dibentuk melalui hasil empiris penelitian-penelitian sebelumnya. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1

(55)

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, kemudian disusun konsep yang menjelaskan hubungan antar variabel antar variabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris yang telah di jelaskan pada kajian pustaka. Konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.2 Konsep Penelitian Kecerdasan Emosional (EQ) (X2) Kecerdasan Intelektual (IQ) (X1) Pemahaman Akuntansi (Y) Kecerdasan Spiritual (ESQ) (X3)

Kajian Teori Kajian Empiris

- Teori Kecerdasan - Pemahaman Akuntansi - Kecerdasan Intelektual - Kecerdasan Emosional - Kecerdasan Spiritual - Dwijayanti (2009) - Zakiah (2009) - Kennedy (2013) - Fahrianta, dkk (2012) - Hariyoga (2011) - Ardana, dkk (2013) - Durgut, dkk (2013) - Amram (2009) Rumusan Masalah Hipotesis Uji Statistik Hasil Kesimpulan dan Saran Isu dan Fenomena

(56)

3.3 Hipotesis

3.3.1 Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada Tingkat Pemahaman Akuntansi

Selama ini banyak orang menganggap bahwa jika seseorang memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar di banding orang lain. Para psikolog menyusun berbagai tes untuk mengukur kecerdasan intelektual, dan tes-tes ini menjadi alat memilah manusia ke dalam berbagai tingkatan kecerdasan, yang kemudian lebih dikenal dengan istilah IQ (Intellegence Quotient ), yang katanya dapat menunjukkan kemampuan mereka. Menurut teori ini, semakin tinggi IQ seseorang, semakin tinggi pula kecerdasannya (Zohar dan Marshall, 2007: 3). Kecerdasan intelektual memiliki dimensi yaitu kemampuan memecahkan masalah, intelegensi verbal, dan intelegensi praktis (Zakiah, 2013:10). Seorang mahasiswa akuntansi yang memiliki kecerdasan intelektual yang baik maka mampu memahami akuntansi dan dapat membaca dengan penuh pemahaman serta menunjukkan keingintahuan pada akuntansi.

Yani (2011) menyatakan kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang sangat dibutuhkan dalam keberhasilan seseorang, kecerdasan intelektual tetap mempengaruhi pola fikir seorang mahasiswa. karena kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan pertama yang dikembangkan yang mampu membuat seorang mahasiswa berfikir secara rasional untuk belajar akuntansi dan memahaminya. Penelitian Yani (2011) ini menyimpulkan kecerdasan intelektual berpengaruh pada tingkat pemahaman akuntansi.

(57)

Hasil penelitian Yani (2011) ini didukung oleh hasil penelitian Ardana dkk (2013) yang menyimpulkan kecerdasan intelektual (IQ) berpengaruh positif pada tingkat pemahaman akuntansi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis Ha1sebagai berikut :

Ha1 : Kecerdasan intelektual berpengaruh positif pada tingkat pemahaman

akuntansi.

3.3.2 Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada Tingkat Pemahaman Akuntansi Diperkuat oleh Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional memungkinkan seseorang untuk memutuskan dalam situasi apa dirinya berada lalu bersikap secara tepat didalamnya. Kecerdasan emosional memberikan kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan milik orang lain. Kecerdasan emosional memberikan rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menangapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat (Goleman, 2003: 18).

Dengan kecerdasan emosional, seseorang mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Seseorang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil juga mengembangkan kecerdasan intelektualnya dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan seseorang yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kecerdasan intelektualnya untuk memusatkan perhatian dan akan mempengaruhi

(58)

perilaku belajar mahasiswa yang nantinya juga mempengaruhi seberapa besar mahasiswa dalam memahami akuntansi (Dwijayanti, 2009).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis Ha2sebagai berikut :

Ha2: Kecerdasan emosional meningkatkan pengaruh kecerdasan

intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi.

3.3.3 Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada Tingkat Pemahaman Akuntansi Diperkuat oleh Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakana dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2007). Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual secara efektif. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi juga akan memotivasi mahasiswa untuk lebih giat belajar dan memiliki kreativias yang tinggi pula. Begitu pula sebaliknya, mahasiswa dengan kecerdasan spiritual yang rendah akan kurang termotivasi dalam belajar yang terjadi adalah melakukan segala cara untuk mendapatkan nilai yang baik, sehingga tingkat pemahaman dalam akuntansi menjadi kurang.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis Ha3sebagai berikut :

Ha3 : Kecerdasan spiritual meningkatkan pengaruh kecerdasan intelektual

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
Gambar 4.1 Prosedur Penelitian
Tabel 5.7 Deskriptif Statistik
Tabel 5.9 Koefisien Determinasi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi pengetahuan berupa pengembangan teori, terutama dalam bidang akuntansi sektor publik. Penelitian ini diharapkan dapat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi kajian yang lebih konprehensif dan pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang

Dalam tataran pengembangan ilmu pengetahuan, teori-teori sikap telah memberikan kontribusi besar, terutama perkembangan teori akuntansi positif (positive accounting theory) icon

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi serta memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada ilmu

EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, KECERDASAN SOSIAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Empiris Mahasiswa Akuntansi Universitas Wijaya

Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya bahan kepustakaan dan mampu memberikan kontribusi pada pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan akuntansi keperilakuan

Tujuan penelitian ini adalah Untuk menguji apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual mahasiswa akuntansi berpengaruh terhadap

Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih pemikiran ilmu pengetahuan dalam bidang pengembangan ilmu pemasaran, serta memperkaya