• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura, Pontianak Hal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungpura, Pontianak Hal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS FOTOKATALIS Fe2O3-ZEOLIT UNTUK UJI FOTODEGRADASI

ZAT WARNA JINGGA METIL

(SYNTHESIS PHOTOCATALYST Fe2O3-ZEOLITE FOR PHOTODEGRADATION

METHYL ORANGE DYE)

Sri Wardhani*, Rachmat Triandi T., Pemta Tia Deka, Alif Rohmatil Jannah

Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang *E-mail : wardhani@ub.ac.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to synthesize and test the activity of Fe2O3-zeolite

photocatalysts to degrade methyl orange dye with ultraviolet light. Characterization of Fe2O3-zeolite include functional groups by FTIR, types of minerals by X-ray diffraction, and surface area by using methylene blue. Parameters photocatalyst Fe2O3-zeolite

synthesis was the concentration of Fe (III). Photocatalyst for photodegradation test parameters included the concentration of methyl orange, the pH of methyl orange, and long irradiation. The concentration of Fe (III) which dimpregnasi on zeolites were 20, 30, 40, and 50 mmol/g zeolite. Test photocatalyst has been done by dispersing 25 mg of photocatalyst to methyl orange solution of 25 mL and then irradiated with ultraviolet light 20-100 minutes. Parameters methyl orange pH was pH 2, 4, 6, 8, and 10, while the concentration of methyl orange was 5, 10, 15, 20, and 30 mg / L. concentration of methyl orange was determined by UV-Vis spektrofotomer. Results of research for the characterization of Fe2O3-zeolite is shows wavenumber 520.74 cm-1. Minerals contained

in the Fe2O3-zeolite is mordenite, silica, and hematite and its surface area is 230,80m2/g.

Test results photocatalytic activity of Fe2O3-zeolite showed that the concentration of Fe

(III) impregnated optimum is 40 mmol/g zeolite, the optimum irradiation time was 60 minutes, the optimum concentration is 15 mg/L and a pH optimum of methyl orange is pH 2. Photocatalyst Fe2O3-zeolite capable degrade methyl orange by 52.54% at the optimum

condition.

Keywords : Fe2O3-zeolite, photocatalyst, methyl orange ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mensintesis dan menguji kemampuan fotokatalis Fe2O3-zeolit untuk mendegradasi zat warna jingga metil dengan bantuan sinar ultra violet. Karakterisasi Fe2O3-zeolit meliputi gugus fungsi dengan spekroskopi FTIR, jenis mineral dengan Difraksi Sinar X, dan luas permukaan dengan menggunakan metilen biru. Parameter sintesis fotokatalis Fe2O3-zeolit adalah konsentrasi Fe(III) sedangkan parameter uji fotokatalis untuk fotodegradasi meliputi konsentrasi jingga metil, pH jingga metil, serta lama penyinaran. Konsentrasi Fe(III) yang dimpregnasi pada zeolite adalah 20, 30, 40, dan 50 mmol/g zeolite. Uji fotokatalis dilakukan dengan cara mendispersikan 25 mg fotokatalis ke larutan jingga metil sebanyak 25 mL kemudian disinari dengan sinar ultra violet 20 – 100 menit. Parameter pH jingga metil digunakan pH 2, 4, 6, 8, dan 19 sedangkan konsentrasi jingga metil adalah 5, 10, 15, 20, dan 30 mg/L. konsentrassi jingga metil ditentukan dengan spektrofotomer UV-Vis. Hasil penelitian untuk karakterisasi Fe2O3-zeolit adalah Fe2O3-zeolit menunjukkan bilangan gelombang 520,74 cm-1. Mineral yang terdapat pada Fe2O3-zeolit adalah mordenit, silika, dan hematit dan luas permukaannya adalah 230,80m2/g. hasi uji aktivitas fotokatalis Fe2O3-zeolit menunjukkan bahwa konsentrasi Fe(III) terimpregnasi optimum adalah 40 mmol/g zeolit, lama penyinaran optimum 60 menit, konsentrasi dan pH optimum jingga metil berturut-turut adalah 15 mg/L dan pH 2. Fotokatalis Fe2O3-zeolit mampu mendegradasi jingga metil sebesar 52,54% pada kondisi optimum.

(2)

1. PENDAHULUAN

Limbah zat warna merupakan senyawa organik yang sukar terurai, bersifat racun, dan apabila dibuang ke perairan akan mencemari lingkungan [1]. Jingga metil merupakan salah satu zat warna tekstil dari senyawa azo turunan gugus benzena yang bersifat

non-biodegradable dan dapat menyebabkan kanker. Dalam limbah tekstil terdapat senyawa

azo sebanyak 60-70%. Pencemaran jingga metil ini dapat menimbulkan racun bagi lingkungan sehingga perlu alternatif yang efektif untuk menangani penguraian limbah tersebut [2].

Sebagai alternatif lain untuk menanggulangi limbah, yaitu dikembangkannya metode fotokatalitik. Fotokatalitik adalah metode penanggulangan limbah zat warna yang dalam prosesnya dibantu oleh adanya sinar dan material katalis guna mendegradasi zat warna berbahaya [3]. Oksida logam Fe2O3 merupakan salah satu semikonduktor yang perlu dipelajari dalam penelitian, karena Fe2O3 memiliki band gap (Eg) cukup kecil. Hal ini memudahkan eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi sehingga energi yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Fe2O3 perlu dipreparasi dalam suatu pengemban, karena pengemban mampu menahan partikel oksida tersebut [2], sehingga aktivitas Fe2O3 dalam suatu pengemban menjadi lebih tinggi dibandingkan Fe2O3 tanpa pengemban.

Pada penelitian ini digunakan zeolit alam Turen sebagai pengemban. Zeolit alam Turen banyak mengandung mineral jenis mordenit Na8[Al8Si40O96].24H2O. Mineral ini mempunyai struktur berpori yang besar, kaya akan silika sehingga stabilitas termal tinggi, bermuatan negatif atau netral yang menyebabkan proses impregnasi menjadi mudah, dan harganya relatif murah [4]. Faktor-faktor yang mempengaruhi fotodegradasi zat warna jingga metil adalah pH, lama penyinaran, dan konsentrasi jingga metil. pH larutan jingga metil memiliki peranan penting dalam menghasilkan radikal hidroksil.

2. METODE PENELITIAN

Zeolit alam Turen sebanyak 100 gram dihancurkan menggunakan palu, kemudian, digerus sampai halus dengan mortar dan diayak dengan ayakan 120 mesh. Zeolit yang lolos diayak kembali dengan ayakan 150 mesh. Zeolit yang tertinggal dalam ayakan 150 mesh digunakan pada penelitian selanjutnya. Zeolit kemudian dicuci dengan 600 mL aquades sambil diaduk. Selanjutnya, zeolit hasil pencucian disaring kemudian dikeringkan dalam oven pada temperatur 110 oC selama dua jam, dan ditimbang hingga massanya konstan. Sebanyak 19,7 g zeolit hasil pencucian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1000 mL dan ditambahkan dengan 250 mL HCl 0,4 M. Campuran dikocok dengan shaker selama empat jam dengan kecepatan 100 rpm. Zeolit disaring dan dicuci dengan aquades hingga filtrat bebas ion Cl-. Uji bebas ion Cl- dilakukan dengan penambahan 0,1 M AgNO3

(3)

pada filtrat hingga tidak terbentuk endapan putih. Residu zeolit dikeringkan dalam oven pada temperatur 110 oC selama dua jam dan ditimbang hingga diperoleh massa konstan.

2.1 PENGEMBANAN Fe2O3 KE DALAM ZEOLIT

Zeolit hasil preparasi (ZA) sebanyak satu gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1000 mL dan ditambahkan dengan 200 mL larutan FeCl3.6H2O (dilakukan hal yang sama dengan volume larutan Fe 300, 400, 500 mL). Campuran dikocok dengan shaker selama tiga jam dengan kecepatan 120 rpm. Campuran disaring dan filtratnya ditampung di gelas kimia, sedangkan endapan dicuci dengan 800 mL aquades. Filtrat diukur absorbansinya menggunakan SSA untuk mengetahui kadar Fe sisa. Endapan dikeringkan dalam oven selama dua jam pada temperatur 120 oC. Endapan kemudian dikalsinasi dengan tanur yang dipanaskan mencapai temperatur 500 oC. Temperatur tersebut dipertahankan selama tiga jam. Selanjutnya, endapan didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Endapan yang didapat merupakan fotokatalis Fe2O3-Zeolit dan dikarakterisasi menggunakan XRD. Fotokatalis kemudian diuji aktifitasnya.

2.2 UJI FOTOKATALITIK JINGGA METIL 2.2.1 PENGARUH pH JINGGA METIL

Dua buah gelas kimia diisi masing-masing dengan 25 mL larutan jingga metil 25 ppm, pH 2. Lalu ditambahkan 25 mg Fe2O3-Zeolit ke dalam dua gelas kimia tersebut. Gelas kimia dimasukkan ke dalam reaktor dan disinari dengan lampu UV selama 80 menit. Campuran hasil degradasi didekantasi dan diambil filtratnya. Filtrat Diatur pHnya hingga pH 6 dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang absorbansi maksimum (460 nm). Larutan jingga metil pH 4, 6, 8, dan 10 diuji dengan cara yang sama seperti di atas..

2.2.2 Pengaruh Konsentrasi Jingga Metil terhadap Degradasi Jingga Metil

Dua buah gelas kimia diisi masing-masing dengan 25 mL larutan jingga metil 5 ppm, pH 2. Lalu ditambahkan 25 mg Fe2O3-Zeolit ke dalam dua gelas kimia tersebut. Gelas kimia dimasukkan ke dalam reaktor dan disinari dengan lampu UV selama 80 menit. Campuran hasil degradasi didekantasi dan diambil filtratnya. Larutan jingga metil dengan konsentrasi 10, 15, 20, dan 30 ppm diuji dengan cara yang sama.

2.2.3 Pengaruh Lama Penyinaran terhadap Degradasi Jingga Metil

Dua buah gelas kimia diisi masing-masing dengan 25 mL larutan jingga metil 15 ppm pH 2, lalu ditambahkan 25 mg Fe2O3-Zeolit ke dalam dua gelas kimia tersebut. Gelas kimia dimasukkan ke dalam reaktor dan disinari dengan lampu UV selama 20 menit. Campuran hasil degradasi didekantasi dan diambil filtratnya. Filtrat diukur pH-nya

(4)

menggunakan pH-meter. Filtrat kemudian diambil 5 mL, dimasukkan ke dalam gelas kimia 50 mL, lalu ditambahkan 10 mL aquades hingga elektroda tercelup. Harga pH larutan dapat diatur hingga pH 6, sesuai pH jingga metil kurva baku dengan penambahan NaOH 0,1 M Kemudian, filtrat dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan larutan pH 6 hingga tanda batas. Filtrat diukur absorbansinya pada panjang gelombang absorbansi maksimum (460 nm). Lama penyinaran jingga metil 40, 60, 80, dan 100 menit diuji dengan cara yang sama seperti di atas. Dalam perlakuan ini dilakukan secara diplo dan diperoleh lama penyinaran optimum.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakterisasi Katalis Fe2O3-Zeolit

Hasil analisa menggunakan spektrofotometri inframerah memperlihatkan bahwa pembentukan oksida besi dari proses kalsinasi pada impregnasi mengakibatkan terjadinya pergeseran bilangan gelombang dari vibrasi O-H, Si-O, dan Al-O. Pada bilangan gelombang 520,74 cm-1 [5] terlihat pada Fe2O3-zeolit. Bilangan gelombang tersebut menujukkan pergeseran yang mengindikasikan pembentukan oksida besi sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

Gambar 1. Difraktogram Fe2O3-zeolit

Pada Gambar 1 karaktersitik dari mineral mordenit ditunjukan adanya nilai d, yaitu 10,344 Å, 6,544 Å, 3,624 Å, 3,218 Å, 2,456 Å yang merupakan daerah karakteristik dari mineral mordenit (JCPDS 29-1257) dengan intensitas yang cukup besar. Selain adanya puncak karakteristik dari mineral mordenit, beberapa puncak menunjukkan kandungan mineral lain yaitu adanya puncak spesifik silika (JCPDS 33-1161) dengan harga d, yaitu 4,254 Å, 3,340 Å, 2,456 Å, 2,281 Å, 1,818 Å. Fe2O3 yang terbentuk memiliki struktur

(5)

hematit (JCPDS 24-0072) dan goetit (JCPDS 02-0281). Karena pada d=2,711 Å, 2,273 Å, 2,515 Å, 1,849 Å, 1,673 Å, 1,229 Å, 1,498 Å, dan 1,453 Å adalah karakter dari mineral hematit dengan peak tertinggi sebesar 27,76 % pada d=1,848 Å. Sedangkan, pada d=2,515 Å, 1,229 Å, 1,849 Å, 1,673 Å, 1,453 Å, dan 2,237 Å adalah karakter dari mineral goetit.

3.2 Pengaruh Konsentrasi larutan Fe Impregnasi pada zeolit

Gambar 2. Hubungan konsentrasi Fe impregnasi terhadap kandungan Fe dalam zeolite hasil impregnasi.

Pada Gambar 2 terlihat bahwa makin banyak Fe(III) yang terdapat dalam larutan FeCl3.6H2O, maka jumlah oksida yang terkandung dalam zeolit juga makin banyak, namun jika konsentrasi Fe(III) yang diembankan dalam mineral alam terlalu tinggi maka dapat menyebabkan daya adsorpsi logam ke dalam mineral makin berkurang.

Gambar 3. Hubungan konsentrasi larutan Fe yang dimpreganiskan ke zeolite terhadap luas permukaan Fe-zeolit

Uji luas permukaan ini ditunjukkan oleh adanya daya adsorpsi molekul metilen biru. Berdasarkan Gambar 3 semakin tinggi konsentrasi larutan yang dimpregnasikan pada zeolite semakin meningkat luas permukaannya yang selanjutnya luas permukaannya akan turun pada konsentrasi Fe 50 mmol/g zeolite. Hal ini dimungkinkan karena gugus

0 5 10 15 20 25 20 30 40 50 kan d u n gan F e h asi l i mp re gn asi d al am ze o lit ( mg /g z e o lit)

KONSENTRASI larutan impregnasi Fe (mmol/g zeolit)

0 5 10 15 20 25 20 30 40 50 Lu as Pe rmu kaan F e -ze o lit (m2/ g)

Konsentrasi larutan Fe yang dimpregnassikan dalam zeolit (mmol/g zeolit)

(6)

aktif dari zeolit mampu mengikat ion-ion Fe sehingga interaksi tersebut mengakibatkan sebagian permukaan zeolit tersebut terlindungi dari molekul metilen biru. Selain itu, luas permukaan spesifik katalis mengalami peningkatan dengan bertambahnya konsentrasi larutan impregnasi hingga konsentrasi larutan impregnasi 40 mmol/g zeolite, selanjutnya luas permukaan menurun dengan bertambahnya konsentrasi larutan impregnasi.

Gambar 4. Hubungan Konsentrasi Larutan Fe yang Diimpregnasikan dalam zeolite terhadap Degradasi Jingga Metil dengan penyinaran UV 80 menit

Berdasarkan Gambar 4, Degradasi jingga metil semakin meninggkat dengan bertambahnya kandungan Fe dalam zeolite (sesuai dengan Gambar 2). Bertambahnya kandungan Fe dalam zeolite maka akan menambah jumlah fotokatalis sehingga semakin banyak OH radikal yang dihasilkan. Apabila semikonduktor disinari suatu cahaya dengan panjang gelombang tertentu maka elektron pada pita valensi akan tereksitasi menuju pita konduksi dan menghasilkan lubang positif (Hole) pada pita valensi. Proses ini terjadi pada tahap awal proses fotokatalis. Hole yang dihasilkan pada pita valensi dapat bereaksi dengan air untuk membentuk radikal OH sedangkan elektron pada pita konduksi mampu mereduksi molekul oksigen, hidrogen peroksida atau agen pengoksidasi lainnya dalam larutan.

3.3 Pengaruh pH Jingga Metil

Gambar 5. Hubungan pH Jingga Metil terhadap Degradasi Jingga Metil 0 10 20 30 40 50 60 20 30 40 d e gr ad asi J in gg a M e ti l ( % )

Konsentrasi larutan Fe yang dimpregnasikan pada zeolit (mmol/g zeolit) 0 5 10 15 20 2 4 6 8 10 D e gr ad asi J in gg a M e ti l ( % ) pH Jingga metil

(7)

Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin rendah nilai pH, prosentase degradasi jingga metil semakin besar. Prosentase degradasi jingga metil maksimum terjadi pada pH 2. Fotokatalis Fe2O3 mempunyai muatan sesuai dengan pH lingkungannya. Permukaan fotokatalis akan bermuatan positif apabila nilai pH lebih kecil dari Point of Zero Charge, dan akan bermuatan negatif apabila nilai pH lebih besar dari Point of Zero Charge [6]. Fe2O3 mempunyai PZC sebesar 8,6 [7], sehingga permukaan Fe2O3 akan bermuatan positif jika berada pada pH di bawah 8,6. Sebaliknya, pada pH di atas 8,6 permukaan Fe2O3 akan bermuatan negatif.

Jingga metil merupakan senyawa anionik. Pada pH rendah (di bawah PZC), jingga metil yang bermuatan negatif akan lebih mudah teradsorpsi pada permukaan Fe2O3 yang bermuatan positif. Adsorpsi jingga metil menjadi meningkat dengan adanya interaksi elektrostatik antara jingga metil dengan Fe2O3. Adsorpsi yang meningkat menyebabkan jingga metil lebih mudah teroksidasi. Pada pH rendah jumlah radikal hidroksil yang dihasilkan semakin banyak sehingga juga dapat meningkatkan oksidasi jingga metil. Hal ini sesuai dengan penelitian Safni yang menyimpulkan bahwa degradasi methanyl yellow menggunakan TiO2 anatase yang tinggi terjadi pada kondisi asam [8]. Sebaliknya, pada pH tinggi (di atas PZC) Fe2O3 bermuatan negatif dan jingga metil bermuatan negatif. Hal ini menyebabkan adsorpsi jingga metil pada permukaan Fe2O3 menjadi sulit terjadi, karena adanya gaya tolak menolak antara jingga metil dan Fe2O3 yang sama-sama bermuatan negatif.

Pada kondisi asam (pH 2) akan semakin banyak ion H+ yang bereaksi dengan dengan O2•− (reaksi 2) yang dapat meningkatkan jumlah H2O2 dalam reaksi (reaksi 4). Peningkatan jumlah H2O2 ini dapatmemperbanyak jumlah radikal hidroksil dan OH- yang terbentuk (reaksi 5). Semakin banyak OH- yang terbentuk semakin banyak pula radikal hidroksil yang dihasilkan (reaksi 6) untuk mendegradasi jingga metil. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut [9]:

(O2)ads + e− O2•− (1) O2•− + H+  HOO• (2) HOO• + e−  HOO− (3) HOO− + H+  H2O2 (4) H2O2 + e− OH• + OH− (5) h+ + OH−  OH• (6)

3.4 Pengaruh Konsentrasi Jingga Metil

Gambar 6 menunjukkan bahwa prosentase degradasi meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi jingga metil sampai konsentrasi tertentu dan kenaikan

(8)

konsentrasi jingga metil lebih lanjut menyebabkan penurunan prosentase degradasi. Degradasi optimum terjadi pada konsentrasi jingga metil 15 ppm.

Dalam hal ini, jingga metil bertindak sebagai adsorbat dan Fe2O3-zeolit bertindak sebagai adsorben. Mengutip Oscik dalam [10], semakin tinggi konsentrasi adsorbat maka jumlah zat yang teradsorpsi ke dalam adsorben akan semakin banyak. Adsorpsi yang semakin banyak ini menyebabkan peningkatan prosentase degradasi. jingga metil. Jika adsorben sudah jenuh dengan adsorbat, maka kenaikan konsentrasi adsorbat tidak akan menaikkan jumlah zat yang teradsorpsi atau cenderung konstan [10] dan kemungkinan akan mengalami desorpsi.

Gambar 6. Hubungan Konsentrasi Jingga Metil terhadap Degradasi Jingga Metil Pada konsentrasi tertentu, prosentase degradasi jingga metil mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan zat warna jingga metil akan membentuk selimut atau penutup yang dapat menghalangi sinar uv masuk mengenai katalis, sehingga radikal hidroksil yang dihasilkan menjadi semakin sedikit. Mengutip Poulious dalam [11], penurunan degradasi zat warna dengan meningkatnya konsentrasi zat warna merupakan hasil dari pembentukan radikal hidroksil yang berkurang pada permukaan katalis, karena situs aktif tertutupi oleh pengumpulan molekul zat warna yang teradsorpsi di permukaan katalis.

3.5 Pengaruh Lama Penyinaran

Gambar 7. Hubungan Lama Penyinaran terhadap Degradasi Jingga Metil 0 5 10 15 20 25 30 35 5 10 15 20 30 D e gr ad asi J in gg a M e ti l ( % )

Konsentrasi Jingga Metil (mg/L)

0 10 20 30 40 50 60 20 40 60 80 100 D e gr ad asi J in gg a M e ti l ( % )

(9)

Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin lama waktu penyinaran maka semakin bertambah prosentase degradasi jingga metil. Hal ini sesuai dengan penelitian Aprilita menggunakan TiO2 yang menunjukkan bahwa prosentase degradasi asam palmitat meningkat seiring dengan lamanya penyinaran [12]. Semakin lama penyinaran maka energi foton yang diserap fotokatalis semakin banyak, sehingga radikal hidroksil yang terbentuk pada permukaan fotokatalis juga semakin banyak sehingga meningkatkan efektivitas degradasi [12].

Dalam penelitian ini didapatkan prosentase degradasi jingga metil 0% dan 7,51% dengan lama penyinaran 30 dan 40 menit. Sedangkan, lama penyinaran optimum dalam degradasi jingga metil adalah 60 menit dengan prosentase degradasi sebesar 52,54%. Semakin lama penyinaran, semakin lama katalis terpapar sinar UV sehingga semakin banyak radikal hidroksil yang dihasilkan dan prosentase degradasi semakin meningkat. Tetapi pada lama penyinaran 80 menit dan 100 menit prosentase degradasi jingga metil mengalami penurunan, Hal ini dikarenakan semakin lama waktu penyinaran, semakin besar energi panas yang dihasilkan sinar UV. Akibatnya, pelarut aquades pada zat warna menguap sehingga volume larutan jingga metil menjadi berkurang dan terjadi peningkatan konsentrasi jingga metil. Konsentrasi yang semakin pekat ini menyebabkan molekul zat warna mengumpul di permukaan katalis, sehingga akan mengalangi sinar uv yang mengenai katalis.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan karakterisasi menggunakan XRD, Fe-zeolit Turen teraktivasi tersusun atas mineral mordenit, mineral hematit dan goetit. Berdasarkan karakterisasi menggunakan spektrofotometer infra merah, Fe2O3 muncul pada bilangan gelombang 520,74 cm -1.

Konsentrasi larutan Fe untuk impreganasi dalam zeolite berpengaruh terhadap kandungan Fe dalam zeolite. Pada konsentrasi 20 hingga 40 mmol/g zeolite kadar Fe dalam zeolite semakin meningkat dan kandungan Fe dalam zeolite turun bila konsentrasi Fe untuk impreganasi ditingkatkan. Luas permukaan spesifik semakin meningkat dengan bertambahnya kandungan Fe dalam zeolite. Luas permukaan spesifik optimum adalah 230,80m2/g.

Konsentrasi jingga metil, pH Jingga metil, lama penyinaran sinar UV dan konsentrasi impregnasi larutan Fe berpengaruh pada degradasi jingga metil. Kondisi optimum fotokatalis diperoleh pada konsentrasi jingga metil 15 ppm, pH 2, lama penyinaran 60 menit, dan konsentrasi larutan impregnasi Fe(III) 40mmol/g zeolit. Pada kondisi optimum tersebut didapatkan prosentase jingga metil terdegradasi sebesar 52,54%.

(10)

5. PUSTAKA

[1]. Widihati IAG, Diantariani NP, Nikmah YF., Fotodegradasi Metilen Biru dengan Sinar UV dan Katalis Al2O3, Jurnal Kimia Universitas Udayana 2011; 5: 31-42,;

[2] Dhamayanti Y, Wijaya K, Tahir I. Fotodegradasi Zat Warna Metyhl Orange Menggunakan Fe2O3-Montmorilonit dan Sinar Ultraviolet, Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia FMIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; 2005

[3] Santoso, UT. Kinetika Reduksi Fotoreduksi Cr (VI) Oleh Asam Humat, Tesis, S2 Pascasarjana MIPA, UGM, Yogyakarta;2001

[4] Wardhani S. Studi Pengaruh Konsentrasi Zn(II) pada Preparasi Katalis Zeolit-ZnO terhadap Okidasi Fenol, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Brawijaya, Malang,2010

[5] Nyquist, R.A., and Kegel, R.O. Infrared Spectra of Inorganic Compounds, Academic Press Inc., London; 1971

[6] Rizzo, L., Koch J, Belgiorno V, and Anderson MA . Removal of Methilene Blue in a Photocatalytic Reactor using Polymethylmethacrelate Support TiO2 Film, University of Salerno, Italy; 2005

[7] Parks, G.A., and Bruyn PL. The Zero Point of Charge of Oxides 1962; 6(66), 967-973, http://www.mendeley.com/research/zero-point-charge-oxides/, diakses tanggal 25 Desember 2011

[8] Safni, F.S., Maizatisna, dan Zulfarman. Degradasi Zat Warna Methanyl Yellow Secara Sonolisis dan Fotolisis dengan Penambahan TiO2 Anatase, Jurnal Sains Materi

Indonesia, 2007; 1(11) 47-51, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas,

Padang

[9] Colmenares, J.C., dkk. Nanostructured Photocatalysts and Their Applications in the Photocatalytic Transformation of Lignocellulosic Biomass, Institute of Physical Chemistry, Polish Academy of Sciences, ul. Kasprzaka; 2009

[10] Mahdian, P.S., Pengaruh Konsentrasi dan pH Larutan terhadap Adsorpsi Timbal(II) dan Kadmium(II) pada Adsorben Biomassa Apu-apu dengan Metode Statis,

Sains dan Teknologi 2008;71(26),55-65, FKIP Unlam, Banjarmasin

[11] Rashed, M.N., and El-Amin AA. Photocatalytic Degradation of Methyl Orange in Aqueous TiO2 under Different Solar Irradiation Sources, Chemistry Department, Faculty of Science, Aswan, South Valley University, 81528 Aswan, Egypt;2007 [12] Aprilita,N.H., I. Kartini I, dan Ratnaningtyas SH. Self-cleaning Kaca Berbasis Lapis

Tipis TiO2 dengan Perlakuan Asam dan Asam Palmitat sebagai Model Polutan, Laboratorium Kimia Analitik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; 2008

Gambar

Gambar 1. Difraktogram Fe2O3-zeolit
Gambar  2.  Hubungan  konsentrasi  Fe  impregnasi  terhadap  kandungan  Fe  dalam  zeolite  hasil impregnasi
Gambar  4.  Hubungan  Konsentrasi  Larutan  Fe  yang  Diimpregnasikan  dalam  zeolite  terhadap Degradasi Jingga Metil dengan penyinaran UV 80 menit
Gambar 6. Hubungan Konsentrasi Jingga Metil terhadap Degradasi Jingga Metil  Pada konsentrasi tertentu, prosentase degradasi jingga metil mengalami penurunan

Referensi

Dokumen terkait

Melalui kegiatan menggali informasi dari percobaan, siswa dapat membuat laporan untuk menjelaskan cara menjernihkan air yang kotor.. SUMBER BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terkait jawaban siswa usia 12-17 tahun di Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, diperoleh beberapa temuan terkait

Tiada seorang pun boleh melaksanakan, mengambil bahagian dalam, melibatkan din, ada perkaitan dengan, atau menjalankan sama ada secara langsung atau tidak langsung,

- Mahasiswa memahami konsep logika proposisi, pola penalaran logika proposisi dan inferensi proposi yang efektif hingga dapat menyelesaikan kasus sederhana dengan

Penelitian ini mencoba mengembangkan Pengaruh Growth, Firm Size, Profitabilitas, Leverage, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)

Dari analisis data tersebut terdapat input yang tidak efisien pada daerah distribusi wilayah Jawa Barat, yaitu berada pada banyaknya jumlah agen tetapi dengan banyaknya jumlah

Hasil uji signifikansi dengan Uji Wilcoxon (p) = 0,00 dan Uji Friedman (p) = 0,00; menunjukkan bahwa Nilai (p) < 0,05 yang berarti dapat dideskripsikan pada kelompok

Terlebih jika dilihat dari tabel 5.3, sebagian besar ibu responden merupakan ibu rumah tangga/tidak bekerja, sehingga ibu bisa lebih banyak waktu dalam