• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X IPA SMA MUHAMMADIYAH 6 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X IPA SMA MUHAMMADIYAH 6 MAKASSAR"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA

DIDIK KELAS X IPA SMA MUHAMMADIYAH 6 MAKASSAR

SKRIPSI

OLEH : IRWANSYAH NIM 10539144215

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA

DIDIK KELAS X IPA SMA MUHAMMADIYAH 6 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukanuntuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh IRWANSYAH NIM 10539144215

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

Motto dan Persembahan

Motto

Yakin adalah kunci jawaban dari segala permasalahan, dengan yakin

semua masalah akan terlihat jadi mungkin

Tiadanya kenyakinan membuat orang takut menghadapi tantangan

dan saya percaya pada Tuhan, percaya pada diri sendiri, serta percaya

pada takdir baik yang telah Tuhan tetapkan untuk mampu

menghadapinya,

Kupersembahkan

karya ini untuk kedua orang tua

yang telah melahirkan dan membesarkan

serta memberikan kasih sayang tulus dan ikhlas.

do’a , pengorbanan, nasehat, serta kasih sayang

hingga ku bisa menggapain cita-citaku

(8)

vii

ABSTRAK

Irwansyah. 2020. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar. Skripsi. Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I: Abd. Samad, dan Pembimbing II: Rahmini Hustim.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk: (1) mengetahui besarnya hasil belajar fisika peserta kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar sebelum diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match, (2) mengetahui besarnya hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar setelah diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match, (3) mengetahui besarnya peningkatanhasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar setelah diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match. Jumlah peserta didik sebanyak 18 peserta didik yang terdiri dari 1 kelas. Metode penelitian yang digunakan adalah

pra-eksperimen dan desain penelitian One Group Pretest-Posttest. Instrumen

penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar Fisika. Hasil analisis deskriptif menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar Fisika peserta kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassartahun ajaran 2019/2020 pada pretest peserta didik memperoleh skor rata-rata hasil belajar sebesar 11,67 dengan standar deviasi sebesar 4,00 sedangkan posttest diperoleh skor rata-rata sebesar 22,56 dengan standar deviasi sebesar 3,09 dan skor rata-rata uji n-gain ternomalisasi sebesar 0,59. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik meningkat dalam kategori sedang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Make A Match.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match, Hasil Belajar

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi rabbil a’alamin. Satu-satunya kalimat yang pantas

diucapkan atas kemurahan Allah menerangi mata, telinga, hati dan pikiran sehingga penulis mampu dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar”.

Salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi pelopor peradaban manusia yang hakiki, sehingga penulis hadir dalam wujud manusia yang berusaha menjadi pelangsung kemajuan kehidupan manusia lewat karya sederhana ini.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini takkan terwujud tanpa adanya uluran tangan dari orang-orang yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khalik untuk memberikan dukungan, bantuan, bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi penulis, oleh karena itu disamping rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada pihak yang selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih kepada kedua orang tuaku yang tercinta, Ayahanda ,Muhammad Amir dan Ibunda Rosmiati atas segala jerih payah, pengorbanan dalam mendidik, membimbing, dan

(10)

ix

selesainya studi (S1) penulisatas semangat, dukungan, perhatian, kebersamaan dan do’anya untuk penulis. Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis mengalami hambatan namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Olehnya itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan dan setulusnya kepada Ayahanda Drs. H. Abd. Samad, M.Si selaku pembimbingIdan Ibunda Dra. Hj. Rahmini Hustim, M.Pd selaku pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, memberikan ide, arahan, saran dan bijaksana dalam menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga baik dalam penelitian ini maupun selama menempuh kuliah. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang telah diucapkan kepada penulis selama ini.

Selain itu ucapan terima kasih juga pada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, mereka yang telah berjasa di antaranya adalah Ayahanda Prof. Dr.H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Ayahanda Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Ibunda Dr. Nurlina, S.Si.,M.Pd. selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar, Ayahanda Ma’ruf, S.Pd.,M.Pd. selaku Sekretaris Prodi

Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak dan Ibu dosen Prodi Pendidikan Fisika Fakultas

(11)

x

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan Universitas Negeri Makassar yang telah membagikan ilmunya penulis selama ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada bapak Saiful Kaharuddin, S.Pd.Iselaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 6 Makassar, bapakHisbullah Salam, S.Pd selaku guru bidang studi Fisika SMA Muhammadiyah 6 Makassar yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis selama mengadakan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Himaprodi Pendidikan Fisika terkhusus sahabat-sahabatku yaitu Wahidah, Uni, dan Miftah dan teman-teman seperjuangan mahasiswa Angkatan 2015 Prodi Pendidikan Fisika serta seluruh pihak yang tak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan bahwa tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif sehingga penulis dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Dengan harapan dan do’a penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah ilmu khususnya di bidang pendidikan fisika.

Amiinn Yaa Rabbal Alamiin

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Februari 2020

(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PENGESAHAN ... .ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... .iii

SURAT PERNYATAAN ...iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... .xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... . 8

B. Kerangka Pikir ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 18

B. Populasi dan Sampel ... 18

(13)

xii

D. Definisi Operasional Variabel... 19

E. Prosedur Penelitian ... 19

F. Instrumen Penelitian ... 21

G. Teknik Pengumpulan Data ... 24

H. Teknik Analisis Data ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Hasil Penelitian ... 27

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 33

BAB V PENUTUP ... 35 A. Kesimpulan ... 35 B. Saran ... 36 DAFTAR PUSTAKA ... 37 LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 3.1Untuk menghitung indeks Gregory ... 22

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Reliabilitas Item ... 24

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Gain ... 26

Tabel 4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 27

Tabel 4.2 Statistik Skor Pretest dan Posttest Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar ... 29

Tabel 4.3Distribusi Interval Skor Hasil Belajar Fisika Kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar pada saat Pretest dan Posttest... 30

Tabel 4.4 Distribusi dan Frekuensi Perolehan N-Gain Hasil Belajar Fisika Kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar pada Saat Pretest dan Posttest ... 33

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nama Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Alur Penelitian ... 17 Gambar 3.1 One-Group Pretest-Posttest Design ... 19 Gambar 4.1 Diagram Pretest dan Posttest Hasil Belajar Peserta Didik

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran A... .38

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... ..39

A.2 Bahan Ajar ... ..55

A.3 Lembar Kerja Peserta Didik ... ..67

Lampiran B ... 75

B.1 Kisi-Kisi Instrumen ... 76

B.2 Instrumen Tes yang Belum Uji Coba... 79

Lampiran C ... 88 C.1 Uji Gregory ... 89 C.2 Uji Validitas ... 95 C.3 Uji Reliabilitas ... 106 Lampiran D... 108 D.1 Analisis Deskriptif ... 109 D.2 AnalisisUji N-Gain ... 114

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era modern ini, perspektif mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan. Menurut Fathurrohman (2015: 13) mengatakan bahwa hal yang menyebabkan ilmu pengetahuan dianggap tidak sesuai dengan keadaan yaitu tiga alasan penting dimana alasan pertama adalah peserta didik bukan orang dewasa dalam bentuk mini, melainkan mereka adalah organisme yang sedang berkembang.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Oleh Windarwati (2017: 1)

Menurut Fathurrohman,(2015: 1) pada dasarnya belajar merupakan suatu proses yang berakhir pada perubahan. Belajar tidak pernah memandang siapa pengajarnya, dimana tempatnya dan apa yang diajarkan. Tetapi dalam hal ini lebih menekankan pada hasil dari pembelajaran tersebut.

Agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dalam hal ini guru

(18)

2

bukan saja dituntut untuk lebih aktif mencari informasi yang dibutuhkan, melainkan juga harus mampu menyeleksi berbagai informasi sehingga dapat menunjukkan pada peserta didik informasi yang dianggap perlu dan penting untuk kehidupan mereka.

Selain itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi dan memungkinkan peserta didik untuk dapatmengakses berbagai informasi, tugas, dan ilmu sehingga tugas dan tanggung jawab pendidik menjadi semakin kompleks.

Konsep-konsep pembelajaran telah tersusun secara sistematis, sehingga diperlukan penguasaan konsep dalam setiap materi pelajaran sebelum melanjutkan ke materi selanjutnya. Konsep yang lebih awal diajarkan akan menjadi dasar bagi pengembangan konsep-konsep selanjutnya. Jika konsep dasar yang diajarkan belum dikuasai dengan baik, maka akan berpengaruh pada penguasaan–penguasaan konsep selanjutnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan kegagalan peserta didikdalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah.

Pada prinsipnya tahapan pembelajaran merupakan langkah konkrit penerapan strategi pembelajaran atau dalam bahasa RPP dinyatakan dengan proses pembelajaran. Dalam Kurikulum 2013, tahapan pembelajaran dilakukan dengan pendekatan saintifik, dimana pembelajaran dimulai dengan observasi dan diakhiri dengan mengkomunikasikan membangun jejaring.

(19)

3

Apapun model pembelajaran yang digunakan hendaknya berusaha disaintifikkan walaupun pembelajaran saintifik ini ada batasannya.

Menurut Fathurrohman, (2015: 46-47) proses saintifik lebih mengarah pada tahapan instruksional dimana guru memulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memodifikasi pembelajaran supaya menjadi saintifik, lalu dilanjutkan melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan pendekatan walaupun modelnya berbeda- beda.

Setiap mata pelajaran yang diajarkan pendidik disekolah memiliki permasalahan-permasalahan yang dijumpai khususnya dalam proses transfer ilmu atau kegiatan belajar mengajar dimana ditemukan masalah yaitu kesulitan peserta didik dalam memahami konsep yang disampaikan oleh pendidik.

Salah satu mata pelajaran di sekolah yang seringkali dianggap sulit oleh peserta didik adalah mata pelajaran fisika. Tidak hanya peserta didik, tetapi juga masyarakat umumpun memiliki intrepetasi yang sama terhadap

mata pelajaran fisika. Mendengar kata “Fisika” masyarakat umum kadang

menyamakan tingkatan fisika dengan ilmu kedokteran sehingga kadang ketika seorang yang berasal dari ranah pendidikan fisika ataupun ilmu fisika berada dalam lingkungan masyarakat, mereka akan disegani.

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mengkaji tentang fenomena alam dan memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan sains dan teknologi. Sampai saat ini belajar fisika, dalam benak peserta didik yang akan dipelajari adalah rumus-rumus yang rumit. Hal ini sering kali menjadi penyebab bagi peserta didik pada pelajaran fisika, pada

(20)

4

akhirnya berdampak besar bagi hasil belajar peserta didik. Dampak permasalahan-permasalahan tersebut hampir di semua materi fisika, pembelajaran fisika terkadang bersifat teoritis dan praktek, artinya pembelajaran tidak hanya disampaikan secara teoritis tetapi juga perlu juga dilakukan praktek, karena teori tanpa praktek pembelajaran akan terasa kurang bermakna, sebaliknya pula praktek tanpa teori pembelajaran tidak akan berlangsung.

Sebenarnya fisika bukanlah hanya sekedar kumpulan rumus yang tidak bermakna namun lebih dari itu fisika adalah sebuah fenomena yang terjadi pada alam ini yang diinterpretasikan dengan bahasa matematika. Oleh karena itu rumus yang dihasilkan tersebut dapat dilogikakan dengan pemikiran sederhana yang tidak harus dihapal namun sangat perlu untuk dipahami.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika SMA Muhammadiyah 6 Makassar, masalah yang sering dihadapi oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yaitu masih minimnya jumlah peserta didik yang nilainya tuntas dalam pelajaran fisika, dengan nilai kriteria ketuntasan yaitu, minimal (KKM) untuk kelas X IPA sebesar 70 secara individual dan 70% secara klasikal. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran, guru langsung memberikan penjelasan kepada peserta didik tanpa memberikan pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam mengkonstruksi pengetahuan yang diberikan oleh guru.

(21)

5

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar dan sejauh mana pemahaman konsep fisika peserta didik yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Salah satu pembelajaran tersebut terdapat pada model pembelajaran sains yang merupakan salah satu alternatif pembelajaran, dalam rangka mengubah dan meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran fisika.

Berdasarkan uraian di atas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Make A Match terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X IPA

SMA Muhammadiyah 6 Makassar“

B. Rumusan Masalah

1. Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match?

2. Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match?

3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match?

(22)

6

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui besarnya hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match

2. Untuk mengetahui besarnya hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match

3. Untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar setelah diterapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peserta didik

a. Membantu peserta didik dalam memahami materi pembelajaran fisika.

b. Peserta didik dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan saling berinteraksi dengan sesama peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

2. Bagi Pendidik

Penelitian ini dapat memberikan gambaran model pembelajaran fisika serta menambah wawasan dan pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran.

(23)

7

3. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu sekolah terutama pada mata pembelajaran fisika.

4. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini dapat dijadikan syarat dalam memperoleh gelar sarjana.

b. Memberikan pengalaman dalam mengelola kelas dan bekerjasama dalam sebuah instansi dalam hal ini adalah sekolah.

(24)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjaun Pustaka

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah unsur penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Model pembelajaran adalah pola interaksi peserta didik dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam suatu model pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut tahapan- tahapan, prinsip- prinsip reaksi guru dan peserta didik serta sistem penunjang yang di syaratkan.

Menurut Fathurrohman (2015: 30) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang disiapkan untuk membantu peserta didik mempelajari secara lebih spesifik berbagai ilmu pengetahuan sikap dan keterampilan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan sebagai pedoman

(25)

9

dalam merencanakan pembelajaran untuk membantu peserta didik mempelajari secara spesifik berbagai ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan menggunakan model pembelajaran akan membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rusman (2014: 202) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Menurut Huda (2017: 29) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok- kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota- anggota yang lain.

Pembelajaran kooperatif berarti working together to accomplish

shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama). Dalam

suasana kooperatif, setiap anggota sama- sama berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota kelompok.

Dalam konteks pengajaran, pembelajaran kooperatif seringkali didefinisikan sebagai pembentukan kelompok- kelompok kecil yang terdiri dari peserta didikyang dituntut untuk bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran peserta didikyang lain.

(26)

10

Dengan demikian pembelajaran mengacu pada metode pembelajaran dimana peserta didik bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 peserta didik dengan kemampuan yang berbeda dan adapula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda- beda.

3. Jenis- Jenis Model Pembelajaram Kooperatif

a. Formal Cooperative Learning Group

b. Informal Cooperative Learning Group

c. Cooperative Base Group

d. Integrated Use of Cooperative Learning Groups

4. Teknik- Teknik/Tipe Pembelajaran Kooperatif

a. Make A Match (Mencari pasangan)

b. Bertukar pasangan

c. Think Pair Share(Berpikir- Berpasangan- Berbagi)

d. Berkirim salam dan soal

e. Numbered Heads Together(Kepala bernomor)

f. Structured Numbered Heads(Kepala nomor terstruktur)

g. Two stay two stray(Dua tinggal dua tamu)

h. Keliling kelompok i. Kancing gemerincing j. Keliling kelas

(27)

11

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

a. Make A Match(Mencari Pasangan)

Menurut Huda (2017: 135) tipe Make A Match, peserta didik mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan, dan bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Pembelajaran kooperatif tipe Make A Matchmerupakan pembelajaran dengan membagi peserta didik ke dalam kelompok kecil dan mencari pasangan. Pembelajaran ini termasuk pembelajaran aktif dan merupakan salah satu teknik instruksional dari berpikir aktif yang dapat membantu peserta didik dalam hal mengingat apa yang telah mereka pelajari dan dapat menguji pemahaman peserta didik setelah guru menjelaskan materi pembelajaran.

Keunggulan model kooperatif tipe Make A Match adalah peserta didik mencari pasangan kartu yang mereka bawa sambil belajar mengenai materi pelajaran tersebut ke dalam suasana yang menyenangkan dan kompetitif serta bisa membuat peserta didik termotivasi sehingga menjadi aktif untuk mencari pasangan kartu mereka. Dengan model pembelajaran Make A Match, peserta didik dapat bekerjasama dengan anggota kelompoknya serta dapat berkompetisi dengan kelompok lain.

(28)

12

b. Prosedur

Adapun prosedurnya sebagai berikut

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian

2. Setiap peserta didik mendapatkan satu buah kartu

3. Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

4. Peserta didik juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 peserta didik lain yang memegang kartu yang berhubungan.

Menurut Rusman (2014:223) Make A Match merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif yaitu peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan dan menempatkan peserta didik dalam beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 5-8 peserta didik dalam satu kelompok yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda.

Model Make A Match adalah bagian dari pembelajaran kooperatif yang di dalam model pembelajaran ini guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian peserta didik mencari pasangan kartunya dalam melakukan model ini diperlukan keaktifan peserta didik dalam kemampuan berfikir.

(29)

13

6. Hasil Belajar

Menurut Rosmala (2015: 241)hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek- aspek perubahan perilaku tersebut tergantung aktivitas belajar pada apa yang dipelajari oleh pembelajar.

Menurut Priansa (2017: 79) hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Selajutnya hasil belajar atau learning

outcome adalah pernyataan yang menunjukkan hal- hal yang mungkin

dikerjakan peserta didik sebagai hasil kegiatan belajarnya.

Dengan demikian, hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh peserta didik berkat adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga tampak perubahan tingkah laku pada diri individu.

Adapun kategori- kategori dalam dimensi proses kognitif yaitu sebagai berikut.

1. Mengingat

Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Untuk mengasesmen pembelajaran siswa dalam kategori proses kognitif yang paling sederhana ini, guru memberikan pertanyaan mengenali atau mengingat kembali dalam kondisi yang sama persis dengan kondisi ketika siswa belajar materi yang diujikan. (Anderson & Krathwohl, 2010: 99)

(30)

14

2. Memahami

Siswa dikatakan memahami bila mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan- pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer.

Proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan dan menjelaskan. (Anderson & Krathwohl, 2010:105) 3. Mengaplikasikan

Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur- prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif yakni mengeksekusi ketika tugasnya hanya mengeksekusi dan mengimplementasikan ketika tugasnya merupakan masalah. (Anderson & Krathwohl, 2010:116)

4. Menganalisis

Menganalisis melibatkan proses memecah- mecah materi jadi bagian- bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori yang meliputi proses ini meliputi membedakan, mengorganisasi dan mengatribusikan. (Anderson & Krathwohl, 2010: 120)

(31)

15

5. Mengevaluasi

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kategori ini meliputi proses memeriksa (keputusan- keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal) dan mengkritik (keputusan- keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal). (Anderson, 2010: 125)

6. Mencipta

Mencipta melibatkan proses menyusun elemen- elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan- tujuan yang diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola.

Proses- proses kognitif sejalan dengan pengalaman- pengalaman sebelumnya. Mencipta bukanlah ekspresi kreatif yang bebas sama sekali dan tak dihambat oleh tuntutan- tuntutan tugas atau situasi belajar. (Anderson, 2010: 128)

B. Kerangka Pikir

Faktor penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran dapat ditentukan oleh model pembelajaran yang digunakan guru. Faktor pentingnya dapat ditentukan pula oleh pengajar maupun pembelajar itu sendiri. Pemilihan model pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melihat terlebih dahulu perkembangan usia peserta didik, perkembangan

(32)

16

kognitif serta keterampilan peserta didik. Pemilihan materi serta model yang tepat akan lebih mudah dipahami, pembelajaran menarik serta interaktif dapat memberikan hasil yang optimal.

Salah satu model pembelajaran yang dipandang efektif dalam meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik dalam belajar adalah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yang memadukan pembelajaran interaktif dengan bermain.

Dengan menggunakan model pembelajaran ini, diharapkan peserta didikdapat meningkatkan hasil belajar Fisika peserta didik. Berikut dikemukakan alur diagram kerangka pikir sebagai acuan dalam penelitian yang dilaksanakan.

(33)

17

Gambar 2.1 Alur penelitian

Masalah

Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Make A Match

Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Meningkat Guru 1. Menyajikan informasi 2. Pembelajaran didominasi peserta didik 3. Membimbing peserta didik Peserta Didik 1. Berperan aktif dalam

pembelajaran

2. Antusias memperhatikan

saat guru menjelaskan

3. Mengembangkan

kemampuan berpikirnya Hasil belajar cenderung

rendah

Tidak maksimal dalam

menggunakan suatu nodel

pembelajaran

1.Peserta didik kurang aktif

2.Kurang interaksi antara sesana peserta didik

(34)

18 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini yaitu penelitian Pre-Experimental Designs(pra eksperimen)yang terdiri dari dua variabel, yaitu independent(variabel bebas) dandependent(variabel terikat).

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian bertempat di SMA Muhammadiyah 6 Makassar

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar tahun ajaran 2019/2020 peserta didik terdiri dari satu kelas dengan jumlah 18 orang, sekaligus sebagai sampel penelitian.

C. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Variabel terikat : Hasil belajar fisika peserta didik

b. Variabel bebas : Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match 3. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah One-Group

(35)

19

Gambar 3.1 One-Group Pretest-Posttest Design Keterangan :

X : Perlakuan

O1 : Nilai pretest (sebelum diberi diklat)

O2 : Nilai posttest (setelah diberi diklat)

Sugiyono (2016: 110-111)

D. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi penafsiran ganda pada penelitian ini, maka definisi secara operasional yaitu:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada pencarian pasangan dan bertukar pasangan menggunakan kartu yang berisi topik tertentu.

2. Hasil belajar fisika peserta didik adalah skor total yang diperoleh peserta didik setalah diberikan tes pada materi pembelajaran fisika yang mencangkup ranah kognitif, sesuai dengan indikator dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan tiga tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan penelitian, dan (3) tahap akhir.

(36)

20

1. Tahap perencanaan penelitian

a. Studi literatur untuk memperoleh konsep dan teori yang sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji.

b. Studi pendahuluan untuk memperoleh gambaran awal tentang proses pembelajaran di kelas, respon peserta didik terhadap pembelajaran fisika, cara peserta didik belajar, prestasi peserta didik dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran fisika.

c. Telaah Kurikulum 2013 untuk menentukan kompetensi dasar yang hendak dicapai.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) e. Menyusun instrumentes penelitian.

f. Melakukan uji coba instrumen dengan membagikan instrumen tes kepada peserta didik untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

g. Melakukan analisis uji coba instrumen dan revisi instrumen penelitian yang belum atau kurang sesuai.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

a. Memberikan pretest (tes awal) untuk mengetahui hasil belajar peserta didik sebelum diberi treatment (perlakuan).

b. Mengelola data hasil pretest.

c. Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Matchdi kelas d. Memberikan posttest (tes akhir) untuk mengetahui hasil belajar peserta

(37)

21

e. Mengelola data hasil post-test.

f. Melakukan analisis terhadap hasil pretest dan posttest, kemudian membandingkan keduanya

3. Tahap Akhir Penelitian

a. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil penelitian.

b. Melakukan penulisan laporan penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Untuk mengukur variabel-variabel diatas, digunakan Tes hasil belajar fisika. Tes yang digunakan sebagai pengumpulan data variabel hasil belajar fisika dalam ranah kognitif yang meliputi: C1 (mengetahui), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan) dan C4 (menganalisis). Dengan bentuk tes pilihan ganda dan mencakup lima pilihan a, b, c, d, dan e.

Adapun langkah-langkah ditempuh dalam kegiatan penelitian ini adalah: a) Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi fisika SMA

untuk meminta izin melaksanakan penelitian.

b) Menentukan materi yang akan dijadikan sebagai materi penelitian c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

d) Mendesain instrumen, Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen antara lain:

1) Membuat kisi-kisi soal berdasarkan indikator pemahaman konsep fisika.

(38)

22

2) Membuat soal dan kunci jawaban berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat.

3) Memvalidasi instrumen kepada dua validator

4) Melakukan uji coba instrumen penelitian setelah prosesjudgement (pertimbangan)selesai dilaksanakan. Uji instrumen ini digunakan adalah uji Gregori yang di sajikan dalam tabel berikut:

Tabel.3.1 Untuk menghitung indeks Gregory

Rater 1 Lemah Kuat Rater 2 Lemah A B Kuat C D

Koefisien validitas isi = (𝐴+𝐵+𝐶+𝐷)𝐷

(Retnawati, 2016: 32) 5) Menganalisis data uji coba instrumen yang terdiri dari validitas dan reliabilitas instrumen tes untuk menentukan butir soal mana yang dapat digunakan dan butir soal mana yang harus dibuang atau direvisi.Untuk Pengujian validitas setiap item tes dengan menggunakan rumus yakni sebagai berikut :

q p SD M M t t p pb   1  dengan : 1 p b

 : Koefesien korelasi biserial

(39)

23

Mt : Rerata skor total

SDt : Standar deviasi dari skor total

p : Proporsi peserta tes yang jawabannya benar pada soal

q :Proporsi peserta didik yang menjawab salah (1 –p)

Arikunto(2014: 24)

Valid tidaknya item ke-i ditunjukkan dengan membandingkan nilai

1

p b

(i) dengan nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 padataraf signifikan a= 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:

 Jika nilai

1

p b

( i ) ≥ rtabel item dinyatakan valid  Jika nilai

1

p b

( i ) < rtabel item dinyatakan invalid

Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data, maka harus ditentukan reliabilitasnya. Untuk perhitungan reliabilitas tes didekati dengan rumus Kuder dan Richardson (KR-20) yang dirumuskan: ri = 𝑘 𝑘−1 𝑠2− 𝑝𝑞 𝑠2 dengan: ri : Reliabilitas instrumen

k : Jumlah butir pertanyaan

∑pq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q s2 : Variansi total

Sugiyono( 2016:186)

(40)

24

Rentang Nilai Kategori >0,80-1,00 Sangat Tinggi > 0,60-0,80 Tinggi > 0,40-0,60 Cukup > 0,20-0,40 Rendah 0,00-0,20 Sangat Rendah Kasmadi (2013:77)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalahtes hasil belajar untuk mengetahui perbedaan antara hasil belajar peserta didik sebelum dan setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Instrumen yang dikembangkan oleh peneliti adalah tes berbentuk pilihan ganda. Instrumen ini berupa pretestdan posttest,

pretest diberikan kepada peserta didik pada awal pertemuan (sebelum

diberikan perlakuan) yang terdiri dari beberapa item dan posttest diberikan pada pertemuan terakhir atau materi yang diajarkan telah selesai.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yang digunakan adalah penyajian data berupa nilai rata-rata dan standar deviasi. Analisis ini dimaksudkan untuk menyajikan atau mengungkapkan pemahaman konsep fisika peserta didik dengan mengelompokkan dalam kriteria ketuntasan yang digunakan di SMA

(41)

25

Muhammadiya 9 Makassar. Berikut persamaan-persamaan teknik analisis deskriptif:

Rumus untuk skor rata-rata (Mean):

𝑥 = 𝑥𝑖

𝑛

dengan:

𝑥 :Mean (rata-rata sampel) : Epsilon (baca jumlah)

xi : Nilai x Ke i sampai ke n n : Jumlah individu

Sugiyono (2017 : 49) Rumus standar deviasi:

s = (𝑥𝑖−𝑥 )2 (𝑛−1)

dengan:

s : Standar deviasi xi : Titik tengah kelas

𝑥 : Rata-rata (Mean)

n : Jumlah sampel penelitian

Sugiyono (2017: 57)

(42)

26

Peningkatan yang terjadi setelah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (N-Gain). Rumus yang digunakan uji N-gain adalah sebagai berikut:

𝒈 = 𝑺𝒑𝒐𝒔𝒕 − 𝑺𝒑𝒓𝒆

(𝑺𝒎𝒂𝒌𝒔)− 𝑺𝒑𝒓𝒆

dengan:

𝑺𝒑𝒓𝒆 = skor rata-rata pretest

𝑺𝒑𝒐𝒔𝒕 = skor rata-rata posttest

𝑺𝒎𝒂𝒌𝒔 = skor maksimun

Dengan Kriteria interpertasi indeks gain sebagai berikut ini : Tabel 3.3 Kriteria Indeks Gain

Indeks Gain Kriteria

g > 0,70 Tinggi

0,70 ≥ g ≥0,30 Sedang

0,30 ≥ g Rendah

(43)

27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Uji Gregory

Perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), tes hasil belajar fisika Pretest dan Posttestdengan judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar” telah divalidasi oleh dua validator, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Gregory.

Tabel 4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran

No Perangkat R Keterangan

1. RPP 1,00 Layak

2. Bahan Ajar 1,00 Layak 3. LKPD 1,00 Layak

4. Tes 0,92 Layak

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dengan menggunakan uji Gregory (r >0,75) perangkat pembelajaran yang telah divalidasi dapat disimpulkan dapat digunakan dalam penelitian.

(44)

28

2. Uji Validitas

Uji validitas setiap butir atau item instrumen dimaksudkan untuk menguji kesejajaran dan kolerasi skor instrumen dan skor total instrumen yang diperoleh, dengan cara mengkolerasi antara skor total individu. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik kolerasi beriseral, hal ini dikarenakan data dalam penelitian ini bersifat dikotomi ( bersifat benar atau salah ). Instrumen dalam hal ini item soal dikatakan valid apabila mempunyai nilai rhitung> rtabel . Dari hasil validitas didapat 30 nomor soal yang valid dan 10

nomor soal yang drop.

3. Uji Reliabitas

Uji Reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid. Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik, dengan konsep sejauh mana hasil pengukuran terbatas dari kekeliruan pengukuran.

Pengujian reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-20). Pengujian ini dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2011, hasil dari perhitungan menunjukkan nilai rhitung

adalah0,963. Nilai tersebut berada pada rentang 0,800 – 1,000 yang masuk dalam kategori reliabilitas yang sangat tinggi. Sehingga instrumen yang akan digunakan sebagai pretest dan posttestpada kelas X IPA di SMA Muhammadiyah 6 Makassar memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

(45)

29

4. Analisis Deskriptif

Penelitian yang diperoleh melalui pretest dan posttest dilaksanakan dengan menggunakan perangkat tes, berupa tes pilihan ganda sebanyak 30 soal.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil perhitungan statistik deskriptif hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar tahun ajaran 2019/2020 sebelum dan setelah diajar dengan mengguinakan model pembelajaran kooperatif dengan materi Besaran dan satuan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2: Statistik Skor pretest dan posttest Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar

Statistik Skor Statistik pretest Posttest Subjek 18 18 Skor Ideal 30 30 Skor Tertinggi 21 27 Skor Terendah 7 17 Rentang Skor 14 9

Banyak Kelas Interval 5 5 Panjang Kelas Interval 3 2 Skor Rata-rata 11,67 22,56

(46)

30

Dari tabel 4.2 peserta didik yang berada pada kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar adalah 18 peserta didik. Dilihat dari skor tertinggi hasil belajar fisika peserta didik pada pretest dicapai sebesar 21 dan skor terendah yang dicapai peserta didik 7 dari skor ideal 30. Adapun skor rata-rata peserta didik sebesar 11,67 dengan standar deviasi 4,00. Sedangkan hasil belajara fisika peserta didik pada posttest, dari skor tertinggi yang dicapai sebesar 27 dan sekor terendah yang dicapai peserta didik 17 dari skor ideal 30. Adapun skor rata-rata peserta didik sebesar 22,56 dengan standar deviasi 3,09.

Jika skor pretest hasil belajar fisika kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar dianalisis menggunakan persentase pada distribusi frekuensi kumulatif, maka dapa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Interval Skor Hasil Belajar Fisika Kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar pada Saat Pretestdan Posttest

Interval Pretest Posttest Kategori

Frekuensi % Frekuensi % 0 –6 0 0 0 0 Sangat rendah 7 – 12 13 72,22 0 0 Rendah 13– 18 4 22,22 2 11,11 Sedang 19 – 24 1 5,56 10 55,56 Tinggi 25 –30 0 0 6 33,33 Sanga Tinggi

Dari tabel 4.3 dapat kemukakan bahwa skor hasil belajar peserta didik sebelum diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

(47)

31

tipe Make A Match terdapa tdak ada peserta didik dalam kategori sangat rendah, 13 peserta didik dalam kategori rendah, 4 peserta didik dalam kategori sedang, dan 1 peserta didik dalam kategori tinggi dan tidak ada peserta didik masuk dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan hasil belajar peserta didik setelah diajar terdapat 2 peserta didik dalam kategori sedang, 10 peserta didik dalam kategori tinggi dan 6 peserta didik dalam kategori sangat tinggi, dan tidak ada peserta didik masuk dalam kategori sangat rendah dan rendah. Jadi frekuensi yang lebih banyak pada pretest berada pada interval 7 – 12 dengan kategori sedang, sedangkan frekuensi yang lebih banyak pada posttest berada pada interval 19 – 24 dengan kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya data hasil belajar fisika peserta didik pada tabel di atas dapat dilihat dari Histogram berikut:

Gambar 4.1. Diagram Pretest dan Posttest Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XIPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar. 0 2 4 6 8 10 12 14 Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

0 13 4 1 0 0 0 2 10 6 Pretest Posttest

F

re

ku

en

si

Kategori

(48)

32

Hasil analisis deskriptif pada dasarnya hanya merupakan gambaran umum data hasil penelitian dari variabel-variabel yang terlibat yang menunjukkan hasil penelitian yakni kategori hasil belajar fisika yang ditunjukkan oleh skor rata-rata yang dicapai. Untuk mengetahui kategori peningkatan hasil belajar fisika peserta didik maka dilakukan analisis N-gain.

5. Analisis N-Gain

Berikut ini dapat dikemukan hasil uji N-gain pencapaian hasil belajar fisika secara umum peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika peserta didik berada pada kategori rendah, sedang, atau sangat tinggi maka dianalisis menggunakan analisis N-gain

Tabel 4.4 Distribusi dan Frekuensi Perolehan N-Gain Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar

Kriteria

Indeks Gain Frekuensi Persentase (%) Nilai Gain Ternormalisasi (G) Tinggi g>0,70 3 16,67 0,59 Sedang 0,70≥g≥0,30 15 83,33 Rendah 0,30≥g 0 0 Jumlah 18 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa 3 peserta didik memenuhi kategori tinggi, 15 peserta didik memenuhi kategori sedang dan tidak ada peserta didik yang memenuhi kategori rendah. Terlihat juga bahwa peserta didik kelas X

(49)

33

SMA Muhammadiyah 6 Makassar memiliki skor rata-rata gain ternomalisasi sebesar 0,60 yang merupakan kategori sedang. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan hasil belajar fisika peserta didik setelah diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terjadi peningkatan berada pada kategori sedang berdasarkan uji N-Gain.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis N-gain, maka hasil yang diperoleh pada analisis deskriptif menunjukkan bahwa Pretest hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar yaitu skor rata-rata peserta didik adalah 11,67 dan standar deviasi yaitu 4,00, sedangkan hasil yang diperoleh pada analisis deskriptif menunjukkan Posttest hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar yaitu 22,56 dan standar deviasi yaitu 3,09.

Hasil analisis skor yang diperoleh peserta didik dapat dilakukan pengkategorisasian skor ideal menggunakan skala lima yang diperoleh bahwa kategorisasi skor pretest hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA berada pada kategori sedang, sedangkan kategorisasi posttest hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA berada pada kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA setelah diberikan perlakuan lebih tinggi dibanding hasil belajar fisika peserta didik sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa

(50)

34

ada kecenderungan memperoleh skor dengan kategorisasi tinggi dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe make A Match yang digunakan pada kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar.

Hasil analisis selanjutnya adalah analisis infrensial ( analisis N-gain) yang menunjukkan adanya peningkatan pada hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar yang sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yang berada pada kategori sedang dengan nilai 0,60 berdasarkan kategori N-gain.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa dalam menerapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make

A Match memiliki peranan yang cukup berarti dalam meningkatkan hasil

belajar fisika peserta didik. Dengan demikian salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match khususnya pada kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismi Zakiah dan Hadi Kusmanto (2017) tentang pengaruh penerapan meodel pembelajaran tipe Make a Match terhadap kreativitas siswa dalam pembeljaran Matematika yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran make a match terhadap kreativitas siswa, dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran make a match tidak hanya dapat mempengaruhi variabel kreativitas siswa.

(51)

35

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar sebelum diajar dengan model menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match berada kategori sedang

2. Hasil belajar fisika peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar sesudah diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match berada kategori tinggi

3. Terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik kelas X IPA SMA Muhammadiyah 6 Makassar setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh skor rata-rata yang diperoleh pada posttest lebih besar dari pada skor rata-rata yang diperoleh pada pretest dengan kategori peningkatan berada pada kategori sedang ( N – Gain: 0,60 )

(52)

36

B. Saran

1. Karena adanya peningkatan hasil belajar fisika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match maka disarankan kepada guru fisika SMA Muhammadiyah 6 Makassar maupum di sekolah-sekolah lain hendaknya lebih mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

2. Diharapkan kepada peneliti dibidang pendidikan di masa yang akan datang agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match ini pada materi dan sampel yang berbeda

(53)

37

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2014. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013. Yogyakarta : Kalimedia.

Huda, Miftahul. 2017. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Kasmadi dan Nia Siti Sunariah. 2013. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif

Bandung: Alfabeta.

Krathwohl, L. W. A. D. R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,

Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurhidayah. 2016. Penerapan Model Contextual Teacing Learning ( CTL)

terhadap Hasil Belajar Fisika pada peserta didik kelas XI SMA Handayani Sungguminasa Kabupaten Gowa. Jurnal Fisika Universitas

Muhammadiyah Makassar. Vol. 2, No. 2. 2302-8939.

Priansa, Donni Juni. 2017. Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran. Bandung : Pustaka Setia.

Retnawati, Heri. 2016. Analisis Kuantitatif Instrumen Penelitian. Yogyakarta : Parama Publishisng.

Rosmala, Mifta Dyah. 2015. Implementasi Model Pembelajaran Make A Match

sebagai Upaya Meningkatkan Partisipasi dan hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Multimedia di Kelas X Multimedia SMK Negeri 6 Purworejo. Yogyakarta: Universitas

Negeri Yogyakarta.

Rusman. 2014. Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2017. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Windarwati. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science

(CLIS) terhadap Hasil Belajar IPA Peserta Didik Kelas IV di MIN 2 Bandar Lampung. Universitas Bandar Lampung : Bandar Lampung.

Gambar

Gambar 2.1  Alur Penelitian ....................................................................
Gambar 2.1 Alur penelitian Masalah
Gambar 3.1 One-Group Pretest-Posttest Design  Keterangan :
Tabel 3.2Kriteria Tingkat Reliabilitas Item
+6

Referensi

Dokumen terkait

19.3 Penyimpangan – penyimpangan dari ketentuan mutu beton tersebut di atas, atau persyaratan mutu beton tidak terpenuhi maka pihak Direksi berhak untuk meminta kepada

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar analisis LKS praktikum, pedoman wawancara, lembar optimasi, lembar observasi keterlaksanaan tahapan

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah Artificial Neural Network, karena pada pelelitiannya sebelumnya terkait dengan peramalan harga,

Tujuan pemberian imunisasi pada anak diharapkan akan memberikan fungsi serta manfaatnya dalam hal untuk melindungi bayi yang kadar imunitas tubuhnya masih sangat rentan

No Nama Penyedia Hasil Evaluasi Administrasi 1 KAP.. Kumalahadi,Kuncara,Sugen g Pamudji

HPS, dinyatakan gugur. Apabila tidak ada penyedia yang lulus dalam evaluasi harga, Pejabat Pengadaan menyatakan penyedia tersebut dan mengundang penyedia lain

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

The concrete must be poured in the slabs formworks in vertical and not in horizontal layers since, in case concreting has to be stopped for a long period of time, when it is